Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KEGIATAN LUAR DOKTER MUDA

PSIKIATRI
KUNJUNGAN RUMAH

Nama : Ni Kadek Puspa Mega Putri Sudibia


NIM : 0902005025
Pembimbing : dr. Ketut Putri Ariani, Sp. KJ

I. Identitas Pasien
Nama : NNG
Baru/ulangan : Ulangan
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tingkat pendidikan : Tamat SLTP
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status perkawinan : Sudah Menikah
Suku bangsa : Bali
Agama : Hindu
Alamat : Jalan Gatot Subroto VI gang Nuri VII/13 Denpasar
Kunjungan ke Poli : Jumat, 26 Juli 2013
Tanggal Kunjungan : Kamis, 1 Agustus 2013
Diagnosis : Skizoprenia Paranoid

II. Riwayat Penyakit


Keluhan utama (autoanamnesis) : Gelisah obat habis
Autoanamnesis:
Pasien datang ke poliklinik jiwa RSUP Sanglah pada Jumat, 26 Juli 2013 pukul
10.00 WITA. Pada saat itu pasien berniat untuk kontrol karena obatnya habis.
Pasien mengatakan sudah beberapa kali kontrol ke RSUP Sanglah .
pasien datang ke RSUP sanglah diantar oleh suami dan anak perempuannya,
namun mereka menunggu di luar. Pasien datang dengan menggunakan baju
berwarna coklat dan celana panjang. Postur tubuh pasien tampak berisi, tidak

1
terlalu tinggi, rambut terikat namun sedikit berantakan. Roman muka sesuai
umur. Kulit pasien tampak terawat dengan warna kulit sawo matang. Kuku jari
tangan dan kaki pasien terlihat agak kotor dan gigi pasien terlihat kurang bersih
dan berwarna kehitaman. Saat wawancara dilakukan, pasien berbicara dengan
suara yang keras dengan nada tinggi dan terdengar seperti marah. Beberapa
kali pasien menggerak-gerakkan tangannya dan terkadang memukul meja saat
berbicara. Wawancara dilakukan dalam Bahasa Indonesia namun sesekali
pasien menggunakan Bahasa Bali. Pasien dapat menceritakan keluhannya
dengan lancar sambil menatap mata pemeriksa.
Pasien datang ke poliklinik jiwa RSUP Sanglah karena merasa gelisah
akibat obatnya telah habis. Obat yang dimaksud oleh pasien adalah diazepam.
Pasien mengatakan bahwa obat diazepam yang dimilikinya sudah habis dan
dirinya hanya memerlukan obat tersebut saat ini agar merasa tenang. Mengenai
perasaannya akhir-akhir ini, pasien mengatakan bahwa dirinya merasa bingung
serta gelisah dan hanya ingin diberikan diazepam agar merasa tenang. Pasien
tidak mau obat yang lainnya, yang dia mau hanya diazepam. Pasien
mengatakan hal tersebut dengan nada yang tinggi dan terkesan memaksa agar
diberikan diazepam sambil menunjukkan semua sisa obat yang dimiliki. Ketika
ditanyakan mengenai kondisinya sehingga bisa mendapat obat-obatan tersebut,
pasien mengatakan bahwa dirinya depresi dan banyak pikiran. Pasien
mengatakan banyak masalah yang menimpa dirinya dahulu namun saat ini
pasien mengaku sudah lupa tentang masalah-masalah tersebut. Menurut pasien,
depresi yang dia maksud adalah semua yang dilakukannya di luar akal sehat
seperti kesetanan dan tanpa kontrol. Pasien mengaku tidak mau mengalami hal
itu lagi. Pasien mengaku sudah mengalami depresi selama lebih dari 7 tahun
dan sudah minum obat. Setelah dirinya merasa lebih baik, pasien berhenti
minum obat yang diberikan. Pasien tidak mengingat jelas bagaimana kejadian
yang dialaminya selama 7 tahun terakhir. Namun pasien dapat mengingat
bahwa dirinya pernah di rawat 2 kali di RSUP Sanglah dan sekali di RSJ
Bangli. Awal di bawa ke RSUP Sanglah dikatakan karena dirinya menusuk-
nusuk perutnya dengan pisau dapur. Tanpa diminta, pasien menyingkap
pakaiannya untuk menunjukkan bekas luka pada perutnya. Pasien mengatakan

2
bahwa dirinya di rawat di ruangan Lely RSUP Sanglah. Setelah kurang lebih 1
minggu di rawat, pasien meminta untuk pulang paksa. Pasien tidak mengingat
hal apa yang membuatnya menusuk dirinya sendiri. Yang diingat sebelum
kejadian pasien berlari menuju dapur dan tiba-tiba mengambil pisau dapur dan
menusuk dirinya sendiri. setelah itu pasien tidak ingat lagi dan saat sadar sudah
berada di RSUP Sanglah.
Tiba-tiba pasien kembali mengingat tentang diazepam dan terus
menerus meminta diazepam dengan nada yang tinggi. Pasien mengatakan
hanya mau diazepam, tidak mau yang lain dan mengatakan tidak mau kontrol
ke poliklinik jiwa RSUP Sanglah lagi karena sudah tidak punya uang untuk
membeli obat, apalagi obat yang diberikan bukan yang dia inginkan jadi untuk
apa dia kontrol lagi. Setelah pasien agak tenang dan mulai lupa dengan
keinginannya, pasien dapat menjelaskan kembali tentang keadaannya ketika di
rawat di RSUP Sanglah untuk kedua kalinya. Saat itu pasien mengatakan
bahwa dirinya tidak ingat apapun dan sampai saat ini pasien tidak mengetahui
apa yang terjadi dengan dirinya saat itu. Pasien hanya mengingat bahwa saat
itu dirinya hanya meminta kopi dan rokok sepanjang hari tanpa makan dan
minum. Sebelum kejadian itu dirinya sedang mebanten di merajan rumahnya
dan tiba-tiba dia terjatuh. Saat sadar pasien sudah berada di rumah sakit dengan
tangan yang terpasang infus, kemudian pasien mengaku melepas infus yang
terpasang di tangannya dan berjalan keluar. Saat berjalan pasien sudah tidak
sadar lagi dan dikatakan terjatuh. Pasien mengaku tidak sadar sewaktu dirinya
melepas infus dan berjalan keluar. Saat di rumah pasien diadakan upacara
ngulapin karena kejadian jatuhnya pasien, pasien mengaku samar-samar
mendengar suara genta pemangku, namun terkadang dirinya tidak mendengar
apapun. Tiba-tiba pasien terdiam dan mencakupkan tangan untuk berdoa,
setelah selesai berdoa, pasien terlihat menitikkan air mata dan mengatakan
bahwa dirinya tidak ingin mengalami hilang ingatan lagi.
Sedangkan saat di RSJ Bangli pasien mengatakan bahwa dirinya sempat
di rawat selama 2 minggu di sana. Saat itu pasien mengatakan bahwa dirinya di
bawa oleh polisi ke RSJ Bangli. Awalnya pasien mengatakan bahwa dirinya
pergi ke kantor polisi untuk melapor bahwa ada orang yang mengejar-ngejar

3
dan akan membunuh dirinya. Kemudian polisi mengetahui bahwa pasien
mengalami gangguan sehingga pasien di ajak ke RSJ Bangli. Di RSJ Bangli
pasien mengatakan lebih baik dirinya bunuh diri daripada harus dibunuh orang
lain. Pasien mengatakan dirinya sangat ketakutan karena merasa seperti di
kejar-kejar dan akan di bunuh. Pasien kembali mengingat tentang diazepam
dan mengatakan seperti sebelumnya bahwa yang dia inginkan saat ini hanya
diazepam. Yang dia mau hanya diazepam yang berwarna kuning, dia tidak mau
diazepam yang berwarna putih karena yang putih rasanya dikatakan tidak enak.
Tidak enak yang dimaksud oleh pasien adalah dirinya tetap merasa gelisah dan
bingung.
Beberapa saat kemudian pemeriksa menanyakan kembali tentang rasa
ketakutan yang dialami pasien dan pasien dapat menjawabnya seolah-olah
telah lupa tentang keinginannya terhadap diazepam. Pasien mengatakan dahulu
dirinya sering mencurigai orang-orang yang dilihatnya, misalnya saja saat ada
orang yang lewat di depan rumahnya dengan membawa sabit, pasien mengira
orang tersebut akan membunuhnya dan pasien akan merasa sangat ketakutan,
padahal sebenarnya orang tersebut akan pergi ke sawah untuk menyabit
rumput. Selain itu pasien juga mengaku sering medengar suara-suara seperti
ada orang yang menyeret rantai dan suara orang menyeret rantai itu dikatakan
akan menangkapnya untuk dibunuh. Pasien mengatakan bahwa dirinya
mempunyai 2 orang teman yang hanya bisa dilihat olehnya sejak lama. Teman
pasien dikatakan berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan rupa yang
sangat menyeramkan dan tidak seperti manusia pada umumnya. Pasien
mengatakan bahwa dirinya pernah minum kopi dan merokok bersama teman-
temannya beberapa waktu yang lalu. Dikatakan tidak ada yang melihat saat
pasien minum kopi dan merokok bersama temannya karena saat itu sudah larut
malam dan suaminya sedang bekerja. Saat itu pasien mengaku diajak pergi ke
istana oleh temannya namun pasien menolak karena pasien takut jika itu
sebenarnya di hutan bukan istana. Kemudian teman-temannya meminta pasien
untuk melarung mereka ke laut dan pasien melakukannya, hanya saja pasien
melarung ke sungai dekat rumahnya bukan ke laut. Saat melarung ke sungai,
pasien mengatakan telah menyertai dengan sesaji seperti 2 anak ayam yang

4
tidak boleh dikeluarkan isi perutnya dan nasi kepel. Namun teman pasien
dikatakan tidak terima dan terus memaksanya sehingga pasien menjadi sangat
takut. Pasien mengaku sering didatangi oleh temannya dan setiap didatangi,
pasien selalu merasa ketakutan dan hal ini diketahui oleh suaminya. Setiap
akan didatangi oleh temannya, pasien mengaku akan merasa gelisah dan
bingung sehingga pasien mengatakan kepada suaminya bahwa temannya akan
datang. Bila pasien sudah mengatakan hal tersebut, maka suaminya akan selalu
menancapkan 11 dupa di halaman rumah mereka karena sebelumnya suaminya
dikatakan sempat bertanya pada seorang jero mangku dan dikatakan bahwa
mereka harus menancapkan 11 dupa di halaman rumahnya agar teman pasien
tidak dapat masuk ke rumah pasien. Setelah menancapkan 11dupa di halaman
rumahnya, pasien mengatakan bahwa teman-temannya tidak dapat masuk ke
dalam rumahnya dan hanya mengintip dari luar. Selain itu pasien juga selalu
mebanten di sebuah tugu dekat rumahnya agar teman-temannya tidak bisa
masuk ke rumahnya lagi.
Pasien mengatakan sudah banyak lupa mengenai kejadian yang pernah
dialaminya. Namun saat ini pasien mengatakan ada beberapa hal yang
terkadang terlintas di pikirannya seperti ibu kandungnya yang baru-baru ini
telah ditinggal meninggal oleh ayah tirinya. Pasien merasa kasihan pada ibunya
karena ibunya tidak memiliki anak dari pernikahannya ini sehingga pasien
takut ibunya tidak akan ada yang mengurus, namun pasien sudah menitipkan
ibunya pada anak kandung ayah tirinya. Dikatakan bahwa ayah tirinya adalah
orang yang sangat baik dan pasien sangat dekat dengan ayah tirinya yang
merupakan orang Bali. Sebelum ayah tirinya meninggal pasien mengaku
mendapat firasat, pasien tiba-tiba sangat ingin memberikan ayah tirinya uang
saat ayah tirinya berkunjung ke rumahnya untuk memberikan anjing. Keesokan
harinya pasien mengaku sangat ingin menggunakan pakaian yang berwarna
serba putih. Kemudian pasien juga sempat meminta bunga mas kepada
mertuanya untuk digunakan, namun mertuanya tidak mengijinkannya karena
dikatakan bunga mas hanya digunakan bila ada acara keagamaan. Saat hari itu,
pasien mengaku ingin terlihat bersih sehingga pasien menggosok giginya
dengan menggunakan amplas. Dan ternyata keesokan harinya ayah tiri pasien

