Anda di halaman 1dari 29

1.

Mempertimbangkan Situasi Pasien


Sabtu 29 oktober 2022 klien masuk ke RS Bhudi Asih dengan keluhan sesak
nafas sudah satu minggu di rumah, sesak awalnya dirasakan saat beraktivitas, semakin
berat sejak 2 jam SMRS. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut klien di diagnose
PPOK eksterbasi akut. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 31 – 10 – 2022
klien mengeluh lemas, klien mengeluh batuk, batuk berdahak, tampak adanya secret
susah keluar, kental warna kekuningan, klien mengeluh nafsu makan menurun, habis
¼ porsi rs, klien mengeluh lidah terasa pahit, klien mengatakan susah tidur dan sering
terbangun karena nafas sesak, klien juga mengatakan belum BAB semenjak 2 hari
yang lalu. Klien mempunyai Riwayat penyakit PPOK sejak tahun 2013, klien pada
tahun 2013 pernah di rawat di RS Bhudi Asih dengan keluhan dan riwayat penyakit
yang sama. klien tidak memiliki Riwayat alergi dan tidak memiliki Riwayat penyakit
keluarga.
Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit hipertensi, asma dan diabetes
mellitus. Klien mengkonsumsi obat rutin yaitu amlodipine, ramipril, seretide, dan
onbrez. Klien mempunyai Riwayat merokok, tetapi saat diketahui mempunyai
penyakit PPOK klien berhenti merokok pada tahun 2013. Tanggal 31-10-22 dilakukan
pemeriksaan fisik pernapasan didapatkan hasil terdengar bunyi nafas tambahan ronchi,
tampak dispnea, tampak menggunakan alat bantu pernapasan nasal kanul 3 liter per
menit, klien tampak kesulitan bernafas.
Pemeriksaan Laboratorium
Hari/Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil (satuan) Normal
pH 7.40 7.35 – 7.45
pO2 262 mmHg 80 – 100
pCO2 57 mmHg 35 – 45
Bikarbonat (HCO3) 35 mmol/L 21 – 28
Kelebihan Basa (BE) 8.9 mEq/L - 2.5 – 2.5
29 – 10 – 2022 Total CO2 37 mmol/L 23 – 27
Saturasi O2 99 % 95 – 100
GDS 132 mg/dL 70 – 110
Eritrosit (RBC) 4.5 juta/ul 4.4 – 5.9
MCH 27.6 pg 26 – 34
MCHC 34.1 g/dL 32 – 36
MCV 80.9 fL 80 – 100
Hematokrit (HCT) 36 % 40 – 52
Hemoglobin (HGB) 12.3 g/dL 13.2 – 17.3
Leukosit 10.8 ribu/ul 3.8 – 10.6
RDW 13.2 % < 14
Trombosit (PLT) 240 ribu/ul 150 – 440

Pemberian Terapi
Obat Rute
Infus asering /12 jam IV
Infus Nacl 3% /24 jam IV
Syringe pump
Bricasma + aminofilin 5 IV
cc / 24jam
Methylprednisolone 3 x IV
40mg
Ceftriaxone 1 x 2 gr IV
Bio ATP 3x1 Oral
NAC 3 x 200 mg Oral
B. Complex 3 x1 Oral
NaCl caps 3x500mg Oral
Amlodipine 1x5mg Oral
Ramipril 1x5mg Oral
 Pulmicort
 combivent Inhalasi
4x1
2. Mengumpulkan Informasi/Petunjuk

DATA DEMOGRAFI

Nama Pasien : Tn. Mugeni


Usia : 67 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Penanggung Jawab : Dalvani Hubungan : Anak
Masuk Ruangan : Tanggal : 29 Oktober 2022 Pukul : 01.30 WIB
Asal Masuk : (√ ) IGD ( ) Poli
Cara Masuk : ( ) Berjalan ( ) Kursi Roda (√ ) Brankar
Sumber Informasi : (√ ) Pasien (√ ) Keluarga ( ) Lainnya

RIWAYAT KESEHATAN

Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi, DM, PPOK, Asma
Operasi yang Pernah Dialami : Jenis: - Waktu: - Komplikasi: -
Alergi : (√ ) Tidak ( ) Ya, Jenis:
Reaksi Alergi : Tidak Ada
Obat Rutin yang Dikonsumsi : ( ) Tidak (√ ) Ya, Sebutkan: amlodipine, ramipril,
seretide, dan onbrez.
Riwayat Transfusi Darah : (√ ) Tidak ( ) Ya, Kapan: Reaksi Alergi:
Riwayat Kemoterapi : (√ ) Tidak ( ) Ya, Kapan:
Riwayat Radioterapi : ( √) Tidak` ( ) Ya, Kapan:
Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak tahu

TANDA-TANDA VITAL
Frekuensi Pernapasan : 30 x/menit
Frekuensi Nadi : 111 x/menit
Tekanan Darah : 158/8 mmHg
2
Suhu : 36 ºC
Saturasi Oksigen : 98 %
AKTIVITAS DAN LATIHAN

Kegiatan Rutin : klien sholat 5 waktu di mesjid


Aktivitas Waktu Luang : Bersama keluarga
Keterbatasan Karena Kondisi : Klien tidak melakukan aktivitas berlebihan, klien akan merasa
Lelah dan sesak
Respon Terhadap Aktivitas : tidak bisa melakukan aktivitas
Terpajan Udara Berbahaya : ( √) Tidak ( ) Ya
Merokok : ( √) Tidak ( ) Ya, Jumlah: pak/hari
Lama: tahun
Batuk : ( ) Tidak (√ ) Ya, Karakteristik: batuk berdahak,
tampak adanya secret susah keluar, kental warna kekuningan
Pola Napas : ( ) Teratur (√ ) Tidak Teratur
Kedalaman : ( ) Normal ( ) Dangkal ( √) Dalam
Simetrisitas : (√ ) Simetris ( ) Tidak Simetris
Otot Bantu Napas : ( ) Tidak ( √) Ya, Karakteristik: dibantu oleh otot
pernafasan dada
Nyeri Dada : (√ ) Tidak ( ) Ya
Mata : (√ ) Normal ( ) Anemis ()
Ikterik ( ) Xanthelasma ( ) Arkus
Senilis
Bibir : ( ) Normal ( ) Sianosis (√ ) Pucat
Distensi Vena Jugularis : (√ ) Tidak ( ) Ya
Ekstrimitas : ( √) Normal ( ) Kesemutan ( ) Kebas
(√ ) Normal ( ) Sianosis ( ) Pucat
( √) Normal ( ) Hangat ( ) Dingin
(√ ) < 2 detik ( ) > 2 detik
( √) Normal ( ) Kuku Tabuh ( )Clubbing Finger
(√ ) Tanda Homan Negatif ( ) Tanda Homan Positif
Fraktur : (√ ) Tidak ( ) Ya, Lokasi:
Paralisis/Parastesia : (√ ) Tidak ( ) Ya, Lokasi:
Kekuatan Otot : Normal
Facial Drop : ( √ ) Tidak ( ) Ya
Massa/Tonus Otot : Tidak Ada
Postur : Normal
Tremor : ( √) Tidak ( ) Ya
Rentang Gerak : Normal
Deformitas : ( √) Tidak ( ) Ya, Lokasi:
Penilaian Skala Morse:
Variabel Nilai Skor
Numerik
Riwayat jatuh (3 bulan terakhir)
tidak 0
0
ya 25
Diagnosis sekunder (lebih 1 diagnosis)
tidak 0
15
ya 15
Bantuan ambulasi
Mandiri 0 0
Kruk/tongkat/walker 15
Memegang furniture(kursi, lemari dll) 30
IV Akses
Tidak 0
20
Ya 20
Gaya Berjalan
Normal 0
Lemah 10 10
Gangguan 20
Status mental
Menyadari kemampuan diri sendiri 0 0
Tidak sadar kemampuan diri sendiri 15
Total (Risiko Rendah)
40
Indeks KATZ
NO KEGIATAN MANDIRI DENGAN
BANTUAN
1. Mandi √
2. Berpakaian √
3. Toileting √
4. Berpindah √
5. Kontinen √
6. Makan dan Minum √

Data Lainnya :-
Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas

NUTRISI DAN METABOLIK


Pola Diet : makanan lunak selama di rumah sakit
Frekuensi Makan : 3 kali/hari (sesuai jadwal makan rs)
Frekuensi Minum : 5–6 gelas/hari
Makanan yang Disukai : semua nya disuka
Alergi/Intoleransi Makanan : tidak ada
Keluhan di Sistem GI : tidak ada
Berat Badan Sebelum Sakit : 56 Kg
Perubahan Berat Badan : ( ) Tidak ( √) Ya
Berat Badan Saat ini : 48 Kg
Tinggi Badan : 162 Cm
IMT : 18,3 Kg/m2
Kategori IMT : Kurus
Turgor Kulit : ( ) Normal ( √) Menurun
Membran Mukosa : ( ) Lembab ( √) Kering
Edema : (√) Tidak Ada ( ) Umum ( ) Tungkai/Kaki
( ) Periorbital ( ) Asites
Derajat Edema : Tidak Ada
Integritas Kulit : (√ ) Normal ( ) Jaringan Parut ( ) Kemerahan
( ) Laserasi ( ) Ulserasi ( ) Ekimosis
( ) Lepuh ( ) Luka Bakar, Derajat/Luas(%):
Pembesaran Tiroid : ( √) Tidak ( ) Ya
Kondisi Gigi dan Gusi : Normal
Lidah : Bersih
Gula Darah Sewaktu : 132 mg/dL
Gula Darah Puasa : - mg/dL
Gula Darah Post Prandial : - mg/dL
Data Lainnya : klien mengatakan nafsu makan menurun, habis ¼ porsi rs
Masalah Keperawatan : Defisit Nutrisi

ELIMINASI

Frekuensi BAB : belum BAB 2 hari


Karakteristik Feses : padat, berbau khas
Penggunaan Laksatif : (√ ) Tidak ( ) Ya
Penggunaan Enema : ( √) Tidak ( ) Ya
Riwayat Perdarahan : ( √) Tidak ( ) Ya
Bising Usus : 8 kali/menit
Palpasi Abdomen(sebutkan kuadran): tidak ada
Lingkar Abdomen : 60 Cm
Stoma : (√ ) Tidak ( ) Ya
Tipe dan Lokasi Stoma :-
Frekuensi BAK : klien terpasang kateter
Karakteristik Urin : Kuning pekat, berbau khas
Riwayat Penyakit Ginjal : (√ ) Tidak ( ) Ya
Penggunaan Diuretik : (√ ) Tidak ( ) Ya
Herbal : ( √) Tidak ( ) Ya
Kateter Urine : ( ) Tidak (√ ) Ya
Tanggal Terpasang Kateter : 29-10-22
Jumlah Urine : 800 ml
Diaforesis : (√ ) Tidak ( ) Ya
Data Lainnya :-
Masalah Keperawatan : Risiko Konstipasi

ISTIRAHAT DAN TIDUR

Waktu Tidur : Siang: tidak tidur siang


Malam: 2–3 jam
Kebiasaan Tidur : Tidak Teratur
Kualitas Tidur : Kurang
Rasa Segar Saat Bangun : (√ ) Tidak ( ) Ya
Sleep Apnea : (√) Tidak ( ) Ya
Data Lainnya : klien mengatakan sering terbangun karena sesak
nafas Masalah Keperawatan : Gangguan Pola Tidur

