Anda di halaman 1dari 32

LOGBOOK KASUS 2

BLOK KEPERAWATAN ANAK

Dosen Pengampu:
Ns. Yosi Oktarina,S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 6
Assyafiah Harnum G1B119078

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2020/2021
TUTOR KEP.ANAK KASUS 2

SKENARIO II

An. B, Laki-laki, usia 6 tahun dibawa orang tuanya ke RS dengan keluhan demam
tinggi mendadak 4 hari yang lalu tidak ada batuk dan filek. Menurut Ibu, panas
anaknya tinggi terus menerus, sudah diberi obat penurun panas tetapi 2 jam kemudian
suhu anak naik lagi. An. B juga mengeluh nyeri pada punggung dan tulang hilang
timbul, kepala juga terasa pusing. Dari hasil pemeriksaan uji torniquiet positif,
petekie (+) ,ekimosis (+), epistaksis (+), mual (+), Muntah (+). Keadaan umum CM,
suhu 39,2 c, N: 100x/i TD: 90/65 mmHg, RR: 20x/i, TB 120 cm, BB 20 kg, hasil px
lab: Hb: 12,5 gr/dl, trombosit: 60.000/mm3, lekosit; 2900/mm3, Ht: 52%. Pasien saat
ini merasa lemas dan tidak mampu melakukan aktivita fisik.

STEP 1

1. Ekimosis

Istilah medis yg digunakan untuk jenis lebam yang sering terjadi

Perdarahan dibawah kulit yang ukurannya lebih besar 1 cm, yang dapat disebabkan
karena kelainan trombosit dan pembekuan darah

2. Patekie

Ruam sekunder yang berbintik-bintik, tidak memucat bila ditekan

3. Epistaksis

Nama lain dari mimisan, perdarahan yang mengalir dari rongga hidung. Merupakan
gejla yang mengganggu dan harus dicari sumbernya

Perdarahan hidung yg terjadi spontan ataupun tidak spontan yang disebabkan karena
sebuah trauma

4. Trombosit
Keeping darah berbentuk cakram yang terbentuk dalam sum sum tulang, berperan
penting dalam proses pembekuan darah

Digunakan dalam metode skrining dan mendiagnosis penyakit yang disebabkan oleh
pembekuan darah

5. Uji torniquet

Pemeriksaan yang direkomedasikan WHO. Dapat digunakan untuk membantu


diagnose dengue

STEP 2 DAN 3

1. Apa yang harus dilakukan ibu jika suhu anaknya naik turun sebelum dibawa
ke RS?

Langkah pertama, ibu wajib selalu menyediakan termometer di rumah sehingga ibu
akan tahu dengan detail berapa panas tubuh anak. Namun, jika anak demam naik
turun atau jika suhu tubuhnya terlampau tinggi, maka ia harus segera mendapatkan
penanganan dari dokter. Sementara itu, cara lain yang bisa dilakukan untuk
mengurangi demam pada anak, yaitu:

 Pakaian anak baju yang ringan dan tipis. Sebab pakaian berlebih akan
memerangkap panas tubuh dan menyebabkan suhu naik.

 Minta anak untuk minum banyak cairan, seperti air, jus, atau es loli.

 Mandikan anak dengan air hangat. Jangan biarkan anak menggigil karena
air dingin. Itu bisa menaikkan suhu tubuh. Jangan pernah juga
meninggalkan anak tanpa pengawasan di bak mandi.

Kompres dengan air hangat dilipatan paha, ketiak, dan selangkangan


2. Apa yang menyebabkan suhu anak naik terus menerus bahkan setelah
diberikan obat penurun panas?

Meliputi gangguan system imun sehingga tubuh tidak mampu memerangi secara
cepat dan efektif

3. Apa arti semua pemeriksaan yang positif terhadap diagnose yang akan
ditegakkan?

Uji tourniquet positif menunjukkan adanya manifestasi perdarahan yang ditandai


dengan petekie(+), adanya ekimosis dan epitaksis. hal ini menunjukkan bahwa anak
dalam kasus mengalami demam berdarah, karena tourniquet test yang bertujuan untuk
mengidentifikasi penyakit dengue. Mual dan muntah merupakan gejala lain dari
demam berdarah yang diderita. Uji tourniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan
, dapat di nilai sebagai presumptif (dugaan keras) oleh karena itu hasil uji bernilai
positif pada hari-hari pertama demam terdapat pada sebagian besar penderita DBD.
tes ini dilakukan dengan cara mengikat lengah bahu dengan manset tensi agar darah
terbendung dan pada lengan bawah dibuat pola melingkar dengan diameter 5 cm .
Bila dalam 10 menit terbentuk lebih dari 10-20 bintik dapat dipastikan positif terkena
dbd. Nah karena jika dilihat dari kasus didapatkan hasil petetike

4. Apa masalah keperawatan pada kasus tersebut?

Sesuai kasus kita pada siang hari ini dimana anak B dengan keluhan utama yaitu
demam tinggi dan anak B mengeluh pusing, mual serta mengeluh nyeri pada bagian
punggung dan bagian tulang hingga nyeri hilang timbul dan terjadinya peningkatan
suhu tubuh dan juga adanya etimosis/memar dan ada juga ptq atau bintik bintik bulat
kecil kemerahan dan didalam kasus dijelaskan adanya hasil dari uji turniket dimana
ini adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui apakah pasien ini
mengalami PDP atau tidak. Disini dapat kita simpulkan mengenai masalh
keperawatan pasien yaitu PDP (Dwi)

5. Apa penyebab anak B demam tinggi mendadak pada kasus tsb?


Kasus demam tinggi mendadak pada anak biasanya disebabkan oleh adanya infeksi
akibat bakteri dan virus. Adapun penyakit infeksi yang dapat menyebabkan demam
tinggi pada anak, antara lain adalah flu, roseola, radang amandel, infeksi telinga,
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), infeksi ginjal, infeksi saluran kemih (ISK),
cacar air, dan batuk rejan.

6. Kenapa pada kasus dilakukan pemeriksaan fisik torniquet pada anak?

Kita ketahui dulu bahwa uji tourniquet atau juga dikenal dengan tes rumple leade
atau uji kerapuhan kapiler dan digunakan utnuk mengidentifikasi trombositopenia
(jumlah trombosit yang berkurang ) . Tes ini juga digunaakan pada pemeriksaan fisik
yag dapat mengidentifikasi dan mengelompokkan penyakit dengue atau untuk
mendiagnosis demam berdarah . Kenapa anak B perlu melakukan uji tourniquet ? .
Jadi berdasarkan keluhan yang dialami pasien seperti demam tinggi mendadak 4 hari
yang lalu tidak ada batuk dan pilek dan juga keterangan dari ibu pasien yang
mengatakan bahwa anaknya demam tinggi terus menerus walaupun sudah diberi obat
penurun panas tetapi 2 jam kemudian suhu nya naik laik . Dan juga anak b mengeluh
nyeri punggu dan tulang hilang timbul, kepala terasa pusing , mual, muntah, lemas
dan tidak mampu melakukan aktivitas apapun . nah karena menurut saya anak B ada
kemungkinan terkenan demam berdarah . jadi untuk memastikan apakah benar anak
b terkena demam berdarah maka perlu dilakukan yang namanya

7. Apa hubungannya demam panas yang hilang timbul dengan rasa nyeri dan
tulang hilang timbul spt pada kasus?

Jadi menurut saya pasien anak b terkenan DBD maka saya akan menjelaskan
hubungan demam panas yang hilang timbul dengan rasa nyeri punggung serta tulang
hilang timbul yang merupakan gejala awal dari DBD :
Jadi , dahulu demam berdarah terkenal dengan sebutan penyakit “ Break bone “
.Istilah ini muncul karena penderitanya akan merasakan nyeri otot dan sendi luar
biasa sehingga seluruh tulang terasa retak . Nyeri otot dan sendi ini terjadi setelah
muncul gejala demam. Karena sakit yang luar biasa, tubuh penderita DBD akan
menggil dan terus-menerus berkeringat .

STEP 4

An. B (lk), Usia 6 Th

Dibawa ortunya ke RS

Keluhan

Demam tinggi mendadak 4 hari yang lalu tidak ada batuk dan
filek. Menurut Ibu, panas anaknya tinggi terus menerus, sudah
diberi obat penurun panas tetapi 2 jam kemudian suhu anak naik
lagi. An. B juga mengeluh nyeri pada punggung dan tulang
hilang timbul, kepala juga terasa pusing. Pasien saat ini merasa
lemas dan tidak mampu melakukan aktivitas fisik.

Pemeriksaan TTV dan Pemeriksaan


Penunjang Antropometri Laboratorium

Uji torniquiet (+) Suhu 39,2℃ Hb 12,5 gr/dl


Petekie (+) N 100x/i Trombosit 60.000/mm3
Ekimosis (+) TD 90/65 mmHg Luekosit 2900/mm3
Epistaksis (+) RR 20x/i Ht 52%
Mual (+) TB 120 Cm
Muntah (+) BB 20 Kg
Kesadaran CM

Konsep dan Asuhan Keperawatan dengan


Pasien Demam Berdarah Dengue
STEP 5

LO :

1. Apaa yang menyebabkan trombosit dan leukosit pada kasus menurun ?

2. Kenapa bisa muncul petekie ,ekimosis dan epitaksis pada anak?

3. Bagimana bentuk tindakan farmakologi yang diberikan pada pasien tsb ?

4. Apakah semua hasil pemeriksaan normal? Jika tidak berapa rentang normalnya?

Jawaban :

1. Trombosit dan leukosit termasuk dalam komponen yang membentuk darah kita.
Darah terdiri dari sel darah dan plasma (cairan). Sel darah terdiri dari sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit (keping darah).
Ketidakseimbangan komponen-komponen tersebut dapat merupakan tanda dari
sebuah penyakit. Trombositopenia (kadar trombosit lebih rendah dari normal) dan
leukopenia (kadar leukosit lebih rendah dari normal) yang terjadi secara bersamaan
dapat ditemukan dalam beberapa penyakit berikut ini:
1. Infeksi. Infeksi bisa disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit. Pada
penurunan leukosit dan trombosit, seringnya disebabkan oleh infeksi virus
seperti demam dengue, hepatitis, chikungunya, atau virus yang tidak spesifik
lainnya, atau infeksi bakteri seperti tifus.
2. Pengaruh obat-obatan tertentu, misalnya obat kemoterapi, steroid, obat
kejiwaan, atau terapi radiasi
3. Anemia aplastic, namun harus disertai kekurangan sel darah merah juga
(anemia)
4. Penyakit autoimun yang menyerang sel-sel darah. Autoimun adalah suatu
keadaan dimana sel imun salah menyerang sel normal dalam tubuh kita, dimana
seharusnya sel imun menyerang pathogen/bibit penyakit dari luar.
5. Penyakit kelainan darah lainnya

Mual, muntah, dan pucat juga bisa mendukung kemungkinan penyebab di


atas. Namun, untuk memastikan penyebabnya, sebaiknya tanyakan langsung
pada dokter yang memeriksa pasien secara langsung. Data mengenai riwayat
perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik langsung, dan pemeriksaan penunjang
sangat diperlukan dalam menegakkan diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang
mungkin dibutuhkan adalah tes darah lengkap (yang mungkin sudah
dilakukan), USG atau CT-Scan, analisa darah tepi, dan pemeriksaan sumsum
tulang jika diperlukan.

2. - Petekie : Secara garis besarnya, petechiae muncul ketika pembuluh darah kecil
(kapiler) di bawah kulit mengalami perdarahan. Sehingga, darah akhirnya bocor ke
kulit dan menimbulkan bintik-bintik berwarna merah atau keunguan. Ada sejumlah
hal yang membuat hal ini bisa terjadi, berikut adalah berbagai penyebabnya yaitu,
Mengejan dalam waktu yang lama, Penggunaan obat-obatan tertentu, Infeksi
penyakit seperti dbd, endokarditis, Sitomegalovirus (CMV), dan penyakit lainnya
seperti leukimia dan Trombositopenia.
- Ekimosis : Ekimosis adalah perdarahan dibawah kulit yang ukurannya lebih
besar 1 cm yang ditandai dengan kulit tubuh tampak lebam atau bercak ungu
kehitam-hitaman. Munculnya ekimosis ini dapat disebabkan oleh karena :
- Kelainan dari trombosit
- Kelainan pembekuan darah
- Kelainan pembuluh darah
- Epistaksis : Mimisan atau epistaksis adalah kondisi ketika terjadi perdarahan dari
dalam hidung. Pada dasarnya, penyebab mimisan pada anak adalah pecahnya
pembuluh darah kecil atau kapiler di dalam hidungnya. Hal ini bisa disebabkan
oleh banyak faktor, baik faktor lingkungan atau faktor kesehatan anak.
3. Penanganan suportif dengan analgesik, penggantian cairan, dan tirah baring
biasanya memadai untuk penyembuhan DF. Paracetamol dapat diberikan untuk
menurunkan demam dan meredakan gejala-gejala lainnya. Hindari pemberian
aspirin, nonsteroid anti-inflammatory drugs (NSAID), dan kortikosteroid.
Pasien dengan demam tinggi dan bahkan muntah dianjurkan untuk mendapatkan
rehidrasi oral.
Monitoring keadaan umum penderita secara berkala, hitung harian trombosit dan
hematokrit per 24 jam haruslah dilakukan mulai hari ke-3 sakit, sampai 1-2 hari
setelah masa demam hilang, sebagai deteksi dini terhadap berlanjutnya penyakit ke
fase DHF. Penderita DF yang mengalami penurunan demam, dapat mengalami
renjatan berupa DHF atau DSS.
Bagi pasien dengan tanda klinis dehidrasi dan terdapat kadar hematokrit tinggi
atau trombosit rendah dianjurkan dirawat untuk diobservasi. Penggantian cairan
dilakukan melalui cairan intravaskular. Pasien yang ada perbaikan setelah
menjalani perawatan, dapat dipulangkan dan berobat jalan. Apabila tidak ada
perbaikan, dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit untuk penanganan selanjutnya.
4. a. Suhu normal 36,5 - 37,2°C. Dari kasus suhu tubuh anak B di atas normal, yaitu
39,2°C

b. Nadi normal untuk anak - anak usia 1 - 10 tahun adalah 70 - 120 kali permenit.
Berdasarkan kasus, denyut nadi anak B tergolong normal, yaitu 100x/i

c. TD normal anak usia 6-9 tahun berkisar antara 95-105 mmHg sistolik dan 60-70
mmHg diastolik. Berdasarkan kasus, TD anak B tergolong normal, yaitu 90/65
mmHg

d. RR normal untuk anak usia 6 tahun ke atas adalah 18 - 25 kali per menit.
Berdasarkan kasus RR anak B normal, yaitu 20x/i

e. Hemoglobin normal pada anak usia 5 - 11 tahun adalah 11,9 - 15 gr/dL.


Berdasarkan kasus, Hb anak B adalah normal, yaitu 12,5 gr/dL

f. Trombosit normal pada anak adalah 150.000 - 450.000/mm3. Berdasarkan


kasus, trombosit anak B adalah rendah, yaitu 60.000/mm3

g. Leukosit normal pada anak adalah 5.000 - 10.000/mm². Dari kasus, leukosit
anak B rendah, yaitu 2.900/mm3

h. Hematokrit normal pada anak-anak adalah 36% -40%. Berdasarkan kasus,


hematokrit anak B di atas normal, yaitu 52%.

STEP 6
KONSEP DEMAM BERDARAH

A. Defenisi DBD

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan


oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD dapat
menyerang semua umur/orang. Sampai saat ini penyakit DBD lebih banyak
menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan
kenaikan proporsi penderita penyakit DBD pada orang dewasa.

B. Penyebab

Penyebab penyakit ini adalah virus dengue yang sampai sekarang dikenal ada 4 tipe
(tipe 1, 2, 3dan 4), termasuk dalam group B Anthropod Borne Virus (Arbovirus),
keempat virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Penelitian di
Indonesia menunjukkan Dengue tipe-3 merupakan serotype virus yang dominant
yang menyebabkan kasus yang berat. Masa inkubasi penyakit demam berdarah
dengue diperkirakan ≤ 7 hari.6

C. Penularan

Penularan penyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan


nyamuk aedes aegypti meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang
hidup di kebun. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut. Orang yang kemasukan virus dengue untuk pertama kali, umumnya
hanya menderita sakit demam dengue atau demam yang ringan dengan tanda/gejala
yang tidak spesipik atau bahkan tidak memperlihatkan tanda-tanda sakit sama sekali
(Asimtomatis). Penderita demam dengue biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu
5 hari tanpa pengobatan. Tetapi apabila orang sebelumnya sudah pernah kemasukan
virus dengue, kemudian kemasukan virus dengue dengan virus tipe lain maka orang
tersebut dapat terserang penyakit demam berdarah dengue (Teori Infeksi Sekunder).

D. Tanda dan Gejala Penyakit

1. Demam

Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung
2-7 hari, kemudian turun secara cepat.

2. Tanda-Tanda Pendarahan

Sebab pendarahan pada penderita penyakit DBD ialah:

1. Trombositopeni

2. Gangguan fungsi trombosit

3. Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat berupa:

- Uji Tourniquet (Rumple Leede) positif

Uji Torniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai sebagai
”presumtif test” (dugaan keras) oleh karena Uji Torniquet positif pada hari-hari
pertama demam ditemukan pada sebagian besar penderita penyakit DBD. Namum uji
Torniquet positif juga dijumpai pada penyakit virus lain (campak,
demamchikungunyah) di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat siku (fosa
cubiti).  

- Petechiae, Purpura, Echymosis dan perdarahan conjunctiva.

- (Petechiae sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk.


Untuk membedakannya: regangkan kulit, jika hilang maka bukan
petheciae). Petechiae merupakan tanda perdarahan yang tersering
ditemukan. Tanda ini dapat muncul pula perdarahan subkonjunctiva
atau hematuri.

- Hematemesis, melena.

- Hematuria.

3. Hepatomegali (Pembesaran Hati)

Sifat pembesaran hati :

a. Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan


penyakit.

b. Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit.

c. Nyeri tekan sering kali ini ditemukan tanpa disrtai ikterus.

Pembesaran hati mungkin disebabkan strain serotipe virus dengue.

4. Renjatan (Shock)

Tanda-tanda renjatan :

a. Kulit terasa dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki,

b. Penderita menjadi gelisah.

c. Sianosis disekitar mulut.

d. Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.

e. Tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang).

f. Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg


atau kurang).

Sebab renjatan:
a. Karena perdarahan atau

b. Karena kebocoran plasma ke darah ekstra vaskuler melalui kapiler yang


rusak.

5. Trombositopeni

a. Jumlah trombosit di bawah 150.000/mm3 biasanya ditemukan diantara


heri ketiga samapi ke tujuh sakit.

b. Pemeriksaan trombosit dilakukan minimal dua kali. Pertama pada


waktu  pasien masuk dan apabila normal diulangi pada hari kelima sakit.
Bila perlu diulangi lagi pada hari ke 6-7 sakit.

6. Hemokonsentrasi

Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) merupakan indikator yang peka terhadap akan
terjadinya renjatan sehingga perlu dilakukan pemeriksaan berulang secara periodik.

