Anda di halaman 1dari 10

Laporan Institusional Visit

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

(P2KK)

DISUSUN OLEH:

A-02

Anggota: Septiwan Anwari HRP/ 1107101010123

Mugi Widhi Putri Ningsih/ 1107101010223

Nadya Jondri/ 1107101010135

Rayyan Alfaruqi/

Risa Rahmasari Sebayang/ 1107101010194

Panji Anugerah/ 1107101010225

Ade Irma Sapitri/ 1107101010189

Nidha Sari/ 1107101010219

Karina Nuzulyanti/ 1107101010237

Ramadani/ 1107101010186

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

PENDIDIKAN DOKTER
2014
I. Sejarah Institusi

Pada tahun 1991 merupakan tonggak awal sejarah didirikannya Pusat


Penanggulangan krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan. Melalui sebuah surat keputusan
Departemen Kesehatan pada waktu itu menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
360/Menkes/SK/VI/1991 tanggal 24 Juni tentang Kelompok Kerja Tetap (Pokjatap)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal ini sejalan dengan pembangunan bidang
kesehatan yang masih dihadapi kendala permasalahan kesehatan karena penyakit potensial
wabah, dan kejadian bencana yang berdampak terhadap kesehatan.

Organisasi kesehatan sedunia (WHO) telah menetapkan program kesiapsiagaan dan


upaya penanggulangan bencana sesuai kebijakan Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Bakornas-PBP). Begitu pula dengan sektor
kesehatan yang dipandang perlu untuk meningkatkan kesiapsiagaan di bidang kesehatan dan
penanggulangan bencana. Pokjatap mempunyai tugas merumuskan langkah dan strategi, serta
melaksanakan koordinasi dan integrasi kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana secara
lintas program di lingkungan Departemen Kesehatan serta meningkatkan mekanisme kerja
lintas sektoral secara fungsional dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana atas
koordinasi Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Bakornas-
PBP). Namun dalam pelaksanaannya hal tersebut belum diatur dalam suatu surat keputusan.
Tahun 1995, Departemen Kesehatan menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
594/Menkes/SK/VI/1995 tanggal 7 Juni tentang Unit Fungsional Pusat Penanggulangan
Krisis Akibat Bencana (Crisis Center) namun tanpa membubarkan Kelompok Kerja Tetap.
Hal ini didasari bahwa untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana
Bidang Kesehatan, perlu dibentuk suatu unit fungsional di Lingkungan Departemen
Kesehatan untuk pelaksanaan pengendalian dan penanggulangan akibat bencana yang
dikoordinasikan melalui suatu pusat pengendalian operasi. Pusat Penanggulangan Krisis
Akibat Bencana mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengendalian akibat bencana
sejak fase kewaspadaan dini (early warning) hingga fase tanggap darurat (emergency
response) berakhir serta membentuk Pusat Pengendalian Operasi yang segera bekerja aktif
bila terjadi bencana. Pada tahun 1998 Departemen Kesehatan menerbitkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan No. 942/Menkes/SK/IX/1998 tanggal 2 September 1998 tentang
Pembentukan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (Crisis Center) di Lingkungan
Departemen Kesehatan. Hal ini didasari bahwa adanya perubahan di bidang ekonomi, sosial,
dan politik telah berpengaruh besar terhadap keadaan kesehatan dan pembangunan kesehatan
secara menyeluruh serta sebagai tindak lanjut hasil lokakarya reformasi kesehatan yang
memandang perlu melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap situasi tersebut.
Akibat dampak krisis ekonomi terhadap sektor kesehatan, dibutuhkan penanggulangan
secara cepat. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut maka dibentuk Pusat Informasi dan
Penanggulangan Krisis Kesehatan (PIPKK). PIPKK mempunyai tugas menyusun dan
membentuk indikator-indikator terpilih yang dipergunakan untuk pemantauan terjadinya
dampak akibat krisis ekonomi terhadap kesehatan, mengumpulkan, mengolah data dan
menganalisisnya, memantau dan mengevaluasi pelaksana kegiatan penanggulangan krisis
kesehatan akibat dampak krisis ekonomi, serta menyampaikan hasil analisis pemantauan dan
evaluasinya kepada Tim Pengarah. Namun dengan adanya ketiga unit fungsional tersebut
sering terjadi kebingungan dan adanya pekerjaan yang tumpang tindih terutama dalam
berkoordinasi dengan pihak diluar Departemen Kesehatan. Pada tahun 2000 Departemen
Kesehatan menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 130/Menkes/SK/I/2000
tanggal 26 Januari tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan RI dan disusul
Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 726/Menkes/SK/IV/2000 tanggal 24 April tentang
pembubaran ketiga unit fungsional dan melimpahkan tugasnya ke unit struktural Pusat
Penanggulangan Masalah Kesehatan (PPMK). Selanjutnya membentuk unit struktural yaitu
Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan sejalan dengan bergabungnya Departemen
Kesehatan, Kantor Menteri Negara Permasalahan Kemasyarakatan, dan Badan Koordinasi
Sosial Nasional (eks Departemen Sosial) menjadi Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial.
Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan mempunyai tugas menyusun rancangan
kebijakan umum, menyiapkan rumusan kebijakan pelaksanaan, dan merumuskan kebijakan
teknis, serta mengkoordinasikan pelaksanaan, bimbingan, dan pengendalian penanggulangan
krisis dan masalah kesehatan lain berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun fungsi dari Pusat Penanggulangan
Masalah Kesehatan adalah (1) penyusun rancangan kebijakan umum, penyiapan rumusan
kebijakan pelaksanaan, dan perumusan kebijakan teknis, serta koordinasi pelaksanaan
bimbingan dan pengendalian di bidang pemantauan krisis dan masalah kesehatan lain serta
mobilisasi sumber daya, (2) pengevaluasi pelaksanaan Kebijakan, peraturan, standar, dan
program di bidang pemantauan krisis dan masalah kesehatan lain serta mobilisasi
sumberdaya, (3) pengelola urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat Penanggulangan
Masalah Kesehatan.
Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan mempunyai susunan organisasi yang
terdiri dari Bagian Tata Usaha, Bidang Pemantauan Penanggulangan Masalah Kesehatan,
dan Bidang Mobilisasi Sumber Daya, dengan dr. Emil Agustiono, M.Kes, menjabat sebagai
Kepala Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan. Pada tahun 2001, diterbitkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial No. 446/Menkes-Kesos/SK/V/2001
tanggal 27 Nopember tentang pembentukan Direktorat Jenderal Penanggulangan Masalah
Sosial dan Kesehatan yang terdiri dari 2 (dua) Direktorat yaitu Direktorat Kesiapsiagaan
dan Mitigasi Kesehatan dan Sosial, serta Direktorat Bantuan Kesehatan dan Sosial Korban
Bencana.
Direktorat Bantuan Kesehatan dan Sosial Korban Bencana, yang mempunyai tugas
dan fungsi untuk penanggulangan masalah kesehatan dan sosial akibat bencana. Adapun
tugas Direktorat Kesiapsiagaan dan Mitigasi Kesehatan dan Sosial adalah melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan standarisasi, dan bimbingan teknis serta evaluasi
di bidang kesiapsiagaan dan mitigasi kesehatan dan sosial dan menyelenggarakan fungsi (1)
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengkajian dan alih teknologi,
kesiapsiagaan sumberdaya kesehatan, kesiapsiagaan sumberdaya sosial, mitigasi dan
publikasi, serta kerjasama, (2) penyiapan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan
prosedur di bidang pengkajian dan alih teknologi, kesiapsiagaan sumberdaya kesehatan,
kesiapsiagaan sumber daya sosial, mitigasi dan publikasi, serta kerjasama, (3) bimbingan
teknis di bidang pengkajian dan alih teknologi, kesiapsiagaan sumberdaya kesehatan,
kesiapsiagaan sumberdaya sosial, mitigasi dan publikasi, serta kerjasama, (4) evaluasi
pelaksaan kebijakan di bidang pengkajian dan alih teknologi, kesiapsiagaan sumberdaya
kesehatan, kesiapsiagaan sumberdaya sosial, mitigasi dan publikasi, serta kerjasama, dan (5)
pelaksaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Pada tahun 2001 Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial membentuk unit
fungsional Brigade Siaga Bencana (BSB) yang awalnya terdiri dari Tim Medis yang
kemudian dikembangkan menjadi Tim Teknis Medis, Tim Surveilans dan Tim Pekerja
Sosial, serta Tim Manajemen. Pada tahun 2001 Departemen Kesehatan menerbitkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1277/Menkes/SK/X/2001 tanggal 24 April tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan RI, dimana di dalamnya memuat tentang
pembentukan Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan (PPMK). Pada Struktur Organisasi
baru Departemen Kesehatan tersebut, PPMK merupakan unsur penunjang Departemen
Kesehatan yang bertanggung jawab kepada Sekretariat Jenderal. dr. Dotti Indrasanto, M.P.H.,
ditunjuk sebagai Kepala Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan yang mulai bertugas pada
bulan Januari 2001 sampai dengan Maret 2005, dan kemudian dilanjutkan oleh dr. Mulya A.
Hasjimy, Sp.B. M.Kes., pada bulan Maret 2005 sampai dengan Desember 2005.
PPMK mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan
penanggulangan masalah kesehatan berkenaan dengan bencana dan menyelenggarakan fungsi
(1) perumusan kebijakan teknis penanggulangan masalah kesehatan berkenaan dengan
bencana, (2) penyusunan program penanggulangan masalah kesehatan berkenaan dengan
bencana, (3) koordinasi pelaksanaan penanggulangan masalah kesehatan berkenaan dengan
bencana, (4) evaluasi dan penyusunan penanggulangan masalah kesehatan berkenaan dengan
bencana, (5) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga pusat. PPMK mempunyai
susunan organisasi yang terdiri dari Bagian Tata Usaha, Bidang Kesiapsiagaan dan Mitigasi,
Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan, serta kelompok Jabatan Fungsional.
Oleh karena semakin kompleksnya kejadian krisis kesehatan dan bencana pada tahun 2005
Departemen Kesehatan menerbitkan Peraturan Meteri Kesehatan RI No. 1575/SK/XI/2005
tanggal 16 Nopember tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan RI yang
didalamnya memuat pembentukan Pusat Penanggulangan Krisis dan Masalah Kesehatan lain.
Selanjutnya terjadi perubahan nomenklatur pada struktur organisasi Pusat Penanggulangan
Krisis dan Masalah Kesehatan lain yang kemudian ditetapkan menjadi Pusat Penanggulangan
Krisis (PPK) yang merupakan pelaksana tugas penanggulangan krisis kesehatan yang
berada langsung di bawah Menteri Kesehatan dan dipimpin oleh seorang kepala yang dalam
melaksanakan tugas sehari-hari bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal. Diangkat
sebagai Kepala Pusat Penanggulangan Krisis pada saat itu adalah dr. Rustam Syarifuddin
Pakaya, M.P.H.
PPK mempunyai tugas: melaksanakan perumusan kebijakan teknis penanggulangan
krisis dan masalah kesehatan lain berdasarkan Kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri dan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta menyelenggarakan fungsi (1)
penyusunan rancangan kebijakan umum penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain,
(2) penyiapan rumusan kebijakan pelaksanaan dan perumusan kebijakan teknis dalam
penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain, (3) koordinasi pelaksanaan bimbingan
dan pengendalian di bidang pemantauan penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain,
(4) mobilisasi sumber daya dalam penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain, (5)
mengumpulkan data, menganalisa dan menyajikan informasi yang berkaitan dengan
penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain, (6) evaluasi pelaksanaan kebijakan,
peraturan, standar, dan program yang berkaitan dengan penanggulangan krisis dan masalah
kesehatan lain, (7) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Sedangkan susunan
organisasi PPK terdiri dari Bagian Tata Usaha, Bidang Pencegahan, Mitigasi dan
Kesiapsiagaan, Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan, Bidang Pemantauan dan Informasi,
serta Kelompok Jabatan Fungsional.
Pada Tanggal 1 Februari 2010 Menteri Kesehatan RI dr. Endang Rahayu
Sedyaningsih, MPH, Dr. P.H. melantik Mudjiharto, S.K.M., M.M. sebagai Kepala Pusat
Penanggulangan Krisis melanjutkan kepemimpinan dr. Rustam Syarifuddin Pakaya, M.P.H.
Melalui Permenkes No. 1144 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata kerja Kementerian
Kesehatan Pusat Penanggulangan Krisis berubah menjadi Pusat Penaggulangan Krisis
Kesehatan (PPKK). Mudjiharto, S.K.M., M.M. kembali dilantik menjabat sebagai Kepala
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan pada tanggal 1 Maret 2010. dr. Sri Henni Setiawati,
M.H.A. menjadi Kepala Pusat Penanggulangan Krisis selanjutnya setelah dilantik oleh
Menteri Kesehatan RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. P.H.pada tanggal 27
Februari 2012 serta melakukan serah terima jabatan pada tanggal 5 Maret 2012.

II. Fungsi, Peran, Dan Hubungan Institusi dengan Institusi Lainnya

a. Fungsi dan tugas dari P2KK:


1. Menyusun program perencanaan kegiatan P2KK
2. Melaksanakan urusan ketatausahaan & kerumahtanggaan.
3. Melaksanakan bimtek di bidang penanggulangan krisis kesehatan
4. Melaksanakan pelayanan ambulans & ambulans terpadu
5. Melaksanakan kerjasama dalam penggunaan ambulans antar instansi /lembaga
6. Melaksanakan pemenuhan respons cepat terhadap laporan masyarakat ke pusat
pemanggilan (call center) & memobilisasi ambulan ke sasaran korban.
7. Melaksanakan pemantauan tingkat darurat & penilaian kebutuhan kesehatan
secara cepat melalui analisa data & surveilans ketika pra, saat, & pasca bencana.
8. Melaksanakan sistem informasi & komunikasi penanggulangn krisis kesehatan.
9. Melaksanakan peningkatan kapasitas & kualitas sumber daya kesehatan dalam
penanganan krisis kesehatan di daerah bencana
10. Melaksanakan distribusi & mobilisasi sumber daya kesehatan dalam penanganan
krisis kesehatan di daerah bencana.
11. Melaksanakan monitoring, evaluasi & pelaporan
b. Hubungan P2KK dengan institusi lainnya
P2KK bersama BNPB merupakan penerima laporan adanya krisis kesehatan atau
bencana dari Dinas Kesehatan Provinsi atau Kabupaten untuk membentuk tim
penilaian kebutuhan cepat terhadap kegawatdaruratan suatu kejadian krisis kesehatan
atau bencana. Dalam hal ini P2KK melakukan hal berikut:
 mengonfirmasi hasil penilaian kebutuhan cepat kejadian Krisis Kesehatan ke dinas
kesehatan provinsi; dan
 menindaklanjuti secara berjenjang permintaan kebutuhan berdasarkan hasil
penilaian kebutuhan cepat kejadian Krisis Kesehatan.

III. Cara Kerja

IV. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Pusat Pengendalian Krisis Kesehatan Kementrian Kesehatan RI


V. Kesimpulan Dan Saran
DAFTAR PUSTAKA

www.penanggulangankrisis.depkes.go.id

www.hukor.depkes.go.id
LAMPIRAN KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai