GROUP : A
Wiki Aditya Putra 1631010068
Elok Putri Rachmawati 1631010090
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke wujud
yang lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Dalam kehidupan sehari-
hari banyak dijumpai peristiwa kondensasi. Proses kondensasi ini dapat dijumpai
di alam sekitar kita. Proses terbentuknya awan merupakan proses kondensasi. Uap
air yang naik akibat sinar matahari akan terkondensasi di udara, hal ini
dikarenakan udara di atas permukaan bumi lebih rendah dari titik embun uap air.
Proses kondensasi inilah yang menyebabkan terjadinya awan. . Pengembunan atau
kondensasi merupakan proses perubahan zat yang melepaskan kalor. Kondensasi
atau pengembunan ini merupakan lawan dari penguapan atau evaporasi yang
melepaskan panas. Proses terjadinya pengembunan atau kondensasi ini adalah saat
uap air di udara melalui permukaan yang lebih dingin dari titik embun uap air,
maka uap air ini akan terkondensasi menjadi titik– titik air atau embun.
1. Agar praktikan dapat mengetahui perubahan fase yang terjadi, dari uap
pada pipa pengembunan vertical dan horizontal.
2. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pengembunan.
3. Agar praktikan dapat mengetahui macam-macam pengembunan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Secara Umum
Kondensor adalah suatu alat yang terdiri dari jaringan pipa dan digunakan
untuk mengubah uap menjadi zat cair (air). dapat juga diartikan sebagai alat
penukar kalor (panas) yang berfungsi untuk mengkondensasikan fluida. Dalam
penggunaanya kondensor diletakkan diluar ruangan yang sedang didinginkan
supaya panas yang keluar saat pengoprasiannya dapat dibuang keluar sehingga
tidak mengganggu proses pendinginan.
(Anonim, 2015)
Kondensasi uap jenuh dengan mengontakkan uap ke permukaan dengan
temperatur dibawah titik pengembunan. Kondensasi dari substrat organik mudah
membasahi permukaan metalik membentuk film atau lapisan film berfase cair
diatas permukaan yang dingin sehingga dapat disebut dengan “Filmdrop
Condensation”. Air kondensasi atau kondensat biasanya membasahi permukaan,
tetapi dibawah kondisi yang yang tidak seharusnya (terhalang) makan air
kondensat yang terbentuk disebut dengan “Wisedrop Condensation”.
(Brown,1961)
Berikut beberapa hal yang sering terjadi pada saat kondensasi seperti
Filmdrop condensation air hanya terjadi pada tube berbahan metal jika steam dan
area tube bersih, tidak ada udara dan permukaan yang halus. Ada Dropwise
Condensation dapat terjadi bila permukaan yang dingin tidak basah akrena cairan,
pada kondensasi steam sering diinduksi dengan kontaminasi uap dan tetes minyak
sehingga hal ini dapat diatasi dengan permukaan yang halus.
(Mc Cabe, 2005)
Prinsip kerja kondensor tergantung dari jenis kondensor tersebut, secara umum
terdapat dua jenis kondensor yaitu surface condenser dan direct contact condenser.
Berikut klasifiksi kedua jenis kondesor tersebut :
1. Surface Condensor
Cara kerja dari jenis alat ini ialah proses pengubahan dilakukan dengan cara
mengalirkan uap kedalam ruangan yang berisi susunan pipa dan uap tersebut
akan memenuhi permukaan luar pipa sedangkan air yang berfungsi sebagai
pendingin akan mengalir di dalam pipa (tube side), maka akan terjadi kontak
antara keduanya dimana uap yang memiliki temperatur panas akan
bersinggungan dengan air pendingin yang berfungsi untuk menyerap kalor dari
uap tersebut, sehingga temperatur steam (uap) akan turun dan terkondensasi.
Surface condenser terdiri dari dua jenis yang dibedakan oleh cara masuknya
uap dan air pendingin, berikut jenis-jenisnya :
a. Type Vertical Condensor
Pada jenis kondensor ini, tempat masuknya air pendingin melalui bagian
bawah dan akan mengalir di dalam pipa selanjutnya akan keluar pada
bagian atas kondensor, sedangkan steam akan masuk pada bagian atas dan
air kondesat akan keluar pada bagian bawah.
(Anonim,2015)
Laju dari perpindahan panas air pendingin yang melewati fase uap yang
kemudian kondensat akan terbentuk lapisan film, untuk laju dari air
pendingin diberikan persamaan yaitu :
𝑄 𝐾(𝑡 ′ −𝑡)
𝐴
= 𝑌′
= 𝑘 𝑊 ′ = ℎ(𝑡 ′ − 𝑡) (1)
Dimana :
𝑊1 = 𝐾 (𝑡′– 𝑡 ) 𝑘 𝑌′ (2)
Aliran liquid turun dari atas permukaan kondensat dengan kecepatan u dari
o pada lapisan dalm dan mempengaruhi permukaan luar dari condensator. Aliran
samping dari permukaan pendingin vertikal adalah tenaga tangensial keatas dan
membantu dari tube. Untuk aliran dalam pendingin vertikal adalah tangensial
penurunan laju dari zat cair. Differensial tangensial mungkin dapat dipengaruhi
gaya gravitasi.
𝑑𝑇 𝑑𝑦 𝑑𝑇 𝑑𝑦
𝜃 = 𝑑𝑥 𝑑𝑦 1 = (𝑇 − 𝑑𝑦 ) − (𝑇 + 𝑑𝑦 ) = −𝑑𝑇 (3)
2 2
1 𝑦′ 𝑦′2
𝑥 − 𝑦′ ∫0 𝑈 𝑑𝑦 = 𝜃𝑔 (4)
3𝜆
Ketika arah x dari atas dinding vertikal adalah diambil dari salah satu unit
seperti terlihat pada gambar 2, jumlah dari laju penurunan melewati area
horizontal y’ dari kondensat adalah :
2 2
𝜃𝑝𝑦 ′ 𝑝𝑦′2 𝜃
𝑑(𝜃𝑥𝑦 ′ ) = 𝑑 ( )= 𝑑𝑦 (5)
3𝜆 𝜆
Dan persamaan ini berpengaruh pada kondensasi luaran dari uap dan
menuju lapisan kondensat.
𝑑(𝑦’) = 𝑊’ 1 𝑑𝑥 (6)
Dari persamaan (2) dimana W’ telah didefinisikan dalam suhu pada proses
perpindahan panas.
′
𝐾(𝑡 ′ − 𝑡)
𝑊 =
𝑘𝑦′
𝑄𝑥
𝐴𝑥
ℎ𝑥 = = (7)
𝑡 ′ −𝑡
𝑘 3 𝜃2 𝑘𝑔 11/4
ℎ𝑥 = [4𝜆(𝑡 ′ −𝑡)]1/4 𝑥 (8)
1
𝑥
′
𝑘 3 𝜌2 𝜆 𝑔 4 ′ 𝑑𝑥
𝑄𝑥 = ∫ ℎ𝑥(𝑡 − 𝑡)𝑑𝑥 = ∫ [ ] (𝑡 − 𝑡)
0 4𝜇(𝑡 ′ − 𝑡) 𝑥 1/4
Program Studi S-1 Teknik Kimia
Fakultas Teknik-UPN”VETERAN”Jawa Timur Surabaya 6
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
“CONDENSING VAPOR”
43/4
= 𝑘3 𝜃2 𝑘 𝑔 1/4
(9)
3( ) [(𝑡 ′ −𝑡)]1/4
𝜆
3
𝑘𝑓 3 𝜃𝑓2 𝑘 𝑔 [(𝑡 ′ −𝑡)]1/4
ℎ̌ = (𝑄𝑥 )𝑥=𝐿 = 44 ( )1/4 (𝑡 ′ −𝑡)𝐿
𝜆𝑓
𝑘 𝜃𝑓 𝑘 𝑔 1/4
ℎ̌ = 0.943( 𝜆𝑓 𝐿4𝑡 ) (10)
𝑓 𝑓
Dimana,
kf : konstanta penurunan titik beku
f : sudut
: koefisien perpindahan panas
g : percepatan gravitasi
f : panas laten fluida
L : panjang pipa
tf : perbedaan suhu
𝑘(𝑡 ′ −𝑡)𝑟 𝑑𝑥
𝑊′ = (11)
𝜆𝑦′
2 2
′) 𝜃𝑝𝑦 ′ 𝑝𝑦′2 𝜃
𝑑(𝜃𝑥𝑦 = 𝑑( )= 𝑑𝑦 (12)
3𝜆 𝜆
𝑘
ℎ𝑥 =
𝑦′
𝑘 1 𝑘 3 𝜃2 𝑘 𝑔
ℎ𝛼 = 𝑦′ = Ѱ[3𝜆𝑘(𝑡 ′ −𝑡)𝑟 (13)
1 1
ℎ𝛼 =
𝑘 𝑑𝛼
𝑚′ (14)
Ѱ
2 4(𝛼1 − 𝛼2) 2
90° 𝑘 3 𝜃2 𝑘 𝑔
ℎ𝛼 ∫0° = 0.860( 𝜆𝐷𝑜∆𝑡 )1/4 (15)
𝑓
90° 𝑘 3 𝜃2 𝑘 𝑔
ℎ𝛼 ∫0° = 0.589( 𝜆𝐷𝑜∆𝑡 )1/4 (16)
𝑓
Dari 00 sampai 1800 adalah hanya untuk satu pipa, sedangkan untuk yang
lain sama.
3 2
𝑘 𝜃 𝑘𝑔
ℎ̌ = 0.725( 𝜆𝐷𝑜∆𝑡 ) (17)
𝑓
Dimana :
Dimana,
kf : konstanta penurunan titik beku
f : sudut
: koefisien perpindahan panas
g : percepatan gravitasi
L : panjang pipa
tf : perbedaan suhu
(Tim Dosen OTK II, 2018)
biasanya dilakukan dengan bantuan venting pump dan primming pump yang
merupakan pompa vakum
2. Terjadi Fouling Terhadap Kondensor.
Fouling atau endapan sangat mungkin terjadi pada kondensor, endapan yang
mengotori tube-tube kondensor ini berasal dari sumber pengambilan bahan
baku air pendingin. Seperti yang kita ketahui tempat pengambilan air
pendingin berasal dari laut dan kemungkinan besar air tersebut mengandung
endapan-endapam kotoran yang ikut masuk dan mengendap pada tube-tube
kondensor, hal ini dapat menyebebakan menurunnya laju perpindahan panas
pada kondensor, sehingga kualitas air pendingin sangat diperlukan agar
mengurangi penyebab fouling pada kondensor. Cara untuk mengeluarkan
kotoran tersebut biasanya dilakukan dengan cara :
a. Backwash kondensor, yaitu dengan membalikkan arah aliran air pendingin
dengan tujuan membuang kotoran yang masuk ke dalam waterbox inlet
yang menghalangi proses perpindahan panas pada kondensor, proses ini
dilakukan dengan cara membalikkan arah aliran inlet dan outlet.
b. Ball Cleaning, proses pembersihan dengan cara ini dapat dilakukan dengan
bola sebgai alat untuk membersihkan tube kondensor. Cara kerjanya yaitu
bola akan dimasukkan pada inlet mengikuti aliran kondensor dan keluar
pada waterbox outlet.
(Anonim,2015)
II.3 Hipotesa
Pada percobaan Condensing Vapour semakin besar bukaan kran maka
akan semakin besar nilai koefisien perpindahan panas pengembunan dan semakin
besar tekanan maka semakin kecil koefisien perpindahan panas pengembunan.
Memanaskan tangkipembangkit uap yang berisi air kurang lebih bagian, tunggu
hingga terbentu uap yang cukup.
Selanjutnya mengalirkan uap dengan cara membuka kran aliran uap. Bersamaan
dengan mengalirkan uap, alirkan juga air pendingin dengan cara membuka pula
kran aliran air pendingin ke pipa pengembunan, dengan laju alir yang ditentukan.
Mencatat suhu uap masuk dan keluar, suhu air pendingin masuk dan keluar.
Mencatat pula laju alir pendingin dan kondensat yang terbentuk tiap selang
waktu yang ditentukan dan amati jenis (embun) yang terbentuk.
Mengulangi percobaan diatas dengan variasi diameter pipa, letak pipa (vertikal
dan horizontal) dan laju alir fluida yang berbeda dengan bukaan atau putaran
kran (valve) yang berbeda.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan
1. Air
Kran
Untuk
Uap
Keluar
Kran 1 Untuk Mengalirkan air ke
dalam Bejana Penguap
Kran
Untuk
Uap
Masuk
III.5. Prosedur
1. Mengisi tangki penampung air pendingin sampai overflow.
3
2. Memanaskan tangkipembangkit uap yang berisi air kurang lebih bagian,
4
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen OTK II. 2018. Condensing Vapor. Surabaya : UPN Veteran Jawa
Timur