Anda di halaman 1dari 18

BAB I

STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
B. Nama : Ny. K
C. Jenis Kelamin : Perempuan
D. Umur : 37 tahun
E. Alamat : Jakarta Masak
F. Pekerjaan : Juru Masak

G. Anamnesis
Auto-anamnesa
1. Keluhan utama : Kesemutan ditangan kanan sejak ± 1 bulan
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan kesemutan di
telapak tangan kanan yang dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu.
Kesemutan terutama dirasakan pada sisi dalam jari tengah, telunjuk, dan
ibu jari. Kesemutan bersifat hilang timbul dan dirasakan terutama pada
malam hari dan berkurang bila dikebas-kebaskan.
Pasien mengeluh rasa sedikit tebal pada jari tengah, telunjuk, dan ibu jari.
Keluhan muncul bersamaan dengan rasa kesemutan. Pasien juga mengaku
terdapat nyeri di pergelangan tangan. Nyeri dirasakan ± 4 hari yang lalu.
Nyeri berkurang bila pergelangan tangan dipijat atau dikibas-kibaskan.
Pasien tidak pernah memeriksakan keluhan tersebut sebelumnya. Oleh
pasien tangan yang sakit masih tetap digunakan untuk bekerja. Pasien
bekerja sebagai penjual bubur yang aktivitasnya mengaduk bubur pada
kuali besar setiap hari yang sudah dijalani lebih dari 8 tahun. Pasien juga
mengaku mempunyai kebiasaan mencuci dan memeras pakaian dengan
tangan di rumah.
Pasien menyangkal riwayat bengkak dan panas di pergelangan tangan.
Pasien juga menyangkal riwayat jatuh menumpu pada tangan. Pasien juga
menyangkal kebiasaan tidur menumpu pada pergelangan tangan. Pasien
menyangkal riwayat kelemahan anggota gerak. Pasien menyangkal
riwayat kesulitan dalam memegang botol atau benda-benda berbentuk
sejenis.

3. Riwayat penyakit dahulu :


- Riwayat penyakit seperti ini sebelumnya disangkal
- Riwayat darah tinggi disangkal
- Riwayat trauma disangkal
- Riwayat kencing manis disangkal

4. Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit yang sama dengan
pasien.

5. Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah minum obat sebelumnya

6. Riwayat Alergi :
Riwayat alergi cuaca, makanan, dan obat disangkal

7. Riwayat pribadi dan kebiasaan :


Pasien bekerja sehari-hari sebagai pedagang dan mengerjakan semua
pekerjan rumah tangga sendiri. Pasien tidak merokok, tidak meminum
alkohol

H. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : komposmentis kooperatif
GCS : E4M6V5
Tanda vital
 TD : 110/70 mmHg
 Nadi : 82 x/m
 RR : 20 x/m
 Suhu : 36,8C
Kepala
- Mata : sklera tidak kuning, konjungtiva tidak anemis
- Telinga : serumen tidak ada
- Hidung :sekret tidak ada, deviasi septum tidak ada
- Mulut : mukosa basah, lidah tidak bisa dijulurkan
Thoraks
a. Paru-paru
Inspeksi : simetris kanan dan kiri
Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor kedua lapang paru
Auskultasi : vasikuler, ronki (-), wheezing (-)
b. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba. Thrill tidak ada.
Perkusi :
 Batas jantung kanan : SIC IV linea parasternalis dekstra
 Batas jantung kiri : SIC V 1 jari medio linea midclavicula
sinistra
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama regular, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
- Atas : Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada
- Bawah : Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada,
2. Status neurologis
 Keadaan Umum : sakit ringan
 Kesadaran : composmentis
 GCS : 15
Rangsang meningeal
 Kaku Kuduk : -
 Laseque sign :-
 Kernig sign :-
 Brudzinki I/II : -/-
 Patrick : -/-
 Kontrapatrick : -/-

PEMERIKSAAN NERVUS KRANIAL


Nervus Olfaktorius

Dextra Sinistra
a.
b.Daya pembau Normosmia Normosmia
c.

Nervus Optikus

Dextra Sinistra

Tajam Penglihatan Norma Normal

Lapang Pandang Normal Normal

Pengenalan Warna Normal Normal

Funduskopi Tidak dilakukan

Papil edema

Arteri:Vena
Nervus Okulomotoris

Dextra Sinistra

Ptosis - -

Gerakan Baik Baik


Bola Mata
Baik Baik
 Medial
Baik Baik
 Atas

 Bawah

Ukuran Pupil Pupil bulat isokor Ø ODS 3 mm

Refleks + +
Cahaya Langsung

Refleks + +
Cahaya Konsensual

Akomodasi Baik Baik

Nervus Trokhlearis

Dextra Sinistra

Gerakan Mata Medial


Baik Baik
Bawah
Nervus Trigeminus

Menggigit Normal

Membuka mulut Normal

Sensibilitas

 Oftalmikus + +

 Maksilaris + +

 Mandibularis + +

Refleks kornea Tidak dilakukan

Refleks bersin Tidak dilakukan

Nervus Abdusens

Dextra Sinistra

Gerakan mata ke lateral + +

Nistagmus -
Nervus Facialis

Dextra Sinistra

Mengangkat alis + +

Kerutan dahi + +

Menutup mata Normal Normal

Menyeringai Normal Normal

Nervus Vestibulochoclearis

Dextra Sinistra

Tes Romberg -

Past Pointing -

Tes bisik Normal normal

Tes Rinne

Tes Weber Tidak dilakukan

Tes Schwabach
Nervus Glosofaringeus & Nervus Vagus

Arkus faring Gerakan Simetris

Daya Kecap Lidah 1/3 belakang Tidak dilakukan

Uvula Letak di tengah

Menelan Normal

Refleks muntah Tidak dilakukan

Nervus Assesorius

Dextra Sinistra

Memalingkan kepala Baik Baik

Mengangkat bahu Baik Baik

Nervus Hipoglosus

Sikap lidah Tidak ada deviasi

Fasikulasi -

Tremor lidah -

Atrofi otot lidah -


PEMERIKSAAN MOTORIK
Anggota Gerak Atas

Dextra Sinistra

Bentuk Tidak ada deformitas

Kontur Otot Eutrofi Eutrofi

Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5

Reflex Bisep + +

Reflex Trisep + +

Anggota Gerak Bawah

Dextra Sinistra

Bentuk Tidak ada deformitas

Kontur Otot Eutrofi Eutrofi

Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5

Reflex Patella + +

Reflex Achilles + +

Refleks Fisiologis
 Biseps ++/++
 Triseps ++/++
 Patella ++/++
 Achilles ++/++
REFLEKS PATOLOGIS
Dextra Sinistra
Babinski - -
Chaddocck - -
- -
Oppenheim

Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
- -
Hoffman Trommer

PEMERIKSAAN SENSORIK

Dextra Sinistra

Rasa Raba
- Ekstremitas Atas berkurang +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Nyeri
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Suhu
- Ekstremitas Atas Tidak dilakukan
- Ekstremitas Bawah

Tes Provokasi
 Tes tinel : Nyeri (+/-) nyeri saat dilakukan perkusi pada terowongan
karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
 Tes phalen: Kesemutan (+/-) bertambah saat dilakukan fleksi tangan
secara maksimal
 Tes flick : Kesemutan (+/-) berkurang saat pasien mengibas-
ngibaskan tangan
I. Resume

Pasien datang ke RSIJ dengan keluhan telapak tangan kanan sering kesemutan
yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan hilang timbul terutama
setelah bekerja. Pasien juga mengeluh rasa tebal terutama pada jari tengah,
telunjuk, dan ibu jari tangan kanan. Pasien juga mengeluhkan nyeri di
pergelangan tangan kanan yang tidak menjalar sejak 4 hari yang lalu dan
menghilang bila dikebas-kebaskan.

Pasien bekerja mengaduk bubur pada kuali besar setiap hari yang sudah dijalani
selama lebih dari 8 tahun. Pasien juga mengaku sering mencuci baju dengan
tangan dan memeras pakaian.

J. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan.

K. Masalah
 Diagnosis klinis : Kesemutan pada kedua tangan, nyeri tangan, baal,
 Diagnosis topis : Nervus medialis
 Diagnosis etiologi: Carpal Tunnel Syndrome
 Diagnosis patologi: Kompresi

L. Pemecah Masalah

Rencana Penunjang

- Foto rongen wrist join dextra sinistra AP/lateral


- Electromielograf

Terapi Medikamentosa

- Meloxicam 15 mg 1x1
- Vit B6 tab 50mg 3x1

Terapi Nonmedikamentosa
- Fisioterapi
- Fiksasi pergelangan tangan dengan bandage
- Mengurangi aktivitas yang memberatkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah kumpulan gejala akibat penyempitan
pada terowongan carpal, baik akibat edema fasia pada terowongan tersebut
maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan yang menyebabkan
penekananan terhadap nervus medianus dipergelangan tangan.

B. Anatomi
Terowongan ini dibatasi pada ketiga sisinya oleh tulang dan ligamentum
fibrosa. Atap dari terowongan tersebut terdiri dari ligamentum karpal
transversum atau fleksor retinaculum yang tebal dan padat. Bersama dengan
Sembilan tendon fleksor dari ibu jari dan jari, nervus medianus melewati
terowongan karpal ini yang mempersyarafi jari 1,2,3 4 ½.

C. Epidemiologi
Prevalensi dari populasi umum sekitar 3,8%. CTS merupakan hasil dari
kombinasi kondisi kesehatan dan aktivitas fisik yang berulang yang dapat
meningkatkan tekanan pada nervus medianus saat melewati terowongan
karpal.

D. Etiologi dan Patofisiologi


Hipotesa mengenai pathogenesis dari CTS, factor mekanik dan vascular
memegang peran penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi
secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinaculum yang
menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-
ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler.
Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi
ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan
merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran
protein sehingga terjadi edema epineural.
Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang
merusak serabut saraf. Lama-kelamaan safar menjadi atrofi dan digantikan
oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu
secara menyeluruh.
Selain akibat adanya penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler
akan menyebabkan gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf.
Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler
yang menyebabkan berlanjutknya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi
vasodilatasi yang menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah.
Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga sawar
darah-saraf terganggu yang berakibat terjadi kerusakan pada saraf tertentu.

E. Gejala dan Tanda


 Mati rasa, rasa terbakar atau kesemutan di jari-jari dan telapak tangan
terutama malam hari
 Nyeri telapak., pergelangan tangan, atau lengan bawah khususnya
selama penggunaan
 Penurunan cengkeraman kekuatan
 Kelemahan ibu jari
 Sensasi jari bengkak
 Kesulitan membedakan antara panas atau dingin
F. Diagnosis

Pada pemeriksan, gejala parestesia atau nyeri pada jari dapat dicetuskan dengan
perkusi di permukaan voler pergelangan tangan (tanda Tinel) atau dengan fleksi
penuh pergelangan tangan selama 1 menit (tes Phalen). Tes diagnostik yang lebih
peka dan spesifik untuk menimbulkan gejala sindroma saluran karpal adalah
dengan menekan saluran karpal dengan sfignomanometer modifikasi yang diatur
pada 150 mmHg selama 60 detik. Pada distribusi saraf medianus mungkin dapat
dibuktikan adanya penurunan rasa sentuh atau hiperpatia terhadap tusukan jarum
dan pelebaran diskriminasi 2 titik. Penelitian tentang hantaran n.medianus
memperlihatkan perlambatan latensi melintasi pergelangan tangan yang
memastikan diagnosis. Terapi pasien dengan hanya gejala sensorik dan kelainan
minor hantaran saraf adalah bidai pergelangan tangan yang terutama dipakai
malam hari, obat antiradang, dan suntikan lokal dengan steroid. Bila gejala
menetap atau timbul kelainan motorik, diindikasikan dekompresi saluran karpal
secara bedah disertai pembebasan ligamentum karpal transvesus.

Gambar 1 Pemeriksaan CTS : Wrist extension test (kiri) dan Phalen’s test
(kanan)
Diagnosis bisa ditegakkan melalui pemeriksaan fisik yang meliputi
pemeriksaan motorik. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memeriksa otot-
otot yang diinervasi saraf medianus sisi distal dari terowongan karpal,
misalnya m.abduktor polisis brevis, m.fleksor polisis brevis, dan
m.lumbrikalis kesatu dan kedua, serta m.oponens polisis. Dilakukan juga
pemeriksaan sensorik. Pada CTS hampir selalu terdapat parestesia, maka
pemeriksaan ini perlu dilakukan. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksan
hipoaesteisa, pemeriksaan membedakan 2 titik, pemeriksaan hiperestesia,
dan pemeriksaan persepsi vibrasi. Pemeriksaan fungsi ototnom, bisa
dilihat apakah terdapat perbedaan keringat, kulit kering dan licin yang
berbatas tegas pada distribusi saraf medianus.
Untuk diagnosis mungkin juga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang,
misalnya EMG dan pemeriksaan laboratorium (meliputi pemeriksaan
kadar gula darah, kadar hormon tiroid, dan pemeriksaan darah lengkap).
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan adalah foto polos, tomografi
komputer, resonansi magnetik, dan ultrasonografi (USG).

G. Diagnose Banding
Diagnosis banding dalam kasus dalam skenario yang juga merupakan
kemungkinan penyakit yang ada bersama CTS adalah neuropati ulnar.
Neuropati ulnar juga hampir sama dengan CTS, dapat menyebabkan
keluhan kesemutan atau kelemahan pada tangan atau nyeri pada lengan.
Untuk membedakannya dari CTS, pada neuropati ulnar, gangguan
sensorik biasanya terbatas pada jari ke-5 dan setengah sisi ulnar jari ke-4.
Gangguan motorik akan berpengaruh pada otot-otot intrinsik tangan
kecuali oponen polisis, fleksor polisis brevis, abduktor polisis brevis,
lumbrikalis kesatu dan kedua.
CTS juga sering memiliki gejala mirip dengan fraktur radius distal,
sindrom pronator teres, dan sindrom de Quarvain’s. Kita juga harus dapat
membedakannya dengan hipestesi pada radikulopati servikal dimana
penurunan fungsi sensori yang berjalan sesuai dermatomnya.

Tata laksana

Terapi yang bisa diberikan adalah terapi konservatif dan terapi operatif
(diindikasikan apabila kasus tidak mengalami perbaikan setelah terapi
konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya
atrofi otot-otot thenar).

Terapi konservatif bisa dilakukan dengan:

- Mengistirahatkan pergelangan tangan.


- Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid. Pemberian obat ini
diindikasikan karena penebalan fleksor retinakulum (ini etiologi yang
tersering) misalnya karena proses radang pada artritis reumatoid.
- Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat
dipasang terus menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
- Injeksi steroid, misalnya deksametason 1-4 mg atau hidrokortison 10-25
mg atau metilprednisolon 20 mg/40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan
karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau no.25 pada lokasi 1 cm ke
arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon
m.palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2
minggu atau lebih. Tindakan operasi bisa dilakukan bila hasil terapi belum
memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.
- Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.
- Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu
penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka
menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan.
Tetapi ada beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian
piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila
diberikan pada dosis besar.
- Fisioterapi, ditujukan pada perbaikan Vaskularisasi pergelangan
tangan.

H. Prognosis
Pada kasus CTS ringan dengan terapi konservatif umumnya prognosa baik.
Bila keadaan tidak membaik dengan terapi konservatif maka tindakan operasi
harus dilakukan. Secara umum prognosis operasi juga baik
DAFTAR PUSTAKA
1. Burns, D. K., V. Kumar. 2007. Sistem Saraf. Dalam: Kumar, V., R. S.
Cortran, dan S. L. Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2.
Terjemahan B. U. Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp:
903-948.
2. Dorland, W. A. N. 2007. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.
Terjemahan H. Hartanto, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Gilliland, B. C. 2007. Polikondritis Berulang dan Berbagai Artritis Lain.
Dalam: Isselbacher, K. J., E. Braunwald, J. D. Wilson, J. B. Martin, A. S.
Fauci, D. L. Kasper. 2007.
4. Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4. Edisi 13.
Terjemahan Asdie, A. H., et. al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
pp: 1902-1903
5. Guyton, A. C., J. E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Terjemahan Irawati, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Mardjono, M., P. Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Edisi 5. Jakarta:
Penerbit Dian Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai