BAB I
PENDAHULUAN
yang harus dimiliki oleh setiap siswa agar mampu mengedukasi keempat aspek
kebahasaan. Tidak hanya dalam pembelajaran bahasa indonesia saja, tetapi juga
Kaidah kebahasaan berasal dari kata kaidah dan bahasa. Kaidah dalam
bahasa arab adalah qoidah yang berarti patokan, pedoman atau titik tolak.
yang berlaku bersesuaian dengan sebagian besar bagiannya. Dalam kamus besar
bahasa indonesia (KBBI) kaidah didefinisikan sebagai rumusan asas, patokan, atau
hukum yang sudah pasti. Sedangkan bahasa merupakan bunyi dihasilkan oleh alat
ucap berupa bentuk dan makna, sistem tanda atau sistem lambang, sebagai alat
mengindenfikasi diri dalam makna yang berkaitan dengan penggunaan bahasa yang
terdapat dalam kata yang diucapkan. Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang
bermakna dan berartikulasi yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai
dan pikiran Wibowo (2001:3). Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan
2
oleh alat ucap manusia secara sadar Santoso (1990:1). Sedangkan Chaer (2004:1)
menyatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat
dan mengindentifikasi diri. Pendapat yang hampir serupa juga dikemukakan oleh
Sibarani (2004: 37) yang menyatakan bahwa bahasa adalah tanda atau lambang,
sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh kelompok manusia atau masyarakat.
Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasan manusia secara teratur,
bahasa menurut Hasan Alwi (2002: 88) bahasa berarti sistem lambang bunyi yang
arbitrer, yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas mengenai kaidah dan bahasa
aturan yang dibuat oleh suatu badan tertentu dalam suatu wilayah yang bersifat
integral. Sebagai pedoman atau landasan untuk mengatur bahasa itu sendiri dalam
Kajian mengenai kaidah bahasa dalam bahasa indonesia tentunya sangat luas,
karena mencakup seluruh tataran linguistik, yaitu meliputi: (1) fonologi, (2)
morfologi, (3) sintaksis, dan (4) semantik. Oleh sebab itu, untuk mengarahnya
penelitian ini, sesuai dengan judul yang diajukan penulis yaitu: Peningkatan
maka penulis membatasi penelitian ini pada tataran sintaksis, meliputi; pronomina,
Memahami Kaidah Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Nelson Mandela: Sang
Kembang Tanjong.
dalam teks cerita ulang Nelson Mandela: Sang Pemaaf Peruntuh Apartheid
yang akan berfungsi sebagai tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan
terpenting yang harus dimiliki oleh setiap siswa kelas xi SMAN 1 Kembang
Tanjong.
yang sangat efektif dan efisien. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan
1.4.2 Hipotesis
hipotesis adalah perumusan dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pronomina
2.1.1 Pengertian Pronomina
Secara umum, pronomina atau kata ganti adalah kata yang dipakai untuk
mengganti nomina /benda atau sesuatu yang dibendakan. Pronomina adalah kata
yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain (Alwi, dkk., 2003: 249). Sedangkan
merupakan kata benda yang menyatakan orang, sering kali diganti kedudukannya
dalam pertuturan dengan sejenis kata yang lazim disebut kata ganti (Chaer, 1998:
91). Keluar dari pendapat para ahli, Depdikbud juga memberikan definisi yang
hampir serupa dengan beberapa para ahli di atas, yaitu; Pronomina adalah kata yang
dipakai untuk mengganti orang atau benda, (Depdikbud, 2005: 899). Di samping
itu, kamus besar bahasa indonesia (KBBI) juga mendefinisikan bahwa pronomina
pronomina adalah kata ganti yang menggantikan nomina atau kata benda atau
sesuatu yang dibendakan dalam menulis sebuah teks. Hal tersebut bertujuan untuk
sebuah teks.
6
Pronomina persona adalah pronomina yang dapat dipakai unuk mengacu pada
orang (Alwi, dkk., 2003: 249). Pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri
(pronomina persona pertama), mengacu pada orang yang diajak bicara (pronomina
persona kedua), atau mengacu pada orang yang dibicarakan (pronomina persona
ketiga).
persona pertama tunggal dan jamak. Pronomima Persona pertama tunggal bahasa
Indonesia adalah saya, aku, dan daku (Alwi, dkk., 2003: 251). Ketiga bentuk itu
adalah bentuk baku, tetapi mempunyai tempat pemakaian yang agak berbeda. Saya
adalah bentuk yang formal dan umumnya dipakai dalam tulisan atau ujaran yang
resmi. Tulisan formal pada buku nonfiksi dan ujaran seperti pidato, sambutan, dan
ceramah. Persona pertama aku lebih banyak dipakai dalam pembicaraan batin dan
dalam situasi yang tidak formal dan yang lebih banyak menunjukkan keakraban
antara pembicara/penulis dan pendengar/pembaca. Oleh karena itu, bentuk ini sering
pertama daku umumnya dipakai dalam karya sastra. Untuk lebih jelas, perhatikan
tabel berikut.
7
Tabel:
Pronomina persona pertama Pronomina persona pertama
tunggal jamak
Saya Kami
Aku Kita
Daku
Pronomina persona kedua juga terdiri dari bentuk tunggal dan jamak. Persona
kedua bentuk tunggal mempunyai beberapa wujud, yaitu engkau, kamu, anda, dikau,
kau-, dan mu (Alwi, dkk., 2003: 253) . Sedangkan persona kedua bentuk jamak
Tabel:
Pronomina persona kedua
Pronomina persona kedua tunggal
jamak
Engkau
Kamu
Anda
kalian
Dikau
kau-
-mu
8
persona ketiga juga mempunyai bentuk tunggal dan jamak. Pronomina persona
ketiga tunggal terdiri dari beberapa bentuk yaitu ia, dia, -nya dan beliau (Alwi,
dkk., 2003: 255). Sedangkan pronomina persona ketiga bentuk jamak hanya terdiri
Tabel:
Pronomina persona ketiga tunggal Pronomina persona ketiga jamak
Ia
Dia
Mereka
-nya
Beliau
Pronomina penunjuk umum dalam bahasa indonesia ialah kata ini dan itu
(Alwi,2003:260). Kata ini mengacu pada acuan yang dekat pembicara/penulis, pada
masa yang akan datang, atau pada informasi yang akan disampaikan. Kata itu
digunakan untuk acuan yang agak jauh dari pembicara/penulis, pada masa lampau,
atau pada informasi yang sudah disampaikan. sebagai pronomina, ini dan itu
9
banyak penegasan.
Pronomina penunjuk tempat dalam bahasa Indonesia ialah sini, situ dan sana
dekat (sini), agak jauh (situ), dan jauh (sana). Karena menunjuk lokasi, pronomina
ini sering digunakan dengan preposisi pengacu arah, di/ke/dari, sehingga terdapat
Pronomina penunjuk ihwal dalam bahasa Indonesia adalah kata begini dan
Jika dekat (begini) dan jauh (begitu). Dalam hal ini jauh dekatnya bersifat psikologis.
pertanyaan (Alwi, dkk., 2003: 265). Pronomina penanya juga terbagi dua, yaitu;
pertama, dilihat dari segi maknanya, yang ditanyakan itu dapat mengenai orang,
barang, atau pilihan. Pronomina siapa dipakai jika yang ditanyakan adalah orang
atau nama orang; apa bila barang; dan mana bila suatu pilihan tentang orang atau
barang. Kedua, Dilihat dari bentuknya, terdapat dua unsure yang mendasari kata
penanya, yaitu apa dan mana. Dua unsur dasar itu dikembangkan menjadi bentuk
Tabel
Apa
Si Siapa
Meng Mengapa
Ken
+ apa Kenapa
k-n Kapan
(ke)ber (ke)berapa
Di Di mana
Ke Ke mana
Dari + mana Dari mana
Bagai Bagaimana
bila bilamana
2.2 Verba
2.2.1 Pengertian Verba
Verba atau disebut juga dengan kata kerja adalah suatu kata yang berfungsi
dilakukan oleh seseorang. Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI), verba
Dengan kata lain, kata kerja menunjukkan suatu tindakan atau aktivitas yang
dilakukan oleh subjek, sehingga kata kerja berperan sebagai predikat dalam
penyusunan kalimat aktif maupun kalimat pasif. Verba adalah kata yang menyatakan
perbuatan, tindakan, proses, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu (Keraf, 1991:72).
Salanjutnya (Alwi, dkk. : 1980) mendefinisikan verba atau kata kerja adalah kelas
dinamis lainnya. Jenis kata ini umumnya menjadi predikat dalam suatu klausa atau
kalimat. Di sisi lain, Mess (1992:4) juga memberikan definisi yang berhubungan
dengan pengertian verba atau kata kerja. Beliau mengatakan bahwa kata kerja pada
definisi yang lebih umum, beliau mendefinisikan bahwa verba adalah kelas kata yang
biasanya berfungsi sebagai predikat dalam beberapa bahasa lain verba mempunyai
bahwa verba atau kata kerja adalah kata yang menyatakan suatu tindakan, perbuatan,
dan pekerjaan yang menduduki fungsi sintaksis predikatif dalam sebuah kalimat.
Verba terdiri dari beragam macam jenis, namun yang paling fimiliar
Contoh:
1. makan 7. butuh
2. minum 8. pergi
3. mandi 9. antar
Verba (kata kerja) turunan adalah jenis kata kerja yang telah mengalami
1. me + rusak = merusak
4. pe + rusak = perusak
Verba (kata kerja) pasif adalah kata kerja yang subjeknya berposisi sebagai
Verba (kata kerja) berdasarkan objeknya juga terdiri dari lima bentuk, yaitu
Verba transitif adalah kata kerja yang harus mempunyai objek. Dalam
kalimat, kata kerja ini harus diikuti objek agar dapat diketahui maknanya.
Contoh:
Verba ekatransitif adalah verba yang diikuti oleh satu objek. Dapat berupa
Contoh:
Verba dwitransitif adalah verba yang kalimat aktif dapat ikuti oleh dua
Contoh:
saya dan adik adalah objek, dan kue enak dan sepatu merupakan pelengkap.
Verba semitransitif adalah verba yang objeknya boleh ada dan boleh tidak.
Contoh:
hadir atau tidaknya objek, tidak berpengaruh terhadap makna atau pemahaman dalam
kalimat tersebut.
15
Verba atau kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak membutuhkan
objek, karena maknanya sudah jelas. Meskipun demikian, kata kerja intransitif juga
Contoh:
Kata kerja dapat pula dibagi menjadi 3 kelompok dalam bentuk lainnya, yaitu
Kata kerja benefaktif adalah kata kerja yang menunjukkan pekerjaan atau
tindakan yang dilakukan untuk orang lain. Kata kerja benefaktif umumnya memiliki
Contoh:
b. Karena mendapat juara satu di kelah, adik dibelikan ayah sepeda baru
Kata kerja reflektif adalah kata kerja yang menunjukkan perbuatan untuk
dirinya sendiri. Kata kerja reflektif umumnya menggunakan imbuhan me-, atau ber-.
Contoh:
16
Kata kerja resiprok merupakan kata kerja yang menunjukkan perbuatan atau
kegiatan yang dilakukan oleh dua orang. Kata kerja ini umumnya tidak boleh diawali
oleh kata saling, karena maknanya telah menunjukkan saling. Kata kerja ini
Contoh:
2.3 Konjungsi
2.3.1 Pengertian Konjungsi
Konjungsi disebut juga kata penghubung atau kata sambung adalah kata
atau ungkapan penghubung yang menghubungkan baik antara kata dengan kata, kata
dengan prasa, prasa dengan frasa, klausa dengan klausa, klalimat dengan kalimat,
maupun paragraf dengan paragraf. Alwi, dkk. (2003: 296) menyatakan bahwa
konjungsi adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat.
kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungsi adalah
kata-kata yang digunakan untuk menhubungkan kata dengan kata, klausa dengan
klausa, atau kalimat dengan kalimat. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijabarkan
bahwa pada dasarnya (konjungsi) berfungsi menghubungkan kata dengan kata, frase
dengan frase, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat (Chaer, 2000: 140).
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Rusminto (2009: 30) yang menyatakan
17
bahwa adalah konjungsi adalah kata yang dipergunakan untuk menggabungkan kata
dengan kata, frasa dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau
meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan
dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi (Harimurti, 2007: 102). Konjungsi
(frasa, klausa, kalimat) dalam satuan yang lebih besar (Sudaryat, 2008: 155).
memilih teori yang dijelaskan oleh Alwi, dkk. karena penjelasan yang lebih statis dan
Berikut adalah beberapa jenis konjungsi berdasarkan teori Alwi, dkk. Dilihat
dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi beberapa bagian.
lebih yang sama pentingnya atau memiliki status yang sama dinamakan konjungsi
kalimat. Hasilnya adalah satuan yang sama kedudukannya. Hubungan antara klausa-
klausanya tidak menyangkut satuan yang membentuk hierarki karena klausa yang
satu bukanlah konstituen dari klausa yang lain (Alwi, dkk,2003: 297). Adapun yang
atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama (Alwi, dkk.,
2003: 299). Konjungsi subordinatif ini berfungsi sebagai penghubung antara anak
kalimat dan induk kalimat. Ciri konjungsi subordinatif didasarkan pada dua aspek,
yaitu aspek sintaksis dan aspek semantik. Berdasarkan aspek sintaksisnya, konjungsi
subordinatif menghubungkan dua klausa, yaitu klausa induk dengan klausa anak.
Table
No. Hubungan Konjungsi
5 Cara Dengan
6 Penjelasan Bahwa
Seolah-olah, seakan-akan,
7 Pemiripan
sebagaimana, dan seprti
lain (Alwi, dkk., 2003:300). Dan Konjungsi intrakalimat yang bertugas di dalam
sebuah kalimat. Konjungsi yang menyatakan hubungan pertalian waktu kejadian dan
tengah (Chaer, 1993: 112). Adapun yang termasuk konjungsi antarkalimat yaitu:
Table
No. Konjungsi Maknanya
paragraf sebelumnya itu. Konjungsi pada kelompok (a) berikut ini masih sering
dipakai, sedangkan yang ada pada kelompok (b) umumnya terdapat pada naskah
dalam bahasa indonesia adalah sebagai berikut : begitu pula, demikian juga,
sebaliknya, namun, oleh karena itu, jadi, akibatnya, untuk tujuan itu, untuk hal itu,
untuk itulah, singkatnya, ringkasnya, pada intinya, sementara itu, kemudian, dll. Dan
konjungsi antarparagraf pada naskah sastra lama sebagai berikut: alkisah, arkian,
frasa, atau klausa yang memiliki status yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas
dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang
dihubungkan. Adapun yang termasuk konjungsi korelatif yaitu: Baik, maupun, tidak
hanya, tetapi juga, bukan hanya, melainkan juga, demikian juga, sehingga,
Kalimat simpleks adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu verba utama
yang menggambarkan aksi, peristiwa, atau keadaan. Kalimat simpleks juga disebut
kalimat tunggal dimana kalimat tersebut hanya terdiri satu pola kalimat. Kalimat
simpleks atau juga disubut sebagai kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas
satu klausa bebas tanpa klausa terikat (Cook, 1971; Elson dan Fickett, 1969; dalam
Putrayasa, 2006). Kalimat simpleks/tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu
klausa. Unsur inti kalimat tunggal adalah subjek dan predikat. Hal ini berarti bahwa
konstituen untuk setiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat merupakan satu
kesatuan. Dalam kalimat tunggal terdapat semua unsur wajib dan juga unsur
manasuka. Seperti keterangan waktu, tempat, dan alat. Dengan demikian kalimat
tunggal tidak selalu dalam wujud yang pendek tetapi juga dalam wujud yang
panjang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Keraf (1984:156) yang mengatakan
bahwa Kalimat simpleks/tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola (S-
P, S-P-O, S-P-O-Pel, S-P-O-K, S-P-O-Pel-K) atau kalimat yang hanya terdiri atas
satu klausa. Kalimat simpleks/tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa
atau satu konsitituen S-P (Putrayasa, 2001). Menurut alwi, dkk ( 2003: 39) kalimat
simpleks/tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari
simpleks atau juga disebut kalimat tunggal merupakan kalimat yang terdiri dari satu
pola kalimat. Dengan kata lain, kalimat tersebut hanya memiliki satu unsure
predikatif.
nomina. Dua nomina yang disejajarkan akan membentuk kalimat apabila syarat
untuk subjek dan predikatnya tidak terpenuhi, jejeran nomina tersebut tidak akan
Tabel
No. Contoh kalimat keterangan
1. Novel itu cetakan Bandung
Berpredikat
FN FN
prasa nomina
S P
2. Orang yang bertopi merah itu Rahmat
FN FN Berpredikat nomina
S P
bervariasi. Ada bermacam-macam verba, yaitu verba transitif, verba intransitif, dan
Table
No. Contoh Kalimat Keterangan
Adik tidur
Predikat verba
1. S P
intransitif
PBB telah memperingatkan pemerintah Nyanmar
Predikat verba
2. S P O
transitif
Dia sedang mencarikan adiknya pekerjaan
Predikat verba
3. S P O K
dwitransitif
Andi menendang bola dengan keras
4. S P O K Predikat verba aktif
6. Dst, Dst.
Table
.No.
Contoh Kalimat Keterangan
Gadis Itu Sangat Cantik Berpredikat
1. P Frasa Adjektiva
Table
No. Contoh kalimat Keterangan
Table
No. Contoh Kalimat Keterangan
pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat. Selain itu, tehnik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat kerjasama mereka. Tehnik ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran
(Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993).
Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang
interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling
mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk
kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008). Lie (2002:18) juga
waktunya dikelas dengan bekerjasama antara 4-5 orang dalam satu kelompok. Model
kelompok paham dengan hasil kerja kelompoknya dan bertanggung jawab terhadap
hasil kerja tersebut, sehingga dengan sendirinya siswa merasa dirinya harus terlibat
aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian siswa akan merasa termotivasi
untuk belajar sehingga aktivitas belajar dapat meningkat yang pada akhirnya dapat
NHT berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29), yaitu:
Langkah 1. Persiapan
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di
27
dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau
tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga
setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa
dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu,
dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah
kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok
setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap
orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban
akademik.
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja
BAB III
METODE PENELTIAN
3.1.1 Populasi
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas xi SMAN 1
Kembang Tanjong. Jumlah siswa kelas xi seluruhnya adalah 273 orang siswa yang
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili objek
penelitian. Mingingat populasi dalam penelitian ini cukup besar maka penulis
populasi yang homogen tersebut boleh ditarik sampel sebesar 10-15% atau 20-25%
Oleh karena populasi dalam penelitian ini lebih dari 100 orang, maka penulis
menetapkan sampel penelitian sebesar 25% dari jumlah populasi. Maka, sampel
adalah suatu metode yang berusaha menggambarkan suatu fenomena atau gejala
30
yang terjadi dalam keadaan nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto
tehnik tes, yaitu tes analisis. Peneliti menyediakan teks cerita ulang biografi Nelson
Data dalam penelitian ini penulis olah dengan cara mencari nilai rata-rata
Range merupakan selisih antara nilai yang tertinggi dengan nilai yang terendah.
Rg = H L + 1
Keterangan :
Rg = total range
Rg
K=
i
Keterangan :
I = 1 + (3,3) Log N
32
penelitian ini.
Mx =
N
Keterangan:
Mx = mean
f = frekwensi
Table 1
Tabel Penilaian
Pernyataan kuantitatif Pernyataan kualitatif
96-100 Sempurna
86-95 Baik sekali
76-85 Baik
66-75 Cukup
56-65 Sedang
50 kurang
33
kebahasaan dalam teks cerita ulang melalui model pembelajaran Numbered Head
Together (NHT), apakah termasuk pada katagori nilai sempurna, baik sekali, baik,