Anda di halaman 1dari 17

A Late Quartenery Paleoecological Record

from The Banda Sea, Indonesia :


Patterns Of Vegetation, Climate, and
Biomass Burning in Indonesia and
Northern Australia
Anggota Kelompok

■ Resa Komala (21100115120011)


■ Arief Febrianto (21100115130045)
■ Astri Yunita (21100115140061)
■ Pelangi Laksmita (21100115140076)
■ Rahmadika A. P. (21100113140070)
■ Muhammad Riza (21100114130057)
■ Dian Samuel (21100114140055)
outline
■ PENDAHULUAN
■ LOKASI PENELITIAN
■ METODE PENELITIAN
■ KRONOLOGI
■ HASIL DAN DISKUSI
■ KESIMPULAN
Pendahuluan
■ Data Core laut Banda SHI-
9014 diambil sejak tahun
1990 sebagai bagian dari
program penelitian bersama
prancis – geologi kelautan
Indonesia.

■ Data core diambil pada


kedalaman air 3163 mdp di
cekungan Banda
Core SHI-9014 dipilih untuk studi ini karena ada data oksigen dan isotop
karbon yang stabil menunjukkan adanya rekaman terus menerus yang
meluas sampai kira-kira 170-180.000 tahun terakhir dengan tingkat
sedimen yang wajar sekitar 4,4 cm per 1000 tahun. (Ahmad et al., 1995).

■ TUJUAN PENELITIAN

untuk memeriksa sejumlah data proxy, termasuk serbuk sari dan


spora, arang dan karbon unsur, dari inti SHI-9014 yang tujuannya
merekontruksi vegetasi dan sejarah klimatologi di daerah penelitian
Lokasi Penelitian
■ Di cekungan Banda dengan letak astronomis 5º460S, 126º580E.

■ Iklim daerah didominasi oleh sirkulasi musim dan migrasi dari Zona Konvergensi
intertropi (ITCZ), serta distribusi tanah-laut. Hal ini dekat dengan SE Asia (Pasifik)
'Warm Pool'

■ Laut Banda membentuk situs penting untuk pertukaran air termohalin antara
Pasifik dan Hindia (Godfrey, 1996).

■ Daerah ini berbatasan dengan Sunda dangkal dan Sahul (dan Arafura) laut Shelf.
Oleh karena itu, perubahan permukaan laut selama siklus glasial-interglasial akan
secara radikal mengubah distribusi darat-laut, yang dapat diharapkan memiliki efek
pada iklim, terutama curah hujan, di wilayah tersebut.
LOKASI PENELITIAN

■ Iklim regional di dominasi oleh sirkulasi angin musiman

■ Iklim yang dihasilkan di Australia Utara, Selatan, New


Guinea, kepulaan sunda dan timur ditandai dengan kontras
musiman antara musim hutan dengan musim kemarau dari
Mei – Juli dan Oktober November
Metode Penelitian
■ Palinologi

Dari data palinologi yang diambil dari sampel didapatkan vegetasi


berupa grass dan tanaman hutan (Eucalyptus Gramineae dan Cyperaceae)

■ Unsur Carbon

Metode dengan menggunakan unsur karbon menghasilkan komposisi


isotop karbon yang stabil dari unsur karbon untuk memberikan informasi
tentang jenis vegetasi darimana unsur karbon itu berasal.
Kronologi
■ Kronologi ini menentukan model umur berdasarkan :

■ 14C AMS ages

14C AMS ages data diambil dari foraminifera planktonic yang umurnya lebih dari
35 ka.

14C AMS ages menentukan globigerinoides ruber dan globorotalia menardi yang
diambil dari sampel atas

■ Ž18O stratigraphy.

korelasi digunakan untuk foraminifera bentik yang umurnya lebih tua dari 36 ka
HASIL DAN DISKUSI
■ Semua data palaeoecological ditampilkan dalam kaitannya dengan
kurva isotop oksigen dan berasal kronologi . Semua taksa serbuk sari
(POLLEN) individu ditampilkan sebagai persentase dari jumlah serbuk
sari utama dari utan atau pun padang rumput.

■ Seperti di laut Banda kumpulan serbuk sari berasal dari Sulawesi,


Maluku dan Australia bagian utara
HASIL DAN DISKUSI
■ Serbuk sari dari taksa seperti Dipterocarpaceae (* 23), Lithocarpus ( *67),
Dacrycarpus ( *69), Dacrydium ( *70) dan Phyllocladus ( *77) banyak di temukan di
Indonesia dari wilayah Laut Banda sebagai tanaman induk dan tidak ditemukan di
Australia (Soepadmo, 1972; De Laubenfels, 1988)

■ Sedangkan Gramineae ( * 83), Cyperaceae ( *82) dan Eucalyptus ( *92) memiliki


nilai yang tinggi hanya di situs inti relatif dekat dengan Australia

■ Tingginya kandungan Spora Pteridophyta dibatasi hanya pada inti yang sumbernya
dari wilayah Indonesia
HASIL DAN DISKUSI
Secara umum, periode glasial ditandai dengan proporsi yang jauh lebih besar dari
taksa Australia dengan presentase tinggi dari Gramineae ( * 83) dan Cyperaceae (*82),
sedangkan taksa Indonesia berasal dari hutan pegunungan bawah, seperti Lithocarpus
(*67)
Periode interglasial ditandai dengan sebagian besar taksa Indonesia, termasuk
tumbuhan paku yang tinggi, Phyllocladus (*77) dan Rhizophora ( *3) persentase
sementara, dalam taksa Australia, Eucalyptus (*92) mencapai nilai relatif tinggi.
■ kandungan Carbon
nilai C menunjukkan bahwa karbon unsur sebagian besar berasal dari biomassa
terbakar di jenis vegetasi yang didominasi oleh tanaman C4 (padang rumput, terbuka
herba rawa, garam-rawa),
HASIL DAN DISKUSI
■ Hasil menunjukkan bahwa selama dua periode glasial terakhir iklim kering menang
baik di Indonesia timur dan utara Australia dan hutan pegunungan bawah
didominasi oleh Fagaceae yang diperluas, yang menunjukkan kondisi iklim dingin di
Indonesia timur.

■ arang tinggi dan nilai-nilai karbon unsur sarankan meningkat pembakaran selama
periode ini. Perluasan hutan hujan tropis dataran rendah, pertengahan lembab dan
hutan pegunungan atas, pakis dan penutup hutan terjadi di periode interglasial,
menunjukkan kondisi hangat dan lembab.
KESIMPULAN

■ Dari penelitian kita dapat mengidentifikasi isotop oksigen yang didukung dengan
radiocarbon untuk menentukan keadaan kronostratigrafinya dari core yang ada.

■ Lalu dapat menentukan bahwa periode tahun tersebut terjadi masa glacial yang
dicirikan oleh analisa palinologycal batubara, unsur karbon, dan kestabilan unsur
karbon. Selain itu menentukan masa interglacial yang dicirikan dari penambahan
tumbuhan paku-pakuan dan berkurangnya kandungan arang
Inggris

KESIMPULAN
■ Secara umum, memperluas hutan pegunungan yang lebih rendah dan membuka
jenis vegetasi, menunjukkan iklim yang lebih sejuk dan kering, bersamaan dengan
tingginya tingkat pembakaran, Hal tersebut menunjukkan ciri periode glasial.

■ Sebaliknya, interglacials ditandai dengan meningkatnya pakis, hutan tropis dataran


rendah dan hutan dan hutan terbuka dan tmenurunkan arang, menunjukkan
kondisi hangat dankondisi lembab dengan pembakaran biomassa berkurang.

Anda mungkin juga menyukai