Anda di halaman 1dari 10

PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu metode studi yang dilakukan melalui penyelidikan sistematis
terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk mencari sebuah kebenaran.

Menurut ilmuwan Hillway(1956), penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang
dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah,
sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.
Whitney(1960) menyatakan bahwa disamping untuk memperoleh kebenaran, kerja
menyelidiki harus pula dilakukan secara sungguh-sungguh dalam jangka waktu yang lama.
Dengan demikian, penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaran sehingga
penelitian juga merupakan metode berpikir secara kritis.

METODELOGI PENELITIAN
Metodelogi penelitian merupakan cara untuk mengetahui hasil dari sebuah permasalahan
yang spesifik. Mencari pertanyaan dengan cara-cara yang sistematis yang kemudian digunakan
dan diupayakan untuk mengetahui semua jawaban hingga dapat diambil sebuah kesimpulan.
Dalam metodelogi penelitian menggunakan banyak kriteria yang berbeda untuk dapat
memecahkan masalah penelitian yang berbeda. Dengan harapan dapat memudahkan peneliti untuk
mengatasi berbagai keterbatasan dan menghasilkan kesimpulan yang terpercaya.

METODE PENELITIAN
Pengertian Metode Penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian akan
dilaksanakan. Metode penelitian ini sering dikacaukan dengan prosedur penelitian atau teknik
penelitian. Hal ini disebabkan karena ketiga hal tersebut saling berhubungan dan sulit dibedakan.
Contoh metode penelitian :
Apabila dalam sebuah penelitian, yang dibicarakan adalah pelaksanaan percobaan di
lapangan, di mana dalam penentuan plot. Pertama-tama dilakukan pembagian daerah menjadi
beberapa blok, kemudian setiap blok dibagi lagi dan seterusnya. Maka yang dibicarakan adalah
prosedur penelitian.
Jika yang dibicarakan adalah penggunaan interview atau wawancara sebagai alat
pengumpulan data, maka yang dibicarakan adalah teknik penelitian.
Jika yang dibicarakan adalah bagaimana penelitian dilakukan, yaitu dengan prosedur dan
alat bagaimana suatu penelitian dilakukan. Maka yang dibicarakan adalah metode penelitian.
Jadi, dalam metode penelitian ini tercakup prosedur penelitian dan teknik penelitian.
Jenis jenis metode penelitian terkait dengan jenis penelitiannya sendiri sebagai berikut.
1. Metode Historis
Penelitian dengan metode historis merupakan penelitian berdasarkan keadaan,
perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dan menimbang secara teliti dan hati-
hati terhadap validitas dari sumber-sumber sejarah.
2. Metode Deskriptif
Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual
secara rinci. Metode penelitian deskriptif pada hakikatnya adalah mencari teori, bukan
menguji teori. Metode ini menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah.
3. Metode Korelasional
Pada metode korelasional, hubungan antara variabel dteliti dan dijelaskan.
Hubungan yang dicari ini disebut sebagai korelasi. Jadi, metode korelasional mencari
hubungan di antara variabel-variabel yang diteliti.
4. Metode Eksperimental
Metode eksperimental merupakan metode penelitian yang memungkinkan peneliti
memanipulasi variabel dan meneliti akibat-akibatnya.

STUDI KASUS

Studi kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial. Metode ini
menggunakan pemerikasaan kepada kasus dengan sistematis dalam melakukan pengamatan,
pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya. Studi kasus dapat digunakan untuk
menghasilkan dan menguji hipotesis.

Berbeda dengan penelitian yang lain, penelitian studi kasus bertujuan secara khusus
menjelaskan dan memahami objek yang ditelitinya secara khusus sebagai suatu ‘kasus’. Berkaitan
dengan hal tersebut, Yin (2003a, 2009) menyatakan bahwa tujuan penggunaan penelitian studi
kasus adalah tidak sekadar untuk menjelaskan seperti apa objek yang diteliti, tetapi untuk
menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus tersebut dapat terjadi.
RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian adalah suatu kesatuan, rencana terinci dan spesifik mengenai cara
memperoleh, menganalisis, dan menginterpretasi data. Tujuan pembuatan Rancangan Penelitian
antara lain menguji atau menemukan ilmu pengetahuan, memperoleh dana untuk membiayai
penemuan baru, membantu mengatasi atau memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat dan
menyelesaikan tugas akhir sekolah atau tugas akhir di perguruan tinggi

Unsur – unsur di dalam Rancangan Penelitian


 Judul : tujuan, indikator, atau variabel
 Masalah
 Sasaran penelitian : lokasi, objek (populasi & sampel)
 Prosedur pengumpulan data
 Cara mengolah, mengorganisasi, dan menyajikan hasil penelitian
 Komponen – komponen etika di dalam penelitian
 Referensi

POPULASI

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. “Apabila seseorang ingin meneliti semua
elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi
atau studi populasi atau study sensus” (Sabar, 2007).