KOGNITIF DAN PERSEPSI


Riwayat Cedera Kepala : Tidak Ada
Sakit Kepala : (√ ) Tidak ( ) Ya, Karakteristik:
Kesemutan dan Kebas : ( √) Tidak ( ) Ya, Lokasi:
Kejang : (√ ) Tidak ( ) Ya
Tipe : -
Frekuensi: -
Cara Mengontrol:-
Status Postikal:-
Aura:-
Status Mental : ( ) Terorientasi ( ) Disorientasi (√ ) Kooperatif
( ) Menyerang ( ) Delusi ( ) Halusinasi
Afek : Datar
GCS : E: 4 M: 5 V: 6
Kesadaran : ( √) CM ( ) Apatis ( ) Delirium ( ) Somnolen
( ) Stupor ( ) Koma
Memori : Saat ini: (√ ) Normal ( ) Terganggu
Masa Lalu: (√ ) Normal ( ) Terganggu
Mata : (√) Normal ( ) Kehilangan Penglihatan ( ) Glaukoma
( ) Katarak ( ) Miopi ( ) Hipermiopi
Visus:
Pupil : Ukuran: 4 mm/ mm
Reflek Cahaya: (√ ) Positif ( ) Negatif
Telinga : (√ ) normal ( ) Kehilangan
Pendengaran ( ) Penggunaan Alat Bantu
Pendengaran
Penciuman : (√ ) Normal ( ) Anosmia
Pengecapan : (√ ) Normal ( ) Kehilangan Kemampuan
Mengecap Nyeri : (√ ) Tidak ( ) Ya, Karakteristik:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Data Lainnya :-
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

MANAJEMEN DAN PERSEPSI KESEHATAN

Makna Sehat : klien mengatakan sehat tidak ada penyakit


Pencegahan yang Dilakukan : klien mengatakan mengatur aktifitasnya dan konsumsi obat
rutin
Efektivitas Pencegahan : klien mengatakan tidak merokok lagi dan menjaga aktifitas
dirumah
Pola Hidup : klien mengatakan pola hidupnya hanya ibadah ke mushola
Harapan Pada Perawatan : klien mengatakan bisa cepat pulang dan tidak sesak lagi
Data Lainnya :-
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

PERSEPSI DAN KONSEP DIRI

Gambaran Diri : klien mengatakan bisa nerima dengan keadaan fisik tubuhnya
saat ini, klien mengatakan kesehariannya hanya ibadah kepada Allah SWT
Identitas Diri : klien mengatakan menyadari identitasnya sebagai seorang
ayah dan seorang suami bagi istri dan anak anak nya.
Ideal Diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh dan dapat menjalani
aktivitas sehari – hari
Harga Diri : Klien mengatakan harga dirinya semakin bertambah karena
keluarganya menberikan dukungan kepada klien
Masalah Keperawatan : Tidak Ada masalah Keperawatan
PERAN DAN HUBUNGAN
Genogram :

Keterangan : : Wanita

: Pria

: Pasien
Hubungan Dengan Keluarga : Harmonis
Orang yang Berarti : anak
Hubungan Dengan Lingkungan: Baik
Kegiatan Sosial/Masyarakat : berinteraksi dengan masyarakat ketika berangkat sholat ke
masjid
Kesulitan Dalam Komunikasi: (√ ) Tidak ( ) Ya
Hambatan Dalam Bersosialisasi: ( √) Tidak ( ) Ya, Jelaskan
Peran Saat Ini : Suami
Puas dengan Peran Saat Ini : ( ) Tidak ( √) Ya
Perubahan Performa Peran : (√ ) Tidak ( ) Ya, Jelaskan:
Data Lain :-
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan

REPRODUKSI

Wanita : ( ) Hamil ( ) Menopause


Haid Terakhir:
Program KB : ( ) Tidak ( ) Ya, Jenis:
Pria : (√ ) Normal ( ) Impoten ( ) Masalah Prostat
Perubahan Dalam Berhubungan: (√ ) Tidak ( ) Ya, Jelaskan
Data Lainnya :-
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

KOPING DAN TOLERANSI STRES

Masalah yang Dihadapi : Klien mengatakan apabilah ada masalah pasti di diskusikan
dengan keluarganya dan maupun saudara saudara terdekatnya. Klien menyelesaikan
masalahnya dengan musyawarah
Orang Terdekat Bercerita : istri
Koping yang Dilakukan : bercengkrama bersama keluarga
Respon Emosi : (√ ) Tenang ( ) Rendah Diri ( ) Sedih ( ) Gelisah
( ) Marah ( ) Mudah Tersinggung ( ) Takut
( ) Cemas
Data Lainnya :-
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

NILAI, KEPERCAYAAN, DAN SPIRITUAL

Kegiatan Ibadah : melakukan ibadah sholat sebagai umat muslim ke masjid, saat
sedang sakit melakukan ibadah sholat di tempat tidur
Kepercayaan Budaya yang Dianut: tidak ada
Konflik Kepercayaan : tidak ada
Data Lainnya :-
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Informasi Proses
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) atau disebut juga dengan COPD
(Cronic Obstruktif Pulmonary Disease) adalah suatu istilah yang sering digunakan
untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama disebabkan oleh asma
bronkial, kerusakan parenkim paru (emfisema) atau bronchitis kronis di tandai oleh
peningkatan retensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya
(Putri, 2017). PPOK adalah penyakit yang dicirikan oleh keterbatasan aliran udara
yang tidak dapat pulih sepenuhnya. Keterbatasan aliran udara biasanya bersifat
progresif dan di kaitkan dengan respon inflamasi paru yang abnormal terhadap partikel
atau gas berbahaya yang menyebabkan penyempitan jalan nafas, hipersekresi mucus,
dan perubahan pada system pembuluh darah paru. Penyakit ini lebih sering dialami
laki-laki dibandingkan perempuan dan kebanyakan penderita PPOK berusia diatas 40
tahun. Merokok, usia dan jenis kelamin, infeksi system pernafasan akut, polusi
udara, dan
pajanan di tempat kerja (batu bara, katun, biji-bijian padi) merupakan factor penting
yang menyebabkan terjadinya COPD yang dapat terjadi dalam rentang waktu 20-30
tahun (Kristian, 2019). Tanda dan gejala yang dialami pasien PPOK adalah sesak
nafas secara kronis dan menahun serta batuk-batuk, berdahak, sesak napas bila
beraktifitas, sesak tidak hilang dengan pelega napas, memburuk pada malam/dini hari,
dan sesak napas episodic. Batuk yang di rasakan oleh pasien PPOK disebabkan oleh
kebiasaan merokok yang dilakukan oleh kebanyakan laki-laki sehingga angka kejadian
PPOK sebagian besar terjadi pada laki-laki. Penyakit PPOK memiliki hubungan yang
berbanding lurus dengan rokok, semakin banyak dan semakin lama rokok yang dihisap
maka risiko untuk timbulnya PPOK semakin meningkat. Selain sering dialami oleh
perokok berat, prevalensi PPOK juga tinggi pada daerah yang memiliki tingkat polusi
yang tinggi (Astriani, 2021).
Patofisiologi PPOK di tandai dengan obstruksi progresif lambat pada jalan
nafas. Penyakit ini merupakan salah satu eksaserbasi periodic, sering kali berkaitan
dengan infeksi pernapasan, dengan peningkatan gejala dyspnea dan produksi sputum.
Tidak seperti proses akut yang memungkinkan jaringan paru pulih, jalan napas dan
parenkim paru tidak kembali ke normal setelah ekserbasi; Bahkan, penyakit ini
menunjukkan perubahan destruktif yang progresif (Siska Kristian A, 2019). Meskipun
salah satu atau lainya dapat menonjol PPOK biasanya mencakup komponen bronchitis
kronik dan emfisema, dua proses yang jauh berbeda. Penyakit jalan napas kecil,
penyempitan bronkiola kecil, juga merupakan bagian kompleks PPOK. Melalui
mekanisme yang berbeda, proses ini menyebabkan jalan napas menyempit, resistensi
terhadap aliran udara untuk meningkat, dan ekpirasi menjadi lambat dan sulit (Jiron,
2020).
Intervensi pada pasien PPOK terdiri dari dua terapi yaitu terapi farmakologi da
n terapi non farmakologis. Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive
Lung Disease (GOLD) pengobatan farmakologi terbagi menjadi 4 kategori sebangai
berikut (GOLD, 2018) :
1) Grup A : Bronkodilator
2) Group B : LABA atau LAMA apabila gejala persisten maka kombinasikan (Long
Acting Beta2 Agonist) LABA dan LAMA
3) Group C : LAMA, ketika eksaserbasi lebih lanjut, berikan kombinasi LABA dan
LAMA atau LABA dan ICS
4) Group D : LAMA, LABA dan ICS dan pertimbangan penambahan Makrolida.
Long Acting Beta2 Agonist (LABA) Formoterol dan Salmeterol merupakan
beta2 agonis kerja panjang yang digunakan pasien dengan dosis dua kali sehari.
LABA dapat mengurangi gejala yang dialami pasien. Formoterol memiliki onset yang
lebih cepat dibandingkan dengan Salmeterol. Selain kedua obat tersebut, Indacaterol
juga dapat digunakan dengan dosis sekali sehari. Penelitian menyebutkan bahwa terapi
kombinasi salmeterol dengan ipratropium bromida (antikolinergik kerja cepat)
memberikan peningkatan FEV1 rata-rata 8% dibandingkan terapi salmeterol tunggal
serta mengurangi obstruksi jalan nafas.
Long Acting Muscarinic Antagonist (LAMA) Pengobatan LAMA yang
digunakan untuk terapi PPOK adalah Tiotropium dengan dosis sekali sehari.
Tiotropium dapat menurunkan gejala, hiperinflasi, dispnea, menurunkan eksaserbasi
serta meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK. Penelitian menunjukan tiotropium
secara signifikan dapat mengurangi jumlah eksaserbasi dibandingkan dengan
salmeterol pada pasien yang beresiko tinggi mengalami eksaserbasi dan dapat
digunakan sebagai terapi pemeliharaaan.
Kombinasi LABA/ICS Penggunaan inhalasi kortikosteroid (fluticasone,
budesonide) monoterapi tidak direkomendasikan, dan akan meningkat efeknya apabila
dikombinasikan dengan LABA. Penggunaan terapi kombinasi beta2 agonis kerja lama
dengan inhalasi kortikosteroid menunjukan adanya peningkatan yang cepat terhadap
fungsi paru-paru. Penurunan gejala batuk dan sesak nafas lebih signifikan jika
dibandingkan dengan penggunaan monoterapi pada penderita PPOK derajat berat.
Pada penderita derajat ringansedang, penggunaan terapi kombinasi tidak terlalu
memberikan manfaat yang signifikan dengan pemberian monoterapi yang justru dapat
meningkatkan resiko efek samping dan biaya pengobatan lebih besar.
Penggunaan terapi kombinasi Laba/ICS dalam satu inhaler dapat
meningkatkan kepatuhan penggunaan obat pasien dibandingkan penggunaan obat
secara terpisah. Kepatuhan pengobatan pada pasien PPOK diperlukan untuk efektifitas
terapi, pemberian informasi mengenai cara penggunaan inhaler yang benar agar efek
yang dihasilkan optimal.
Salah satu terapi non farmakologis pada pasien PPOK adalah :
1) Rehabilitasi paru. Tujuan utama rehabilitasi paru adalah untuk meningkatkan
toleransi terhadap latihan, sebab latihan pada pasien PPOK dapat memaksimalkan
peningkatan kapasitas kerja, terapi yang bertujuan untuk mengurangi dan
mengontrol sesak nafas. Namun, rehabilitasi paru juga dapat memperbaiki
ventilasi,
mensinkronkan dan melatih kerja otot abdomen serta thorak untuk menghasilkan
tekanan inspirasi sehingga dapat melakukan ventilasi maksimal. Peningkatan
ventilasi akan meningkatkan perfusi sehingga kadar CO2 arteri darah akan
berkurang dan dapat memperbaiki kinerja alveoli, yang pada akhirnya pertukaran
gas dapat efektif. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini, dimana
rehabilitasi paru berpengaruh terhadap penurunan dyspnea dan fatigue (Imamah,
2017).
2) Terapi non farmakologis lain adalah Pursed lips breathing exercise merupakan
program latihan yang diterapkan pada pasien PPOK yang bertujuan untuk
mengurangi frekuensi pernapasan dan meningkatkan pemenuhan oksigenasi
(SpO2) pasien PPOK. Pursed lips breathing exercise mampu memperbaiki
ventilasi dan aliran udara serta memperbaiki volume paru penderita PPOK apabila
latihan tersebut dilakukan secara teratur (Azhar, 2019).
Menurut penelitian dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
(JIMKESMAS) merokok merupakan penyebab penting yang berhubungan dengan
terjadinya infeksi saluran pernapasan seperti asma, bronkhitis, dan enfisema karena
asap rokok merupakan stimulus inflamasi poten yang langsung berhubungan dengan
insiden terjadinya berbagai macam penyakit yang dapat memicu PPOK. Salah satu
riwayat penyakit paru yang secara klinis dapat menimbulkan PPOK ialah asma. Asma
bisa disebabkan karena infeksi virus pada pernafasan yang dipermuda oleh paparan
asap rokok yang berlebih ataupun karena faktor pemicu lainnya seperti pousi udara
dan genetik, yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang
menimbulkan sesak atau sulit bernapas, selain sulit bernapas penderita asma juga bisa
mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi virus, infeksi non bakteri, dan asap rokok yang dapat berujung
pada kejadian PPOK. Riwayat penyakit asma memberi kontribusi yang besar dalam
kejadian PPOK, seperti yang kita ketahui kedua penyakit ini merupkan penyebab
utama gangguan pernafasan yang bersifat kronik, ataupun saluran pernafasan yang
dapat pulih kembali (namun tidak pulih kembali secara sempurna pada beberapa
penderita) baik secara spontan atau dengan pengobatan (Ismail, 2017).
4. Analisa Data Focus Dan Diagnose Keperawatan (3 Diagnosa Prioritas)

Daftar Diagnosa Keperawatan:


1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi – perfusi
2) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan hipersekresi di jalan nafas
dibuktikan dengan batuk tidak efektif, ronkhi dan sputum berlebih
3) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen dibuktikan dengan sesak nafas saat beraktivitas
4) Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna makanan
5) Risiko Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat
6) Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Ketidaknyamanan Fisik

ANALISA DATA
No Analisa Data Problem Etiologi
1 DS : Gangguan Pertukaran Pencetus
 Klien mengatakan sesak nafas Gas (asma, Bronkitis Kronis, emfisema,
 Klien mengatakan sesak Definisi : faktor lingkungan, polusi udara,
bertambah saat beraktivitas Kelebihan atau merokok)
 Klien mengatakan badan kekurangan oksigenasi
lemas dan/atau eliminasi Edema, spasme bronkus, peningkatan
DO : karbondioksida pada secret bronkiolus
 Klien tampak sesak membrane alveolus –
 Klien tampak kesulitan kapiler Obstruksi bronkiolus awal fase ekspirasi
bernafas
 Klien terpasang oksigen nasal udara terperangkap dalam alveolus
kanul 3lt/menit
 Auskultasi : suara ronkhi di PaO2 rendah, PaCO2 tinggi
paru
 Klien tampak lemas Gangguan Pertukaran Gas

 E:4 M:5 V:6


 CRT < 2 detik
 TTV :
Nadi: 111 x/menit
TD: 158/82 mmHg
Frekuensi nafas 30x/menit
Suhu: 36 ºC
Saturasi Oksigen: 98 %
 pH 7.40 (nilai normal 7.35 –
7.45)
 pO2 262 mmHg (nilai normal
80 – 100)
 pCO2 57 mmHg (nilai
normal 35 – 45)
 Hemoglobin (HGB) 12.3 g/dL
(nilai normal laki laki 13.2 –
17.3)
2 DS : Bersihan jalan nafas faktor lingkungan, polusi udara, merokok
 Klien mengatakan batuk tidak efektif
berdahak Definisi : Inflamasi
 Klien mengatakan dahak Ketidakmampuan
susah keluar karena kental membersihkan secret Sputum meningkat
DO: atau obstruksi jalan nafas
 Klien tampak batuk untuk mempertahankan penumpukan lender dan sekresi berlebih
 Klien tampak letih jalan nafas tetap paten
 Auskultasi : suara ronkhi di merangsang refleks batuk
paru
 Sputum kental dan berwarna Bersihan jalan nafas tidak efektif
kekuningan
3 DS : Intoleransi Aktivitas Pencetus
 Klien mengarakan aktivitas Definisi : (asma, Bronkitis Kronis, emfisema,
dibantu Ketidakcukupan energi faktor lingkungan, polusi udara,
DO : untuk melakukan merokok)
 Klien tampak berbaring aktivitas sehari – hari
lemah di tempat tidur PPOK
 Aktivitas klien tampak
dibantu Perubahan anatomis parenkim paru
Pembesaran alveoli

Hiperatropi kelenjar mukosa

Penyempitan saluran udara secara


periodic

Ekspansi paru menurun

Kompensasi tubuh untuk memenuhi


kebutuhan oksigen dengan meningkatkan
frekuensi pernafasan

Kontraksi otot pernafasan


Penggunaan energi untuk
pernafasan meningkat

Intoleransi aktivitas

5. Menetapkan Tujuan Dan Rencana Asuhan Keperawatan

Intervensi
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Gangguan Tujuan: Manajemen Jalan Nafas Observasi
Definisi : 1. Mengetahui frekuensi,
pertukaran gas Setelah dilakukan
Mengidentifikasi dan kedalaman, irama
berhubungan tindakan keperawatan mengelola kepantenan jalan pernfasan
nafas 2. Mengetahui bunyi
dengan selama 3x24 jam maka
nafas gurgling, mengi,
ketidakseimbangan pertukaran gas Tindakan wheezing, ronkhi
Observasi kering
ventilasi – perfusi meningkat dengan
1. Monitor pola nafas 3. mengetahui
kriteria hasil : 2. Monitor adanya produksi sputum yang
bunyi nafas tambahan berlebihan dapat
1. Dispnea menurun
3. Memonitor sputum mengakibatkan
Terapeutik obstruksi jalan nafas
2. Bunyi nafas 1. Posisikan semi fowler Terapeutik
2. Berikan minum hangat 1. Meningkatnya
tambahan menurun
3. Berikan oksigen ekspansi dada
3. PCO2 membaik Edukasi maksimal membuat
1. Ajarkan Teknik batuk mudah bernafas dan
4. PO2 membaik
efektif meningkatkan
5. Takikardia Kolaborasi kenyamanan pasien
1. Kolaborasi pemberian 2. Air hangat
membaik
bronkodilator memobilisasi dan
6. pH arteri membaik mengeluarkan secret
3. Oksigen
7. Pola nafas
memaksimalkan
membaik pernafasan dan
menurunkan kerja
nafas
Edukasi
1. Batuk efektif dapat
meningkatkan
pengeluaran sputum
Kolaborasi
1. Bronkodilator sebagai
vasodilator otot polos
O2 memenuhi
kebutuhan oksigen
dalam tubuh
2. Bersihan Jalan Tujuan: Latihan batuk Efektif Observasi
Nafas Tidak Setelah dilakukan Defenisi: Melatih pasien 1. Menentukan tingkat
yang tidak memiliki obstruksi sputum
Efektif tindakan keperawatan 2. mengetahui produksi
kemampuan batuk secara
berhubungan selama 3x24 jam maka sputum yang
efektif untuk membersihkan
berlebihan dapat
dengan bersihan jalan napas laring - trakea dan mengakibatkan
bronkiolus dari sekret atau obstruksi jalan nafas
hipersekresi di meningkat dengan
benda asing dijalan napas Terapeutik
jalan nafas kriteria hasil: 1. Posisi semi-fowler
dibuktikan dengan 1. Batuk efektif Tindakan dapat meningkatkan
Observasi: ekspansi paru dan
batuk tidak efektif, meningkat menurunkan sesak
1. Identifikasi kemampuan
ronkhi dan sputum 2. Produksi sputum 2. Mencegah infeksi
batuk
silang
berlebih menurun 2. Monitor adanya retensi Edukasi
3. Mengi Wheezing sputum 1. Agar pasien kooperatif
Terapeutik 2. Melatih relaksasi otot
menurin 1. Atur posisi semi-fowler dada
4. Dispnea menurun 2. Buang sekret di 3. Untuk mengeluarkan
tempat sputum dahak
5. Gelisah menurun
Edukasi Kolaborasi
6. Frekunsi nafas 1. Metylprednisolon
1. Jelaskan dan tujuan
untuk meredakan
membaik batuk efektif peradangan, ventolin
7. Pola nafas 2. Anjurkan menarik untuk bronkidilatasi,
nafas dalam dari hidung pulmicot adalah obat
membaik
selama 4 detik, ditahan anti inflamasi jenis
kortikosteroid,
selama 2 detik
sedangkan cefriaxon
kemudian elurgan dari dan antibiotika
mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan
selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang
ke -3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
Metylprednisolon
3x40mg,
Ventolin+pulmicot
nebulizer 4x1, dan
Cefriaxon1x2gr
3. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi Observasi
Aktivitas tindakan keperawatan Defenisi: Mengidentifikasi 1. mengidentifikasi
dan mengelola penggunaan pencetus terjadinya
berhubungan selama 3x24 jam kelelahan dan rencana
energi untuk mengatasi atau
dengan diharapkan toleransi mencegah kelelahan dan tindakan berikutnya
Ketidakseimbangan aktivitas meningkat mengoptimalkan proses yang dapat dilakukan
pemulihan 2. untuk mengetahui
antara suplai dan dengan kriteria hasil :
koping klien
kebutuhan oksigen 1. Saturasi oksigen Tindakan 3. menghindari kelelahan
dibuktikan dengan meningkat Observasi akibat kurang istirahat
1. Identifikasi gangguan 4. mengetahui
sesak nafas saat 2. Kemudahan dalam
fungsi tubuh yang kemampuan dan
beraktivitas aktivitas sehari - mengakibatkan batasan pasien terkait
hari meningkta kelelahan aktivitas yang akan
2. Monitor kelelahan fisik dilakukan
3. Keluhan lelah
dan emosional Terapeutik
menurun 3. Monitor pola dan jam 1. memberikan rasa aman
4. Dispnea saat tidur dan nyaman kepada
aktivitas menurun 4. Monitor lokasi dan klien
ketidaknyamanan 2. memberikan rasa
selama melakukan nyaman pada klien
aktivitas

5. Tekanan darah Terapeutik 3. mengurangi resiko


membaik 1. Sediakan lingkungan jatuh/sakit pada klien
nyaman dan rendah Edukasi
6. Frekuensi napas
membaik stimulus (mis: cahaya, 1. Istirahat yang lebih dan
suara, kunjungan) mengurangi aktivitas
2. Berikan aktivitas dapat memulihkan
distraksi yang energi kembali
menenangkan 2. melatih kekuatan otot
3. Fasilitasi duduk di sisi dan pergerakan pasien
tempat tidur, jika tidak agar tidak terjadi
dapat berpisah atau kekakuan otot maupun
berjalan sendi
Edukasi 3. untuk mengidentifikasi
1. Anjurkan tirah baring rencana tindakan
2. Anjurkan melakukan selanjutnya yang dapat
aktivitas secara dilakukan oleh perawat
bertahap Kolaborasi
3. Anjurkan menghubungi 1. Pemberian gizi yang
perawat jika tanda dan cukup dapat
gejala kelelahan tidak meningkatkan energi
berkurang klien
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.
8. Implementasi Dan Evaluasi Tindakan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi


DX
1 Senin, 31 – 10 – 2022 Observasi S:
09.00 1. Memonitor pola  Klien mengatakan sesak dan
nafas dengan batuk ada dahak
frekuensi 30x/menit,
pernafasan dalam O:
09.20 2. Memonitor bunyi  Keadaan umum : lemah
nafas tambahan, yaitu  Kesadara composmentis, GCS 4-
auskultasi adanya 5-6
ronkhi  Irama pernafasan masih cepat
09.30 3. Memonitor sputum,  Klien tidak sianosis
dengan hasil sputum  Klien masih harus badrest
susah dikeluarkan  Terdapat suara nafas
Terapeutik
tambahan ronkhi
10.00 1. Mengatur posisi yaitu
 Klien masih batuk
dengan semifowler
 Masih ada akumulasi sputum
12.00 2. Menganjurkan
minum air hangat  Frekuensi nafas 30x/menit
12.30 3. Berikan oksigen 3
A : Masalah belum teratasi
liter/jam dengan
nasal kanul
P : Intervensi dilanjutkan
Edukasi
12.35 1. Menganjurkan
melakukan batuk
efektif yang telah
diajarkan
Kolaborasi
13.00 1. Pasien sudah
menggunakan
bronkodilator sejak
lama
S:
Selasa, 1 – 11 – 2022 Observasi
09.00 1. Memonitor pola  Klien mengatakan masih sesak
nafas dengan dan batuk ada dahak mulai
frekuensi 27x/menit berkurang
09.15 2. Memonitor bunyi
nafas tambahan, yaitu O:
auskultasi adanya  Kesadaran umum : lemah
ronkhi  Kesadaran composmentis, GCS
10.00 3. Memonitor sputum 4-5-6
Terapeutik  Frekuensi nafas 27x/menit
10.20 1. Mengatur posisi yaitu  Irama pernafasan masih cepat
dengan semifowler  Klien masih badrest
11.00 2. Menganjurkan  Sputum sudah mulai keluar tapi
minum air hangat masih ada akumulasi sputum
Edukasi  Klien masih batuk
11.10 1. Menganjurkan
melakukan batuk A : Masalah teratasi sebagian
efektif yang telah
diajarkan P : Intervensi dilanjutkan
12.30 2. Mengingatkan
kembali untuk
minum air hangat
Kolaborasi
13.00 1. Pasien sudah
menggunakan
bronkodilator sejak
lama

Rabu, 2 – 11 – 2022 Observasi S:


09.00 1. Memonitor pola  Klien mengatakan masih sesak
nafas dengan berkurang, batuk dan dahak
frekuensi 25x/menit, sudah mulai berkurang
pernafasan dalam O:
10.00 2. Memonitor bunyi  Kesadaran umum : lemah
nafas tambahan, yaitu  Kesadaran composmentis, GCS
auskultasi adanya 4-5-6
ronkhi  Irama pernafasan masih cepat
10.10 3. Memonitor sputum
 Sputum sudah keluar namun
Terapeutik
masih ada akumulasi sputum
11.45 1. Mengatur posisi yaitu
 Klien tampak batuk
dengan semifowler
 Frekuensi nafas 25x/menit
12.00 2. Menganjurkan
minum air hangat
A : Masalah teratasi sebagian
12.10 3. Menganjurkan
melakukan batuk
P : Intervensi dilanjutkan
efektif yang diajarkan
Edukasi
12.30 1. Mengingatkan
kembali untuk
melakukan batuk
efektif yang telah
diajarkan
13.00 2. Mengingatkan untuk
minum air hangat
2 Senin, 31 – 10 – 2022 Observasi: S:
09.00 1. Mengidentifikasi  Klien mengatakan masih susah
kemampuan batuk untuk bernafas
klien, klien masih  Klien mengatakan masih batuk
berdahak
tampak batuk dan
O:
sering  Klien tampak masih sesak
09.10 2. Memonitor adanya  Klien tampak masih batuk
retensi sputum, klien  Frekuensi nafas 30x/menit
tampak tidak bisa  Dahak berwarna kekuningan
mengeluarkan dahak  Mukosa bibir tampak kering
Terapeutik  Ronkhi (+)
10.20 1. Mengatur posisi
A:
semi-fowler klien Masalah Keperawatan belum teratasi
10.25 2. Membuang sekret di
tempat sputum P:
Edukasi Intervensi dilanjutkan
1. Menjelaskan kepada
11.00
klien tentang batuk
efektif
11.10 2. Menganjurkan
menarik nafas dalam
dari hidung selama 4
detik, ditahan selama
2 detik kemudian
elurgan dari mulut
dengan bibir
mencucu (dibulatkan
selama 8 detik
3. Menganjurkan
mengulangi tarik
napas dalam hingga 3
kali
4. Menganjurkan batuk
dengan kuat langsung
setelah tarik napas
dalam yang ke -3
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
Metylprednisolon
3x40mg,
Ventolin+pulmicot
nebulizer 4x1, dan
Cefriaxon1x2gr
S:
Selasa, 1 – 11 – 2022 09.00 Observasi:
 Klien mengatakan masih sesak
1. Mengidentifikasi
dan batuk ada dahak mulai
kemampuan batuk berkurang
klien, klien masih
O:
 Frekuensi nafas 27x/menit
tampak batuk dan  Klien masih tampak batuk
sering  Dahak berwarna kekuningan
09.10 2. Memonitor adanya  Mukosa bibir tampak kering
retensi sputum, klien  Ronkhi (+)
tampak tidak bisa
A : Masalah teratasi sebagian
mengeluarkan dahak
Terapeutik P : Intervensi dilanjutkan
09.20 1. Mengatur posisi
semi-fowler klien
09.45 2. Membuang sekret di
tempat sputum
Edukasi
09.55 1. Mengingatkan
kembali untuk
melakukan batuk
efektif yang telah
diajarkan
Kolaborasi
10.00 1. Kolaborasi
pemberian
Metylprednisolon
3x40mg,
Ventolin+pulmicot
nebulizer 4x1, dan
Cefriaxon1x2gr

