Anda di halaman 1dari 3

HARMONI SOSIAL

Pengantar

Keberagaman merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat di masa lalu,
masa kini, dan masa mendatang. Keberagaman secara sederhana dapat dipahami sebagai
pengakuan bahwa sebuah masyarakat adalah beragam dan majemuk. Keberagaman bisa
mendatangkan manfaat yang besar, namun bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan
masyarakat yang bersangkutan jika tidak dikelola dengan baik. Untuk tetap menjaga keharmonisan
hubungan dalam masyarakat yang beragam tersebut diperlukan upaya penanaman kesadaran sikap
toleransi, prinsip kesetaraan, dan memandang perbedaan sebagai anugerah Tuhan. Oleh karena itu,
kesadaran berkebudayaan yang beragam perlu selalu ditanamkan. Kesadaran berkebudayaan
dengan segala keragaman dan perbedaannya akan dapat mengeliminasi semua potensi konflik
dalam masyarakat yang mengarah pada perpecahan.

Keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat

Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat di mana terdapat perbedaan-


perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa, ras agama, ideologim dan budaya.
Keberagaman dalam masyarakat adalah sebuah keadaan yang menunjukkan perbedaan yang cukup
banyak macam atau jenisnya dalam masyarakat.

Furnival berpendapat bahwa masyarakat beragam adalah suatu masyarakat yang terdiri
atas dua atau lebih komunitas atau kelompok-kelompok yang secara kultural dan ekonomi terpisah-
pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda-beda satu sama lain. Sedangkan Nasikun
menyatakan bahwa keberagaman masyarakat (masyarakat majemuk) merupakan suatu masyarakat
yang menganut sistem nilai yang berbeda di antara berbagai kesatuan sosial yang menjadi
anggotanya sehingga para anggota masyarakat tersebut kurang memiliki loyalitas terhadap
masyarakat sebagai keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan atau bahkan kurang
memiliki dasar-dasar untuk memahami satu sama lain.

Masyarakat Indonesia sangat beragam. Beberapa faktor yang mendorong keberagaman


masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:

Keadaan geografis Indonesia yang terpisah-pisah oleh lautan mengakibatkan penduduk yang
tersebar di pulau-pulau di Indonesia tumbuh menjadi kesatuan-kesatuan suku bangsa yang terisolasi
dengan yang lain. Mereka kemudian mengembangkan pola perilaku, bahasa, dan ikatan-ikatan
kebudayaan lainnya yang berbeda satu sama lain.

Indonesia yang terletak pada posisi silang antara dua samudera dan dua benua merupakan daya
tarik tersendiri bagi bangsa-bangsa asing untuk datang, singgah, dan menetap di Indonesia, ada yang
datang untuk berdagang, menyebarkan agama, dan sebagainya. Banyak bangsa asing yang
berinteraksi dengan penduduk lokal. Dari interaksi ini terjadi amalgamasi dan asimilasi kebudayaan.
Akibatnya terbentuklah ras, subras, agama, dan kepercayaan yang berbeda-beda di Indonesia.

Iklim yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain di kawasan Indonesia
menimbulkan kondisi alam yang berbeda. Kondisi ini akhirnya membentuk pola-pola perilaku dan
sistem mata pencaharian yang berbeda-beda. Akibatnya terjadi keragaman regional antara daerah-
daerah di Indonesia

Pembangunan di berbagai sektor menyebabkan keragaman masyarakat Indonesia, khususnya secara


vertikal. Kemajuan dan industrialisasi yang terjadi menghasilkan kelas-kelas sosial yang didasarkan
pada aspek ekonomi.

Yang menjadi sebuah pertanyaan besar adalah dampak dari keberagaman budaya bagi
integrasi bangsa. Di dalam potensi keberagaman budaya tersebut sebenarnya terkandung potensi
disintegrasi, konflik, dan separatisme sebagai dampak dari negara kesatuan yang bersifat multietnik
dan struktur masyarakat Indonesia yang majemuk dan plural. Menurut David Lockwood konsensus
dan konflik merupakan dua sisi mata uang karena konsensus dan konflik adalah dua gejala yang
melekat secara bersama-sama di dalam masyarakat.

Karena struktur sosial budayanya yang sangat kompleks, Indonesia selalu berpotensi
menghadapi permasalahan konflik antaretnik, kesenjangan sosial, dan sulitnya terjadi integrasi
nasional secara permanen. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan budaya yang mengakibatkan
perbedaan dalam cara pandang terhadap kehidupan politik, sosial, dan ekonomi masyarakat. Pola
kemajemukan masyarakat Indonesia dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, diferensiasi yang
disebabkan oleh perbedaan adat istiadat (custom differentiation) karena adanya perbedaan etnik,
budaya, agama, dan bahasa. Kedua, diferensiasi yang disebabkan oleh perbedaan struktural
(structural differentiation) yang disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan untuk mengakses
potensi ekonomi dan politik antaretnik yang menyebabkan kesenjangan sosial antaretnik. Sebagai
masyarakat majemuk, Indonesia memiliki dua kecenderungan atau dampak akibat keberagaman
budaya tersebut, antara lain sebagai berikut.

Berkembangnya perilaku konflik di antara berbagai kelompok etnik.

Pemaksaan oleh kelompok kuat sebagai kekuatan utama yang mengintegrasikan masyarakat.

Namun, kemajemukan masyarakat tidak selalu menunjukkan sisi negatif saja. Pada satu sisi
kemajemukan budaya masyarakat menyimpan kekayaaan budaya dan khazanah tentang kehidupan
bersama yang harmonis apabila integrasi masyarakat berjalan dengan baik. Pada sisi lain,
kemajemukan selalu menyimpan dan menyebabkan terjadinya potensi konflik antaretnik yang
bersifat laten (tidak disadari) maupun manifes (nyata) yang disebabkan oleh adanya sikap
etnosentrisme, primordialisme, dan kesenjangan sosial.

Masyarakat multikultural dan multikulturalisme. Masyarakat muktikultural adalah masyarakat yang


terdiri atas beragam kelompok sosial dengan sistem norma dan kebudayaan yang berbeda-beda.
Mereka hidup bersama dalam suatu wilayah lokal dan nasional. Bahkan mereka juga berhubungan
dengan masyarakat internasional, baik secara langsung maupun tidak langsung. Multikulturalisme
tidak hanya bermakna keanekaragaman (kemajemukan), tetapi juga bermakna kesederajatan
antarperbedaan yang ada. Maksudnya dalam multikulturalisme terkandung pengertian bahwa tidak
ada sistem norma dan budaya yang lebih tinggi daripada budaya lain. Kesederajatan perbedaan
merupakan jantung dari multikulturalisme. Dengan demikian, secara konsep, masyarakat
multikultural tidak sama dengan masyarakat majemuk. Masyarakat majemuk lebih menitikberatkan
pada keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaannya. Sementara itu, masyarakat multikultural
merujuk pada kesetaraan atau kesederajatan kebidayaan yang ada dalam sebuah masyarakat. Di
dalam masyarakat multikultural, perbedaan kelompok sosial, kebudayaan, dan suku bangsa
dijunjung tinggi. Namun hal itu tidak berarti bahwa ada kesenjangan atau perbedaan hak dan
kewajiban di antara kelompok sosial, kebudayaan, dan suku bangsa yang berbeda tersebut.
Masyarakt multikultural tidak mengenal perbedaan hak dan kewajiban antara kelompok minoritas
maupun mayoritas, baik secara hukum maupun sosial. Multikulturalisme menuntut masyarakat
untuk hidup penuh toleransi, saling pengertian antarbudaya dan antarbangsa dalam membina suatu
dunia baru.

Prinsip kesetaraan dalam kehidupan masyarakat yang beragam

Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat
atau kedudukan yang sama. Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas
yang disandang. Kesetaraan merupakan sesuatu yang inheren yang dimiliki manusia sejak lahir.
Dengan identitas pluralis dan multikulturalis, bangunan interaksi dan relasi antarmanusia Indonesia
akan bersifat setara. Paham kesetaraan akan menandai cara berpikir dan berperilaku bangsa
Indonesia, apabila setiap orang Indonesia berdiri di atas realitas bangsanya yang plural dan
multikultural itu. Identitas kesetaraan ini tidak akan muncul dan berkembang dalam susunan
masyarakat yang didirikan di atas paham dominasi dan kekuasaan satu kelompok terhadap
kelompok lain.

Anda mungkin juga menyukai