NIM : 2011010043
Kelas : BJM
KASUS 2
TB MILLIER
Data Pasien
- Ceftriaxon IV 1 x 2 gram
- Digoxin PO 1 x 0,25 mg
- 4 FDC PO 1 x 3 tab
- Vit B6 1 x 1 tab
Subjektif
Subjektif 21/10 22/10 23/10 24/10 25/10 26/10 27/10 28/10
Sesak nafas +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++ +
Batuk +++ +++ +++ +++ ++ + - -
Lemas +++ +++ +++ +++ ++ + - -
Objektif
Hematokrit 38 38 - -
Albumin - - 2,6 -
SGOT/AST - 13 - -
SGPT/ALT - - - 10
Natrium - - 134 -
Kalium - - 3,83 -
Clorida - - 99 -
Pemeriksaaan Echocardiography
EF biplane 29 %
Dimensi ruang jantung Normal
LVH Eksentris
LV fungsi sistolik Menurun
LV fungsi diastolic Disfungsi diastolik grade III
Kontraktilitas RV Normal
LV wall motion Hipokinetik anterior
Katup aorta AR (Aortic Regurgitation)
Katup mitral Normal
Katup tricuspid Normal
Katup pulmonal PH (Pulmonal Hipertensi)
IVC Normal
Perikardium Normal
Aorta Normal
Pemeriksaan Radiologi
Kesan :
TB Paru Aktif (Millier)
Kardiomegali dengan bendungan paru
Ateroaklerosis aorta
Terapi Pasien
Catatan Terapi Pasien
Ceftriaxon 1 x 2 g IV √ √ √ √ √ √ √ -
Digoxin 1 x 1 tab PO √ √ √ √ √ √ √ √
4 FDC 1 x 3 tab PO √ √ √ √ √ √ √ √
Vit B6 1 x 1 PO √ √ √ √ √ √ √ √
Ambroxol 3 x 1 PO - √ √ √ √ √ √ √
Ascardia 1 x 1 PO - - √ √ √ √ √ √
Vip albumin 3 x 1 PO - - - - √ √ √ √
Penyelesaian Kasus :
Berdasarkan guideline terapi pengobatan TB miller dengan regimen obat anti
tuberculosis (OAT) untuk kasus baru, yaitu kateori I, terdiri dari isoniazid,
rifampicin, pirazinamid,dan etambutol untuk fase intensif selama dua bulan, dan
isoniazid dan rifampicin untuk fase lanjutan selama empat bulan. Standar lama
pengobatan TBC milier adalah selama enam bulan. Pada kasus berat, tergantung
keadaan klinis, radiologi dan evaluasi pengobatan, maka pengobatan lanjutan
dapat diperpanjang. Pemberian kortikosteroid tidak rutin, hanya diberikan pada
keadaan dengan tanda atau gejala meningitis, sesak napas, tanda atau gejala
toksik, dan demam tinggi.
Pada kasus tersebut, pasien telah di diagnose mengalami tb paru aktif yang
seharusnya telah di berikan pengobatan fixed drug combination (FDC), yaitu pada
fase intensif selama dua bulan dengan 3 tablet FDC sekali sehari, yang terdiri dari
Isoniasid 75 mg, rifampicin 150 mg, pyrazinamide 400 mg, ethambutol
hydrochloride 275 mg. Setelah selesai fase intensif dan sputum BTA negatif,
dilanjutkan dengan fase lanjutan selama 6 bulan dengan regimen FDC yang terdiri
dari dua obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, dan
isoniazid 150 mg yang diberikan sebanyak 3 tablet, 3 kali dalam satu minggu
selama 4 bulan. Akan tetapi pada kasus ini pasien hanya diberikan pengobatan
pada TB paru selama dirumah sakit, sehingga harus terus dilanjutkan fase
pengobatan TB millier dari pasien secara rutin. Kemudian pada penyakit
kardiomegali dan aterosklerosis atau penebalan dinding pembuluh darah yang
diduga oleh karena penumpukan kolesterol dan pemanjangan pembuluh darah
yang terletak di aorta (pembuluh darah utama jantung) pasien bisa saja di
akibatkan oleh tekanan darah tinggi dari pasien, sehingga diperlukan pengobatan
secara rutin untuk mengatasi hipertensi pasien.
PEMBAHASAN KASUS :
Menurut PIONAS anti tuberkolisis untuk pengobatan lini pertama yang dapat
digunakan yaitu berikan pengobatan fixed drug combination (FDC), yaitu pada
fase intensif selama dua bulan dengan 3 tablet FDC sekali sehari, yang terdiri dari
Isoniasid 75 mg, rifampicin 150 mg, pyrazinamide 400 mg, ethambutol
hydrochloride 275 mg. Setelah selesai fase intensif dan sputum BTA negatif,
dilanjutkan dengan fase lanjutan selama 6 bulan dengan regimen FDC yang terdiri
dari dua obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, dan
isoniazid 150 mg yang diberikan sebanyak 3 tablet, 3 kali dalam satu minggu
selama 4-6 bulan. Setelah pengobatan ini dilakukan maka harus di lakukan
pemeriksaan terhadap bakteri apakah masih ada atau tidak.
Kemudian dari hasil pemeriksaan laboratorium pasien memiliki Riwayat
hipertensi yang belum ada di obatu, sehingga perlunya obat anti hipertensi seperti
golongan CCB, dan hipertensi diuretic seperti Furosemide karena obat golongan
ini dapat membantu menurunkan kardiovaskular yang menyebabkan gagal jantung
dan biasa digunakan untuk mengobati pasien hipertensi dengan kasus komplikasi
jantung. Dan untuk penyakit jantung dan penyumbatan pada pembuluh darah
pasien harus tetap di lakukan pemeriksaan secara rutin, karena apabila masih
terdapat masalah pada hal tersebut maka pasien dapat diberikan terapi yang sama
Ketika di rawat di rumah sakit. Serta diberikan vitamin tambahan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dari pasien.