Diagnosis
- Anamnesis
o Ada riwayat trauma di daerah pinggang, punggung dengan disertai nyeri
o Ada hematuria
o Ada fraktur costa VIII – XII atau fraktur prosessis spinosus vertebra
o Trauma tembus abdomen sampai pinggang
o Cedera deselerasi akibat Jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu lintas
o Multiple trauma
- Gambaran Klinis
o Trauma derajat ringan: nyeri di daerah pinggang, ekimosis, hematuria
makroskopik atau mikroskopik
o Trauma major atau rupture pedikel: syok berat, hematoma di daerah pinggang
- Pemeriksaan Penunjng
o IVU: melihat kerusakan ginjal dan keadaan ginjal kontralateral. Belum dapat
menerangkan keadaan ginjal, tidak dapat melihat kontusio renis.
o USG: menemukan adanya kontusio parenkim ginjal atau hematoma
subkapsuler, melihat robekan kapsul ginjal
o CT Scan: dapat menunjukkan adanya robekan jaringan ginjal, ekstravasasi
konras yang luas dan adanya nekrosis jaringan ginjal sert dapat mendeteksi
adanya trauma pada organ lain.
Trauma Ureter
Derajat Trauma Ureter
- Grade I : hematoma tanpa devaskularisasi
- Grade II : Laserasi terpotong < 50%
- Grade III : Laserasi terpotong > 50%
- Grade IV : Laserasi terpotong komplit dan devaskularisasi 2 cm
- Grade V : Avulsi hilus renalis dan devaskularisasi ren atau > 2 cm
Diagnosis
- Anamnesis
o Hematuria pasca trauma
o Saat operasi: lapangan operasi banyak cairan, hematuria, anuria/oliguria
o Iatrogenic: anuria/oliguria cedera bilateral, nyeri pinggang, luka operasi
basah, hematuria persisten, demam, ileus, urinoma, fistula ureterokutan
- Pemeriksaan Penunjang
o Analisa dan kultur urin, kreatinin serum
o IVP: dapat mengtehui fungsi ginjal, ekstravasasi, lokasi dan luas cedera.
Sangat akurat untuk cedera iatrogenic. Sulit dilakukan, keterbatasan waktu,
syok
o RPG dan APG: terbaik setelah IVP, akurat untuk lokasi ekstravasasi. Lama,
tidak praktis, kurang berperan untuk trauma akut. Berguna saat terjadi
keterlambatan diagnosis dan komplikasi (urinoma)
Trauma Bladder
Diagnosis
- Rasa sakit perut bagian bawah atau supra sympisis post cedera
- Miksi bercampur darah, mungkin pasien tidak dapat miksi
- Mungkin didapatkan tanda fraktur pelvis, syok, hemaoma perivesika atau ada tanda
sepsis dari suatu peritonitis atau abses perivesika
Pemeriksaan Penunjang
- Foto: pada foto terlihat fraktur pelvis menyebabkan shock, hematoma perivesica.
Tanda adanya robekan ekstraperitoneal. Pada perforasi yang kecil sering kali tidak
tampak adanya ekstravasasi terutama jika kontras dimasukkan kurang dari 250 ml.
- Sistografi: nampak kebocoran berupa ekstravasasi kontras dalam rongga perivesica
- Uji pembilasasn buli-buli: memasukkancairan garam fisiologis steril ke dalam buli
sebanyak 300 ml, kemudian cairan itu dikeluarkan lagi. Jika cairan tidak keluar atau
keluar tapi kurang dari volume yang dimasukkan, kemungkinan besar adanya robekan
pada buli. Cara ini sekarang tidak dianjurkan karena daapat menimbulkan infeksi atau
menyebabkan robekan yang lebih luas.
Trauma Urethra
Diagnosis:
- Trias klasik diagnostic trauma uretra:
o Darah pada meatus uretra hasil spasme otot bulbospongiosus
o Fraktur pelvis
o Tidak dapat berkemih (buli distensi)
- Gross hematuria, hematoma pada skrotum, perineal atau penis, kesulitan pemasangan
kateter, non palpable prostate
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan uretrografi retrogad: posisi oblik memberikan visualisasi keseluruhan
uretra dan mencegah tulang pelvis menutupi eksrtavasasi, posisi oblik dapat
berkurang akibat rasa tidak nyaman yang berhubungan fraktur pelvis.
- Uretroskopi fleksibel: untuk diagnosis dan pemasangan kateter. Mc Aninch dilakukan
pada kasus trauma uretra wanita
- CT Scan: imaging saluran kemih bagian atas dan buli. Ali: gambaran elevasi apeks
prostat dan ekstravasasi kontras di atas atau di bawah diafragma urogenital
- MRI: imaging pelvis post trauma sebelum rekonstruksi
- USG: menentukan tempat hematom pelvis dan buli untuk pemasangan sistostomi.