METODE PENELITIAN
kondisi geologi yang tersingkap di permukaan bumi, yaitu berupa data singkapan
dilakukan dalam suatu skema alur penelitian yang meliputi input, proses dan hasil
(Gambar 2.1.).
Alur penelitian ini secara umum dapat dibagi menjadi dua tahap yang terdiri
atas : tahap 1, yaitu pengerjaan tugas akhir 1 dan tahap 2, yaitu pengerjaan tugas
akhir 2. Proses pengerjaan tahap tugas akhir 1 dimulai dari tahap studi pustaka,
pengamatan, surat ijin penelitian, peta lokasi pengamatan hasil survei pendahuluan,
peta geomorfologi tentatif, peta geologi gunung api tentatif, peta rencana lintasan,
beberapa tahapan, yaitu tahap pemetaan rinci, tahap pekerjaan lapangan, tahap
pekerjaan studio, dan tahap pekerjaan laboratorium. Dari tahapan-tahapan yang ada
geologi gunung api, zona kisaran umur satuan batuan, dan laporan tugas akhir 2.
5
Gambar 2.1. Diagram pelaksanaan tugas akhir.
6
1. Studi Pustaka
Tahap ini merupakan tahap mempelajari pustaka geologi yang relevan dengan
kondisi geologi daerah yang akan diteliti, baik berupa buku-buku pedoman, peta
regional, jurnal, laporan penelitian maupun publikasi jenis lain. Literatur ini akan
dikaji sehingga dapat memperoleh suatu pendekatan yang dapat digunakan sebagai
1209-114 selain itu juga mempersipakan Peta Geologi Regional Lembar Bogor
dengan skala 1 : 100.000, peta ASTER GDEM. Peta tersebut digunakan untuk
rinci.
3. Perizinan
izin penelitian yang harus didapatkan yaitu perizinan dari pihak institusi Sekolah
(hal 80.), Pemerintah Provinsi Jawa Barat (hal 81), Pemerintah Kabupaten
kelurahan.
7
2.1.2 Reconnaissance
dalam tahap ini adalah interpretasi peta topografi, melakukan cek jalan/akses
menuju daerah penelitian, cek lokasi yang diperkirakan terdapat singkapan batuan,
jejak struktur, dan hal lain yang bersifat penelitian awal. Selanjutnya setelah
baik dari kondisi geomorfologi, statigrafi, struktur geologi yang disajikan dalam
peta dan draf Usulan Tugas Akhir yang diajukan kepada Dosen Pembimbing.
2.1.3 Ujian TA 1
kepada Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji sebelum melakukan pemetaan rinci.
Tahapan tugas akhir 2 adalah tahap setelah peneliti dinyatakan lulus dalam
ujian TA 1. Tahap ini merupakan tahap penelitian geologi rinci yang bertujuan
untuk meneliti permasalah khusus yang ada pada daerah penelitian yang dilakukan
Pada tahapan ini terdiri dari pemetaan geologi yang dilakukan secara lebih
rinci (perapatan data lapangan, pengukuran unsur - unsur struktur geologi dan
8
stratigrafi dan data struktur geologi) dan pekerjaan laboratorium (pengamatan
Dilakukan dengan penambahan data pada titik lokasi yang dicurigai atau
singkapan baru berdasarkan evaluasi data reconnaissance dan evaluasi sidang tugas
akhir 1. Pada kegiatan ini sebagian besar titik lokasi pengamatan diambil pada jalur
data yang didapat di lapangan dijauhkan dari variabel pengganggu, sebab dapat
1. Analisis Geomorfologi
daerah penelitian masih relatif sama dengan pola kontur. Hal tersebut dikarenakan
tidak ada aktifitas penambangan maupun aktifitas lain yang merubah morfologi
9
secara singkat di lapangan. Oleh karena itu peneliti melakukan analisis pada peta
topografi dengan melihat pola – pola kontur dan kemudian melakukan sayatan
daerah penelitian mengacu pada konsep klasifikasi Bentuk Muka Bumi yang
mengacu pada proses geologi baik endogen maupun eksogen. Interpretasi dan
secara empiris ataupun parametris misalnya dari kriteria persen lereng (Brahmantyo
beda tinggi dan persen lereng (van Zuidam dan van Zuidam-Canceldo, 1979) (Tabel
2.1.).
berbeda karena dalam satuan Bentuk Muka Bumi tidak dijelaskan secara rinci
tentang morfometri dari bentang alam yang ada, sehingga dengan kombinasi ini
prinsip dari Brahmantyo dan Subandono (Tabel 2.2. dan Tabel 2.3.) dimana
penamaan tersusun atas tiga kata, atau paling banyak empat kata bila ada
proses endogen – eksogen), dan nama geografis, sehingga dalam penamaan satuan
10
Tabel 2.1. Klasifikasi relief berdasarkan sudut lereng dan beda tinggi (Van Zuidam
dan Van Zuidam - Cancelado, 1979)
Beda
Kemiringan
No Relief Tinggi
Lereng ( %)
(m)
1 Topografi dataran 0–2 <5
Tabel 2.2. Klasifikasi unit geomorfologi bentuk lahan asal Pegunungan Gunungapi
(Brahmantyo-Bandono, 2006)
11
Tabel 2.3. Klasifikasi unit geomorfologi bentuk lahan asal Pegunungan Sesar
(Brahmantyo-Bandono, 2006)
ruang yang merupakan hasil penggabungan dari beberapa individu sungai yang
pengaturan sungai pada suatu daerah yang menggambarkan jumlah faktor yang
Perkembangan dari pola pengaliran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain adalah kelerengan, perbedaan resistensi batuan, proses vulkanik kuarter, serta
sejarah dan stadia geomorfologi dari cekungan pola aliran (drainage basin). Penentuan
12
Tabel 2.4. Jenis - jenis pola pengaliran dasar dan ubahan menurut Howard (1967,
dalam Thornbury, 1969).
13
Untuk menentukan stadia geomorfologi suatu daerah, maka sangat penting
sungai yang telah terbentuk. Penentuan stadia daerah pada dasarnya untuk
mengetahui proses - proses geologi yang telah berlangsung pada daerah tersebut.
Proses tersebut bisa berupa proses endogen (sesar, lipatan, intrusi, magmatisme)
pada dasarnya menggambarkan seberapa jauh morfologi daerah telah berubah dari
morfologi aslinya. Pada daerah penelitian , stadia daerah dikontrol oleh litologi,
dan erosi. Hartono (2013) mengembangkan model dari Vessel & Davies, 1981
tentang perkembangan bentang alam gunungapi mulai dari bentuk gunungapi yang
menunjukkan pada bentuk tubuh gunung api modern (A, saat ini), bentuk tubuh
gunungapi yang tererosi tingkat dewasa (B), dan bentuk tubuh gunung api yang
tererosi tingkat lanjut (C) (Gambar 2.4.). Dalam Hartono (2000) juga menyebutkan
bahwa bentang alam yang terbentuk tersebut dapat berasal dari perilaku gunung
apinya sendiri yang terkait dengan tipe letusannya selain karena proses normal
Pada gunung api modern, bentuknya masih sempurna atau masih utuh,
sehingga lokasi kawah sebagai fasies pusatnya dan fasies yang lainnya dapat
tererosi tingkat dewasa dan tingkat lanjut tidak mudah dan bahkan sulit dikenali
14
bahwa onggokan batuan tersebut sebagai sisa tubuh gunung api masa lalu.Secara
bentang alam gunung api, umumnya masih memperlihatkan relief kasar sebagai
Gambar 2.2. Perkembangan bentang alam gunungapi mulai dari bentuk gunungapi
(dikembangkan dari Vessel & Davies, 1981; dalam Hartono, 2013).
2. Analisis Statigrafi
Stratigrafi dalam arti luas adalah ilmu yang membahas aturan, hubungan dan
sedangkan dalam arti sempit ialah ilmu pemerian batuan menurut Sandi Stratigrafi
15
Metode pengelompokan lapisan-lapisan batuan hasil pemetaan geologi di
stratigrafi gunung api dimaksudkan untuk menata batuan atau endapan gunung api
dipelajari dan dimengerti. Pembagian batuan atau endapan gunung api dimaksud
deskripsi dan genesa. Hal ini dilandasi oleh hasil reconnaissance dan peneliti
terdahulu yang menyatakan bahwa daerah penelitian merupakan daerah gunung api
purba. Tingkatan satuan statigrafi gunung api masing-masing dari kecil kebesar
oleh satu atau lebih titik erupsi yang membentuk satu tubuh gunung api. Khuluk
daerah yang luas dan lazimnya dapat dipetakan dengan skala 1: 50.000 atau lebih
besar Gumuk Gunung Api merupakan bagian dari Khuluk yang terbentuk sebagai
hasil suatu erupsi pada tubuh gunung api tersebut, baik sebagai erupsi pusat maupun
erupsi samping.
