Definisi Fraktur humerus adalah hilangnya kontinuitas tulang ,
tulang rawan sendi, tulang rawan epifisial baik yang bersifat total maupun parsial pada tulang humerus. Anatomi Anato mic neck
Humerus (arm bone) merupakan
tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal bersendi pada siku lengan dengan dua tulang, ulna dan radius. Ujung proksimal humerus memiliki bentuk kepala bulat (caput humeri) yang bersendi dengan kavitas glenoidalis dari scapula untuk membentuk articulatio gleno-humeri. Pada bagian distal dari caput humeri terdapat collum anatomicum yang terlihat sebagai sebuah lekukan oblik. Corpus humeri merupakan bagian humerus yang berbentuk seperti silinder pada ujung proksimalnya, tetapi berubah secara perlahan menjadi berbentuk segitiga hingga akhirnya menipis dan melebar pada ujung distalnya. Etiologi 1. Langsung Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan. 2. Tidak langsung Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Tekanan pada tulang dapat berupa2: 1) Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat oblik atau spiral 2) Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal 3) Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi 4) Kompresi vertikal yang dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecah 5) Trauma oleh karena remuk 6) Trauma karena tarikan pada ligament atau tendon akan menarik sebagian tulang Klasifikasi Fraktur humerus dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Fraktur Proximal Humerus 2. Fraktur Shaft Humerus 3. Fraktur Distal Humerus Manifestasi Klinik Gejala klinis dari fraktur ini antara lain pada daerah siku dapat terlihat bengkak, kemerahan, nyeri, kaku sendi dan biasanya pasien akan mengeluhkan siku lengannya seperti akan lepas. Kemudian dari perabaan (palpasi) terdapat nyeri tekan, krepitasi, dan neurovaskuler dalam batas normal. Pemeriksaan Fisik Dibagi menjadi dua yaitu (1) pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan gambaran umum dan (2) pemeriksaan setempat (status lokalis). 1. Gambaran umum: a. Keadaan Umum (K.U): baik/buruk, yang dicatat adalah tanda-tanda vital yaitu: - Kesadaran penderita; apatis, sopor, koma, gelisah - Kesakitan - Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu b. Kemudian secara sistematik diperiksa dari kepala, leher, dada (toraks), perut (abdomen: hepar, lien) kelenjar getah bening, serta kelamin c. Ekstremitas atas dan bawah serta punggung (tulang belakang) 2. Pemeriksaan lokal: a. Look (inspeksi) - Bandingkan dengan bagian yang sehat - Perhatikan posisi anggota gerak - Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka - Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam samapai beberapa hari - Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan b. Feel (palpasi) Pada waktu mau meraba, terlebih dulu posisi penderita diperbaiki agar dimulai dari posisi netral/posisi anatomi. Hal-hal yang perlu diperhatikan: - Temperatur setempat yang meningkat - Nyeri tekan, nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang - Krepitasi - Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena. c. Move (pergerakan terutama mengenai lingkup gerak) Apabila terdapat fraktur tentunya akan terdapat gerakan abnormal di daerah fraktur (kecuali pada incomplete fracture). Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak. Kekakuan sendi disebut ankilosis dan hal ini dapat disebabkan oleh faktor intra artikuler atau ekstra artickuler. Selain diperiksa pada posisi duduk dan berbaring juga perlu dilihat waktu berdiri dan jalan. Jalan perlu dinilai untuk mengetahui apakah pincang disebabkan karena instability, nyeri, discrepancy, fixed deformity.
Pemeriksaan 1. Pemeriksaan radiologis
Penunjang 2. Pemeriksaan laboratorium Penatalaksanaan 1. Bila terjadi trauma, dilakukan primary survey terlebih dahulu. 2. Sebelum penderita diangkut, pasang bidai untuk mengurangi nyeri, mencegah (bertambahnya) kerusakan jaringan lunak dan makin buruknya kedudukan fraktur. Bila tidak terdapat bahan untuk bidai, maka bila lesi di anggota gerak bagian atas untuk sementara anggota yang sakit dibebatkan ke badan penderita 3. Pilihan terapi adalah terapi konservatif atau operatif. Pilihan harus mengingat tujuan pengobatan fraktur yaitu mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin. Komplikasi 1. Kekakuan sendi bahu (ankilosis 2. Sindroma kompartemen 3. Mal union cubiti varus (carrying angle berubah)