Pemberian Terapi
Obat Rute
Infus asering /12 jam IV
Infus Nacl 3% /24 jam IV
Syringe pump
Bricasma + aminofilin 5 IV
cc / 24jam
Methylprednisolone 3 x IV
40mg
Ceftriaxone 1 x 2 gr IV
Bio ATP 3x1 Oral
NAC 3 x 200 mg Oral
B. Complex 3 x1 Oral
NaCl caps 3x500mg Oral
Amlodipine 1x5mg Oral
Ramipril 1x5mg Oral
Pulmicort
combivent Inhalasi
4x1
2. Mengumpulkan Informasi/Petunjuk
DATA DEMOGRAFI
RIWAYAT KESEHATAN
TANDA-TANDA VITAL
Frekuensi Pernapasan : 30 x/menit
Frekuensi Nadi : 111 x/menit
Tekanan Darah : 158/8 mmHg
2
Suhu : 36 ºC
Saturasi Oksigen : 98 %
AKTIVITAS DAN LATIHAN
Data Lainnya :-
Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas
ELIMINASI
Gambaran Diri : klien mengatakan bisa nerima dengan keadaan fisik tubuhnya
saat ini, klien mengatakan kesehariannya hanya ibadah kepada Allah SWT
Identitas Diri : klien mengatakan menyadari identitasnya sebagai seorang
ayah dan seorang suami bagi istri dan anak anak nya.
Ideal Diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh dan dapat menjalani
aktivitas sehari – hari
Harga Diri : Klien mengatakan harga dirinya semakin bertambah karena
keluarganya menberikan dukungan kepada klien
Masalah Keperawatan : Tidak Ada masalah Keperawatan
PERAN DAN HUBUNGAN
Genogram :
Keterangan : : Wanita
: Pria
: Pasien
Hubungan Dengan Keluarga : Harmonis
Orang yang Berarti : anak
Hubungan Dengan Lingkungan: Baik
Kegiatan Sosial/Masyarakat : berinteraksi dengan masyarakat ketika berangkat sholat ke
masjid
Kesulitan Dalam Komunikasi: (√ ) Tidak ( ) Ya
Hambatan Dalam Bersosialisasi: ( √) Tidak ( ) Ya, Jelaskan
Peran Saat Ini : Suami
Puas dengan Peran Saat Ini : ( ) Tidak ( √) Ya
Perubahan Performa Peran : (√ ) Tidak ( ) Ya, Jelaskan:
Data Lain :-
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
REPRODUKSI
Masalah yang Dihadapi : Klien mengatakan apabilah ada masalah pasti di diskusikan
dengan keluarganya dan maupun saudara saudara terdekatnya. Klien menyelesaikan
masalahnya dengan musyawarah
Orang Terdekat Bercerita : istri
Koping yang Dilakukan : bercengkrama bersama keluarga
Respon Emosi : (√ ) Tenang ( ) Rendah Diri ( ) Sedih ( ) Gelisah
( ) Marah ( ) Mudah Tersinggung ( ) Takut
( ) Cemas
Data Lainnya :-
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Kegiatan Ibadah : melakukan ibadah sholat sebagai umat muslim ke masjid, saat
sedang sakit melakukan ibadah sholat di tempat tidur
Kepercayaan Budaya yang Dianut: tidak ada
Konflik Kepercayaan : tidak ada
Data Lainnya :-
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Informasi Proses
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) atau disebut juga dengan COPD
(Cronic Obstruktif Pulmonary Disease) adalah suatu istilah yang sering digunakan
untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama disebabkan oleh asma
bronkial, kerusakan parenkim paru (emfisema) atau bronchitis kronis di tandai oleh
peningkatan retensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya
(Putri, 2017). PPOK adalah penyakit yang dicirikan oleh keterbatasan aliran udara
yang tidak dapat pulih sepenuhnya. Keterbatasan aliran udara biasanya bersifat
progresif dan di kaitkan dengan respon inflamasi paru yang abnormal terhadap partikel
atau gas berbahaya yang menyebabkan penyempitan jalan nafas, hipersekresi mucus,
dan perubahan pada system pembuluh darah paru. Penyakit ini lebih sering dialami
laki-laki dibandingkan perempuan dan kebanyakan penderita PPOK berusia diatas 40
tahun. Merokok, usia dan jenis kelamin, infeksi system pernafasan akut, polusi
udara, dan
pajanan di tempat kerja (batu bara, katun, biji-bijian padi) merupakan factor penting
yang menyebabkan terjadinya COPD yang dapat terjadi dalam rentang waktu 20-30
tahun (Kristian, 2019). Tanda dan gejala yang dialami pasien PPOK adalah sesak
nafas secara kronis dan menahun serta batuk-batuk, berdahak, sesak napas bila
beraktifitas, sesak tidak hilang dengan pelega napas, memburuk pada malam/dini hari,
dan sesak napas episodic. Batuk yang di rasakan oleh pasien PPOK disebabkan oleh
kebiasaan merokok yang dilakukan oleh kebanyakan laki-laki sehingga angka kejadian
PPOK sebagian besar terjadi pada laki-laki. Penyakit PPOK memiliki hubungan yang
berbanding lurus dengan rokok, semakin banyak dan semakin lama rokok yang dihisap
maka risiko untuk timbulnya PPOK semakin meningkat. Selain sering dialami oleh
perokok berat, prevalensi PPOK juga tinggi pada daerah yang memiliki tingkat polusi
yang tinggi (Astriani, 2021).
Patofisiologi PPOK di tandai dengan obstruksi progresif lambat pada jalan
nafas. Penyakit ini merupakan salah satu eksaserbasi periodic, sering kali berkaitan
dengan infeksi pernapasan, dengan peningkatan gejala dyspnea dan produksi sputum.
Tidak seperti proses akut yang memungkinkan jaringan paru pulih, jalan napas dan
parenkim paru tidak kembali ke normal setelah ekserbasi; Bahkan, penyakit ini
menunjukkan perubahan destruktif yang progresif (Siska Kristian A, 2019). Meskipun
salah satu atau lainya dapat menonjol PPOK biasanya mencakup komponen bronchitis
kronik dan emfisema, dua proses yang jauh berbeda. Penyakit jalan napas kecil,
penyempitan bronkiola kecil, juga merupakan bagian kompleks PPOK. Melalui
mekanisme yang berbeda, proses ini menyebabkan jalan napas menyempit, resistensi
terhadap aliran udara untuk meningkat, dan ekpirasi menjadi lambat dan sulit (Jiron,
2020).
Intervensi pada pasien PPOK terdiri dari dua terapi yaitu terapi farmakologi da
n terapi non farmakologis. Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive
Lung Disease (GOLD) pengobatan farmakologi terbagi menjadi 4 kategori sebangai
berikut (GOLD, 2018) :
1) Grup A : Bronkodilator
2) Group B : LABA atau LAMA apabila gejala persisten maka kombinasikan (Long
Acting Beta2 Agonist) LABA dan LAMA
3) Group C : LAMA, ketika eksaserbasi lebih lanjut, berikan kombinasi LABA dan
LAMA atau LABA dan ICS
4) Group D : LAMA, LABA dan ICS dan pertimbangan penambahan Makrolida.
Long Acting Beta2 Agonist (LABA) Formoterol dan Salmeterol merupakan
beta2 agonis kerja panjang yang digunakan pasien dengan dosis dua kali sehari.
LABA dapat mengurangi gejala yang dialami pasien. Formoterol memiliki onset yang
lebih cepat dibandingkan dengan Salmeterol. Selain kedua obat tersebut, Indacaterol
juga dapat digunakan dengan dosis sekali sehari. Penelitian menyebutkan bahwa terapi
kombinasi salmeterol dengan ipratropium bromida (antikolinergik kerja cepat)
memberikan peningkatan FEV1 rata-rata 8% dibandingkan terapi salmeterol tunggal
serta mengurangi obstruksi jalan nafas.
Long Acting Muscarinic Antagonist (LAMA) Pengobatan LAMA yang
digunakan untuk terapi PPOK adalah Tiotropium dengan dosis sekali sehari.
Tiotropium dapat menurunkan gejala, hiperinflasi, dispnea, menurunkan eksaserbasi
serta meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK. Penelitian menunjukan tiotropium
secara signifikan dapat mengurangi jumlah eksaserbasi dibandingkan dengan
salmeterol pada pasien yang beresiko tinggi mengalami eksaserbasi dan dapat
digunakan sebagai terapi pemeliharaaan.
Kombinasi LABA/ICS Penggunaan inhalasi kortikosteroid (fluticasone,
budesonide) monoterapi tidak direkomendasikan, dan akan meningkat efeknya apabila
dikombinasikan dengan LABA. Penggunaan terapi kombinasi beta2 agonis kerja lama
dengan inhalasi kortikosteroid menunjukan adanya peningkatan yang cepat terhadap
fungsi paru-paru. Penurunan gejala batuk dan sesak nafas lebih signifikan jika
dibandingkan dengan penggunaan monoterapi pada penderita PPOK derajat berat.
Pada penderita derajat ringansedang, penggunaan terapi kombinasi tidak terlalu
memberikan manfaat yang signifikan dengan pemberian monoterapi yang justru dapat
meningkatkan resiko efek samping dan biaya pengobatan lebih besar.
Penggunaan terapi kombinasi Laba/ICS dalam satu inhaler dapat
meningkatkan kepatuhan penggunaan obat pasien dibandingkan penggunaan obat
secara terpisah. Kepatuhan pengobatan pada pasien PPOK diperlukan untuk efektifitas
terapi, pemberian informasi mengenai cara penggunaan inhaler yang benar agar efek
yang dihasilkan optimal.
Salah satu terapi non farmakologis pada pasien PPOK adalah :
1) Rehabilitasi paru. Tujuan utama rehabilitasi paru adalah untuk meningkatkan
toleransi terhadap latihan, sebab latihan pada pasien PPOK dapat memaksimalkan
peningkatan kapasitas kerja, terapi yang bertujuan untuk mengurangi dan
mengontrol sesak nafas. Namun, rehabilitasi paru juga dapat memperbaiki
ventilasi,
mensinkronkan dan melatih kerja otot abdomen serta thorak untuk menghasilkan
tekanan inspirasi sehingga dapat melakukan ventilasi maksimal. Peningkatan
ventilasi akan meningkatkan perfusi sehingga kadar CO2 arteri darah akan
berkurang dan dapat memperbaiki kinerja alveoli, yang pada akhirnya pertukaran
gas dapat efektif. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini, dimana
rehabilitasi paru berpengaruh terhadap penurunan dyspnea dan fatigue (Imamah,
2017).
2) Terapi non farmakologis lain adalah Pursed lips breathing exercise merupakan
program latihan yang diterapkan pada pasien PPOK yang bertujuan untuk
mengurangi frekuensi pernapasan dan meningkatkan pemenuhan oksigenasi
(SpO2) pasien PPOK. Pursed lips breathing exercise mampu memperbaiki
ventilasi dan aliran udara serta memperbaiki volume paru penderita PPOK apabila
latihan tersebut dilakukan secara teratur (Azhar, 2019).
Menurut penelitian dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
(JIMKESMAS) merokok merupakan penyebab penting yang berhubungan dengan
terjadinya infeksi saluran pernapasan seperti asma, bronkhitis, dan enfisema karena
asap rokok merupakan stimulus inflamasi poten yang langsung berhubungan dengan
insiden terjadinya berbagai macam penyakit yang dapat memicu PPOK. Salah satu
riwayat penyakit paru yang secara klinis dapat menimbulkan PPOK ialah asma. Asma
bisa disebabkan karena infeksi virus pada pernafasan yang dipermuda oleh paparan
asap rokok yang berlebih ataupun karena faktor pemicu lainnya seperti pousi udara
dan genetik, yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang
menimbulkan sesak atau sulit bernapas, selain sulit bernapas penderita asma juga bisa
mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi virus, infeksi non bakteri, dan asap rokok yang dapat berujung
pada kejadian PPOK. Riwayat penyakit asma memberi kontribusi yang besar dalam
kejadian PPOK, seperti yang kita ketahui kedua penyakit ini merupkan penyebab
utama gangguan pernafasan yang bersifat kronik, ataupun saluran pernafasan yang
dapat pulih kembali (namun tidak pulih kembali secara sempurna pada beberapa
penderita) baik secara spontan atau dengan pengobatan (Ismail, 2017).
4. Analisa Data Focus Dan Diagnose Keperawatan (3 Diagnosa Prioritas)
ANALISA DATA
No Analisa Data Problem Etiologi
1 DS : Gangguan Pertukaran Pencetus
Klien mengatakan sesak nafas Gas (asma, Bronkitis Kronis, emfisema,
Klien mengatakan sesak Definisi : faktor lingkungan, polusi udara,
bertambah saat beraktivitas Kelebihan atau merokok)
Klien mengatakan badan kekurangan oksigenasi
lemas dan/atau eliminasi Edema, spasme bronkus, peningkatan
DO : karbondioksida pada secret bronkiolus
Klien tampak sesak membrane alveolus –
Klien tampak kesulitan kapiler Obstruksi bronkiolus awal fase ekspirasi
bernafas
Klien terpasang oksigen nasal udara terperangkap dalam alveolus
kanul 3lt/menit
Auskultasi : suara ronkhi di PaO2 rendah, PaCO2 tinggi
paru
Klien tampak lemas Gangguan Pertukaran Gas
Intoleransi aktivitas
Intervensi
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Gangguan Tujuan: Manajemen Jalan Nafas Observasi
Definisi : 1. Mengetahui frekuensi,
pertukaran gas Setelah dilakukan
Mengidentifikasi dan kedalaman, irama
berhubungan tindakan keperawatan mengelola kepantenan jalan pernfasan
nafas 2. Mengetahui bunyi
dengan selama 3x24 jam maka
nafas gurgling, mengi,
ketidakseimbangan pertukaran gas Tindakan wheezing, ronkhi
Observasi kering
ventilasi – perfusi meningkat dengan
1. Monitor pola nafas 3. mengetahui
kriteria hasil : 2. Monitor adanya produksi sputum yang
bunyi nafas tambahan berlebihan dapat
1. Dispnea menurun
3. Memonitor sputum mengakibatkan
Terapeutik obstruksi jalan nafas
2. Bunyi nafas 1. Posisikan semi fowler Terapeutik
2. Berikan minum hangat 1. Meningkatnya
tambahan menurun
3. Berikan oksigen ekspansi dada
3. PCO2 membaik Edukasi maksimal membuat
1. Ajarkan Teknik batuk mudah bernafas dan
4. PO2 membaik
efektif meningkatkan
5. Takikardia Kolaborasi kenyamanan pasien
1. Kolaborasi pemberian 2. Air hangat
membaik
bronkodilator memobilisasi dan
6. pH arteri membaik mengeluarkan secret
3. Oksigen
7. Pola nafas
memaksimalkan
membaik pernafasan dan
menurunkan kerja
nafas
Edukasi
1. Batuk efektif dapat
meningkatkan
pengeluaran sputum
Kolaborasi
1. Bronkodilator sebagai
vasodilator otot polos
O2 memenuhi
kebutuhan oksigen
dalam tubuh
2. Bersihan Jalan Tujuan: Latihan batuk Efektif Observasi
Nafas Tidak Setelah dilakukan Defenisi: Melatih pasien 1. Menentukan tingkat
yang tidak memiliki obstruksi sputum
Efektif tindakan keperawatan 2. mengetahui produksi
kemampuan batuk secara
berhubungan selama 3x24 jam maka sputum yang
efektif untuk membersihkan
berlebihan dapat
dengan bersihan jalan napas laring - trakea dan mengakibatkan
bronkiolus dari sekret atau obstruksi jalan nafas
hipersekresi di meningkat dengan
benda asing dijalan napas Terapeutik
jalan nafas kriteria hasil: 1. Posisi semi-fowler
dibuktikan dengan 1. Batuk efektif Tindakan dapat meningkatkan
Observasi: ekspansi paru dan
batuk tidak efektif, meningkat menurunkan sesak
1. Identifikasi kemampuan
ronkhi dan sputum 2. Produksi sputum 2. Mencegah infeksi
batuk
silang
berlebih menurun 2. Monitor adanya retensi Edukasi
3. Mengi Wheezing sputum 1. Agar pasien kooperatif
Terapeutik 2. Melatih relaksasi otot
menurin 1. Atur posisi semi-fowler dada
4. Dispnea menurun 2. Buang sekret di 3. Untuk mengeluarkan
tempat sputum dahak
5. Gelisah menurun
Edukasi Kolaborasi
6. Frekunsi nafas 1. Metylprednisolon
1. Jelaskan dan tujuan
untuk meredakan
membaik batuk efektif peradangan, ventolin
7. Pola nafas 2. Anjurkan menarik untuk bronkidilatasi,
nafas dalam dari hidung pulmicot adalah obat
membaik
selama 4 detik, ditahan anti inflamasi jenis
kortikosteroid,
selama 2 detik
sedangkan cefriaxon
kemudian elurgan dari dan antibiotika
mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan
selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang
ke -3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
Metylprednisolon
3x40mg,
Ventolin+pulmicot
nebulizer 4x1, dan
Cefriaxon1x2gr
3. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi Observasi
Aktivitas tindakan keperawatan Defenisi: Mengidentifikasi 1. mengidentifikasi
dan mengelola penggunaan pencetus terjadinya
berhubungan selama 3x24 jam kelelahan dan rencana
energi untuk mengatasi atau
dengan diharapkan toleransi mencegah kelelahan dan tindakan berikutnya
Ketidakseimbangan aktivitas meningkat mengoptimalkan proses yang dapat dilakukan
pemulihan 2. untuk mengetahui
antara suplai dan dengan kriteria hasil :
koping klien
kebutuhan oksigen 1. Saturasi oksigen Tindakan 3. menghindari kelelahan
dibuktikan dengan meningkat Observasi akibat kurang istirahat
1. Identifikasi gangguan 4. mengetahui
sesak nafas saat 2. Kemudahan dalam
fungsi tubuh yang kemampuan dan
beraktivitas aktivitas sehari - mengakibatkan batasan pasien terkait
hari meningkta kelelahan aktivitas yang akan
2. Monitor kelelahan fisik dilakukan
3. Keluhan lelah
dan emosional Terapeutik
menurun 3. Monitor pola dan jam 1. memberikan rasa aman
4. Dispnea saat tidur dan nyaman kepada
aktivitas menurun 4. Monitor lokasi dan klien
ketidaknyamanan 2. memberikan rasa
selama melakukan nyaman pada klien
aktivitas
Rabu, 2 – 11 – 2022 S:
09.00 Observasi Klien mengatakansudah bisa
1. Monitor pola dan jam beraktivitas
tidur yaitu klien tidur
tidak teratur dan O:
sering terbangun Klien tampak sudah melakukan
kerena sesak nafas aktivitas
09.30 Terapeutik
1. Menyediakan A:
lingkungan nyaman Masalah teratasi
dan rendah stimulus
yaitu dengan P:
membatasi keluarga Intervensi dihentikan
yang datang
mengajak ngobrol
10.00 2. Membantu keperluan
klien
10.10 3. Memfasilitasi duduk
disisi tempat tidur,
jika tidak dapat
mandiri berjalan
Edukasi
11.00 1. Menganjurkan tirah
baring
11.10 2. Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
12.00 3. Menganjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala kelelahan
tidak berkurang
5. Referensi