Rabu, 2 – 11 – 2022 09.00 Observasi: S:


1. Mengidentifikasi  Klien mengatakan masih sesak
kemampuan batuk berkurang, batuk dan dahak
klien, klien masih sudah mulai berkurang
2. tampak batuk dan O:
sering  Frekuensi nafas 25x/menit
3. Memonitor adanya  Klien masih tampak batuk sedikit
retensi sputum, klien A : Masalah teratasi sebagian
tampak tidak bisa
mengeluarkan dahak P : Intervensi dilanjutkan
Terapeutik
1. Mengatur posisi
semi-fowler klien
2. Membuang sekret di
tempat sputum
Edukasi
1. Mengingatkan
kembali untuk
melakukan batuk
efektif yang telah
diajarkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
Metylprednisolon
3x40mg,
Ventolin+pulmicot
nebulizer 4x1, dan
Cefriaxon1x2gr
3 Senin, 31 – 10 – 2022 Observasi S:
09.00 1. Mengidentifikasi  klien mengatakan aktivitas di
fungsi tubuh yang bantu perawat dan keluarga
menyebabkan  klien mengatakan tidur sering
kelehana yaitu klien terbangun karena sesak
sesak nafas
10.00 2. Monitor pola dan jam O:
tidur yaitu klien tidur  klien tampak terbaring lemah di
tidak teratur dan tempat tidur
sering terbangun  aktivitas tampak dibantu
kerena sesak nafas
Terapeutik A:
10.10 1. Menyediakan Masalah belum teratasi
lingkungan nyaman
dan rendah stimulus P:
yaitu dengan Intervensi dilanjutkan
membatasi keluarga
yang datang
mengajak ngobrol
11.00 2. Membantu keperluan
klien
11.30 3. Memfasilitasi duduk
disisi tempat tidur,
jika tidak dapat
mandiri berjalan
Edukasi
12.00 1. Menganjurkan tirah
baring
12.30 2. Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
12.40 3. Menganjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
12.45 Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.

Selasa, 1 – 11 – 2022 Observasi S:


09.00 1. Monitor pola dan jam  klien mengatakan aktivitas di
tidur yaitu klien tidur bantu perawat dan keluarga
tidak teratur dan  klien mengatakan tidur sudah
sering terbangun mulai nyenyak
kerena sesak nafas O:
Terapeutik  klien tampak terbaring h di
09.30 1. Menyediakan tempat tidur
lingkungan nyaman  aktivitas tampak sebagian masih
dan rendah stimulus dibantu
yaitu dengan
membatasi keluarga A:
yang datang Masalah sebagian teratasi
mengajak ngobrol
10.00 2. Membantu keperluan P:
klien Intervensi dilanjutkan
11.10 3. Memfasilitasi duduk
disisi tempat tidur,
jika tidak dapat
mandiri berjalan
Edukasi
12.00 1. Menganjurkan tirah
baring
12.30 2. Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
13.00 3. Menganjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang

Rabu, 2 – 11 – 2022 S:
09.00 Observasi  Klien mengatakansudah bisa
1. Monitor pola dan jam beraktivitas
tidur yaitu klien tidur
tidak teratur dan O:
sering terbangun  Klien tampak sudah melakukan
kerena sesak nafas aktivitas
09.30 Terapeutik
1. Menyediakan A:
lingkungan nyaman Masalah teratasi
dan rendah stimulus
yaitu dengan P:
membatasi keluarga Intervensi dihentikan
yang datang
mengajak ngobrol
10.00 2. Membantu keperluan
klien
10.10 3. Memfasilitasi duduk
disisi tempat tidur,
jika tidak dapat
mandiri berjalan
Edukasi
11.00 1. Menganjurkan tirah
baring
11.10 2. Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
12.00 3. Menganjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala kelelahan
tidak berkurang

4. Refleksi Pada Proses Dan Pembelajaran Baru


Pembelajaran dalam kasus minggu ini adalah mengetahui patofisiologi serta
manifestasi klinis penyakit pernafasan khususnya PPOK. Merawat dengan baik untuk
mengurangi rasa sesak dan mengeluarkan dahak pada pasien membuat kami banyak
bertanya kepada kaka perawat dan mencari jurnal terkait untuk mengatasi sesak nafas
pada pasien PPOK. Menjadi perhatian lebih untuk kami demi menjaga keluarga dan orang
terdekat kami supaya tidak mengalami penyakit PPOK.

5. Referensi

Astriani, N. M. D. Y. (2021). Pemberian Posisi Semi Fowler Meningkatkan Saturasi Oksigen


Pasien PPOK. Journal Of Telenursing (Joting), Volume 3,.
Azhar, M. U. (2019). Efektivitas Teknik Pursed Lipsbreathing Pada Pasien Penyakit Paru
Obstruksi Kronik (PPOK): Study Systematic Review. Jurnal Kesehatan, Vol (12)
Global Initiative For Chronic Obstructive Lung, & Disease. Gold. (2018)
Imamah, I. N. (2017). Rehabilitasi Paru Terhadap Perubahan Sesak Nafas Dan Fatigue Pada
Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK). Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
Ismail, L. (2017). Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Paru Obtruktif Kronik (PPOK) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Lepo- Lepo Kota Kendari Tahun 2017. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Vol. 2/No.
Jiron, A. T. (2020). Asuhan Keperawatan Klien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Dengan Ketidakefektifan Pola Nafas.
Kristian, A. S. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Pada Tn. M Dan Tn. J Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Napas Di Ruang Melati Rsud Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2019.
Putri, S. T. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Paru Obstruktif
Kronis Di Ruang Paru Rsup Dr. M. Djamil Padang.
Siska Kristian A. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) Pada Tn. M Dan Tn. J Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Napas Di Ruang Melati Rsud Dr. Haryoto Lumajang.


Anda mungkin juga menyukai