Sedangkan menurut Sugiyono pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2011:80).

Jadi populasi bukan hanya orang tapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi
juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

SAMPLE

Penelitian sample baru boleh di laksanakan apabila keadaan subyek di dalam populasi benar-benar
homogen.
Menurut Sugiyono sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, missal karena keterbatan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil
sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan
untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative
(Sugiyono,2011).

Ada empat parameter yang bisa dianggap menentukan representativeness sampel (sampel
yang benar-benar mencerminkan populasinya), yaitu:

1. Variabilitas populasi 4. Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi


dalam sampel.
2. Besar sampel

3. Teknik penentuan sampel

DAFTAR PUSTAKA
Rutoto, Sabar. 2007. Pengantar Metedologi Penelitian. FKIP: Universitas Muria Kudus
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: AFABETA, cv
TEKNIK SAMPLING

Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua yaitu Probability
Sampling dan Non-probabilty Sampling. Probability sampling merupakan cara pengambilan
sampel yang dilakukan secara acak, sehingga seluruh anggota populasi memiliki peluang yang
sama untuk terpilih menjadi sampel. Sedangkan, Non-Probability Sampling merupakan cara
pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama kepada anggota populasi untuk
dipilih sebagai sampel.

Probability Sampling meliputi, Simple Random Sampling, Proportionate Stratified


Random Sampling, Disproportionate Stratified RandomSampling, dan Cluster Random Sampling.
Syarat utama probability sampling dilakukan adalah sample diambil dari populasi yang homogen.

1. Simple Random Sampling Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota


sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu karena populasi dianggap homogen atau memiliki kesamaan.
2. Proportionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
3. Disproportionate stratified random Sampling Teknik ini umumnya digunakan untuk
menentukan jumlah sampel, dengan kondisi populasi berstrata namun kurang proporsional.
4. Cluster Sampling (Area Sampling) Teknik sampling ini digunakan untuk menentukan
sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Untuk menentukan
penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya
berdasarkan daerah populasi yang ditetapkan.

Nonprobability Sampling Non Probability sampling adalah teknik yang sampling yang
diambil dengan tujuan dan maksud tertentu oleh peneliti. Tujuan ini muncul bisa disebabkan oleh
masalah penelitian, sehingga teknik non probability sampling tidak dapat dilakukan generalisasi
kesimpulan terhadap populasi. Non-probability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling
kuota, sampling insidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.

1. Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut.
2. Sampling Kuota adalah teknik untuk penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-
ciri tertentu sehingga jumlah (kuota) yang diinginkan terpenuhi.
3. Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti di awal dapat digunakan
sebagai sampel, namun tetap dengan syarat apabila orang yang ditemui tersebut kebetulan
ditemui itu sesuai sebagai sumber data.
4. Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
5. Sampling Jenuh merupakan teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel.
6. Snowball sampling merupakan teknik penentuan sampel yang pada awalnya berjumlah
kecil kecil, kemudian membesar, sebagaimana analogi bola salju.

Source: http://www.eurekapendidikan.com/2014/10/teknik-sampling-dalam-peneltian.html

VALIDITAS
Menurut Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Pengertian validitas menurut Walizer (1987) adalah tingkaat kesesuaian antara suatu
batasan konseptual yang diberikan dengan bantuan operasional yang telah dikembangkan.

Menurut Masri Singarimbun, validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu
mengukur apa yang ingin diukur. Bila seseorang ingin mengukur berat suatu benda, maka dia harus
menggunakan timbangan. Timbangan adalah alat pengukur yang valid bila dipakai untuk
mengukur berat, karena timbangan memang mengukur berat. Bila panjang sesuatu benda yang
ingin diukur, maka dia harus menggunakan meteran. Meteran adalah alat pengukur yang valid bila
digunakan untuk mengukur panjang, karena memang meteran mengukur panjang. Tetapi
timbangan bukanlah alat pengukur yang valid bilamana digunakan untuk mengukur panjang.

Kerlinger (1990) membagi validitas menjadi tiga yaitu:


• Content validity (Validitas isi) adalah validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap
isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validitas ini
adalah “sejauh mana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek
yang hendak diukur oleh alat ukur yang bersangkutan?” atau berhubungan dengan representasi

• Construct validity (Validitas konstruk) adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana alat
ukur mengungkap suatu trait atau konstruk teoritis yang hendak diukurnya. (Allen & Yen, dalam
.Azwar 1986). Pengujian validitas konstruk merupakan prosesyang terus berlanjut sejalan dengan
perkembangan konsep mengenai trait yang diukur.

• Criterion-related validity (Validitas berdasar kriteria). Validitas ini menghendaki tersedianya


criteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor alat ukur. Suatu kriteria adalah
variabel perilaku yang akan diprediksi oleh skor alat ukur.

RELIABILITAS

Walizer (1987) menyebutkan pengertian Reliability (Reliabilitas) adalah keajegan


pengukuran.
Menurut John M. Echols dan Hasan Shadily (2003: 475) reliabilitas adalah hal yang dapat
dipercaya. Popham (1995: 21) menyatakan bahwa reliabilitas adalah "...the degree of which test
score are free from error measurement" Menurut Brennan (2001: 295) reliabilitas merupakan
karakteristik skor, bukan tentang tes ataupun bentuk tes.

Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil


pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian
harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.

Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat statistik (Feldt &
Brennan, 1989: 105) Berdasarkan sejarah, reliabilitas sebuah instrumen dapat dihitung melalui dua
cara yaitu kesalahan baku pengukuran dan koefisien reliabilitas (Feldt & Brennan: 105). Kedua
statistik di atas memiliki keterbatasannya masing-masing. Kesalahan pengukuran merupakan
rangkuman inkonsistensi peserta tes dalam unit-unit skala skor sedangkan koefisien reliabilitas
merupakan kuantifikasi reliabilitas dengan merangkum konsistensi (atau inkonsistensi) diantara
beberapa kesalahan pengukuran. Dalam kerangka teori tes klasik, suatu tes dapat dikatakan
memiliki reliabilitas yang tinggi apabila skor tampak tes tersebut berkorelasi tinggi dengan skor
murninya sendiri. Interpretasi lainnya adalah seberapa tinggi korelasi antara skor tampak pada dua
tes yang pararel. (Saifuddin Azwar, 2006: 29). Reliabilitas menurut Ross E. Traub (1994: 38) yang
disimbolkan oleh dapat didefinisikan sebagai rasio antara varian skor murni dan varian skor
tampak .Secara matematis teori di atas dapat ditulis :

Jenis-jenis Reliabilitas

Walizer (1987) menyebutkan bahwa ada dua cara umum untuk mengukur reliabilitas, yaitu:

1. Relibilitas stabilitas. Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama atau serupa untuk
setiap orang atau setiap unit yang diukur setiap saat anda mengukurnya.
2. Reliabilitas ekivalen. Menyangkut usaha memperoleh nilai relatif yang sama dengan jenis
ukuran yang berbeda pada waktu yang sama. Definisi konseptual yang dipakai sama tetapi
dengan satu atau lebih indicator yang berbeda, batasan-batasan operasional, paeralatan
pengumpulan data, dan/ atau pengamat-pengamat.

Metode pengujian reliabilitas Tiga tehnik pengujian realibilitas instrument antara lain :

a. Teknik Paralel (Paralel Form atau Alternate Form) Teknik paralel disebut juga tenik
”double test double trial”. Sejak awal peneliti harus sudah menyusun dua perangkat
instrument yang parallel (ekuivalen), yaitu dua buah instrument yang disusun berdasarkan
satu buah kisi-kisi.
b. Teknik Ulang (Test Re-test) Disebut juga teknik ”single test double trial”. Menggunakan
sebuah instrument, namun dites dua kali. Hasil atau skor pertama dan kedua kemudian
dikorelasikan untuk mengetahui besarnya indeks reliabilitas.Teknik perhitungan yang
digunakan sama dengan yang digunakan pada teknik pertama yaitu rumus korelasi
Pearson.
c. Teknik Belah Dua (Split Halve Method) Disebut juga tenik “single test single trial”.
Peneliti boleh hanya memiliki seperangkat instrument saja dan hanya diujicobakan satu
kali, kemudian hasilnya dianalisis, yaitu dengan cara membelah seluruh instrument
menjadi dua sama besar.

