Anda di halaman 1dari 2

Patogenesis Infeksi Virus Dengue

Patogenesis infeksi virus dengue berhubungan dengan 1) Faktor virus yaitu


serotipe, jumlah, virulensi. 2) Faktor pejamu, genetik, usia, status gizi, penyakit
komorbid dan interaksi antara virus dengan pejamu. 3) Faktor lingkungan, musim,
curah hujan, suhu udara, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, dan kesehatan
lingkungan.
Peran sistem imun dalam infeksi virus dengue adalah sebagai berikut, 1)
infeksi pertama kali (primer) menimbulkan kekebalan seumur hidup untuk serotipe
penyebab. 2) infeksi sekunder dengan serotipe virus yang berbeda (sekunder) pada
umumnya memberikan manifestasi klinis yang lebih berat dibandingkan dengan
infeksi primer dalam jarak waktu 6 bulan sampai 5 tahun dari infeksi primer. 3) bayi
yang lahir dari ibu yang memiliki antibodi dapat menunjukkan manifestasi klinis berat
walaupun pada infeksi primer. 4) perembesan plasma sebagai tanda karakteristik
untuk DBD terjadi pada saat jumlah virus dalam darah menurun. 5) perembesan
plasma terjadi dalam waktu singkat (24-48jam) dan pada pemeriksaan patologi tidak
ditemukan ke rusakan dari sel endotel pembuluh darah.

II.5.1 Imunopatogenesis
Sel imun yang paling penting dalam berinteraksi dengan virus dengue yaitu sel
dendrit, monosit/makrofag, sel endotel dan trombosit. Akibat interaksi tersebut akan
dikeluarkan mediator antara lain sitokin, peningkatan aktivasi sistem komplemen,
serta terjadi aktivasi limfosit T. Apabila aktivasi sel imun tersebut berlebihan akan
diproduksi sitokin, kemokin dan mediator inflamasi dalam jumlah banyak yang
akhirnya menimbulkan tanda dan gejala infeksi virus dengue.
Antibodi pada infeksi dengue terdiri dari igG berfungsi menghambat
peningkatan replikasi virus dalam monosit yaitu enhancing antibody dan neutralizing
antibody. Saat ini dikenal 2 antibodi yaitu 1)kelompok monoklonal yang tidak
mempunyai sifat menetralisasi tetapi memacu replikasi virus. 2)antibodi yang dapat
menetralisasi secara spesifik tanpa daya replikasi virus. Perbedaan ini berdasarkan
adanya virion determinant spesificity. Antibody non neutralisasi yang dibentuk pada
infeksi primer akan menyebabkan terbentuknya kompleks imun pada infeksi sekunder
dengan akibat memacu replikasi virus. Dimana virus bermultiplikasi didalam sel dan
selanjutnya keluar dari sel, sehingga terjadi viremia. Hal ini mendasari pendapat
bahwa infeksi sekunder virus dengue oleh serotipe dengue yang berbeda cenderung
manifestasi berat. Reaksi imunologis berlangsung sebagai berikut:
 Sel fagosit mononuklear yaitu monosit, makrofag, histiosit dan sel kuffer
merupakan tempat utama terjadinya infeksi virus dengue primer
 Non neutralizing antibody sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus
dengue pada permukaan sel fagosit mononuklear. Mekanisme pertama ini disebut
mekanisme aferen.
 Virus dengue kemudian akan berreplikasi dalam sel fagosit mononuklear yang
telah terinfeksi.
 Selanjutnya sel monosit yang mengandung kompleks imun akan menyebar ke
usus, hati, limpa, dan sumsum tulang. Mekanisme ini disebut efferen. Parameter
perbedaan terjadinya DBD dengan dan tanpa renjatan ialah jumlah sel yang
terkena infeksi. Ditandai dengan peningkatana jenis dan jumlah sitokin yang
sering disebut sebagai badai sitokin (Cytokine Tsunami). Sitokin yang perannya
paling banyak TNFa, IL-1B, IL-6, IL-8 dan IFN y. Serta mediator lain
menimbulkan derajat penyakit berat yaitu kemokin CXCL-9,CXCL-10 dan
CXCL-11 yang dipicu oleh IFN y.
 Sel monosit yang telah teraktivasi akan mengadakan interaksi dengan sistem
humoral dan sistem komplemen dengan akibat dilepaskannya mediator yang
mempengaruhi permeabilitas kapiler dan mengaktivasi sistem koagulasi.
Mekanisme ini disebut meknisme efektor.

Anda mungkin juga menyukai