Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN

KASUS

COVID-19 DENGAN
HEMOPTOE
KOINFEKSI DEMAM
BERDARAH
DENGUE
dr. Wulan Alawiyah Jahra

Pembimbing:
dr. Desi Fitriani, Sp.PD
.1
1

Pendahuluan
COVID-19
2019 akhir
Tiongkok melaporkan kasus
Pneumonia  2019 novel  Coronavirus Disease 2019
Coronavirus (2019-nCoV) (COVID19) merupakan suatu
11 Febuari 2020 penyakit menular 
SARS-CoV-2  Coronavirus disesabkan Severe Acute
Disease 2019 (COVID-19) Respirtory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS Cov-2)
02 Maret 2020  Gejala umum: demam (83% -
Kasus COVID-19 pertama di 98%), batuk (50% -82%),
Indonesia kelelahan (25% -44%), sesak
11 Maret 2020 napas (19% -55%), dan nyeri
WHO mengumumkan COVID-19 otot (11% -44%)
menjadi pandemi
Jumlah Kasus
Dunia
konfirmasi 428,700,816
Kematian 5,928,278
Sembuh 356,840,051

Indonesia
konfirmasi 5,350,902
Kematian 147,025
Sembuh 4,632,355

Kota Depok
Konfirmasi 114,524
Data: 22/02/22 Kematian 2,237
Sembuh 109,344
Demam Berdarah Dengue (DBD)

 Selain menghadapi masalah pandemi COVID19, pada akhir


tahun 2021 Indonesia juga menghadapi potensi KLB kasus
DBD

 Pada 2020 total kasus DBD di Indonesia mencapai 108.303,


sementara sampai Oktober 2021, tercatat 37.646 kasus.

 Terdapat lima kabupaten/kota dengan kasus DBD tertinggi di


Indonesia (data Oktober 2021):
1.Kota Depok dengan 2.235 kasus
2.Kota Bandung 1.895 kasus
3.Kota Bekasi 1.791 kasus
4.Kabupaten Bandung 947 kasus
5.Kabupaten Bogor 797 kasus
.1
2

Kasus
Identitas
Pasien
Nama : Tn. IPA
No.RM : 3947**
Umur : 38 Tahun
Tanggal lahir : 20 Januari 1983
Alamat : Jl. Nurul Iman No.21
Sukatani, Depok
Pekerjaan : Karyawan
swasta
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Status Vaksin : vaksin +
Tanggal Pemeriksaan : 31 Desember 2021
Keluhan Utama
batuk berdahak disertai darah sejak 1 hari
SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang

• Batuk bedahak 3 hari smrs, 1 • Riwayat demam 4 hari smrs,


hari terakhir batuk disertai saat datang sudah tidak
darah merah segar, frekuensi demam
lebih dari 10 kali, sebanyak -+ • Penurunan nafsu makan sejak
satu gelas belimbing setiap 1 minggu
batuk • Keluhan pilek, nyeri
• Keluhan disertai dengan tenggorokan, diare, dan
sesak napas saat batuk kehilangan indra penciuman
dan perasa disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat jantung koroner 3 • Obat jantung distop sendiri


bulan smrs, belum dilakukan (Spironolacton 1x25mg,
pemasangan ring karena concor 2,5mg, atorvastatin
keluarga pasien menolak, 20mg, CPG 75mg,
terakhir kontrol jantung 1 tromboaspilet 80mg)
bulan smrs • Riwayat vaksin c-19 (+)
• Riwayat HT, DM, disangkal
• Riwayat Kolesterol (+)
Riwayat Penyakit Keluarga

• Riwayat Hipertensi : disangkal


• Riwayat Diabetes Milletus : disangkal
• Riwayat Jantung : disangkal
• Riwayat Stroke : disangkal
• Riwayat Keluhan yang sama : disangkal
Riwayat Kebiasaan & Kontak

• Riwayat merokok (+), sudah berhenti sejak sakit jantung


• Riwayat kontak dengan dengan pasien terkonfirmasi tidak diketahui,
pasien masih aktif keluar rumah untuk bekerja
• Protokol kesehatan masih kurang patuh
Case Timeline
28-29/12/21 31/12/21
Batuk berdahak, sesak Batuk berdahak
saat batuk, demam disertai darah, sesak
saat batuk

27/12/21 30/12/21
Demam Batuk berdahak
disertai darah, sesak
saat batuk, demam
Pemeriksaan Fisik

Vital Sign

• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


• Kesadaran : Compos mentis
• Tekanan Darah : 133/90 mmHg
• Nadi : 87 x/menit
• Pernapasan : 21 x/menit
• Temperatur : 37,0oC
• Saturasi : 98% roomair
Pemeriksaan Fisik Leher
Mata pembesaran KGB
Konjungtiva anemis -/-, (-), Bendungan
Sklera ikterik -/- vena (-)
Jantung
S1 dan S2 reguler,
murmur (-), gallop (-)
Paru
I: simetris, retraksi dinding dada (-)
P: fremitus kanan sama dengan kiri
Abdomen
P: sonor/sonor I: datar
A: ves +/+, rh -/-, wh-/- A: Bu + normal
P: tympani
P: Supel, NT (-)
Ekstremitas
Edema (-), akral hangat, CRT <
2s
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan
Laboratorium (31/12/2021)
Kesan:
Trombositopenia (106.000)
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Chest X-ray
PA (31/12/2021)
Tampak perselubungan di
suprahiler kiri dan
peningkatan corakan
bronkovaskular kedua
lapang paru

Kesan: Pneumonia, sugestif TB


Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Swab PCR (31/12/2021)
Jenis Pemeriksaan Hasil
Biomolekuler SARS COV 2 (PCR) Swab Nasofaring & Swab Orofaring
Positif

Hasil Pemeriksaan EKG


(31/12/2021)
sinus rythm HR: 84x/menit
dengan pemanjangan
interval QT
Diagnosis

❖ Pneumonia ec. Covid19 dengan hemoptoe


❖ Trombositopenia ec. DHF
Tatalaksana
Awal di IGD Advice DPJP

 Infus RL  Infus RL/8 jam


 Inj. Asam Tranexamat 1amp IV  Avigan (Favipirapir) 2x1600mg (hari ke-1),
selanjutnya 2x600mg (hari ke 2-5)
 Inj. Vit. C 1x1gr
 Vit. D 1x5000 iu
 Zink 1x20mg
 Ceftriaxone 1x2gr IV
 Inj. Vit K 3x1 amp IV
 Inj. Transamin 3x1 amp IV
 Codein 3x10mg
 DPL/24 jam
 Bila hemoptisis sudah teratasi  cek TCM-TB
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan
Hasil Pemeriksaan Hemostasis (03/012022)
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
D-dimer 200 ng/mL 400-600
Dilakukan
pemeriksaan TCM M-
TB (04/01/2022) saat
Hasil Pemeriksaan darah rutin serial (03/012022)
pasien sudah tidak
31/12/2021 01/01/2022 02/01/2022 03/01/2022 batuk darah
Leukosit 5.400 Leukosit 6.500 Leukosit 5.400 Leukosit 6.000
Hasil: Not Detected
Trombosit Trombosit Trombosit Trombosit
106.000 103.000 102.000 99.000
Hematokrit Hematokrit Hematokrit Hematokrit 44%
47,2% 44,6% 43,3%
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan
Hasil Pemeriksaan Chest X-ray
PA (11/01/2022)
terdapat peningkatan
corakan bronkovaskuler dan
pengurangan infiltrat pada
suprahiler kiri dibandingkan
sebelumnya
Pasien di IGD selama 1 hari,
kemudian dipindahkan ke Ruang
Isolasi Khusus Covid-19
Kenanga dan dirawat selama 12
Hari
.1
3

Tinjauan Pustaka
CORONA VIRUS
DISEASE-19
Definisi
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2)
Penularan  droplet (mukosa mulut, hidung, atau mata), kontak
langsung ataupun melalui prosedur yang menghasilkan aerosol
Anamnesis  gejala ISPA: demam (≥38oC) atau riwayat demam; dan
disertai salah satu gejala penyakit pernapasan seperti batuk/sesak
nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan-berat

Definisi Kasus

Suspek Probable Confirmed Kontak Erat Discarded Selesai Isolasi


Discarded
• Kasus suspek  hasil pemeriksaan RT-PCR 2 kali negatif selama 2 hari
berturut, selang waktu >24 jam
• Kontak erat telah menyelesaikan masa karantina selama 14 hari

Selesai Isoman
• Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)  tidak dilakukan follow up
RT-PCR ditambah 10 hari isolasi mandiri sejak pengambilan spesimen
konfirmasi
• Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)  tidak
dilakukan follow up RT-PCR dihitung 10 hari sejak onset ditambah minimal 3
hari setelah tidak ada gejala
• Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)  hasil follow
up RT-PCR 1 kali negatif, ditambah minimal 3 hari setelah tidak ada gejala
Patogenesis
Diagnosis

Antigen real-time Computed


Antibody Reversetranscriptio Tomography
SARSCOV2 n Polymerase Chain Scan (CT-
Reaction (rRT-
scan) Thorax
PCR)
Klasifikasi

Tanpa Gejala Ringan Sedang


• Demam, batuk, • Klinis pneumonia
anoreksi tetapi tidak ada tanda
• Tidak ada tanda pneumonia berat
hipoksia (SpO2 > 93%
roomair)

Berat/Pneumonia Berat Kritis


• frekuensi napas > 30 • ARDS, sepsis dan
x/menit, distres syok sepsis, atau
pernapasan berat, atau kondisi lain yang
SpO2 < 93% room air membutuhkan alat
penunjang hidup
Tatalaksana
❖ Tanpa Gejala
➢ Isolasi Mandiri 10 hari sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi
➢ Edukasi
➢ Farmakoterapi:
■ Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
■ Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
■ Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari)
■ Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E, Zink
■ Antioksidan
❖ Derajat Ringan
➢ Isolasi mandiri maksimal 10 hari sejak muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala. jika gejala
lebih dari 10 hari, maka isolasi dilanjutkan hingga gejala hilang ditambah dengan 3 hari bebas
gejala

➢ Edukasi

➢ Farmakoterapi:
■ Vitamin C: Tablet non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari) , atau Tablet isap
vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
■ Multivitamin yang mengandung vitamin c 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari)
■ Vitamin D 1000-5000 IU/hari selama 14 hari.

 Antivirus:
 Favipiravir (200mg) loading dose 1600mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutya 2 x
600mg (hari ke 2-5), atau
 Molnupiravir (200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama 5 hari, atau
 Nirmatrelvir/Ritonavir (150 mg/100 mg, bentuk kombinasi), Nirmatrelvir 2 tablet per 12
jam, Ritonavir 1 tablet per 12 jam, diberikan selama 5 hari

➢ Simptomatis

➢ Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada


❖ Gerajat Sedang
➢ Isolasi dan Pemantauan
■ Rujuk dan Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang PerawatanCOVID-19/ Rumah Sakit Darurat
COVID-19
■ Pengambilan Swab PCR sesuai anjuran

➢ Non-Farmakologis
■ Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi/terapi cairan, oksigen
■ Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan hitung jenis, bila
memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati dan foto toraks secara
berkala

➢ Farmakologis
■ Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan
secara drips Intravena (IV) selama perawatan
■ Vitamin D: Dosis 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet
kunyah 5000 IU)
■ Antivirus:
● Remdesivir 200 mg IV 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip
(hari ke 2-5 atau hari ke 2-10), atau
● Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan
selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5), atau
● Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama 5 hari, atau
● Nirmatrelvir/Ritonavir (sediaan 150 mg/100 mg dalam bentuk kombo), Nirmatrelvir
2 tablet per 12 jam, Ritonavir 1 tablet per 12 jam, diberikan selama 5 hari
■ Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP.
■ Pengobatan simptomatis (Parasetamol dan lain-lain).
■ Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada.
❖ Derajat Berat
➢ Monitor keadaan kritis

➢ Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap beriku dengan hitung jenis, bila
memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, Hemostasis, LDH, D-dimer

➢ Gunakan high flow nasal cannula (HFNC) atau non-invasive mechanical ventilation (NIV) pada
pasien dengan ARDS atau efusi paru luas. HFNC lebih disarankan dibandingkan NIV

➢ Inisiasi terapi oksigen dengan alat HFNC; flow 30 L/menit, FiO2 40% sesuai dengan
kenyamanan pasien dan dapat mempertahankan target SpO2 92 - 96%

➢ Evaluasi pemberian HFNC setiap 1 - 2 jam dengan menggunakan indeks ROX

➢ Indeks ROX = (SpO2 / FiO2) / laju napas

➢ Jika pasien mengalami perbaikan dan mencapai kriteria ventilasi aman (indeks ROX >4.88)
pada jam ke-2, 6, dan 12 menandakan bahwa pasien tidak membutuhkan ventilasi invasif,
sementara ROX <3.85 menandakan risiko tinggi untuk kebutuhan intubasi
❖ Derajat Berat
➢ Farmakologis
■ Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan
secara drips Intravena (IV) selama perawatan
■ Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena
■ Vitamin D Dosis 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet
kunyah 5000 IU)
■ Bila sepsis diduga kuat oleh karena ko-infeksi bakteri, pemilihan antibiotik disesuaikan
dengan kondisi klinis, fokus infeksi dan faktor risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan
kultur darah harus dikerjakan dan pemeriksaan kultur sputum (dengan kehati-hatian
khusus) patut dipertimbangkan