Jika kita melihat permasalahan ini dari kacamata asumsi yang mendasari pemikiran
reliabilitas di atas, maka reliabel = ajeg. tentu saja dengan persyaratan yang mustahil untuk
dipenuhi tadi. Tapi jika dilihat dalam konteks aplikasinya, reliabilitas tidak selalu sama dengan
keajegan, tergantung dari pendekatan mana yang digunakan untuk mengestimasinya.
Mungkin akan lebih aman jika kita menyebut reliabilitas sebagai "tingkat kepercayaan, seberapa
jauh error yang dihasilkan dari tes, dan seberapa jauh hasil tes dapat dipercaya". (Feldt & Brennan,
1989: 105)

PENELITIAN KUANTITATIF

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk mengungkapkan gejala secara
holistik-konstektual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti
sebagai instrumen kunci. Penelitian kuantitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis pendekatan induktif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menitikberatkan pada
pengukuran dan analisis hubungan sebab-akibat antara bermacam-macam variabel, bukan
prosesnya, penyelidikan dipandang berada dalam kerangka bebas nilai.

PENELITIAN KUALITATIF

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan
deduktif-induktif. Penelitian kualitatif adalah penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji
secara ketat atau belum diukur, menekankan sifat realita yang terbangun secara sosial, hubungan
erat antara yang diteliti dengan peneliti, tekanan situasi yang membentuk penyelidikan, sarat nilai,
menyoroti cara munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya.

PERBEDAAN PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF

Penelitian kuantitatif mengambil jarak antara peneliti dengan obyek yang diteliti, menggunakan
instrumen-instrumen formal, standar, dan bersifat mengukur. Sedangkan penelitian kualitatif
menyatu dengan situasi dan fenomena yang diteliti, menggunakan peneliti sebagai instrumen.
Berdasarkan Williams (1988) ada lima pandangan dasar perbedaan antara pendekatan kuantitatif
(istilah Williams dengan kuantitatif positivistik) dan kualitatif. Kelima pendangan
dasar perbedaan tersebut adalah:

1. Bersifat realitas, pendekatan kuantitatif melihat realitas sebagai tunggal, konkrit, teramati, dan
dapat difragmentasi. Sebaliknya pendekatan kualitatif melihat realitas ganda (majemuk), hasil
konstruksi dalam pandangan holistik. Sehingga peneliti kuantitatif lebih spesifik, percaya
langsung pada obyek generalis, meragukan dan mencari fenomena pada obyek yang realitas.
2. Interaksi antara peneliti dengan obyek penelitiannya, pendekatan kuantitatif melihat
sebagai independen, dualistik bahkan mekanistik. Sebaliknya pendekatan kualitatif melihat
sebagai proses interaktif, tidak terpisahkan bahkan partisipasif.
3. Posibilitas generalis, pendekatan kuantitatif bebas dari ikatan konteks dan waktu (nomothetic
statements), sedangkan pendekatan kualitatif terikat dari ikatan konteks dan waktu (idiographic
statements).
4. Posibilitas kausal, pendekatan kuantitatif selalu memisahkan antara sebab riil temporal
simultan yang mendahuluinya sebelum akhirnya melahirkan akibat-akibatnya. Sedangkan
pendekatan kualitatif selalu mustahilkan usaha memisahkan sebab dengan akibat, apalagi
secara simultan.
5. Peranan nilai, pendekatan kuantitatif melihat segala sesuatu bebas nilai, obyektif dan harus
seperti apa adanya. Sebaliknya pendekatan kualitatif melihat segala sesuatu tidak pernah bebas
nilai, termasuk si peneliti yang subyektif.
(Lukas S. Musianti,2002;123-136)
KESALAHAN PENARIKAN SAMPEL (SAMPLING ERROR)

Diyakini bahwa sampel yang ‘baik’ merupakan miniatur dari populasi. Meskipun demikian
pengambilan sampel yang berulang-ulang biasanya menghasilkan besaran suatu karakteristik
populasi yang berbeda-beda antar satu sampel ke sampel lainnya. Sampling error mencerminkan
keheterogenan atau peluang munculnya perbedaan dari satu sampel dnegan sampel yang lain
akrena perbedaan individu yang terpilih dari berbagai sampel tersebut.

Solusi : sampling error dapat diperkecil dengan memperbesar ukuran sampel meskipun upaya ini
mengakibatkan peningkatan biaya survey.

Sumber:

1. Sendjaja, Sasa Djuarsa, 1993. Teori Komunikasi, Jakarta: Univ. Terbuka


2. Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar
3. Littlejohn, Stephen, 1996, Theories of Human Communication. Wadsworth
Publishing Company Inc Belmont

Anda mungkin juga menyukai