Anda di halaman 1dari 4

FRAKTUR HUMERUS

A.Feby Eka Putri


N 111 16 052

Definisi Fraktur humerus adalah hilangnya kontinuitas tulang ,


tulang rawan sendi, tulang rawan epifisial baik yang
bersifat total maupun parsial pada tulang humerus.
Anatomi
Anato
mic
neck

Humerus (arm bone) merupakan


tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior.
Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan
skapula dan pada bagian distal bersendi pada siku
lengan dengan dua tulang, ulna dan radius. Ujung
proksimal humerus memiliki bentuk kepala bulat (caput
humeri) yang bersendi dengan kavitas glenoidalis dari
scapula untuk membentuk articulatio gleno-humeri.
Pada bagian distal dari caput humeri terdapat collum
anatomicum yang terlihat sebagai sebuah lekukan oblik.
Corpus humeri merupakan bagian humerus yang
berbentuk seperti silinder pada ujung proksimalnya,
tetapi berubah secara perlahan menjadi berbentuk
segitiga hingga akhirnya menipis dan melebar pada
ujung distalnya.
Etiologi 1. Langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan
langsung pada tulang dan terjadi fraktur
pada daerah tekanan. Fraktur yang
terjadi biasanya bersifat kominutif dan
jaringan lunak ikut mengalami
kerusakan.
2. Tidak langsung
Trauma tidak langsung terjadi apabila
trauma dihantarkan ke daerah yang
lebih jauh dari daerah fraktur.
Tekanan pada tulang dapat berupa2:
1) Tekanan berputar yang
menyebabkan fraktur bersifat oblik
atau spiral
2) Tekanan membengkok yang
menyebabkan fraktur transversal
3) Tekanan sepanjang aksis tulang
yang dapat menyebabkan fraktur
impaksi, dislokasi, atau fraktur
dislokasi
4) Kompresi vertikal yang dapat
menyebabkan fraktur kominutif
atau memecah
5) Trauma oleh karena remuk
6) Trauma karena tarikan pada
ligament atau tendon akan menarik
sebagian tulang
Klasifikasi Fraktur humerus dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Fraktur Proximal Humerus
2. Fraktur Shaft Humerus
3. Fraktur Distal Humerus
Manifestasi Klinik Gejala klinis dari fraktur ini antara lain pada daerah
siku dapat terlihat bengkak, kemerahan, nyeri, kaku
sendi dan biasanya pasien akan mengeluhkan siku
lengannya seperti akan lepas. Kemudian dari perabaan
(palpasi) terdapat nyeri tekan, krepitasi, dan
neurovaskuler dalam batas normal.
Pemeriksaan Fisik Dibagi menjadi dua yaitu (1) pemeriksaan
umum (status generalisata) untuk
mendapatkan gambaran umum dan (2)
pemeriksaan setempat (status lokalis).
1. Gambaran
umum:
a. Keadaan Umum (K.U): baik/buruk,
yang dicatat adalah tanda-tanda vital
yaitu:
- Kesadaran penderita; apatis,
sopor, koma, gelisah
- Kesakitan
- Tanda vital seperti tekanan
darah, nadi, pernapasan, dan
suhu
b. Kemudian secara sistematik
diperiksa dari kepala, leher, dada
(toraks), perut (abdomen: hepar,
lien) kelenjar getah bening, serta
kelamin
c. Ekstremitas atas dan bawah serta
punggung (tulang belakang)
2. Pemeriksaan
lokal:
a. Look (inspeksi)
- Bandingkan dengan bagian yang
sehat
- Perhatikan posisi anggota gerak
- Apakah terdapat luka pada kulit
dan jaringan lunak untuk
membedakan fraktur tertutup
atau terbuka
- Ekstravasasi darah subkutan
dalam beberapa jam samapai
beberapa hari
- Perhatikan adanya deformitas
berupa angulasi, rotasi dan
kependekan
b. Feel (palpasi)
Pada waktu mau meraba, terlebih
dulu posisi penderita diperbaiki agar
dimulai dari posisi netral/posisi
anatomi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Temperatur setempat yang
meningkat
- Nyeri tekan, nyeri tekan yang
bersifat superfisial biasanya
disebabkan oleh kerusakan
jaringan lunak yang dalam
akibat fraktur pada tulang
- Krepitasi
- Pemeriksaan vaskuler pada
daerah distal trauma berupa
palpasi arteri radialis, arteri
dorsalis pedis, arteri tibialis
posterior sesuai dengan anggota
gerak yang terkena.
c. Move (pergerakan terutama mengenai
lingkup gerak)
Apabila terdapat fraktur tentunya
akan terdapat gerakan abnormal di
daerah fraktur (kecuali pada
incomplete fracture). Pencatatan ini
penting untuk mengetahui apakah
ada gangguan gerak. Kekakuan
sendi disebut ankilosis dan hal ini
dapat disebabkan oleh faktor intra
artikuler atau ekstra artickuler.
Selain diperiksa pada posisi
duduk dan berbaring juga perlu
dilihat waktu berdiri dan jalan. Jalan
perlu dinilai untuk mengetahui
apakah pincang disebabkan karena
instability, nyeri, discrepancy, fixed
deformity.

Pemeriksaan 1. Pemeriksaan radiologis


Penunjang 2. Pemeriksaan laboratorium
Penatalaksanaan 1. Bila terjadi trauma,
dilakukan primary survey terlebih
dahulu.
2. Sebelum penderita diangkut,
pasang bidai untuk mengurangi nyeri,
mencegah (bertambahnya) kerusakan
jaringan lunak dan makin buruknya
kedudukan fraktur. Bila tidak terdapat
bahan untuk bidai, maka bila lesi di
anggota gerak bagian atas untuk
sementara anggota yang sakit dibebatkan
ke badan penderita
3. Pilihan terapi adalah terapi
konservatif atau operatif. Pilihan harus
mengingat tujuan pengobatan fraktur
yaitu mengembalikan fungsi tulang yang
patah dalam jangka waktu sesingkat
mungkin.
Komplikasi 1. Kekakuan sendi bahu (ankilosis
2. Sindroma kompartemen
3. Mal union cubiti varus (carrying angle
berubah)

Anda mungkin juga menyukai