5
meninggal. Selain itu, pasien juga memikirkan tentang keluarganya. Dahulu
pasien mengaku pernah mencari suaminya sampai ke tempat kerja dan ternyata
saat itu pasien melihat suaminya turun dari taksi. Saat itu pasien langsung
mengomel dengan kata-kata kasar dan membanting handphone suaminya. Pada
saat itu pasien mengatakan tidak ada wanita lain di dalam taksi tersebut dan
pasien juga tidak ingat mengapa dirinya bisa datang untuk mengecek ke tempat
kerja suaminya. Masalah anak juga dipikirkan oleh pasien. Pasien mengatakan
bahwa anak pertamanya sangat susah diatur dan sering mabuk-mabukan dan
pulang pagi hari. Suatu waktu anak pasien mengalami kecelakaan dan sepeda
motor yang dikendarai mengalami rusak total. Sedangkan untuk anak ke 2
mya, pasien mengatakan bahwa anak ke 2 nya sempat tidak pulang-pulang ke
rumah karena keasyikan bermain play station di tempat penyewaan. Saat ini
anak ke 2 pasien dikatakan sudah berhenti sekolah sejak kelas 2 SMA dan
sekarang telah bekerja di tempat neneknya
Pasien membahas tentang diazepam lagi. Pasien mengatakan dengan
menggebu-gebu bahwa dirinya tidak bisa merasakan tenang jika belum
meminum diazepam. Pasien akan gelisah, jantung berdebar dan mondar-mandir
tak jelas bila belum minum diazepam. Obat lain dikatakan tetap diminum oleh
pasien. Keluhan sulit tidur saat ini masih dialami oleh pasien walaupun telah
mengkonsumsi obat-obat yang diberikan. Saat tidak bisa tidur, pasien
mengatakan hanya bengong dan menerawang, kemudian dirinya akan
menonton TV sambil merokok.
Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang periang dan suka
bergaul. Dahulu pasien bekerja membuat kue dan menitipkan kuenya di
warung mertuanya. Namun saat ini pasien mengatakan sudah tidak membuat
kue lagi karena sakit. Semenjak sakit pasien mengatakan bahwa dirinya hanya
diam di rumah dan jarang bertemu dengan tetangganya.
Jika ada masalah, pasien mengaku lebih sering memendamnya sendiri
daripada menceritakannya kepada orang lain. Terutama setelah menikah,
pasien menjadi lebih sering memendam masalahnya sampai merasa sakit hati
sehingga pasien mengaku terkadang akan mengumpat di kamar seorang diri
jika sudah tidak kuat. Di rumah pasien sering mendengarkan musik untuk

6
mengisi waktu luangnya dan mengaku akan merasa sedikit lebih tenang jika
sudah mendengarkan musik.
Pasien sebelumnya beragama Islam dan semenjak menikah telah
berpindah agama menjadi Hindu. Pasien mengaku tidak mengalami kesulitan
untuk belajar agama Hindu karena menurut dirinya semua agama sama saja.
Pasien telah tinggal di Bali sejak kecil. Pasien telah menikah dengan suaminya
sejak usia 16 tahun, saat itu dikatakan pasien baru duduk di kelas 1 SMA
sehingga pasien memutuskan untuk berhenti sekolah. Dari pernikahannya,
pasien telah dikarunia 3 orang anak, dimana anak pertamanya laki-laki yang
saat ini baru tamat SMA, anak kedua, laki-laki yang sudah berhenti sekolah
dan saat ini sudah bekerja, dan anak ketiga berjenis kelamin perempuan dan
saat ini berusia 3,5 tahun.
Ayah pasien dikatakan telah meninggal sejak dirinya masih kecil dan
mengatakan bahwa dirinya kurang mengenal dekat tentang sosok ayah
kandungnya. Ibunya saat ini juga dikatakan telah beragama Hindu semenjak
menikah lagi dengan orang Bali. Pasien merupakan anak ke tiga dari 3
bersaudara. Nenek pasien dikatakan juga menderita keluhan yang sama seperti
pasien. Dikatakan bahwa neneknya sering memukul orang-orang yang lewat.
Kemudian pasien membahas tentang diazepam lagi dan mengatakan hal yang
sama seperti sebelumnya dengan nada yang tinggi. Riwayat mengkonsusmsi
alkohol disangkal oleh pasien, sedangkan riwayat merokok dan minum kopi
diakui oleh pasien. Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit fisik pada
dirinya dan keluarganya.
Setelah selesai melakukan anamnesis kepada pasien, pasien meminta
ijin untuk melakukan kunjungan rumah. Pasien memberi tanggapan yang
sangat baik dan mempersilahkan saya berkunjung ke rumah pasien dengan
terlebih dahulu menelepon pasien untuk memastikan bahwa pasien ada di
rumah. Saat kontrol terakhir pasien diberikan haloperidol, trihexyphenidil, dan
chlorpromazine.

7
III. Hasil Kunjungan Rumah
Kunjungan ke rumah pasien dilakukan pada hari Kamis, 1 Agustus 2013. Ijin
kunjungan telah dilakukan kepada pasien dan keluarganya sebelum kunjungan
dilakukan. Kunjungan dilakukan ke rumah pasien yang berada di Jalan Gatot
Subroto VI gang Nuri VII/13 Denpasar. Namun saya tidak langsung menemukan
alamatnya, dan berkali-kali menelepon pasien. Akhirnya saya menemukan rumah
pasien. Saat berada di depan rumahnya, yang pertama menghampiri adalah ibu
mertua pasien dan bertanya mau mencari siapa dan darimana, setelah di jawab
mau mencari “ibu Gamayani, dari RSUP Sanglah” baru diberikan ijin masuk ke
rumah. Kepada ibu mertua pasien saya memperkenalkan diri lagi bahwa saya
adalah dokter muda dari bagian Psikiatri RSUP Sanglah yang sudah membuat
janji kunjungan dan menjelaskan tujuan dari kunjungan ke rumah pasien. Setelah
itu, saya dipersilahkan duduk sambil menunggu kedatangan pasien.
Saat kunjungan, pasien mengenakan baju tanpa lengan berwarna merah muda
bermotif boneka, celana pendek berwarna coklat muda. Rambut pasien diikat satu
dengan rapi. Pada saat kami bertemu, roman muka pasien tampak bersahabat.
Pada awalnya saya menanyakan tentang bagaimana keadaan pasien saat itu,
dan ia mengatakan “baik-baik saja”. Kemudian saya mengajak pasien mengobrol
tentang kegiatannya sehari-hari. Pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam
beraktivitas. Sehari-hari pasien membantu mertuannya untuk membuat jajan.
Pasien juga mampu untuk mengurus anak dan keluarganya dengan baik.
Kemudian pasien bercerita bahwa saat kemarin sebelum kunjungan, pasien
sempat kumat. Pasien mengeluhkan tidak bisa tidur malam harinya. Pasien
memikirkan tentang anak perempuannya yang masih kecil menangis sepulang dari
bermain dengan tetangganya. Pasien mengatakan merasa curiga bahwa anaknya
tidak diajak bergaul oleh anak sebaya tetangganya. Saat itu pasien merasa kesal
dan ingin marah. Setelah itu pasien tidak bisa tidur dan mengatakan meminum
obat yang berwarna putih, yang tidak sesuai dosis anjuran dokter. Setelah itu,
pasien mengatakan ingin sekali meminum obat diazepam, karena setelah minum
obat tersebut pasien merasa lebih tenang dn tidak merasa sulit tidur lagi. Pasien
mengatakan bahwa obat diazepam lebih baik dari obat yang diminum saat ini.

8
Saya mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan pasien, saya bertanya
mengenai riwayat napza dari pasien. Pasien bercerita tentang kebiasaannya
merokok. Pasien biasa merokok 1 bngkus sehari dan pernah mengeluhkan sesak.
Belum selesai membahas tentang kebiasaan merokok pasien, pasien kembali
mengatakan bahwa ia lebih ingin mendapatkan obat diazepam. Menurutnya,
dengan obat diazepam ia merasa sembuh dan kondisinya membaik, sedangkan
dengan obat yang diterima sekarang ia merasa tidak sembuh-sembuh dan masih
saja mengalami kesulitan dalam tidur.
Nafsu makan pasien dikatakan baik, pasien mengatakan ia makan 3 kali shari
dalam jumlah yang cukup.

Heteroanamnesa ( suami pasien)


Menurut informasi yang didapat dari suami pasien, sekitar tahun 2006 pasien
dikatakan mulai sering bengong dan menjadi lebih pendiam. Selain itu pasien
dikatakan menjadi lebih sering curiga dengan orang-orang disekitarnya, misalnya
saat ada orang yang sedang berkumpul, pasien selalu mengira bahwa orang-orang
tersebut sedang membicarakan dirinya dan pasien juga mengatakan sangat kesal
ketika mengira anaknya yang paling kecil pulang dalam keadaan menangis,
pasien selalu berpikir kalau anaknya tidak diajak bermain oleh anak tetangganya.
Sampai suatu saat, tiba-tiba pasien menuju ke dapur mengambil pisau dapur dan
menusuk dirinya sendiri. Sebelum menusuk dirinya dengan pisau dapur,
dikatakan bahwa pasien sempat meminum cairan pembersih piring. Saat itu
suami pasien tidak ada di rumah dan yang menemukan pasien pertama kali
adalah ibu mertuanya. Kemudian pasien dilarikan ke RSUD Wangaya, dan
akhirnya di rujuk ke RSUP Sanglah. Saat di rawat di RSUP Sanglah, pasien
meminta untuk pulang paksa sehingga hanya dilajutkan dengan rawat jalan.
Suami pasien tidak mengetahui mengapa pasien melakukan hal tersebut dan
mengatakan tidak ada masalah yang terjadi saat itu.
Sekitar 6 bulan kemudian, dikatakan bahwa pasien sering merasa
ketakutan karena selalu dicari-cari oleh orang besar. Bahkan saat itu melihat
mobil ambulans saja pasien sudah sangat ketakutan. Suatu hari, keluarga
mendapat kabar dari kantor polisi bahwa pasien sedang berada di kantor polisi

9
dan dikatakan akan di bawa ke RSJ Bangli. Akhirnya pasien diantar ke RSJ
Bangli oleh polisi. Di RSJ Bangli pasien dirawat selama 2 minggu pada bulan
Maret 2007 dan diperbolehkan pulang namun disarankan untuk rawat jalan di
RSUD Wangaya. Saat itu pasien merasa lebih baik sehingga pasien dikatakan
berhenti minum obat.
Antara tahun 2008-2009 pasien dikatakan kumat kembali dan saat itu
dikatakan yang paling parah oleh suaminya. Saat itu pasien dikatakan hanya
diam saja, tidak berbicara, tidak mau makan, minum, dan mandi. Yang
dilakukan pasien saat itu hanya tidur, bangun, meminta rokok dan kopi,
kemudian tidur lagi, dan begitu seterusnya. Kemudian pasien dibawa ke RSJ
Bangli oleh keluarganya, namun pasien ditolak di RSJ Bangli karena kondisi
pasien yang sangat lemas sehingga pasien di rujuk ke RSUP Sanglah. Di RSUP
Sanglah, pasien di rawat selama 2 minggu lebih dan setelah membaik, pasien
diperbolehkan pulang. Mulai saat itu pasien dikatakan rutin kontrol ke RSUP
Sanglah
Pada awal bulan Juni 2013, pasien dikatakan sempat kumat kembali,
namun tidak sampai parah. Saat itu pasien dikatakan merasa berdebar-debar
dan tidak nyaman. Pasien dikatakan menurunkan dosis obatnya sendiri dan
terkadang tidak meminum obatnya karena dikatakan dapat menyebabkan
ketergantungan, selain itu pasien juga merasa sudah lebih baik. Sehingga
dikatakan pada saat itu pasien hanya mendapat suntikan dan diperbolehkan
pulang. Suami pasien mengatakan bahwa saat ini istrinya sudah lebih baik
dibanding sebelumnya hanya saja istrinya masih sering membahas tentang obat
diazepam dan dikatakan kondisinya istrinya terkadang stabil dan terkadang
tidak. Suami pasien mengaku tidak berani terlalu memaksa pasien karena takut
istrinya kumat kembali.
Suami pasien mengatakan terkadang istrinya masih sering dicari oleh
orang besar namun istrinya tidak pernah bercerita lebih lanjut mengenai
permintaan untuk melarung ke laut. Tetapi suaminya mengaku memang
menancapkan 11 dupa di halaman rumah mereka apabila istrinya mengatakan
akan di cari oleh orang besar tersebut. Suaminya mengatakan bahwa itu
mungkin roh halus yang hubungannya dengan non medis.

10
Suami pasien tidak mengetahui masalah apa yang dipikirkan oleh
istrinya sehingga menjadi seperti ini. Istrinya dikatakan sangat jarang bercerita
pada dirinya. Ditambah lagi suaminya jarang berada di rumah karena harus
bekerja. Pasien dikatakan meminum obatnya sendiri karena tidak ada yang
mengawasi pasien meminum obat sehingga pasien sering tidak patuh minum
obat. Setiap hari pasien dikatakan rajin sembahyang dan tidak ada masalah saat
berpindah agama menjadi Hindu. Jika tidak kumat, pasien dikatakan sering
membuat kue untuk di jual. Hubungan pasien dengan keluarga dikatakan baik.
Selain bersama suami, pasien tinggal bersama kedua mertuanya serta 3 anak
mereka.

Lingkungan Keluarga
Saat ini pasien sudah berstatus menikah dan mempunyai 3 orang anak. Anak
yang pertama dan kedua adalah laki-laki dan anak yang terakhir adalah
perempuan yang baru berusia 3 tahun.
Suami pasien bekerja sebagai satpam di hotel NIKI, jam kerja suami pasien
sesuai jadwal. Jika kerja pagi suami pasien berangkat pukul 7 pagi, kerja malam
suami pasien berangkat jam 7 malam. Sedangkan pasien sendiri tidak bekerja
hanya membantu pekerjaan mertuanya membuat jajan untuk dijual. Pasien
memulai aktivitasnya pukul 6 pagi stelah bangun tidur. Sebelumnya pasien
melakukan bersih-bersih di rumah dulu, kemudian baru membantu pekerjaan
mertuanya.
Pasien mengatakan penghasilan mereka cukup untuk untuk kebutuhannya
sehari-hari. Hubungan pasien dan keluarganya saat ini baik, dukungn dari
keluarga dapat dilihat dari keluarga selalu mengingatkan pasien untuk meminum
obat secara teratur dan suami pasien mengantarkan pasien setiap kali kontrol ke
RSUP Sanglah.
Pasien kelahian tahun 1977, sebagai anak ke-3 dari 3 bersaudara dengan anak
pertama berjenis kelamin perempuan dan anak kedua berjenis kelamin laki-laki.
Pasien lahir cukup bulan dengan persalinan normal/pervaginam. Orangtua pasien
dikatakan memberi kasih sayang serta mendidik pasien dengan baik dan adil tanpa
mebeda-bedakan anaknya. Pasien mengatakan bahwa ayahnya telah lama

11
meninggal saat dirinya masih kecil sehingga pasien hanya tinggal dengan ibunya
dan saudara-saudaranya.
Di lingkungan keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang
memiliki gangguan tidur seperti pasien. Namun, nenek pasien dikatakan pernah
mengalami gangguan jiwa. Sebelum sakit pasien merupakan orang yang periang
dan mampu bergaul dengan baik dengan sosialnya. Semenjak kecil pasien suka
bergaul dengan teman-temannya. Namun bila mempunyai masalah, pasien
mengatakan bahwa dirinya lebih sering memendamnya sendiri. Hanya terkadang
saja pasien menceritakan masalahnya kepada teman ataupun suaminya, selebihnya
pasien mengatakan bahwa dirinya lebih sering memendamnya sendiri kemudian
akan mengumpat-ngumpat dengan kata-kata kasar saat sedang sendiri.

Lingkungan Sosial
Saat melukan kunjungan di lingkungan tempat tinggal pasien, lingkungan
sekitar tampak cukup ramai. Pasien saat ini sudah berani untuk berkumpul dan
bergaul kembali dengan tetanganya.
Sebelum sakit, tetangga pasien mengatakan bahwa pasien merupakan orang
yang ramah dan sering menyapa tetangganya. Pasien juga dikatakan sering
mengobrol dengan tetangga sepulangnya dari pasar, namun sejak pasien sakit
pasien menjadi lebih sering mengurung diri dikamar, pasien hanya berdiam diri
dikamar bahkan hampir tidak pernah menyapa tetangga terdekat. Namun saat ini
rutin sudah berobat ke Rumah Sakit Sanglah dan rajin kontrol. Pasien tampak
lebih baik, pasien menjadi ceria kembali, interaksi dengan tetanggapun kembali
terjalin harmonis, pasien sudah tidak enggan lagi untuk pergi keluar rumah dan
beraktifitas normal.

Lingkungan rumah
Pasien tinggal di sebuah rumah di Jalan Gatot Subroto VI gang Nuri VII/13
Denpasar. Rumah pasien merupakan rumah tingkat. Pasien menempati rumah
yang bawah bersama keluarganya, sedangkan di tingkat dua ditempati oleh
mertuanya. Daerah tempat tinggal pasien merupakan tempat tinggal yang cukup
padat penduduk. Di halaman rumah pasien, cukup banyak ada tanaman-tanaman

12
hias yang tertata dengan rapi. Halaman rumah pasien juga bersih. Dinding rumah
pasien di cat warna merah muda. Cahaya dan ventilasi cukup. Pasien mengatakan
bahwa sumber listrik rumahnya berasal dari PLN, sedangkan sumber air berasal
dari PDAM, sedangkan untuk kegiatan memasak dan minum pasien menggunakn
sumbr air dari air mineral kemasan gallon.

KESIMPULAN

 Perkembangan penderita secara umum baik karena pasien rutin kontrol


ke Poli Jiwa RSUP Sanglah setiap 1 bulan.
 Keluarga pasien sangat mendukung kesembuhan pasien yang dapat
dilihat untuk pemulihan pasien.
 Pasien mengatakan dirinya adalah seorang yang periang Pasien
cenderung enggan bercerita tentang masalahnya pada teman atau suaminya
dan lebih memilih untuk memendamnya seorang diri, namun sosialisasi
dengan lingkungan sekitar rumah cukup baik.

SARAN-SARAN
1. Tetap rutin kontrol ke Poliklinik Jiwa untuk memperoleh pengobatan yang
berkelanjutan dan dapat dipantau perkembangan selanjutnya
2. Keluarga tetap harus memberikan semangat dan dukungan dengan sabar untuk
membantu proses penyembuhan pasien.
3. Sebaiknya pasien lebih terbuka mengungkapkan apapun yang menjadi beban
pikirannya agar tidak hanya dipendam sendiri, untuk itu diperlukan dukungan
keluarga yang maksimal.
4. Pasien dan keluarga juga hendaknya tidak lupa berdoa kepada Tuhan Yang
Maha Esa untuk memohon kesembuhan.

13
LAMPIRAN

LAMPIRAN I
SILSILAH KELUARGA

1 2 3 4

14
5 6 7 8 9 1 1
0 1

13 1
12
4
Keterangan:
= laki-laki
= perempuan

= meninggal

= gangguan jiwa

1 = kakek dari ayah pasien


2 = nenek dari ayah pasien
3 = kakek pasien
4 = nenek pasien
5 = saudara perempuan dari ayah pasien
6 = saudara perempuan dari ayah pasien
7 = ayah pasien
8 = saudara laki-laki dari ayah pasien
9 = ibu pasien
10 = saudara perempuan dari ibu pasien
11 = saudara perempuan dari ibu pasien
12 = saudara perempuan dari pasien
13 = saudara laki-laki dari pasien
14 = pasien
Dapur
LAMPIRAN II

Teras
Denah Rumah Penderita
Samping

Kamar Mandi
Ruang Tidur 15
LAMPIRAN III

Dokumentasi

16
DAFTAR PUSTAKA

1. dr. Maslim, Rusdi SpKJ. Buku Saku Diagnosis Gangguam Jiwa Rujukan
Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: PT. Nuh Jaya 2001.

17
2. dr. Maslim, Rusdi SpKJ. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Nuh Jaya 2007.

18

Anda mungkin juga menyukai