Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN WORKSHOP LAYANAN HT – HIV

UNTUK PETUGAS KESEHATAN TGL 14 – 16 MEI 2018

Peserta : Apulina Deni (Perawat)


Ubaidillah (Analis)

Penyakit IMS (Infekasi Menular Seksual) merupakan salah satu masalah penyakit menular di
Indonesia yang menimbulkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. IMS merupakan faktor
resiko utama terjadinya HIV dan transmisi seksual merupakan cara penularan HIV terbanyak.

Tujuan dari pengendalian HIV AIDS


Tujuan Umum : Menghentikan epidemi epidemi AIDS di Indonesia pada tahun 2030.
Tujuan Khusus :
1. Menurunkan hingga meniadakan infeksi infeksi HIV baru.
2. Menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh keadaan yang berkaitan
dengan AIDS.
3. Meniadakan diskriminasi terhadap ODA.

Program/Kegiatan pengendalian HIV AIDS dan IMS.


1. Peningkatan Tes HIV, program ini mencakup pelaksanaan layanan test HIV pada Px IMS, TB
serta Hepatitis dan pada pasien-pasien dengan penyakit yang mengindikasikan HIV AIDS,
selain itu pada ibu hamil dan pasangan ODHA.
2. Peningkatan cakupan dan retensi pengobatan ARV.
3. Pengendalian Penyakit infeksi menular seksual (IMS).
4. Pencegahan penularan HIV dari ibu dan Anak (PPTA).
5. Kolaborasi TB – HIV, setiap Px yang TB positif harus cek HIV dan Px yang HIV positif harus cek
Tbnya (RO atau cek BTA).
6. Pengembangan laboratorium HIV dan IMS.
7. Program pengurangan dampak buruk
8. Kewaspadaaan standar.
9. Peningkatan promosi pencegahan HIV AIDS dan IMS.
10. Meningkatkan pengamanan darah, donor darah dan produk darah lain.
11. Pengecekan sistem pembiayaan program
12. Penguatan menejemen program.
13. Pengembangan SDM.
14. Pengecekan sistem informasi strategis dan monitoring evaluasi.
15. Pengecekan tata kelola logistik program HIV – AIDS dan IMS.
16. Memperkuat jejaring kerja dan meningkatkan partisipasi masyarakat.
Layanan tes HIV dan Skrening.
Layanan tes HIV menganut prinsip 5 C yaitu:
1. CONSENT
Seseorang yang ditest HIV perlu memberikan persetujuan atau informed consent.
2. CONFIDENTIAL
Setiap hasil pemeriksaan, petugas tidak boleh memberitahu hasil test pasien kepada
orang lain yang tidak berkepentingan.
3. CONSELING
Tes HIV perlu disertai dengan informasi singkat tentang manfaat tes pada pre-tes yang
memadai dan informasi tentang hasil test beserta rencana kerjapada pasca test.
4. CORREC TEST RESULT
Hasil test yang
5. CONNECTIONS HIV prevention, tredment and care and support services.
Orang dengan HIV reaktif harus dipastikan mendapatkan pengobatan ARV sesegera
mungkin.

TES H I V
 Permintaan test HIV dilakukan pada semua pasien dewasa yang datang ke petugas
kesehatan.
 Pada daerah dengan tingkat epidemi meluas tes HIV diberikan pada seluruh pasien apapun
penyakitnya.
 Sedangkan pada daerah dengan tingkat epidemi terkonsentrasi, test HIV dilakukan pada ibu
hamil, pasien TB, pasien IMS, Pasien Hepatitis, orang yang datang pada layanan KB,
sirkumsisi dewasa spt PTMM (Program Terapi Rumatan Metadon), pasangan ODHA dan
populasi kunci (pengguna napza suntik , Wanita pekerja seks <WPS>) langsung maupun tidak
langsung, pelanggan/pasangan seks WPS, gay/Waria, pasangan seks dengan sesama lelaki
(LSL) dan warga binaan lapas.
 Sebelum test pasien perlu diberikan informasi untuk menyakinkan pasien dalam
memberikan persetujuan, ini disebut informasi pre-test. Dan konselor memberikan
informasi tambahan yang lebih lengkap tentang HIV – AIDS. Setiap petugas kesehatan
dilayanan HIV diharapkan dapat meminta pemeriksaan test HIV kepada pasien. Pada
dasarnya meminta test HIV kepada pasien adalah mengkomunikasikan kepada pasien,
bahwa pasien akan dites HIV, diharapkan pasien dapat memahami bahwa tes HIV sama
dengan pemeriksaan rutin lainnya, seperti ANC pada ibu hamil, pemeriksaaan dahak pada
pasien TB paru dan lain-lain.
 Hasil test positif berarti seseorang terinfeksi HIV dan terdeteksi antibodi HIV, serta dapat
menularkan kepada orang lain.
 Hasil test negatif berarti tidak ada antibodi terhadap HIV dalam darah pada saat test. Tidak
adanya antibodi bisa karena memang tidak terinfeksi atau sudah terinfeksi tetapi belum
mempunyai antibodi yang cukup untuk dideteksi oleh alat pemeriksaaan test HIV (period
pendek).
 Hasil pemeriksaan reaktif akan dirujuk ke layanan diagnosis HIV. Rujukan diagnosis dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
1) Mengirim sample darah pasien.
2) Petugas kesehatan dari layanan rujukan datang untuk melakukan test.
3) Pasien dikirim ke layanan rujukan.
 Pasien tidak sadar boleh langsung cek HIV dan tetap izin kepada keluarga.
 Pasien yang mau cuci darah boleh langsung cek HIV, bila hasil positif kembali ke konselor.
 Pasien HIV boleh digabung dengan penyakit non infeksi ( mis: HT, DM dll)
 Pasien yang masuk ke IGD dengan suspek B20 tidak perlu buru-buru untuk cek HIV.
 Untuk pemeriksaan HIV, menurut kantor dinas tidak perlu ditarik biaya, bisa ditarik biaya
spoit dan alkohol.
 Setiap ibu hamil yang datang ke fasjankes harus diperiksa laboratoriumnya yaitu: Lab Darah
lengkap,HbsAg, sifilis, FIV.
 Bila ibu dengan HIV positif diupayakan mendapatkan pelayanan berikut ini:
a. Layanan Antenatal terpadu sesuai dengan standart.
b. Pemberian ARV dan Kotrimoksasol profilaksis pada ibu hamil dengan HIV.
c. Perencanaan persalinan yang aman dan tatalaksana persalinan, nifas dan layanan
Neonatal.
d. Tatalaksana pemberian makanan terbaik bagi bayi.
e. Pemberian ARV dan Kotrimoksasol profilaksis pada bayi.

Anda mungkin juga menyukai