■ Antivirus
● Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip (hari ke 2-5
atau hari ke 2-10), atau
● Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan
selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5), atau
● Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama 5 hari, atau
● Nirmatrelvir/Ritonavir (sediaan 150 mg/100 mg dalam bentuk kombo), Nirmatrelvir
2 tablet per 12 jam, Ritonavir 1 tablet per 12 jam, diberikan selama 5 hari.
❖ Derajat Berat
■ Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP

■ Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau kortikosteroid lain yang
setara seperti metilprednisolon 32 mg, atau hidrokortison 160 mg pada kasus berat yang
mendapat terapi oksigen atau kasus berat dengan ventilator.

■ Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada

■ Apabila terjadi syok, lakukan tatalaksana syok sesuai pedoman tatalaksana syok yang
sudah ada

■ Obat suportif lainnya dapat diberikan sesuai indikasi

■ Pertimbangkan untuk diberikan terapi tambahan, sesuai dengan kondisi klinis pasien
dan ketersediaan di fasilitas pelayanan kesehatan masing- masing apabila terapi
standard tidak memberikan respons perbaikan. Pemberian dengan pertimbangan hati-
hati dan melalui diskusi dengan tim COVID-19 rumah sakit. Contohnya anti-IL 6
(tocilizumab), plasma konvalesen, IVIG atau Mesenchymal Stem Cell (MSCs) / Sel
Punca dan lain- lain
Demam Berdarah
Dengue
Definisi (WHO 2011)
• Penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
• Vektor: nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
• Ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa
penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu
hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik
perdarahan (petechie), lebam (echymosis), atau ruam
(purpura), kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah
darah, kesadaran menurun atau renjatan (shock)
Etiologi

• Penyakit ini disebabkan oleh virus


dengue
• terdapat 4 serotype virus dengue, yaitu:

 DEN-1

 DE-2

 DEN-3, dan

 DEN-4
Manifestasi Klinis
Klasifikasi & Deajat Keparahan
Diagnosis
Demam Dengue Kemungkinan diagnosis jika: Demam akut yang disertai dua atau lebih hal
berikut :
 Sakit kepala
 Nyeri retro-orbital
 Mialgia
 Atralgia/nyeri tulang
 Ruam kulit
 Manifestasi perdarahan
 Leukopenia ( < 5.000 sel/mm3 )
 Trombositopenia ( < 150.000 sel/mm3 )
 Hematokrit meningkat (5-10%)

Dan setidaknya terdapat satu dari dibawah ini :


• Pemeriksaan serologi serum dalam sekali pemeriksaan : titer > 1280 dengan tes hemaglutinasi
inhibisi, IgG pada ELISA, serta tes IgM antibodi
• Terjadi pada waktu dan tempat yang sama terhadap kasus yang dikonfirmasi sebagai demam
dengue
Diagnosis
Demam Berdarah Dengue. Semua kriteria dibawah ini :
 Demam onset akut durasi 2-7 hari.
 Manifestasi perdarahan, yang ditunjukkan oleh salah satu dari berikut: tes tourniquet
positif, petechiae, ekimosis atau purpura, atau perdarahan dari mukosa, saluran pencernaan,
area penyuntikan dll
 Ttrombosit ≤100 000 sel/mm3
 Bukti objektif kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang

ditunjukkan oleh salah satu dari berikut ini:


 Meningkatnya hematokrit/hemokonsentrasi ≥20 % dari baseline atau
 penurunan hematokrit pada masa pemulihan, atau
 bukti kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau
 hipoproteinemia/hipoalbuminaemia
Diagnosis
Warning Sign Sindroma Syok Dengue

 Tidak ada perbaikan klinis/perburukan  Takikardia, ekstremitas dingin,


keadaan sesaat sebelum atau selama waktu pengisian kapiler
transisi ke fase afebris memanjang, nadi lemah, lesu atau
 Muntah persisten, tidak bisa minum gelisah, yang mungkin merupakan
 Nyeri abdomen yang berat tanda dari penurunan perfusi otak
 Lesu dan / atau gelisah, perubahan  Tekanan nadi ≤20 mmHg dengan
perilaku mendadak peningkatan tekanan diastolik,
 Perdarahan: epistaksis, tinja hitam, misalnya 100/80 mmHg
hematemesis, perdarahan menstruasi  Hipotensi yang disesuaikan
yang berlebihan, urin berwarna gelap dengan usia, yakni tekanan sistolik
(hemoglobinuria) atau hematuria <80 mmHg untuk mereka yang
 Pucat, tangan dan kaki dingin serta berusia <5 tahun atau 80-90
berkeringat mmHg untuk anak-anak dan orang
 Kurang/tidak ada produksi urine dewasa
selama 4-6 jam
Peerjalanan Penyakit
Uji Diagnostik & Fase Infeksi Dengue
Penatalaksanaan
.1
4

Diskusi
Batuk Darah = Hemoptoe = Hemoptisis

Hemoptisis berasal dari Bahasa Yunani  Haemoptysis “Haima” dan “Ptysis”

Ekspektorasi darah dengan atau tanpa sputum


akibat perdarahan pada saluran nafas bagian bawah

Batuk darah
gejala COVID-19 sedang dengan
merupakan keluhan
klinis pneumonia disertai dengan
utama pasien ditambah
hemoptoe
dengan gejala ISPA
(batuk berdahak
disertai sesak 3 hari Jenis Pemeriksaan Hasil
smrs, demam 4 hari Biomolekuler SARS COV 2 Swab Nasofaring & Swab
smrs) (PCR) Orofaring
Positif
Hemoptoe dapat menjadi salah satu gejala awal yang ditemukan pada
pasien Covid-19, tetapi jarang dilaporkan, pada penelitian Guan, WJ dkk
hanya terdapat 0,9% kasus. Pada penelitian Fu dkk mengenai
karakteristik klinis COVID-19, prevalensi kasus dengan hemoptoe
sebesar 2%.

Penyakit lainnya yang terkait dengan perdarahan


alveolar diantaranya influenza A (H1N1), Demam
Berdarah Dengue (DBD), malaria, infeksi
Staphylococcus aureus, dan leptospirosis, TBC,
keganasan, bronkiektasis, pneumonia,
pasien didiagnosis dilakukan pengecekan sputum dengan TCM MTB
banding dengan TB pada saat pasien sudah tidak mengalami hemoptoe
Paru lagi (04/01/2022)

hasil TCM MTB menunjukkan non-detected

Pada pasien dilakukan evaluasi rontgen thoraks pada hari ke- 12


perawatan (11/01/2022) terdapat pengurangan infiltrat pada
suprahiler kiri dibandingkan sebelumnya, hal ini menunjukkan
adanya respon terhadap antibiotik non-OAT yang diberikan
CXR ke-1 (31/12/2021) CXR ke-2 (11/01/2022)
infiltrat di suprahiler kiri dan peningkatan corakan
peningkatan corakan bronkovaskuler dan pengurangan
bronkovaskuler pada kedua infiltrat pada suprahiler kiri
lapang paru dengan kesan dibandingkan sebelumnya
sugestif TB Paru
Pada pasien didapatkan
trombositopenia dengan
nilai 106.000/µl saat di IGD
(31/12/2021) lalu pada hari
perawatan ke-4 (03/01/2022)
nilai trombosit turun menjadi
99.000/µl

Trombositopenia dapat
menjadi manifestasi klinis
COVID-19 maupun DBD 
keduanya memiliki kesamaan
patofisiologi
Resume
Tatalaksana
 Infus RL/8 jam
 Avigan (Favipirapir)
2x1600mg (hari ke-1),
selanjutnya 2x600mg
(hari ke 2-5)
 Inj. Vit. C 1x1gr
 Vit. D 1x5000 iu
 Zink 1x20mg
 Ceftriaxone 1x2gr IV
 Inj. Vit K 3x1 amp IV
 Inj. Transamin 3x1 amp IV
 Codein 3x10mg
.1
5

Kesimpulan
Pada kondisi pandemi COVID-19 seperti saat ini, pasien
dengan klinis mengarah pada infeksi seperti
demam/riwayat demam akut yang tidak khas dapat
didiagnosis banding dengan COVID-19 maupun DBD,
terutama pada daerah endemik Dengue. Pada pasien ini
didapatkan diagnosis COVID-19 dengan hemoptoe dan
trombositopenia ec.DBD.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai