Anda di halaman 1dari 7

I.

PENDAHULUAN
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK)
merupakan upaya pelayanan komprehensif di Rumah Sakit untuk
menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang
kegiatannya disamping mampu melaksanakan seluruh Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar (PONED) ditambah tranfusi darah, bedah Caesar
dan perawatan neonatal secara intensif, dimana kegiatan ini sangat penting
dilaksanakan mengingat Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) masih sangat tinggi. Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam
implementasi PONEK adalah : pengetahuan, masa kerja, kepemimpinan,
imbalan, kebijakan dan sikap.

II. LATAR BELAKANG


Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1009
ada 390 perempuan meninggal dunia setiap 100.000 kelahiran di Indonesia.
Angka tersebut turun perlahan hingga 305 pada tahun 2015. Target MDGs
2015 untuk angka kematian ibu adalah menurunkan rasio hingga tiga
permepat dari angka 1990, sekitar 110 kematian ibu disetiap 100.000
kelahiran. Sedangkan, Indonnesia masih berkutat diatas angka 305. Sebaga
perbandingan, Malaysia telah menurunkan AKI hingga 45% dalam 20 tahun
terakhir, begitu pun angka kematian ibu di dunia. Ironis, seperti pemerintah
dan orang tidak perduli meskipun belum ada perubahan berarti sejak seabad
lalu.
Angka Kematian Ibu menurut WHO dihitung dari kematian perempuan yang
terjadi elama hamil atau 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua
sebab terkait atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya. AKI
bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera.
Di dunia kebidanan, penyebab kematian ibu dirumuskan sebagai 4 Terlalu 3
Terlambat, yaitu :
 Terlalu muda (< 20 tahun)
 Terlalu tua (>35 tahun)
 Terlalu sering atau banyak anaknya (>3 anak)
 Terlambat mengambil keputusan
 Terlambat sampai di fasilitas kesehatan
 Terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat, karena sudah
terlambat sampai sehingga dalam penanganannya pun terlambat
juga.
Tekanan darah tinggi dan perdarahan masih tercatat di Direktorat Kesehatan
Kementrian Kesehatan sebagai penyebab kematian satu daru dua ibu di
Indonesia. Dalam rentang waktu yang sama mayoritas kematian ibu
melahirkan di Indinesia disebabkan faktor itu-itu saja—preeklampsia.
Menyoal angka kematian perempuan khususnya ibu dan anak sejatinya lebi
gawat dibanding statistik kematian umumnya. Sebuah studi yang dilakukan
oleh Partnership fot Mateernal, Newborn & Child Health (PMNCH) WHO
mengungkapkan kesehatan ibu dan anak bukan semata perkara hak hidup
belaka, tetapi juga menyoal lab atas investasi sosial dan ekonomi di negara
tersebut.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
masih tertinggi di antara negara ASEAN dan penurunannya sangat lambat.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa - Bangsa pada tahun
2000 disepakati bahwa terdapat Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium
Development Goals) pada tahun 2015. Dua diantara tujuan tersebut
mempunyai sasaran dan indikator yang terkait dengan kesehatan ibu, bayi
dan anak. Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi, namun tetap
dapat dicapai apabila dilakukan upaya terobosan yang inovatif untuk
mengatasi penyebab utama kematian tersebut yang didukung kebijakan dan
sistem yang efektif dalam mengatasi berbagai kendala yang timbul selama
ini. Angka kematian ibu (AKI) atau maternal mortality rate (MMR) disamping
merupakan indikator tingkat kesehatan wanita, juga menggambarkan tingkat
akses, integritas dan efektifitas sektor kesehatan. AKI sering dipergunakan
sebagai indikator tingkat kesejahteraan dari suatu negara.
Kenapa AKI menjadi salah satu indikator kemajuan sebuah negara? Karena
memang ada keterkaitan antara kesehatan ibu dengan Produk Domestik
Bruto (PDB). Hal ini dibuktikan dalam studi terhadap 180 negara, termasuk
Indonesia, dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dan analisis
kausal Granger. Keterkaitan antara PDB dan AKI sangat nampak di negara-
negara berpendapatan menegah-bawah dan bawah dibanding menengah-
atas dan atas. Dengan kata lain, investasi kesehatan marjinal pada negara-
negara berpendapatan menengah-bawah dan bawah memang jauh lebih
rendah.
Demikian pula angka kematian neonatal 28,2/ 1000 kelahiran hidup 1987-92
menjadi 28,1/ 1000 kelahiran hidup pada tahun 1992-1997.
Kematian bayi baru lahir umumnya dapat dihindari penyebabnya seperti
Berat Badan Lahir Rendah, asfiksia dan infeksi. Hal tersebut kemungkinan
disebabkan oleh keterlambatan pengambilan keputusan, merujuk dan
mengobati. Sedangkan kematian ibu umumnya disebabkan perdarahan,
infeksi, pre-eklampsia / eklampsia, persalinan macet dan abortus. Mengingat
kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu,
maka proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam sistem
terpadu.
Keterbatasan akses pada pertolongan persalinan oleh tenaga terampil dan
sistem rujukan yang tidak memadai mengakibatkan hampir 50% wanita
melahirkan tanpa pertolongan tenaga kesehatan dan 70% tidak
mendapatkan pertolongan pasca persalinan dalam waktu 6 minggu setelah
persalinan.
Pelayanan obstetri dan neonatal merupakan upaya penyediaan pelayanan
bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri
dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).

