Anda di halaman 1dari 12

Nama : Andi Sempurna Jaya

NIM : 2011010043
Kelas : BJM

KASUS 2
TB MILLIER
Data Pasien

IDENTITAS PASIEN Ruang rawat : Dahlia


Nama Inisial : Ny. SA No. Rekam Medik : 387xxx
Umur/Jenis Kelamin : 81 Tahun/Perempuan Tgl. Masuk : 21 Oktober 2022
Alamat : Banjarmasin Tgl. Keluar : 28 Oktober 2022
BPJS/Umum/Kontraktor/Tidak mampu Status Pulang : Perbaikan
Dokter : XXX
Apoteker : XXX
DATA KLINIS AWAL Riwayat Konsumsi Obat: -
Keadaan umum : Sakit berat Riwayat Penyakit Dahulu:
Kesadaran : Compos metis Hipertensi, pengobatan tidak teratur
Tekanan darah : 160/90 mmHg Riwayat pengobatan TB : -
Nadi : 72 x/menit Riwayat kontak dengan pasien TB :
Respirasi : 31 x/menit -
Suhu : 36.6 °C Alergi obat :-
Gizi : Sedang
Tinggi Badan : ± 150 cm
Berat Badan : ± 50 Kg
Status perkawinan : menikah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas 1 minggu SMRS (semakin lama
semakin sesak) dan disertai batuk. Batuk sudah 2 minggu. Tidak ada batuk darah.
Berkeringat malam hari. Tidur dalam posisi setengah duduk karena sesak. Jika
beraktivitas sehari-hari merasa sesak.
Pemeriksaan Penunjang Awal:
Hasil Pemeriksaan Laboratorium (21-10-2022)
Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 12,3
Hematokrit / PCV 38
Leukosit 5500
Trombosit 173.000
GDS 124
Alasan Masuk RS/Keluhan Utama:
Sesak nafas
Anamnesa : Sesak nafas disertai batuk
Diagnosis saat masuk : Obs. Dypsnea ec. CHF
Susp. Pneumonia
Atrial fibrillation
Diagnosis medis : Obs. Dypsnea
Susp. Pneumonia
TB milier
Atrial fibrilation
Diagnosis saat keluar : TB milier
Rencana Terapi :

- Ceftriaxon IV 1 x 2 gram
- Digoxin PO 1 x 0,25 mg
- 4 FDC PO 1 x 3 tab
- Vit B6 1 x 1 tab

Subjektif
Subjektif 21/10 22/10 23/10 24/10 25/10 26/10 27/10 28/10
Sesak nafas +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++ +
Batuk +++ +++ +++ +++ ++ + - -
Lemas +++ +++ +++ +++ ++ + - -

Objektif

Data Objektif Tanda Vital

Nilai Normal Tanda Tanggal


Vital 21 22 23 24 25 26 27 28
TD : < 120/80 mmHg 130/80 120/80 140/90 130/80 130/80 120/80 140/80 140/90
RR : 12-20 X / menit 22 - - - - - - -
HR : 60-100 X/menit 98 80 84 90 100 90 80 80
S : 36,4-37,2 0C 36,9 36 36,6 36,8 36 36,4 36,5 36,5
SpO2 : 95 – 99 % 92 97 96 96 96 96 96 96

Data Objektif Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan 21/10 22/10 24/10 26/10

Hemoglobin 12,3 12,3 - -

Hematokrit 38 38 - -

Leukosit 5500 4800 - -

Trombosit 173.000 137.000 - -

Albumin - - 2,6 -

Bilirubin Total - - - 0,78

Bilirubin direct - 0,96 - 0,56

Bilirubin indirect - - - 0,22

SGOT/AST - 13 - -
SGPT/ALT - - - 10

GDS 124 112 - -

Natrium - - 134 -

Kalium - - 3,83 -

Clorida - - 99 -

Pemeriksaaan Echocardiography

Trans Thorakal Echo (24/10)

EF biplane 29 %
Dimensi ruang jantung Normal
LVH Eksentris
LV fungsi sistolik Menurun
LV fungsi diastolic Disfungsi diastolik grade III
Kontraktilitas RV Normal
LV wall motion Hipokinetik anterior
Katup aorta AR (Aortic Regurgitation)
Katup mitral Normal
Katup tricuspid Normal
Katup pulmonal PH (Pulmonal Hipertensi)
IVC Normal
Perikardium Normal
Aorta Normal

Pemeriksaan Radiologi

Foto Thorax AP (21/10/17)

Kesan :
TB Paru Aktif (Millier)
Kardiomegali dengan bendungan paru
Ateroaklerosis aorta
Terapi Pasien
Catatan Terapi Pasien

Terapi 21/ 22/ 23/ 24/ 25/ 26/ 27/ 28/


Aturan Pakai
Farmakologi 10 10 10 10 10 10 10 10

Ceftriaxon 1 x 2 g IV √ √ √ √ √ √ √ -

Digoxin 1 x 1 tab PO √ √ √ √ √ √ √ √

4 FDC 1 x 3 tab PO √ √ √ √ √ √ √ √

Vit B6 1 x 1 PO √ √ √ √ √ √ √ √

Ambroxol 3 x 1 PO - √ √ √ √ √ √ √

Ascardia 1 x 1 PO - - √ √ √ √ √ √

Vip albumin 3 x 1 PO - - - - √ √ √ √

Penyelesaian Kasus :
Berdasarkan guideline terapi pengobatan TB miller dengan regimen obat anti
tuberculosis (OAT) untuk kasus baru, yaitu kateori I, terdiri dari isoniazid,
rifampicin, pirazinamid,dan etambutol untuk fase intensif selama dua bulan, dan
isoniazid dan rifampicin untuk fase lanjutan selama empat bulan. Standar lama
pengobatan TBC milier adalah selama enam bulan. Pada kasus berat, tergantung
keadaan klinis, radiologi dan evaluasi pengobatan, maka pengobatan lanjutan
dapat diperpanjang. Pemberian kortikosteroid tidak rutin, hanya diberikan pada
keadaan dengan tanda atau gejala meningitis, sesak napas, tanda atau gejala
toksik, dan demam tinggi.

Pada kasus tersebut, pasien telah di diagnose mengalami tb paru aktif yang
seharusnya telah di berikan pengobatan fixed drug combination (FDC), yaitu pada
fase intensif selama dua bulan dengan 3 tablet FDC sekali sehari, yang terdiri dari
Isoniasid 75 mg, rifampicin 150 mg, pyrazinamide 400 mg, ethambutol
hydrochloride 275 mg. Setelah selesai fase intensif dan sputum BTA negatif,
dilanjutkan dengan fase lanjutan selama 6 bulan dengan regimen FDC yang terdiri
dari dua obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, dan
isoniazid 150 mg yang diberikan sebanyak 3 tablet, 3 kali dalam satu minggu
selama 4 bulan. Akan tetapi pada kasus ini pasien hanya diberikan pengobatan
pada TB paru selama dirumah sakit, sehingga harus terus dilanjutkan fase
pengobatan TB millier dari pasien secara rutin. Kemudian pada penyakit
kardiomegali dan aterosklerosis atau penebalan dinding pembuluh darah yang
diduga oleh karena penumpukan kolesterol dan pemanjangan pembuluh darah
yang terletak di aorta (pembuluh darah utama jantung) pasien bisa saja di
akibatkan oleh tekanan darah tinggi dari pasien, sehingga diperlukan pengobatan
secara rutin untuk mengatasi hipertensi pasien.

DRP Pada kasus di atas :

Obat Kegunaan DRP


Cetriaxon Antibiotic untuk Pada kasus di atas pasien di duga
mengatasi penyakit mengalami infeksi pneumonia pada saat di
akibat infeksi bakteri, rawat dan telah di diagnosis mengalami TB
seperti gonore, paru miller. Sehingga seharusnya pasien
meningitis, otitis media, diberikan antibiotik seperti
sifilis, dan penyakit azithromycin, levofloxacin, clarithromycin,
Lyme. Mekanimse dari dan doxycycline.
cetriaxon sendiri yaitu
menghambat dinding
sel bakteri
Digoxin Obat yang digunakan Pada kasus di atas, pasien juga mengalami
untuk mengobati pembengkakan jantung yang dapat
penyakit jantung, mengganggu irama jantung pada saat
seperti aritmia dan memompa darah, sehingga pemberian obat
gagal jantung. ini sudah tepat untuk membantu
Mekanisme kerja obat pengobatan jantung pasien.
tersebut yaitu
enghambat aktivitas
pompa Na-K-ATPase
pada miokardium,
sehingga meningkatkan
ketersediaan kalsium
dalam miokardium dan
sistem konduksi
jantung. Digoxin juga
menyebabkan
peningkatan natrium
intraseluler, sehingga
terjadi influks kalsium
dalam jantung yang
akan meningkatkan
kontraktilitas.
Akibatnya, curah
jantung meningkat, dan
tekanan pengisian
ventrikel menurun.
Amboroxol Untuk membantuk Pemberian ambroxol pada pasien di
mengencerkan dahak. gunakan untuk membantu mengencerkan
Mekanisme kerja obat dahak dari pasien yang bisa saja menjadi
dari ambroxol yaitu salah satu pemicu sesak nafas dari pasien.
merangsang sintesis Dan brdasarkan data pengobatan bahwa
dan pelepasan surfaktan saat pasien pulang telah sembuh dari
oleh pneumosit tipe II. batuknya.
Surfaktan bertindak
sebagai faktor anti
perlengketan yang
mengurangi adhesi
mukus ke dinding
bronkus, sehingga
meningkatkan
transportasi mukus dan
memberikan
perlindungan terhadap
infeksi dan agen iritasi.
Ascardia cetylsalicylic acid atau Pada kondisi pasien di atas akibat
dikenal juga dengan mengalami pembengkakan di jantung dan
Aspirin merupakan atau penebalan dinding pembuluh darah
senyawa analgesik non yang diduga oleh karena penumpukan
steroid yang digunakan kolesterol dan pemanjangan pembuluh
sebagai analgesik, darah yang terletak di aorta (pembuluh
antipiretik, darah utama jantung), sehingga pemberian
antiinflamasi dan anti- obat ascardia ini di gunakan agar tidak
platelet. Mekanisme terjadi penyumbatan di pembuluh darah
kerja obat ini yaitu untuk pasien jantung.
menghambat agregasi
trombosit sehingga
dapat menghambat
pembentukan trombus
(penggumpalan darah
yang terbentuk pada
dinding pembuluh
darah) yang sering
ditemukan pada
pembuluh darah arteri.
Vip albumin Suplemen yang Pada hari ke 3 pasien di rawat, dilakukan
mengandung albumin pemeriksaan pada kadar albumin pasien
dari ektrak ikan gabus dan di dapatkan bahwa kadar albumin
yang berfungsi untuk pasien rendah, sehingga di berikan Vip
meningkatkan daya albumin untuk meningkatkan kadar
tahan tubuh serta albumin pasien. Karena jika kadar albumin
meningkatkan kadar pasien rendah akan terjadi penimbunan
albumin dan cairan dalam jaringan (eodema) misalnya
hemoglobin (Hb). bengkak di kedua kaki.
4 FDC obat yang dapat Pada hasil diagnosis pasien mengalami TB
digunakan untuk millier, sehngga pada pengobatan Ketika
mengobati penyakit opname pasien diberikan 4 FDC untuk
tuberculosis (TBC), dan mengatasi tb dari pasien. Akan tetapi
infeksi oleh bakteri berdasarkan tatalaksana TB millier pada
Mycobacterium kasus ini pasien harus fase intensif selama
oportunistik tertentu. dua bulan dengan 3 tablet FDC sekali
Rifastar 4FDC sehari, yang terdiri dari Isoniasid 75 mg,
merupakan obat yang rifampicin 150 mg, pyrazinamide 400 mg,
digunakan untuk ethambutol hydrochloride 275 mg. Setelah
mengobati Tuberculosis selesai fase intensif dan sputum BTA
dan infeksi bakteri negatif, dilanjutkan dengan fase lanjutan
Mycobacterium dengan selama 6 bulan dengan regimen FDC yang
4 kombinasi obat yaitu : terdiri dari dua obat antituberkulosis dalam
1. Rifampicin bekerja satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, dan
dengan menghalangi isoniazid 150 mg yang diberikan sebanyak
transkripsi RNA 3 tablet, 3 kali dalam satu minggu selama 4
melalui penghambatan bulan. Sehingga setelah pengobatan selama
inisiasi pembentukan dirumah sakit, pasien harus tetap
rantai formasi sehingga melanjutkan pengobatan rutin untuk TB
bakteri tidak dapat pasien.
membelah diri dan
mengalami kematian.
2. Isoniazid (INH)
bekerja dengan
menghambat asam
mycoloic pada bakteri
Mycobacterium2
tuberculosis dan
membuat kadar asam
hilang yang penting
dalam proses replikasi
dan mengganggu
pembentukan dinding
sel sehingga
menyebabkan kematian
bakteri.
3. Pyrazinamide
bekerja dengan
memasuki sel bakteri
dan melepaskan enzim
pirazinamidase untuk
merubah pirasinamid
inaktif menjadi asam
pirazinoid di mana
asam tersebut akan
mengganggu sintesis
FSA 1 yang dibutuhkan
bakteri untuk
membelah diri.
Keadaan ini akan
membuat bakteri tidak
berkembang dan
akhirnya mati.
4. Ethambutol bekerja
dengan cara
menghambat satu atau
lebih metabolit sel
bakteri yang rentan
sehingga menghambat
multiplikasi, terjadi
gangguan metabolisme
sel, dan kematian sel

PEMBAHASAN KASUS :

Pasien Ny. SA telah di diagnosis mengalami TB Paru Aktif (Millier),


Kardiomegali dengan bendungan paru Ateroaklerosis aorta. Dari beberapa data
hasil pemeriksaan medis, diketahui bahwa pasien telah mendapatkan pengobatan
TB paru selama di rawat di rumah sakit, dan di berikan obat-obatan yang lain nya
untuk mengatasi pembengkakan jantung pasien dan penebalan dinding pembuluh
darah pasien. Kemudian keluhan batuk pasien pun telah mengalami perbaikan
atau telah sembuh beberapa hari saat di rumah sakit. Kemudian untuk terapi
selanjutnya yang harus di lanjutkan pasien pada saat telah keluar dari rumah sakit
yang berkaca dengan diagnosis pasien yaitu di lakukan nya terapi lanjutan dan
rutin untuk mengatasi TB Millier pasien dan masalah pada jantung pasien,
kemudian di berikan terapi obat hipertensi yang sebelumnya tidak diberikan
pengobatan karena hal ini dapat menjadi pemicu terganggunya fungsi jantung dari
pasien yang dapat berakibat fatal.

Menurut PIONAS anti tuberkolisis untuk pengobatan lini pertama yang dapat
digunakan yaitu berikan pengobatan fixed drug combination (FDC), yaitu pada
fase intensif selama dua bulan dengan 3 tablet FDC sekali sehari, yang terdiri dari
Isoniasid 75 mg, rifampicin 150 mg, pyrazinamide 400 mg, ethambutol
hydrochloride 275 mg. Setelah selesai fase intensif dan sputum BTA negatif,
dilanjutkan dengan fase lanjutan selama 6 bulan dengan regimen FDC yang terdiri
dari dua obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, dan
isoniazid 150 mg yang diberikan sebanyak 3 tablet, 3 kali dalam satu minggu
selama 4-6 bulan. Setelah pengobatan ini dilakukan maka harus di lakukan
pemeriksaan terhadap bakteri apakah masih ada atau tidak.
Kemudian dari hasil pemeriksaan laboratorium pasien memiliki Riwayat
hipertensi yang belum ada di obatu, sehingga perlunya obat anti hipertensi seperti
golongan CCB, dan hipertensi diuretic seperti Furosemide karena obat golongan
ini dapat membantu menurunkan kardiovaskular yang menyebabkan gagal jantung
dan biasa digunakan untuk mengobati pasien hipertensi dengan kasus komplikasi
jantung. Dan untuk penyakit jantung dan penyumbatan pada pembuluh darah
pasien harus tetap di lakukan pemeriksaan secara rutin, karena apabila masih
terdapat masalah pada hal tersebut maka pasien dapat diberikan terapi yang sama
Ketika di rawat di rumah sakit. Serta diberikan vitamin tambahan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dari pasien.

Anda mungkin juga menyukai