Anda di halaman 1dari 8

PANDUAN PENOLAKAN PENGOBATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernahkah anda menjadi seorang pasien yang datang ke dokter dan menolak
dirawat? Biasanya penolakan muncul jika sang dokter menyarankan untuk dilakukan
tindakan seperti operasi atau mungkin rawat inap beberapa hari di rumah sakit. Atau
mungkin anda pernah dirawat di rumah sakit kemudian beberapa hari minta pulang
meski dokter belum mengijinkan anda pulang. Dalam dunia medis minta pulang
sebelum waktunya dikenal dengan istilah pulang paksa.
Menghadapi orang sakit butuh kesabaran ekstra. Kesabaran ekstra yang bukan
hanya ditujukan untuk sang pasien tapi juga keluarga ataupun orang-orang disekitar
pasien yang mungkin saja memiliki motivasi tertentu. Kesabaran menghadapi pasien
berbeda dengan kesabaran menghadapi orang lain yang bukan pasien. Pasien adalah
orang lain, yang mungkin bertemu dengan seorang dokter sekali seumur hidup, tapi
efek yang muncul dari pertemuan sekali itu kemungkinan bisa menyebabkan sang
dokter tidak bisa lagi melakukan tugasnya dengan baik karena harus menghadapi
tuntutan pasien yang merasa diperlakukan “ kurang baik “, meski penilaian terhadap
sebuah sikap sifatnya relatif dan sangat subyektif.
Begitu juga halnya menghadapi pasien yang sedang dirawat inap atau opname.
Semakin banyaknya tuntutan di masyarakat memaksa tenaga kesehatan bersikap
sangat dan lebih berhati-hati, terutama jika dari awal pasien sudah menolak untuk
dirawat. Seringkali dokter dihadapkan pada pilihan yang sulit, antara menerapkan
ilmu yang dikuasai dengan penolakan pasien. Tapi pelayanan KIE (komunikasi,
informasi, edukasi) sebagai upaya untuk menjelaskan segala kemungkinan yang bisa
terjadi jika pasien menolak dirawat tetap harus dilakukan, meski akhirnya pasien tetap
bersikukuh dengan penolakannya.

B. Definisi
Penolakan pengobatan adalah pernyataan ketidak setujuan pasien dan keluarga
berhubungan dengan pengobatan yang disebabkan oleh berbagai hal seperti : kondisi
pasien, dokter berhalangan, kerusakan alat, masalah administrasi dan lain – lain.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi seluruh staf RS Mutiara Hati jika terjadi penolakan
pelayanan atau pengobatan dari pasien dan keluarga, baik sebelum maupun
setelah dilakukan perawatan.
2. Tujuan Khusus
1. Sebagai acuan apabila terjadi penolakan pelayanan atau pengobatan
2. Agar pasien mendapatkan informasi yang jelas tentang keadaannya dan dapat
memutuskan tentang persetujuan pelayanan atau pengobatan yang akan
dilakukan.
3. Memberikan kepuasan pelanggan ( pasien dan keluarga ).
4. Untuk menghindari terjadinya komplikasi pasien.
5. Agar pelayanan atau pengobatan dapat berjalan dengan lancar
BAB II
RUANG LINGKUP
Penolakan pengobatan pada pasien harus dilihat sebagai hak dan kebutuhan pasien dan
keluarga dalam memutuskan pelayanan dan pengobatan yang akan dilakukan. Oleh
karena itu kebijakan ini secara berlaku untuk semua karyawan di RS Mutiara hati,
termasuk dokter, perawat dan para manajer jika terjadi adanya penolakan pengobatan
dari pasien dan keluarga.
BAB III
TATA LAKSANA
A. Tanggung Jawab
1. Direktur Utama (CEO) bertanggung jawab sepenuhnya untuk memastikan
efektifitas dan manajemen resiko dalam pelayanan atau pengobatan untuk
pengguna jasa (pasien dan keluarganya) sehubungan dengan penolakan pelayanan
atau pengobatan pada pasien dan menyediakan infrastruktur yang tepat dan
dukungan yang berkesinambungan termasuk pencatatan dan pemantauannya.
2. Direktur Oprasional (COO) bertanggung jawab terhadap manajemen operasional
rumah sakit termasuk di dalamnya terlaksananya proses kebijakan penolakan
pelayanan atau pengobatan pada pasien.
3. Para Kepala Bagian bertanggung jawab untuk terlaksananya proses kebijakan
penolakan pelayanan atau pengobatan pada pasien dan menjamin keselamatan
pasien setiap saat.
4. Duty Officer bertanggung jawab untuk menangani setiap masalah yang timbul
diluar jam kerja yang berhubungan dengan penolakan pelayanan atau pengobatan
pada pasien dan memberikan bantuan dan petunjuk untuk menyelesaikan masalah
yang ada.
5. KUP bertanggung jawab untuk :
a. Terlaksananya semua proses kebijakan penolakan pelayanan atau pengobatan
pada pasien di bagian mereka.
b. Memastikan adanya system operasional di dalam unit mereka untuk
memastikan proses penolakan pelayanan atau pengobatan pada pasien.
c. Melaporkan setiap masalah penolakan pelayanan atau pengobatan pada pasien
kepada Manajer untuk membantu dan memastikan proses penolakan pelayanan
atau pengobatan pada pasien.
d. Memastikan bahwa staf di unit mereka paham akan maksud dari kebijakan ini.
6. Seluruh staf klinis
Seluruh staf klinis diminta untuk patuh pada kebijakan ini dan melaporkan setiap
masalah berhubungan dengan penolakan pelayanan atau pengobatan pada pasien
kepada KUP dan melengkapi formulir laporan kejadian yang berhubungan dengan
kebijakan ini.
B. Pernyataan Kebijakan
1. Penjelasan tentang penolakan pelayanan atau pengobatan yang disebabkan oleh
masalah medis dilakukan oleh dokter yang akan melakukan pelayanan atau
pengobatan.
2. Pada kondisi dimana dokter tidak dapat memberi penjelasan tentang kondisi dan
keadaan pasien, maka dapat diwakilkan kepada manajemen RS Mutiara hati.
3. Penjelasan tentang penolakan pelayanan atau pengobatan yang disebabkan oleh
masalah unit dilakukan oleh petugas unit terkait.
4. Penjelasan tentang penolakan pelayanan atau pengobatan yang disebabkan oleh
masalah kerusakan alat dilakukan oleh penanggungjawab unit.
5. Untuk pasien dengan indikasi CITO dan mengalami penolakan pelayanan atau
pengobatan yang mengakibatkan baik masalah adiministrasi maupun masalah
kerusakan alat, maka pasien tersebut harus segera dirujuk ke rumah sakit yang
mempunyai pelayanan atau pengobatan sejenis.
6. Semua proses penolakan pelayanan atau pengobatan pasien dicatat dalam case
note.