Gumuk Gunung Api merupakan bagian Khuluk Gunung Api akan tetapi
Khuluk Gunung Api tidak selalu mempunyai Gumuk Gunung Api. Batas sebaran
lateral suatu Gumuk Gunung Api tidak melampaui batas pelamparan Khuluk
Gunung Api. Gumuk Gunung Api dapat terdiri dari satu atau lebih batuan atau
endapan gunung api yang dihasilkan oleh satu atau beberapa daur letusan gunung
16
api. Gumuk Gunung Api harus mempunyai nilai stratigrafi atau geologi yang
penting dan lazimnya dapat dipetakan pada skala 1 : 50.000 atau lebih besar.
Bregada Gunung Api adalah satuan stratigrafi gunung api yang mencakup sebaran
endapan atau batuan gunung api hasil letusan yang terdiri dua atau lebih. Khuluk
Gunung Api selalu mempunyai Khuluk Gunung Api. Bregada Gunung Api harus
mempunyai nilai stratigrafi atau geologi yang penting dan lazimnya dapat dipetakan
Manggala Gunung Api adalah satuan stratigrafi gunung api yang mencakup
sebaran batuan atau endapan hasil letusan-letusan gunung api yang mempunyai
lebih dari satu kaldera pada satu atau lebih tubuh gunung api. Manggala Gunung
Api harus mempunyai lebih dari satu Bregada Gunung Api. Manggala Gunung Api
harus mempunyai nilai stratigrafi atau geologi yang penting dan lazimnya dapat
Busur Gunung Api adalah satuan stratigrafi gunung api yang terdiri dari
kumpulan Khuluk, Bregada dan Manggala Gunung Api dan mempunyai kedudukan
tektonik yang sama. Busur Gunung Api lazimnya dapat dipetakan dengan skala 1 :
Tatanama satuan stratigrafi gunung api didasarkan pada sumber, jenis batuan
atau endapan (desktiptif dan genesa) dan waktu kejadian. Karakter pertama,
menunjukkan singkatan nama sumber erupsi, ditulis dengan huruf besar yang terdiri
dari satu atau dua huruf. Satu huruf besar adalah huruf pertama nama Khuluk atau
Gumuk Gunung Api. Dua huruf besar adalah huruf pertama yang diikuti huruf
17
lainnya dari nama Khuluk atau Gumuk Gunung Api. Penggunaan dua huruf
dilakukan jika huruf pertama nama Khuluk atau Gumuk Gunung Apinya sama
dengan huruf pertama nama Khuluk atau Gumuk Gunung Api lainnya. Karakter
kedua, menunjukkan singkatan nama satuan batuan atau endapan gunung api,
ditulis dengan huruf kecil yang terdiri dari satu atau dua huruf. Satu huruf kecil
adalah huruf pertama nama satuan hasil erupsi magmatik (proses primer). Dua
huruf kecil adalah huruf pertama yang diikuti huruf lainnya dari nama satuan hasil
eksplosi yang bukan magmatik (proses primer). Dua huruf kecil adalah huruf
pertama yang diikuti oleh huruf lainnya dari nama satuan endapan bukan
Dalam pengelompokan batuan dan pembuatan peta gunung api mengacu pada
konsep stratigrafi gunung api dan fasies gunung api. Pembagian fasies gunung api
dalam penelitian ini menggunakan konsep yang dikembangkan oleh Vessel dan
Davies (1981, dalam Hartono, 2010) yang membagi sebuah gunung api komposit
Proximal Facies (dekat pusat), Medial Facies (tengah) dan Distal Fasies (jauh dari
pusat).
batuan gunung api pada kesamaan waktu pada suatu lokasi tertentu. Ciri - ciri
litologi dapat menyangkut aspek fisika, kimia dan biologi. Berhubung batuan
gunung api tidak selalu dijumpai fosil, maka aspek biologi tidak dijadikan
18
Gambar 2.3 Pembagian fasies gunung api (Vessel & Davies 1981, dalam
Hartono 2010).
Pada daerah penelitian, selain ditemukan batuan hasil produk gunungapi juga
klasifikasi Grabau (1904, dalam Pettijohn, 1975) (Tabel 2.7.), yaitu penamaan
batuan karbonat klastik berdasarkan ukuran butir. Selain itu juga disertakan
Tabel 2.5. Klasifikasi Skala Wentworth (1922) untuk ukuran butir sedimen
klastika (disederhanakan dalam Boggs, 1995).
19
Ukuran Butir (mm) Nama Butiran Nama Batuan
Tabel 2.6. Klasifikasi perlapisan batuan menurut Mc. Kee dan Weir (1953,dalam
Pettijohn, 1975).
Laminasi < 1 cm
Lamina
Laminasi Tipis < 0.5 cm
20
3. Analisis Struktur Geologi
unsur struktur geologi dan hasil analisis dari data-data pengukuran di lapangan.
(Gambar 2.4.).
Gambar 2.5. Perbandingan antara “Pure Shear” (incline compression) dan “Simple
Shear” (differential horizontal movement) (Dari Thomas et al., 1973).
21
Kekar (joint) adalah suatu fracture (retakan pada batuan) yang relatif tidak
tektonik maupun non tektonik (Ragan, 1973). Pada batuan sedimen, kekar bisa
terbentuk mulai pada saat pengendapan atau terbentuk setelah pengendapan, dalam
batuan beku bisa terbentuk akibat proses pendinginan maupun setelah pendinginan.
Dalam proses deformasi, kekar bisa terjadi pada saat mendekati proses akhir atau
bersamaan dengan terbentuknya struktur lain, seperti sesar atau lipatan. Selain itu
kekar bisa terbentuk sebagai struktur penyerta dari struktur sesar maupun lipatan
Billings (1974) yang menerangkan mengenai struktur geologi pada batuan sebagai
akibat adanya gaya kompresi yang disebabkan oleh tektonik (Gambar 2.6.).
22
Sesar didefinisikan sebagai bidang rekahan yang disertai adanya pergerakan
relatif (displacement) suatu blok batuan lainnya (Billing, 1959). Jarak pergeseran
(Gambar 2.7.). Klasifikasi sesar umumnya berdasarkan pergerakan blok sesar dan
3. Sifat gerak terhadap bidang sesar : Dip slip, Strike slip, Oblique slip.
23
Gambar 2.8. Pergerakan relatif blok-blok sesar (Twiss dan Moore, 1992).
sayatan tipis batuan untuk mengetahui kandungan mineral dalam batuan dan. Hal
tersebut dilakukan untuk menunjang data dari penelitian lapangan yang telah
daerah penelitian yang kemudian disayat pada preparat setebal ± 0,03 mm. Analisis
dengan melihat kenampakan pada nikol sejajar, nikol bersilang dan kenampakan
gibs.
digunakan diagram QAPF Streckeisen, 1976 dalam Le Maitre, 2002 (Gambar 2.9.),
24
(1984) dan Schmidt (1981) (Gambar 2.10.). Klasifikasi ini dipilih karena sangat
25
2.2.4 Checking Lapangan
penting ialah checking lapangan. Tahap ini dimaksud untuk mengcek hasil dari
analisis kondisi geologi oleh peneliti dengan kondisi lapangan yang langsung
ditinjau oleh dosen pembimbingan demi keakuratan hasil penelitian yang telah
2.2.6 Ujian TA 2
Tahap ini merupakan tahap akhir dari seluruh rangkaian kegiatan penelitian.
Pada tahap ini laporan yang telah disusun dalam bentuk tugas akhir dipresentasikan
Peralatan yang akan digunakan pada penelitian ini meliputi peralatan untuk
26
b) Peta Geologi Regional Lembar Bogor dengan skala 1 : 100.000
c) Peta topografi skala 1 : 25.000 (6o 51’ 59” – 6o 55’ 14” LS dan 106o 35’ 40”
f) Kamera, plastik sampel batuan, alat tulis dan gambar, buku catatan
meliputi:
b) Peta topografi skala 1 : 25.000 (6o 51’ 59” – 6o 55’ 14” LS dan 106o 35’ 40”
gunungapi).
g) Diagram kalsbeek counting area net, polar equal net, schmidt net dan wulf
net.
27