Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN

Nyeri, seperti yang telah banyak orang ketahui, merupakan suatu pengalaman yang tidak
mengenakkan yang melibatkan komponen sensorik dan emosional dari seseorang.1 Hampir tidak
ada orang di dunia ini yang tidak pernah mengalami nyeri dalam hidupnya. Dari intensitas yang
ringan hingga berat, nyeri memberikan kontribusi yang besar dalam kehidupan manusia baik
sebagai hal yang tidak menyenangkan di satu sisi, dan di sisi lain sebagai suatu hal yang
menyebabkan orang lebih waspada terhadap ancaman di sekitarnya.1,2
Nyeri bersifat unik karena selain menimbulkan derita, nyeri juga memberikan suatu
manfaat bagi individu tersebut terutama untuk nyeri akut. Pertama, nyeri berperan sebagai suatu
mekanisme proteksi dimana dengan adanya nyeri sesorang bisa bereaksi terhadap suatu trauma
sehingga menghindari terjadinya kerusakan jaringan tubuh.1 Sebagai mekanisme defensif,
memungkinkan imobilisasi organ yang mengalami kerusakan sehingga bisa mempercepat
penyembuhan dan yang terakhir nyeri bisa berperan sebagai penunjang diagnostik seperti nyeri
pada ibu hamil cukup bulan yang menunjukkan persalinan sudah mulai. 1
Nyeri dapat terjadi secara akut maupun kronik. Nyeri akut merupakan nyeri yang
munculnya baru dan durasinya singkat. Penyebab nyeri ini biasanya berhubungan dengan trauma
atau penyakit (misalnya nyeri pasca operasi, apendisitis, patah tulang).1,2 Nyeri akut disertai
hiperaktivitas saraf otonom dan umumnya mereda dan hilang sesuai dengan laju proses
penyembuhan.2 Bila pengelolaan nyeri dan penyebab nyeri akut tidak dilaksanakan dengan baik,
nyeri dapat berkembang menjadi nyeri kronik. Nyeri kronik merupakan nyeri yang
berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut. 2
Nyeri pasca pembedahan termasuk salah satu nyeri akut, dan biasanya memiliki intensitas
yang semakin berkurang semakin hari. Akan tetapi apabila terapi yang tidak adekuat bisa
merubah nyeri ini menjadi nyeri kronik. Pembedahan menyebabkan terjadinya pemecahan
protein, agregasi platelet dan penurunan sistem imunitas tubuh. Selain itu pelepasan dari
katekolamin menyebabkan takikardia dan hipertensi yang dapat menyebabkan terjadinya iskemia
miokard.3 Untuk mencegah semua komplikasi yang mungkin timbul tersebut maka diperlukan
penanganan yang bauk terhadap nyeri pasca pembedahan tersebut.
Pada pasien yang dirawat di ICU dengan pulmonary dysfunction, gagal jantung dan
pengguaan ventilator merupakan sumber nyeri dari pasien-pasien tersebut. Penatalaksanaan nyeri
pada pasien di ICU sangat penting mengingat kondisi kesehatan pasien yang dirawat di ICU
tidak stabil. Menurut penelitian pasien merasakan nyeri engan pemakaian pipa endotrakeal
sekitar 77%, rasa tidak nyaman akan nyeri deraja sedang hingga berat sekitar 82% dan adanya
recall pain sekitar 38%. 4
Respon individu terhadap suatu stimulus nyeri sangat bervariasi, dipengaruhi oleh kultur
budaya setempat, umur, jenis kelamin dan genetik.1 Pasien-pasien pediatri, geriatri ataupun
pasien dengan kesulitan komunikasi akibat kondisi penyakit yang telah parah, gangguan kognitif
maupun akibat perbedaan bahasa cenderung mendapatkan terapi yang tidak adekuat sehingga
tujuan terapi nyeri seperti peningkatan kualitas hidup pasien dan mempercepat pemulihan
sehingga bisa pasien pulang lebih cepat dari rumah sakit tidak tercapai.2

Anda mungkin juga menyukai