C. Penolakan sebelum pasien dirawat


1. Apabila penolakan pelayanan atau pengobatan disebabkan oleh dokter berhalangan
pada jadwal yang ditentukan, maka kepala unit menginformasikan tentang
penundaan / perubahan jadwal pelayanan atau pengobatan tersebut kepada pasien.
2. Apabila penolakan pelayanan atau pengobatan disebabkan kerusakan alat, maka
Penanggungjawab unit tersebut menghubungi pasien dan dokter untuk
menginformasikan kerusakan yang terjadi.

D. Penolakan Setelah Pasien Dirawat


Apabila terdapat kondisi yang menyebabkan penolakan pelayanan atau pengobatan
seperti :
1. Masalah medis :
a. Dokter memberi penjelasan kembali tentang keadaan pasien saat ini, dan
memastikan tentang kelanjutan perawatan atau pengobatan yang dilakukan
b. Pasien dipulangkan setelah pasien dan keluarganya mengisi form penolakan
pengobatan yang disediakan oleh pihak Rumah Sakit.
2. Masalah administrasi :
a. Petugas administrasi menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang
permasalahan administrasi yang terjadi dan memastikan tentang keputusan
pasien dan keluarga mengenai kelanjutan pelayanan atau pengobatan
b. Jika pasien menolak dilakukan perawatan lanjutan, petugas administrasi
menginformasikan ke dokter dan perawat bahwa pelayanan atau pengobatan
belum bisa dilakukan
c. Pasien dipulangkan / menunggu sampai masalah administrasi selesai.
3. Masalah fasilitas / kerusakan alat medis :
a. Penanggung jawab unit memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga
tentang masalah fasilitas / kerusakan alat medis yang terjadi
b. Penanggung jawab unit menghubungi dokter dan memberikan penjelasan
tentang penyebab penolakan pelayanan atau pengobatan.
c. Pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pelayanan atau
pengobatan yang sama atau dipulangkan menunggu sampai alat diperbaiki.
d. Apabila alat sudah diperbaiki, maka penanggung jawab unit menghubungi
dokter untuk penjadwalan ulang dan menhubungi pasien untuk
menginformasikan jadwal yang telah ditentukan dokter.

E. IMPLEMENTASI
Kebijakan penolakan pelayanan atau pengobatan pada pasien diberikan kepada seluruh
staf baru dalam proses pengenalan / orientasi.
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Dokumen ini akan dipantau untuk menjamin efektifitas dan jamin kepatuhan.
Indicator kuncinya sebagai berikut :
a. Jumlah kejadian di tiap unit yang merugikan dan yang hampir terjadi berkaitan
dengan penolakan pelayanan atau pengobatan pasien.
b. Jumlah keluhan berkaitan dengan penolakan pelayanan atau pengobatan pada
pasien.
c. Jumlah penolakan pelayanan pada pasien di tiap unit
d. Jumlah pemulangan diluar jam normal dari unit rawat inap.
2. Hasil audit, trend / tema yang teridentifikasi dari pelaporan kejadian dan rencana
pelayanan atau pengobatan harus dilaporkan kepada Chief Operating Officer oleh
Manager terkait.
3. Semua proses penolakan pelayanan atau pengobatan pasien dicatat dalam case
note.

REFERENSI
JCI.(2010).Joint Commission international Hospital Accreditation Standards 4th ed.
Joint commission resources.

Anda mungkin juga menyukai