Anda di halaman 1dari 3

Kelompok

KIMIA FISIK

1. Gravity separation / Pemisahan gaya berat


Konsentrasi / separasi dengan metode gravitasi memanfaatkan perbedaan massa jenis emas ( 19.3
ton/m3 ) dengan massa jenis mineral lain dalam batuan ( yang umumnya berkisar 2.8 ton/m3 ).
Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral
ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam.
Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral
pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas
dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Emas asli mengandungi antara 8% dan 10%
perak, tetapi biasanya kandungan tersebut lebih tinggi. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas
nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%. Apabila jumlah perak bertambah, warnanya
menjadi lebih putih.
Metode gravitasi akan efektif bila dilakukan pada material dengan diameter yang sama/seragam,
karena pada perbedaan diameter yang besar perilaku material ringan (massa jenis kecil) akan sama
dengan material berat ( massa jenis besar ) dengan diameter kecil. Oleh karena itu dibutuhkan proses
Screening and Classifying :
• Grizzlies, non moved screens
• Vibrating screens
• Spiral classifier

Pada proses ini menjadi sangat penting untuk dilakukan dengan baik, sebab dengan memilah ukuran
bijih hasil kominusi akan menyeragamkan besaran umpan (feeding size) ke proses konsentrasi.
Sedangkan bijih yang masih belum seragam (lebih besar) hasil pemilahan dikembalikan ke proses
sebelumnya yaitu kominusi.

Peralatan konsentrasi yang menggunakan prinsip gravitasi yang umum digunakan pada pertambangan
emas skala kecil antara lain adalah :

• Panning ( Jawa=Dulang, Jambi=Erai, Jabar=Deplang, Banjar=Lenggang ), adalah alat konsentrat


emas yang menggunakan prinisp gravitasi paling sederhana.


Sluice Box ( Banjar=Palong,
Bombana=Kasbok, Aceh=Talang ) lebih banyak digunakan karena mempunyai effisiensi
yang sama dengan peralatan konsentrasi yang lain namun mempunyai konstruksi yang lebih
sedarhana daripada spiral konsentrator, meja goyang dan jig, serta dapat memproses lebih
banyak bijih per hari daripada dulang


Meja goyang ( shaking table ) efektif memisahkan
emas dari batuan oksida pada 200 micron, batuan sulfida 400 micron, dan silika 1.000
micron.


Titik cair emas pada suhu 1064.18 oC, sedangkan titik cair perak pada suhu 961.78
o
C. Ini artinya perak akan mencair lebih dulu dari pada emas. Namun untuk benar-benar
terpisah, maka perak harus menunggu emas mencair 100%.

Kemudian bila dilihat dari berat
jenisnya, maka berat jenis emas cair sebesar 17.31 gram per cm3 sedangkan berat jenis perak
sebesar 9.32 gram per cm3. Hal ini berarti berat jenis emas lebih besar dari pada berat jenis
perak.

Dari hukum alam fisika, maka bila ada dua jenis zat cair yang berbeda dan memiliki
berat jenis yang berbeda pula, maka zat cair yang memiliki berat jenis lebih kecil dari zat
satunya, ia akan mengapung. Dengan demikian, cairan perak akan terapung diatas lapisan
cairan emas, seperti halnya cairan minyak mengambang diatas lapisan air. Dari sana, perak
dipisahkan dari emas, sampai tidak ada lagi perak yang terapung. Dengan metode akan
dihasilkan Au bullion dan Ag bullion.
• 
3. Magnetic Separation / Pemisahan magnetik
Pemisahan magnetik (magnetic separation),
adalah proses pemisahan dengan dasar apabila mineral memiliki sifat feromagnetik. Teknik
pengejerjaannya adalah dengan mengalirkan serbuk mineral secara vertikal terhadap medan
magnet yang bergeraksecara horizontal. Dengan demikian materi yang tidak tertarik magnet
akan terpisahkan dari materi yang memiliki sifat feromagnetik.
Metode ini dalam proses
pengolahan emas biasanya dilakukan pada primary concentrate / first concentrate / total
concentrate yang banyak mengandung mineral sulfida utamanya pyrite (FeS2). Setelah
dioksidasi dengan metode roasting, pyrite akan berubah menjadi FeO3 yang bersifat
feromagnetik. Dengan perubahan sifat FeO3 yang bersifat feromagnetik, total concentrate
dapat direduksi kuantitasnya dengan menggunakan MAGNETIC Separator sehingga
mempermudah proses metallurgy selanjutnya.
• 4. Froth Flotation / Pemisahan pengapungan 
Pemisahan pengapungan (Froth Flotation) yaitu
proses pemisahan mineral menjadi bijih dari pengotor dengan cara mengapungkan bijih ke
permukaan melalui pengikatan dengan buih dengan menggunakan bahan kimia tertentu dan
udara. Selain pemisahan bijih emas, prosess ini banyak dipakai untuk beberapa bijih seperti
Cu, Pb, Zn, Ag, dan Ni.
Teknik pengerjaannya dilakukan dengan cara menghembuskan udara
ke dalam butiran mineral halus (telah mengalami proses crushing) yang dicampur dengan air
dan zat pembuih. Butiran mineral halus akan terbawa gelembung udara ke permukaan,
sehingga terpisahkan dengan materi pengotor (gangue) yang tinggal dalam air (tertinggal pada
bagian bawah tank penampung). Pengikatan butiran bijih akan semakin efektif apabila
ditambahkan suatu zat collector.
Prinsip dasar pengikatan butiran bijih oleh gelembung udara
berbuih melalui molekul collector adalah :
• Butiran zat yang mempunyai permukaan hidrofilik akan terikat air sehingga akan tinggal pada dasar
tank penampung.
• Butiran zat yang mempunyai permukaan non-polar atau hidrofob akan ditolak air, jika ukuran
butirannya tidak besar, maka akan naik ke permukaan dan terikat gelembung udara.

