Anda di halaman 1dari 11

Perawatan Tali Pusat

1.Tali pusat

Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord. Merupakan saluran

kehidupan bagi janin selama ia di dalam kandungan, sebab selama dalam rahim, tali pusat ini

lah yang menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalam nya.

Begitu janin dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen.dari ibunya, karena bayi mungil

ini sudah dapat bernafas sendiri melalui hidungnya. Karena sudah tak diperlukan lagi maka

saluran ini harus dipotong dan dijepit, atau diikat (Wibowo, 2008). Diameter tali pusat antara

1cm - 2,5cm, dengan rentang panjang antara 30cm- 100cm, rata-rata 55cm, terdiri atas

alantoin yang rudimenter, sisa-sisa omfalo mesenterikus, dilapisi membran mukus yang tipis,

selebihnya terisi oleh zat seperti agar-agar sebagai jaringan penghubung mukoid yang disebut

jeli whartor. Setelah tali pusat lahir akan segera berhenti berdenyut, pembuluh darah tali

pusat akan menyempit tetapi belum obliterasi, karena itu tali pusat harus segera dipotong dan

diikat kuat-kuat supaya pembuluh darah tersebut oklusi serta tidak perdarahan (Retniati,

2010;9).

2. Pembentukan Tali Pusat

Tali pusat (funikulus umbilikus) atau sering disebut juga funis merentang dari
umbilikus janin ke permukaan fetal plasenta dan mempunyai panjang 50-55 cm. Tali pusat
membungkus dua buah arteri umbilikalis yang mengangkut darah yang sudah diambil
oksigennya dari dalam tubuh janin, vena umbilikalis yang tunggal membawa darah yang
sudah dibersihkan dari plasenta ke dalam janin.
Pembuluh darah umbilikalis tertanam dalam substansi gelatinosa yang dikenal dengan
nama jeli wharton. Jeli ini melindungi pembuluh darah tersebut terhadap kompresi (tekanan)
dan membantu mencegah penekukan tali pusat. Jeli wharton akan mengembang jika terkena
udara. Kekuatan aliran darah (±400 ml per menit) lewat tali pusat membantu tali pusat dalam
posisi relatif lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak.
Sampai tali pusat dijepit dan kemudian digunting, bayi tetap berhubungan dengan tali
pusat. Dalam keadaan tertentu, penjepitan tali pusat mungkin ditunda untuk beberapa saat dan
posisi bayi direndahkan untuk memberikan tambahan darah dari plasenta mengalir ke tubuh
bayi. Tranfusi plasenta yang demikian dapat meningkatkan volume darah bayi sampai satu
setengahnya. Bayi kemudian dapat diletakkan di atas abdomen ibunya, dalam bak berisi air
hangat, atau di meja hitam, sementara tali pusat dijepit atau diikat dengan pengikatan di
sekitar tali pusat dekat abdomen. Saat ini sudah banyak peralatan yang digunakan dalam
penjepitan tali pusat. Semuanya harus dapat mengikat dengan aman untuk mencegah
kehilangan darah yang fatal.
Beberapa dokter atau bidan memberikan gunting pada ayah ayah untuk memutuskan
tali pusat bayinya sendiri. Tindakan ini menyimpulkan pembebasan bayi dan menerima
tanggung jawab sebagai orangtua tentang kesejahteraan anaknya.
Spesimen darah tali pusat dikumpulkan dari semua bayi yang baru lahir untuk pemeriksaan
terhadap sifilis, acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), atau adanya antibodi Rh.
Darah tali pusat dibiarkan mengalir dari plasenta ke dalam tube yang telah disiapkan sebelum
mulai membeku (Sodikin, 2009; h. 7-9).

3. Struktur Tali Pusat


Tali pusat normalnya dari tiga bagian, dua arteri dan satu vena dikelilingi. Arteri dan
vena umbilikus terlindung dalam sumbu umbilikus. Sumbu tersebut dipenuhi dengan bahan
gelatinosa yang disebut jeli wharton, yang membantu mencegah kekusutan. (Deooly, Lamb,
Helseth [1986] dalam Romero, Pilu, Jeanty, Ghidini, Hobbins, 2002) dan Hamilton (1985).
Sumbu tersebut merupakan perpanjangan dari body stalk pada awal perkembangan embrionik
dan mempunyai panjang sekitar 60 cm pada term. Vena umbilikalis sebelah kanan biasanya
menghilang pada awal perkembangan janin, yang tertinggal hanya vena umbilikalis sebelah
kiri. Pada penampang setiap bagian tali pusat dekat bagian tengahnya terdapat saluran kecil
dari vesikel umbilikalis yang dilapisi oleh sel epitel kubis atau pipih.

Pada bagian yang berbeda di dekat umbilikalis, terdapat saluran lain yang merupakan
sisa dari alantoin. Bagian intraabdominal vesikel umbilikalis yang memanjang dari
umbilikalis sampai usus biasanya atrofi dan menghilang, namun kadang tetap paten dan
membentuk divertikulum Meckel. Kelainan vaskular yang biasanya diketemukan pada tali
pusat manusia adalah tidak adanya satu arteri umbilikalis.
Tali pusat (funis) memanjang dari umbilikalis sampai ke permukaan fetal plasenta.
Permukaannya berwarna putih kusam, lembap, dan tertutup amnion yang ketiga pembuluh
darah umbilikalis dapat terlihat melaluinya.
Diameter tali pusat ±1-2,5 cm dengan rata-rata panjang 55 cm, namun memilik rentan
panjang antara 30-100 cm. Lipatan dan kelokan pembulh-pembuluh darah, membuatnya lebih
panjang dari tali pusat, sering menimbulkan nodulasi pada permukaan, atau simpul palsu
(varises). Matriks dari tali pusat terdiri dari Jeli Wharton.
Setelah proses fiksasi pembuluh pusat akan tampak kosong. Bila difiksasi dalam
keadaan distensi normal, tampak pada arteri umbilikalis adanya lipatan intima transversal dari
Hoboken yang melintas bagian dari lumennya. Mesoderrm tali pusat, yang berasal dari
alantoin, akan menyatu dengan amnion.
Sirkulasi darah vena umbilikalis melalui dua rute duktus venosus yang
langsung mengosongkan isinya ke vena inferior, serta melalui beberapa pembuluh darah yang
lebih kecil ke dalam sirkulasi hepatik janin kemudian ke vena kava inferior melalui vena
hepatika. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang tahanannya lebih kecil. Tahan di
dalam duktus venosus diatur oleh suatu klep yang terletak pada bagin awal duktus venosus di
umbilikalis dan diinervasi oleh saraf vagus.

4. Fungsi Tali Pusat


Fungsi tali pusat adalah:
1) Memberikan makanan kepada janin
2) Ekskresi hormon
3) Respirasi janin, pertukaran O2 dan CO2 antara janin dan ibu
4) Menbentuk hormon estrogen
5) Menyalurkan berbagai antibodi dari ibu
6) Sebagai barrier terhadap janin dari kemungkinan masuknya mikroorganisme/kuman
(Sulistyawati, 2012; h. 49).
Sirkulasi darah janin dalam rahim berbeda dengan sirkulasi darah pada bayi dan anak. Selama
kehidupan dalam rhim, paru-paru janin tidak berfungsi sebagai alat pernafas, pertukaran gas
sepenuhnya dilakukan oleh plasenta. Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena
umbilikalis yang terdapat dalam tali pusat. jumlah darah yang mengalir melalui tali pusat ada
sekitar 125 ml/kg/BB per menit atau sekitar 500 ml per menit.
Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam vena kava inferior,
bercampur dengan darah yang kembali dari bagian bawah tubuh. Kemudian memasuki atrium
kanan, tempat aliran darah dari vena kava inferior melalui foremen ovale globin manusia
dewasa normal atau disebut hemoglobin A (Ganong,1995). Kecuali bahwa rantai β diganti
oleh rantai γ yaitu hemoglobin F merupakan α2 γ2. Rantai γ juga mengandung 146 gugusan
amino, tetapi mempunyai 37 yang berbeda dari yang dalam rantai β.
Hemoglobin fetus normalnya digantikan oleh hemoglobin orang dewasa segera setelah lahir.
Akan tetapi pada individu tertentu, mengalami kegagalan hilang dan menetap seumur hidup.
Di dalam tubuh, kadar O2 pada PO2 tertentu lebih besar dibandingkan hemoglobin orang
dewasa karena O2 kurang dalam mengikat 2,3-DPG. Hal ini memudahkan gerakan O2 dari ibu
ke sirkulasi janin (Sodikin, 2009; h. 15-18).

5. Asuhan Tali Pusat


Pemotongan Tali Pusat
Pemotongan tali pusat menurut standar asuhan persalinan normal pada langkah ke 26 sampai
dengan 28 berikut ini :
a. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat.
b. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
c. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-
jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem. (JNPKR, Depkes RI, 2004).

Memotong dan mengikat tali pusat


(1) Memotong dan potong tali pusat setelah dua menit setelah bayi lahir. Lakukan terlebih
dahulu penyuntikan oksitosin, sebelum tali pusat dipotong.
(2) Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat)
bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat
kearah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat).
Kemudian jepit (dengan klem kedua) tali pusat bagian yang isinya sudah dikosongkan
(sisiibu), berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama.
(3) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat
sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem
tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
(4) Ikatan tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkar
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
(5) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin 0,5%
(6) Kemudian, letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu untuk Inisiasi Menyusu
Dini dan melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu (minimal) dalam 1 jam pertama
setelah lahir

6. Definisi perawatan tali pusat

Perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau memelihara pada tali pusat bayi setelah

tali pusat dipotong atau sebelum puput (Paisal, 2008). Perawatan tali pusat adalah pengobatan

dan pengikatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu bayi,

kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan terhindar dari

infeksi tali pusat (Hidayat,2005).

7. Tujuan perawatan tali pusat

Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru

lahir, agar tali pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi infeksi

pada tali pusat bayi. Penyakit tetanus ini disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang

mengeluarkan toksin (Racun), yang masuk melalui luka tali pusat, karena perawatan atau

tindakan yang kurang bersih (Saifuddin, 2001). Menurut Paisal (2008), perawatan tali pusat

bertujuan untuk menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada bayi

baru lahir, membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat kering dan lepas.

8. Penatalaksanaan perawatan tali pusat yang benar

(Panduan APN, 2010)

a. Peralatan Yang Dibutuhkan:

1). 2 Air DTT, hangat : - 1 untuk membasahi dan menyabuni

- 1 untuk membilas

2). Washlap kering dan basah


3). Sabun bayi

4). Kassa steril

5). 1 set pakaian bayi

b. Prosedur Perawatan Tali Pusat:

1). Cuci tangan.

2). Dekatkan alat.

3). Siapkan 1 set baju bayi yang tersusun rapi, yaitu: celana, baju,

bedong yang sudah digelar.

4). Buka bedong bayi.

5). Lepas bungkus tali pusat.

6). Bersihkan/ ceboki dengan washlap 2-3x dari bagian muka

sampai kaki/ atas ke bawah.

7). Pindahkan bayi ke baju dan bedong yang bersih.

8). Bersihkan tali pusat, dengan cara:

a). Pegang bagian ujung

b). Basahi dengan washlap dari ujung melingkar ke batang

c). Disabuni pada bagian batang dan pangkal

d). Bersihkan sampai sisa sabunnya hilang

e). Keringkan sisa air dengan kassa steril

f). Tali pusat tidak dibungkus.

9). Pakaikan popok, ujung atas popok dibawah tali pusat, dan talikan di pinggir. Keuntungan :

Tali pusatnya tidak lembab, jika pipis tidak langsung mengenai tali pusat, tetapi ke bagian

popok dulu.

10). Bereskan alat.


11). Cuci tangan.

Menurut rekomendasi WHO, cara perawatan tali pusat yaitu cukup membersihkan bagian

pangkal tali pusat, bukan ujungnya, dibersihkan menggunakan air dan sabun, lalu kering

anginkan hingga benar-benar kering. Untuk membersihkan pangkal tali pusat, dengan sedikit

diangkat (bukan ditarik). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tali pusat yang

dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas) dibanding tali pusat

yang dibersihkan menggunakan alkohol. Selama sebelum tali pusat puput, sebaiknya bayi

tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air, cukup dilap saja dengan air hangat.

Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya 2x sehari selama balutan atau kain yang bersentuhan

dengan tali pusat tidak dalam keadaan kotor atau basah. Tali pusat juga tidak boleh dibalut

atau ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain

memperlambat puputnya tali pusat, juga dapat menimbulkan resiko infeksi. Intinya adalah

membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat mengering dan terlepas.

9. Dampak positif dan dampak negatif

Dampak positif dari perawatan tali pusat adalah bayi akan sehat dengan kondisi tali pusat

bersih dan tidak terjadi infeksi serta tali pusat pupus lebih cepat yaitu antara hari ke 5-7 tanpa

ada komplikasi (Hidayat, 2005). Dampak negatif perawatan tali pusat adalah apabila tali

pusat tidak dirawat dengan baik, kuman-kuman bisa masuk sehingga terjadi infeksi yang

mengakibatkan penyakit Tetanus neonatorum.

Penyakit ini adalah salah satu penyebab kematian bayi yang terbesar di Asia Tenggara

dengan jumlah 220.000 kematian bayi, sebab masih banyak masyarakat yang belum mengerti

tentang cara perawatan tali pusat yang baik dan benar (Dinkes RI, 2005). Cara persalinan
yang tidak steril dan cara perawatan tali pusat dengan pemberian ramuan tradisional

meningkatkan terjadinya tetanus pada bayi baru lahir (Retniati, 2010;11).

10. Cara pencegahan infeksi pada tali pusat

Cara penanggulangan atau pencegahan infeksi pada tali pusat meliputi:

a). Penyuluhan bagi ibu pasca melahirkan tentang merawat tali pusat

b). Memberikan latihan tentang perawatan tali pusat pada ibu pasca persalinan.

c). Instruksikan ibu untuk selalu memantau keadaan bayinya.

d). Lakukan perawatan tali pusat setiap hari dan setiap kali basah atau kotor. (Arin & Akbar,

2009).

Hasil penelitian Sri Mutia Batu Bara (2009) di desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak

Kabupaten Deli Serdang menyebutkan bahwa jumlah infeksi pada tali pusat pada tahun 2008

berjumlah 65% kemudian meningkat menjadi 80% pada tahun 2009, kondisi ini

menunjukkan bahwa angka infeksi tali pusat semakin meningkat. Rendahnya pengetahuan

tentang perawatan tali pusat diduga turut menjadi faktor penyebab tingginya angka kematian

akibat infeksi tali pusat, (Iis Sinsin, 2008). Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah

dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan

kering dan bersih. Pemakaian antimikrobial topikal pada perawatan tali pusat dapat

mempengaruhi waktu pelepasan tali pusat, yaitu merusak flora normal sekitar tali pusat

sehingga memperlambat pelepasan tali pusat (Retniati, 2010;4).

Pemberian antiseptik pada tali pusat tidak diperlukan, karena resiko terjadinya kontaminasi

adalah kecil, yang penting terjaga kebersihannya. Berbeda dengan bayi yang dirawat di

rumah sakit, penggunaan antiseptik mungkin diperlukan untuk mengurangi terjadinya infeksi

pada tali pusat (Ratri Wijaya, 2006;12). Perawatan praktis lainnya yang mungkin dapat

mengurangi timbulnya resiko terjadinya infeksi tali pusat adalah dengan cara rawat gabung
dan kontak langsung kulit bayi dan ibunya mulai lahir agar bayi mendapatkan pertumbuhan

flora normal dari ibunya yang sifatnya patogen. Pemberian air susu ibu yang dini dan sering

akan memberikan antibodi kepada bayi untuk melawan infeksi. Pemberian antiseptik pada

tali pusat tidak diperlukan, karena resiko terjadinya kontaminasi adalah kecil, yang penting

terjaga kebersihannya. Berbeda dengan bayi yang dirawat di rumah sakit, penggunaan

antiseptik

mungkin diperlukan untuk mengurangi terjadinya infeksi pada tali pusat (Retniati, 2010;12).
DAFTAR PUSTAKA

Enkin, M., Keirse, MJNC, Neilson, J. Crowther, C, Duley, L., Hodnett, E., dkk.

(2000) Sebuah panduan untuk perawatan efektif dalam kehamilan dan persalinan. Jakarta:

Oxford University Press.

Farrer, Hellen. 2001. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta: EGC

Hamilton, Persis. 1995. Dasar- Dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6. Jakarta: EGC

Hidayat, Alimul. 2007. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Hidayat, Aziz. 2009. Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita. Jakarta : buku kedokteran EGC

Parker, Catharinr. 2008. Konsultasi kebidanan. Jakarta: Erlangga

Priono, Yunisa. 2010. Merawat Bayi Tanpa Babby Sitter. Jakarta: Buku Kita

Anda mungkin juga menyukai