7. Gejala Klinik lain

a. Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita penyakit DBD ialah
anoreaksi, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi dan
kejang.

b. Pada beberapa kasus terjadinya kejang disertai hiperpireksia dan


penurunan kesadaran sehingga sering di diagnosa sebagai ensefalitis.

c. Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan
gastrointestinal dan renjatan.6

E. Patofisiologi

        Patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit ialah:


1. Meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah

2. Menurunnya volume plasma darah

3. Terjadinya hipotensi

4. Trombositopeni

5. Diatesis hemoragik

Penyelidikan autopsi 100 penderita penyakit DBD yang meninggal membuktikan


terdapat kerusakan umum sistem vaskuler akibat peninggian permeabilitas dinding
pembuluh darah terhadap protein plasma dan efusi pada ruang serosa, di daerah
peritoneal, pleural dan perikardia.

Pada kasus berat pengurangan volume dapat mencapai 30% atau lebih.
Menghilangnya plasma melalui endotelium ditandai oleh pengkatan nilai hematokrit
mengakibatkan keadaan hipovolemik dan menimbulkan renjatan. Renjatan yang
ditanggulangi secara tidak adekuat menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik
dan kematian.

Kerusakan dinding pembuluh darah bersifat sementara oleh karena itu dengan
pemberian cairan yang cukup, renjatan dapat diatasi dengan cepat dan efusi pleura
setelah beberapa hari akan menghilang.

Sebab lain kematian DBD ialah perdarahan hebat pada saluran pencernaan yang
biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak dapat diatasi.

Patogenesa perdarahan pada penyakit DBD telah diselidiki secara intensif yaitu
disebabkan trombositopeni hebat dan gangguan fungsi trombosit di samping
difisiensi ringan atau sedang dari faktor I, II, V, VII, IX dan X dan faktor kapiler.
Penyelidikan mendalam mengenai jumlah trombosit Fibrina Degration Produc (FDP),
morfologi eritrosit dan penyelidikan post mortem membuktikan bahwa DIC
mempunyai peranan dalam terjadinya perdarahan penyakit DBD, tetapi bukan
penyebab utama.
Pada otopsi ditemukan perdarahan di lambung, usus halus, subendokard, kulit,
subkapsular hepar, paru, dan jaringan lunak. Di samping itu didapatkan peningkatan
daya fatogenesis dan proliferasi sistem retikuloendotelial. Kelainan hepar secara
patologi anatomi sesuai dengan kelainan dari yellow Feber.

Penyelidikan terakhir membuktikan bahwa kompleks dan aktipasi sitem komplemen


memegang peranan penying dalam patogenesa penyakit DBD/DSS. Kompleks imun
telah ditemukan pada penderita antara hari ke-5 dan ke-7 sakit, saat terserang renjatan
terjadi. Produksi aktifitas komplemen yaitu C3a dan C5a yang mempunyai sifat
anafilatoksin dianggap sebagai penyebab kerusakan dinding kapiler yang
menimbulkan peninggian permeabilitas dinding pembuluh darah.6

F. Diagnosa Penyakit DBD

Diagnosa penyakit DBD ditegakkan jika ditemukan:

1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus


selama 2-7 hari

2. Tanda perdarahan dan/atau

3. Pembesaran hati

4. Thrombositopeni (150.000/mm3 atau kurang)

5. Hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari meningginya hematokrit sebanyak


20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematokrit selama dalam
perawatan.

Dengan patokan ini, 87% penderita yang tersangka penyakit DBD ternyata
diagnosanya tepat (dibuktikan dengan pemeriksaan serologi).6
G. Prognose Penyakit

Prognose penyakit DBD sulit diramalkan. Pasien yang pada waktu masuk keadaan
umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dan tidak tergolong.
Sebaliknya pasien yang keadaan umumnya sangat buruk dengan pengobatan yang
adekuat dapat tergolong.6

H. Pengobatan

Pengobatan yang spesifik DBD belum ada. Dasar pengobatan penderita penyakit
DBD simptomatis adalah penggantian cairan tubuh yang hilang karena kebocoran
plasma.6

I. Pencegahan

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu


nyamuk aides aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara lingkungan, biologis maupun
secara kimiawi yaitu: 

1. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan


pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modofikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain
rumah. 

PSN pada dasarnya merupakan pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk
tidak berkembang tidak dapat berkembang biak. Pada dasarnya PNS ini dapat
dilakukan dengan: 
a. Menguras bak mandi dan tempat-tempat panampungan air sekurang-
kurangnya seminggu sekali,. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa
perkembangan telur agar berkembang menjadi nyamuk adalah 7-10 hari. 

b. Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum, dan


tempat air lain dengan tujuan agar nyamuk tidak dapat bertelur pada
tempat-tempat tersebut.

c. Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya
seminggu sekali. 

d. Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas


terutama yang berpotensi menjadi tempat berkembangnya jentik-jentik
nyamuk, seperti sampah keleng, botol pecah, dan ember plastik. 

e. Munutup lubang-lubang pada pohon terutama pohon bambu dangan


menggunakan tanah. 

f. Membersihkan air yang tergenang di atap rumah serta membersihkan


salurannya kembali jika salurannya tersumbat oleh sampah-sampah dari
daun.

2. Biologis 

Pengendalian secara biologis adalah pengandalian perkambangan nyamuk dan


jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. seperti memelihara ikan
cupang pada kolam atau menambahkannya dengan bakteri Bt H-14.

3. Kimiawi 
Pengendalian secara kimiawi merupakan cara pengandalian serta pembasmian
nyamuk serta jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Cara pengendalian
ini antara lain dengan: 

a. Pengasapan/fogging dengan menggunakanmal athion danf enthion yang


berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan aides aegypti sampai
batas tertentu.

b. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan


air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.

Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah
dengan mengkombinasikan cara-cara diatas yang sering kita sebut dengan istilah 3M
plus yaitu dengan menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan tempat
penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali serta menimbun sempah-
sampah dan lubang-lubang pohon yang berpotensi sebagai tempat perkembangan
jentik-jentik nyamuk. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan tindakanplus
seperti memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk, menur larvasida,
menggunakan kelambu saat tidur, memesang kasa, menyemprot dengan insektisida,
menggunakan repellent, memesang obat nyamuk, memeriksa jentik nyamuk secara
berkala serta tindakan lain yang sesuai dengan kondisi setempat.
ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM BERDARAH

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : An. B
Umur : 6 thn
Diagnosa Medik : DBD

2. Keluhan Utama :
Demam tinggi mendadak 4 hari, tidak ada batuk dan pilek. Menurut Ibu,
panas anaknya tinggi terus menerus, sudah diberi obat penurun panas tetapi 2
jam kemudian suhu anak naik lagi.

3. Riwayat penyakit sekarang :


An. B dibawa ke RS dengan keluhan demam tinggi mendadak 4 hari yang lalu
tidak ada batuk dan pilek. An. B juga mengeluh nyeri pada punggung dan
tulang hilang timbul, kepala juga terasa pusing. Pasien sangat lemas dan tidak
mampu melakukan aktivitas fisik. Tetapi keadaan anak compos mentis

4. Riwayat penyakit dahulu


(tidak ada)

5. Riwayat penyakit keluarga


(tidak ada)

6. Pengkajian Persistem
a. Sistem Gastrointestinal
Anak mengalami mual dan muntah,
b. Sistem muskuloskeletal :
Nyeri pada punggung dan tulang hilang timbul. Pasien sangat lemas dan
tidak mampu melakukan aktivitas fisik. TB 120 cm dan BB 20 Kg.
c. Sistem Respirasi.
Respirasi anak baik 20x/i
d. Sistem Cardiovaskuler
TD : 90/65 mmHg, Nadi 100x/I

e. Sistem Integumen.
Suhu 39,20C, uji tourniquet positif, petekie positif, ekimosis positif,
epistaksis positif.

7. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 12,5 gr/dL
Trombosit : 60.000/mm3
Leukosit : 2900/mm3
Hematokrit : 52%

Analisa Data
NO Analisa Data Etiologi Masalah
1. Ds : Proses infeksi Hipertermi
virus dengue
1. Ibu an. B mengatakan an.B
demam tinggi mendadak 4
hari yang lalu tidak ada
batuk dan filek.
2. Menurut Ibu, panas
anaknya tinggi terus
menerus.
3. Ibu an. B mengatakan
sudah diberi obat penurun
panas tetapi 2 jam
kemudian suhu anak naik
lagi

Do :

1. S : 39,2 c,
2. N: 100x/i
3. TD: 90/65 mmHg,
4. RR: 20x/i,
5. TB 120 cm,
6. BB 20 kg,
7. hasil px lab: Hb: 12,5 gr/dl,
8. trombosit: 60.000/mm3,
9. lekosit; 2900/mm3,
10. Ht: 52%.
11. torniquiet positif,
12. petekie (+) ,
13. ekimosis (+),
14. epistaksis (+)

2 Ds : Agen cidera Nyeri Akut


biologi
1. An. B juga mengeluh nyeri
pada punggung dan tulang
hilang timbul
2. An. B mengeluh kepala juga
terasa pusing.

Do :
1. S : 39,2 c,
2. N: 100x/i
3. TD: 90/65 mmHg,
4. RR: 20x/i,
5. TB 120 cm,
6. BB 20 kg,
7. hasil px lab: Hb: 12,5 gr/dl,
8. trombosit: 60.000/mm3,
9. lekosit; 2900/mm3,
10. Ht: 52%.
11. torniquiet positif,
12. petekie (+) ,
13. ekimosis (+),

epistaksis (+)
3 Ds: intake nutrisi yang Risiko gangguan
1. pasien mengatakan merasa tidak adekuat pemenuhan
lemas saat ini akibat mual dan kebutuhan nutrisi
2. pasien mengatakan merasa nafsu makan yang kurang dari
tidak bisa melakukan menurun. kebutuhan tubuh
aktivitas fisik
Do:
1. Mual (+),
2. Muntah (+)
3. S : 39,2 c,
4. N: 100x/i
5. TD: 90/65 mmHg,
6. RR: 20x/i,
7. TB 120 cm,
8. BB 20 kg, hasil px
lab:
9. Hb: 12,5 gr/dl,
10. trombosit:
60.000/mm3,
11. lekosit; 2900/mm3,
12. Ht: 52%.
13. torniquiet positif,
14. petekie (+) ,
15. ekimosis (+),
16. epistaksis (+)

4 Ds : Penurunan faktor- Resiko


faktor pembekuan perdarahan
1. Ibu an. B mengatakan an.B darah
(trombositopeni)
demam tinggi mendadak 4
hari yang lalu tidak ada
batuk dan filek.
2. Menurut Ibu, panas
anaknya tinggi terus
menerus.
3. Ibu an. B mengatakan
sudah diberi obat penurun
panas tetapi 2 jam
kemudian suhu anak naik
lagi

Do :

1. torniquiet positif,
2. petekie (+) ,
3. ekimosis (+),
4. epistaksis (+)
5. trombosit: 60.000/mm3,
6. S : 39,2 c,

N: 100x/i
5. DS : Kelemahan fisik Intoleransi
1. Pasien merasa lemas
aktivitas

2. Pasien mengeluh nyeri


pada punggung dan tulang
hilang timbul
3. Pasien mengeluh kepala
terasa pusing
4. Pasien tidak mampu
melakukan aktivitas fisik
DO :
1. Mual (+)
2. Muntah (+)
3. Keadaan umum CM
4. S : 39,2 c,
5. N: 100x/i
6. TD: 90/65 mmHg,
7. RR: 20x/i,
8. TB 120 cm,
9. BB 20 kg,
10. hasil px lab: Hb: 12,5 gr/dl,
11. trombosit: 60.000/mm3,
12. lekosit; 2900/mm3,
13. Ht: 52%.
14. torniquiet positif
1.

B. DIAGNOSA
1. Hipertemi b/d proses infeksi virus dengue
2. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
3. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun.
4. Risiko perdarah b.d Penurunan faktor-faktor pembekuan darah
(trombositopeni)
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
C. INTERVENSI
No Diagnose NOC NIC
keperawatan
1 Hipertermi b.d Setelah Perawatan Demam
proses infeksi
dilakukan a) Pantau suhu dan tanda- tanda
virus dengue
tindakan vital lainnya
keperawatan b)Monitor warna kulit dan suhu
diharapkan c) Berikan obat atau cairan IV
termoregulasi (misalnya, antipiretik,
normal dengan agenantibakteri, dan agen anti
kriteria hasil: menggil)
a) Tidak ada d)Monitor penurunan tingkat
peningkatan kesadaran
suhu tubuh e) Tutup pasien dengan selimut atau
b) Tidak ada pakaian ringan, tergantung pada
hipertermia fase demam ( yaitu: memberikan
c) Tidak ada selimut hangat untuk fase dingin,
sakit kepala menyediakan pakaian atau linen
d) Tidak ada tempat tidur untuk demam
sakit otot f) Dorong konsumsi cairan
e) Tidak ada g)Fasilitasi istirahat
perubahan h) Kompres hangat pasien pada lipat
warna kulit paha dan aksila
f) Tidak ada
dehidrasi
2 Nyeri akut b.d Setelah Manajemen nyeri
agen cidera
dilakukan a) Lakukan pengkajian nyeri
biologis
tindakan secara komprehensif termasuk
keperawatan lokasi, karakteristik, durasi,
diharapkan frekuensi, kualitas dan faktor
tingkat nyeri presipitasi
berkurang b) Observasi reaksi non verbal
dengan kriteria dari
hasil: ketidaknyamanan
a) Tidak ada c) Gunakan teknik
nyeri yang komunikasi terapeutik untuk
dilaporkan mengetahui pengalaman
b) Tidak ada nyeri pasien
mengerang d) Kaji kultur yang mempengaruhi
dan respon nyeri
menangis e) Evaluasi pengalaman nyeri masa
c) Tidak ada lampau
menyeringit f) Evaluasi bersama pasien dan tim
d) Tidak ada kesehatan lain tentang
ketegangan ketidakefektifan kontrol nyeri
otot masa lampau
e) Tidak ada g) Bantu pasien dan keluarga untuk
kehilangan mencari dan menemukan
nafsu makan dukungan
f) Tidak ada h) Kontrol lingkungan yang dapat
Ekspresi mempengaruhi nyeri seperti
wajah nyeri suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
i) Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri(farmakologi,nonfarmakolo
gi dan inter personal)
k) Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
l) Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
m) Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
n) Dukung tingkatkan istirahat/
tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
o) Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil

Pemberian analgetik
a) Tentukan lokasi,
karakteristik,kualitas,da n
derajat nyeri sebelum pemberian
obat
b) Cek instruksi dokter tentang
jenis obat,dosis,dan frekuensi
c) Cek riwayat alergi
d) Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih
dari satu
e) Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
f) Tentukan analgesic
pilihan, rute pemberian,dan dosis
optimal
g) Pilih rute pemberian secara
IV,IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian anlgesik
pertama kali
i) Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
j) Evaluasi efektifitas
analgesic,tanda dan
j) gejala (efek samping)
3 Resiko Setelah Manajemen Nutrisi
gangguan
dilakukan a) Kaji adanya alergi makanan
pemenuhan
kebutuhan tindakan b) Kolaborasi dengan ahli gizi
nutrisi kurang
keperawatan untuk menentukan jumlah kalori
dari kebutuhan
tubuh b.d status nutrisi: dan nutrisi yang dibutuhkan
intake nutrisi
asupan pasien
yang tidak
adekuat akibat makanan dan c) Berikan informasi
mual dan nafsu
cairan teratasi tentang kebutuhan nutrisi
makan yang
menurun dengan kriteria
hasil: Monitor Nutrisi
a) asupan a) Monitor adanya
makanan penurunan berat badan
secara peroral b) Monitor lingkungan selama
sepenuhnya makan
adekuat c) Monitor kulit kering dan
b) Asupan cairan perubahan pigmentasi
secara peroral d) Monitor kekeringan, rambut
sepenuhnya kusam, dan mudah patah
adekuat e) Monitor mual muntah
c) Asupan f) Monitor kadar albumin, total
intravena protein, Hb, Ht
sepenuhnya g) Catat adanya edema, hiperemik,
adekuat hipertonik, papilla lidah dan
d) Asupan cavitas oral.
parenteral
sepenuhnya
adekuat
4 Resiko Pencegahan Perdarahan
Setelah
perdarahan b.d
a) Monitor ketat tanda- tanda
penurunan dilakukan
factor-faktor perdarahan
tindakan
pembekuan
b) Catat nilai Hb dan Ht sebelum
darah keperawatan
dan sesudah terjadinya
diharapkan
perdarahan
koagulasi darah
c) Monitor nilai labor
membaik
d) Monitor status cairan yang
dengan kriteria
meliputi intake dan ouput
hasil:
e) Observasi adanya darah dalam
a) Tidak ada
sekresi cairan tubuh
deviasi dari
f) Instruksikan pasien untuk
kisaran normal
meningkatkan makanan yang
pembentukan
kaya vitamin K
bekuan
g) Instruksikan keluarga untuk
b) Tidak ada
memonitor tanda- tanda
deviasi dari
perdarahan dan mengambil
kisaran
tindakan yang tepat jika terjadi
normal waktu
perdarahan (misalnya: lapor
prtrombin
kepada perawat)
(PT)
c) Tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
hematokrit
(Hct)
d) Tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
hemoglobin
(Hb)
e) Tidak ada
peradarahan
f) Ringan petekie
g) Tidak ada
ekimosis
h) Tidak ada
hematuria
i) Tidak
hematemesis
5. Intoleransi  Manajemen energi
Setelah dilakukan
aktivitas b.d Observasi :
kelemahan fisik tindakan
keperawatan 1 x - Identifikasi gangguan fungsi tubuh

24 jam yang mengakibatkan kelelahan

diharapkan - Monitor kelelahan fisik dan emosional

intoleransi - Monitor pola dan jam tidur

aktivitas - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan

meningkat. selama melakukan aktivitas

Kriteria Hasil
Toleransi aktivitas Terapeutik :
- Sediakan lingkungan nyaman dan
 Frekuensi nadi
rendah stimulus ( mis. Cahaya, suara,
 Kemudahan kunjungan )
dalam melakukan - Lakukan latihan rentang gerak pasif
aktivitas sehari- atau aktif
hari - Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, Karina. 2010. Surveilans Penyakit Demam Berdarah.


http://karinav3any.blogspot.com

Depkes RI. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di


Indonesia. www.depkes.go.id
Ratuti. 2012. Tugas Surveilans. http://mr-ratuti.blogspot.com/2012/04/tugas-
surveilans.html

http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm

Prof. Dr. Umar Fachmi Achmadi, MPH, PHD. Manajemen Demam Berdarah
Berbasis Wilayah. Buletin Jendela Epidemiologi Volume 2 tahun 2010

Humaniora. Cegah Demam Berdarah dengan Intervensi Proteksi Individual.


2013.http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/04/04/3/143638/Ce
gah-Deman-Berdarah-dengan-Intervensi-Proteksi-Individual

2010. DBD di Indonesia tahun 1968-2009.Buletin Jendela Epidemiologi Volume 2


tahun 2010

Anda mungkin juga menyukai