III. TUJUAN
1. Tujuan umum
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara terpadu
2. Tujuan khusus
Menurunkan angka kematian ibu ( AKI ) dan angka kematian bayi (AKB)

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Pelayanan PONEK ( Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif ) 24 jam
a. Membuat pedoman penyelenggaraan PONEK 24 jam
b. Membentuk tim PONEK
c. Membuat pedoman pengorganisasian PONEK
d. Sosialisasi tentang PONEK kepada seluruh unit-unit terkait
e. Membuat penambahan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
untuk PONEK 24 jam.
2. Penyediaan SDM ( Sumber Daya Manusia ) terlatih untuk PONEK 24 jam
a. Dokter spesialis kandungan-kebidanan yang melayani pelayanan
maternal dan kegawatdaruratan maternal
b. Dokter spesialis anak yang melayani pelayanan neonatal dan
kegawatdaruratan neonatal.
c. Dokter umum yang melayani pelayanan kegawatdaruratan medik
dan pelayanan maternal ( normal ).
d. Bidan atau perawat di IGD atau unit perinatal melaksanakan
asuhan keperawatan dan kegawatdaruratan keperawatan
3. Pelayanan IMD ( Inisiasi Menyusu Dini ) dan ASI ( Air Susu Ibu ) ekslusif
a. Membuat Panduan IMD dan ASI ekslusif
b. Membuat SOP IMD dan ASI ekslusif
c. Melaksanakan IMD dan ASI ekslusif
4. Pelayanan Rawat Gabung
a. Membuat Panduan Rawat Gabung
b. Membuat SOP Rawat Gabung
c. Melaksanakan Rawat Gabung
5. Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
a. Membuat Panduan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
6. Melakukan metode Kangguru pada bayi dengan berat badan lahir rendah
(1,5 – 2 kg)
a. Membuat SOP metode kangguru untuk pasien bayi BBLR
7. Melakukan pelatihan internal. Pelatihan yang dapat dilaksanankan antara
lain:
a. Pelatihan resusitasi neonatus
b. Pelatihan penatalaksanaan bayi berat lahir rendah dengan
metode kangguru
c. Pelatihan manajemen laktasi
d. Pelatihan IMD ( Inisisasi Menyusu Dini)
e. Pelatihan rawat gabung
8. Mengikuti pelatihan eksternal yang diadakan oleh dinas kesehatan,
perinasia, dll
9. Melaksanakan promosi kesehatan  bekerja sama dengan tim PKRS
a. Penyuluhan tentang IMD dan ASI ekslusif di poli kebidanan setiap
hari senin
b. Penyuluhan di ruang penyuluhan di ruang tunggu poli dan ruang
rawat inap setiap Hari Sabtu minggu ke 4
c. Pembagian leaflet ASI, IMD, PMK di poli kebidanan, dan unit
perinatal
10. Menyusun sistem rujukan untuk Kasus Kandungan-Kebidanan
a. Membuat MoU dengan rumah sakit rujukan, yang bisa difasilitas
oleh Dinas Kesehatan Kota/ Provinsi
b. Sosialisasi sistem rujukan KIA kepada unit pelayanan terkait di
rumah sakit
11. Program Kontrol Mutu
a. pemberi pelayanan persalinan normal
b. pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit
c. pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi
d. pertolongan persalinan melalui section cesaria
e. kemampuan menangani BBLR 1,5-2,5 kg
f. jumlah kematian ibu
g. jumlah kematian bayi
h. survey kepuasan pelanggan

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Membentuk tim untuk melaksanakan program kerja dan menunjuk
penanggung jawab untuk setiap kegiatan dalam program kerja
2. Menyusun buku panduan untuk pelaksanaan program kerja
3. Menyusun kerangka acuan dari setiap program
4. Melakukan rapat untuk evaluasi program setiap 3 bulan sekali dan
dilakukan rapat insidentil apabila diperlukan
5. Menghitung angka kematian ibu dan angka kematian bayi pertahun

VI. SASARAN
Sasaran / target yang ingin dicapai dalam program kerja ini dalam waktu 1
(satu) tahun sejak program dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Terbentuk Tim PONEK rumah sakit selambatnya 6 bulan dari program ini
dibuat (Januari 2019)
2. 60% anggota Tim PONEK rumah sakit terlatih
3. Kinerja Tim PONEK rumah sakit terukur dengan parameter :
 UGD : dalam waktu 5 menit diagnosis tegak dan mendapat
tindakan
 Kamar bersalin :
 Pelayanan SC cito : target < 30 menit dari assesment awal di
UGD
4. Tersedia ruang PONEK sederhana dilengkapi fasilitas dasar di UGD RSK
Bhakti Wara, selambatnya 1 tahun sejak program ini dibuat (Juli 2019)
5. 100% penerapan IMD di ruang perawatan Santa Monika RSK Bhakti
Wara
6. 100% ibu melahirkan di RSK Bhakti Wara mendapat penyuluhan IMD
dan mendapat brosur/ pamflet IMD
7. 100% ibu melahirkan mendapat edukasi untuk memberikan ASI ekslusif
8. 50% bayi BBLR ditatalaksana dengan menggunakan metode kangguru
9. Melaporkan kejadian ibu bersalin/ bayi yang meninggal
10. Ada laporan KIA bulanan yang dirangkum per tahun yang diserahkan
kepada Dinkes Kota Pangkalpinang
11. Ada MoU dengan rumah sakit rujukan, khususnya pihak swasta dan
bidan praktek mandiri
12. Audit internal maternal dan neonatal minimal setahun sekali
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

No. JENIS KEGIATAN PELAKSANA PENANGGUNG TEMPAT WAKTU BIAYA


JAWAB
1. Pembentukan Tim Dokter Dokter spesialis, RSK Bhakti terlampir -
PONEK spesialis, Dokter umum, Wara
Dokter Perawat, Bidan
umum,
Perawat,
Bidan
2. Rapat Tim Ponek Tim PONEK Tim PONEK RSK Bhakti terlampir -
Wara
3. Pengadaan ruang Tim PONEK Direktur RS RSK Bhakti terlampir -
PONEK sederhana di Wara
UGD dan fasilitas
dasar
4. Pelatihan Tim Dokter Tim PONEK RSK Bhakti terlampir Rp.
PONEK Perawat Wara atau di 4.000.000;/
Bidan luar orang
(minimal 4
orang)
5. Sosialisasi program Tim PONEK Ketua Tim RSK Bhakti terlampir Rp.
kerja PONEK PONEK Wara 1.000.000;
6. Sosialisasi sistem Tim PONEK Ketua Tim RSK Bhakti terlampir Rp. 500.000;
rujukan PONEK Wara
7. Pelaksanaan sistem Dokter Tim PONEK RSK Bhakti terlampir -
rujukan Wara
8,. Audit maternal dan Tim Ponek Direktur dan RSK Bhakti terlampir -
neonatal dan Komite Ketua Komite Wara
Medis Medis
9. Pelaksanaan Tim PONEK Tim PONEK RSK Bhakti terlampir Rp.
pencegahan dan dan PPI Wara 1.000.000;
pengendalian infeksi
10. Mencetak brosur Tim PONEK Tim PONEK RSK Bhakti terlampir Rp.
terkait PONEK (IMD, dan PKRS Wara 2.500.000;
ANC)
VIII. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Evaluasi kegiatan dilaksanakan setiap bulan dengan melihat pencatatan dan
pelaporan terkait respon time (UGD, Kamar bersalin dan pelayanan SC cito)
serta kasus kematian jika ada.

IX. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


Tim PONEK RSK Bhakti Wara membuat pencatatan dan pelaporan serta
mengevaluasi kegiatan setiap bulan secara kontinyu. Laporan tersebut akan
direkap menjadi llaporan pelaksanaan PONEK 24 jam di RSK Bhakti Wara.

Pangkalpinang, 1 Agustus 2018


Diketahui,
Direktur RSK Bhakti Wara Ka. Tim PONEK

(dr. Agus Marvianto) (dr. Ratna Setia Asih, MARS, Sp.A)

Anda mungkin juga menyukai