Pembimbing:
dr. Sarwoko, MARS
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan demam, demam sudah sejak 3 hari SMRS. Demam
tidak langsung tinggi dan terus menerus. Demam menurun setelah minum obat
penurun panas lalu naik kembali. Suhu tubuh tidak diukur dirumah. Pada hari ke 4 ini
tidak ada demam. Pasien juga mengeluh pusing berdenyut terus menerus selama 3
hari ini disertai nyeri pada mata. Pasien juga mengeluh adanya mual dan muntah
sejak 3 hari SMRS, setiap pasien makan selalu muntah. Mimisan (-) batuk darah (-)
muntah darah (-) BAB hitam (-)batuk (-) pilek (-) sesak nafas (-) BAB (N) BAK (N)
Riwayat Penyakit
Pengobatan
KEADAAN UMUM
20XX 6
Status Generalis
Kepala
Normocephal, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
epistaksis (-/-) mukosa bibir lembab, sianosis(-),
tidak ada perdarahan pada gusi. Pembesaran KGB (-), tiroid (-)
Thoraks
Simetris, vesikuler (+/+), rh (-/-), wh (-/-)
BJ I-II (+) regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Bising usus (+) normal. Nyeri tekan epigastrium (+),
Ektstremitas
Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-/-/-/-)
20XX 7
PEMERIKSAAN PENUNJANG
IGD 24/12/22
PEMERIKSAAN PENUNJANG
IGD 24/12/22
Diagnosis Kerja Tatalaksana
IVFD RL 30 TPM
Ondansentron 3x4 mg
Ranitidin inj 2x1
Paracetamol inj 3x1 gr
DHF gr I Cek darah rutin/24 jam
Edukasi banyak minum
Awasi tanda perdarahan spontan /
tanda bahaya
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
25/12/22 Mual (+) Lemas (+) TD: 104/75 mmHg
DHF gr I Cek HR l
N: 62x/menit
Pusing (+)
R: 20x/menit Terapi lanjut
S: 36,4
Observasi keluhan, tanda-
SpO2: 99% RA
Trombosit: 45.000 (sebelumnya tanda perdarahan dan
56.000)
TTV
Nyeri tekan epigastrium (+)
20XX 11
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
26/12/22 Lemas (+) TD: 110/82 mmHg
DHF gr I Cek HR l
N: 71x/menit
R: 20x/menit Terapi lanjut
S: 36,7
Observasi keluhan, tanda-
SpO2: 98% RA
tanda perdarahan dan
TTV
20XX 12
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
27/12/22 Tidak ada keluhan TD: 118/80 mmHg
DHF gr I BLPL
N: 62x/menit
R: 21x/menit Terapi pulang ;
S: 36,4
Omeprazole 2x20 mg
SpO2: 99% RA
Vit b comp 2x1
20XX 13
02
Tinjauan Pustaka
APA ITU DHF?
20XX 15
Epidemiologi
Fase kritis ;
• Demam mulai turun (terjadi pada hari ke 3- 7)
• Permeabilitas kapiler meningkat. Berbanding lurus dengan peningkatan hematokrit.
• Kebocoran plasma yang signifikan secara klinis biasanya terjadi selama 4-5 hari.
• Syok timbul saat volume plasma mencapai angka kritis akibat kebocoran plasma.
• Terdapat tanda kegagalan sirkulasi ;
• kulit teraba dingin (jari dan kakI). sianosis di sekitar mulut. pasien menjadi gelisah. nadi
cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.
• Saat terjadi syok berkepanjangan. Organ mengalami hipoperfusi -> gangguan fungsi, asidosis
metabolik, dan koagulasi intravaskula diseminata (KID).
• Hal ini menyebabkan perdarahan hebat sehingga nilai hematokrit akan sangat menurun pada
20XX keadaan syok hebat. 17
Perjalanan penyakit DBD
Fase penyembuhan
• Jika pasien dapat bertahan selama 24-48 jam saat fase kritis, reabsorpsi gradual cairan
ekstravaskular akan terjadi dalam 48-72 jam.
• Keadaan umum pasien membaik, nafsu makan kembali, gejala gastrointestinal
berkurang, status hemodinamik meningkat, dan diuresis normal.
• Hematokrit akan stabil atau lebih rendah karena efek dilusi yang disebabkan reabsorpsi
cairan.
• Jumlah leukosit biasanya akan meningkat segera setelah demam turun, namun
trombosit akan meningkat kemudian.
• Pemberian cairan pada fase ini perlu diperhatikan karena bila berlebihan akan
menimbulkan edema paru atau gagal jantung kongestif.
20XX 18
Manifestasi klinis
20XX 19
Diagnosis DBD berdasarkan WHO 1997 ditegakkan bila semua hal di bawah ini
terpenuhi :
20XX 20
• Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia
atau peningkatan hematokrit, cukup untuk
menegakkan diagnosis klinis demam berdarah
dengue.
• Efusi pleura dan atau hipoalbumin, dapat
memperkuat diagnosis terutama pada pasien anemia
dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok,
peningkatan hematokrit dan adanya trombositopenia,
mendukung diagnosa demam berdarah dengue.
20XX 21
WHO membagi demam berdarah dengue menjadi 4 derajat berdasarkan
tingkat keparahan, yaitu ;
20XX 23
• Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif dan tampak syok
maka di ruang rawat diberikan cairan infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus
berikut ini:
Protokol 2. Pemberian • Volume cairan kristaloid per hari yang diperlukan Sesuai rumus berikut 1500 + 20
cairan pada tersangka x (BB dalam kg – 20)
• Setelah pemberian cairan dilakukan pemeriksaan HB, Ht tiap 24 jam :
DBD dewasa di ruang
• Bila Hb, HT meningkat 10 – 20% dan trombosit <100.000 jumlah pemberian cairan
rawat tetap seperti rumus diatas tetapi pemantauan Hb, Ht dan trombosit dilakukan tian
12 jam.
• Bila Hb, Ht meningkat >20% dan trombosit <100.000 maka pemberian cairan sesuai
dengan protokol penatalaksanaan DBD dangan peningkatan Ht > 20 %.
20XX 24
• infus cairan kristaloid sebnayal 6-7 ml/kgBB/jam. Pasien kemudian dipantau setelah
3-4 jam pemberian cairan.
Protokol 3. • Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan tanda-tanda Ht turun, frekuensi nadi
Penatalaksanaan DBD turun, tekanan darah stabil, produksi urin meningkat maka jumlah cairan harus
dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam. 2 jam kemudian dilakukan pemantauan keadaan
dengan Peningkatan tetap membaik maka pemberian cairan dapat dihentikan 24-48 jam kemudian.
Ht >20% • Ht dan nadi meningkat, tekanan nadi menurun <20 mmHg, produksi urin menurun,
maka kita harus menaikkan jumlah cairan infus menjadi 10 ml/kgBB/jam.
20XX 25
Protokol 4. • FFP diberikan bila didapatkan defisiensi faktor-faktor pembekuan (PT
Penatalaksanaan dan aPTT yang memanjang)
• PRC diberikan bila nilai Hb kurang dari 10g%.
Perdarahan spontan • Transfusi trombosit hanya diberikan pada pasien DBD dengan
pada DBD deawasa perdarahan spontan dan masif dengan jumlah trombosit <100.000/ul
disertai atau tanpa KID.
20XX 26
Protokol 5.
Tatalaksana Sindrom
Syok Dengue pada
dewasa
20XX 27
PROGNOSIS