2. Tahap ekstraksi mineral dari sampel batuan menggunakan pelarut nitrat


proses ekstraksi padat cair menggunakan pelarut asam nitrat. Penelitian ini untuk mempelajari
perolehan tembaga dengan proses ekstraksi dalam batuan mineral, melalui variable kecepatan
pengadukan, dan konsentrasi nitrat serta mendapatkan kondisi yang terbaik dalam proses tersebut.
 Batuan mineral yang telah dihaluskan lolos 200 mesh ditimbang seberat 100 gram.
 Dilakukan pencucian untuk menghilangkan kotoran, dan retorting untuk menghilangkan senyawa
kimia yang terikat dalam logam.
 Setelah itu batuan di ekstraksi menggunakan asam nitrat sebagai pelarut dengan variable
kosentrasi asam nitrat dan kecepatan pengadukkan. Dari proses tersebut didapat larutan dan
endapan.
 Selanjutnya endapan kita pisahkan dari larutannya.
 Berikut pada larutan kita masukkan logam besi (Fe) sebagai pengendap. Endapan yang
dihasilkan dicuci beberapa kali dengan air bersih yang terakhir dicuci dengan air aquades
 .Kemudian lakukan proses retorting pada suhu 800 oC dan proses terakhir adalah lebur dengan
furnace pada suhu 1070 oC
 selanjutnya timbang tembaga yang didapat.
 Dari hasil analisa diperoleh hasil terbaik pada kosentrasi asam nitrat 10N dan kecepatan
pengadukkan 200rpm dengan hasil sebanyak 36,989 ppm.

3. Volumetri, kelemahannya :
- Harus menggunakan perbandingan volume yang tepat
- Harus mengetahui konsentrasi dari pelarut
Gravimetri, kelemahannya :
- Hanya dapat memisahkan secara mekanik
- keakuratnnya dalam melakukan pemisahan kurang efisien secara kimiawi
Instrumen, kelemahannya :
- Peralatan yang dibutuhkan sulit untuk didapatkan
Metode untuk mengatasinya yaitu bisa diatasi dengan adanya metode elektrolisis yang
merupakan proses disosiasi suatu elektrolit dengan bantuan arus listrik.
4. Proses Pengolahan Emas menggunakan Merkuri
proses amalgamasi untuk memproses atau mengekstraksi emas dapat dilakukan. Dalam
proses ini dilakukan beberapa tahap untuk mendapatkan paduan antara emas dan perak (bullion).
Tahapan-tahapan pengolahan tersebut adalah :
1. Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan konsentrasi gravitasi,
agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga permukaan emas tersingkap.
2. Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah merkuri ( amalgamasi ) dilakukan selama +
1 jam
3. Hasil dari proses ini berupa amalgam basah ( pasta ) dan tailing. Amalgam basah kemudian
ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk pemisahan merkuri dengan
amalgam
4. Terhadap amalgam yang diperoleh dari kegiatan pendulangan kemudian dilakukan kegiatan
pemerasan ( squeezing ) dengan menggunakan kain parasut untuk memisahkan merkuri dari
amalgam ( filtrasi ). Merkuri yang diperoleh dapat dipakai untuk proses amalgamasi selanjutnya.
Jumlah merkuri yang tersisa dalam amalgan tergantung pada seberapa kuat pemerasan yang
dilakukan. Amalgam dengan pemerasan manual akan mengandung 60 – 70 % emas, dan
amalgam yang disaring dengan alat sentrifugal dapat mengandung emas sampai lebih dari 80 %.
5. Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri, sehingga yang tertinggal
berupa alloy emas.

5. Diagram pemisahan komponen – komponen minyak mentah

200C LPG

1500 Plastik dan Bensin


C

2000 Minyak
C

Avtur
3000
C

3700 Solar
C

Oli dan Aspal


4000
C

Anda mungkin juga menyukai