Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Percobaan
Dari percobaan spektrofotometri sulfat yang telah dilakukan pada tanggal 13 Maret
2018 didapatkan hasil sebagai berikut:
No. Konsentrasi Absorbansi (A) % Transmitan (% T)
1. 23 ppm 0,678 21,0
2. 30 ppm 0,768 18,2
3. 37 ppm 0,892 19,2
4. 44 ppm 1,098 6,9
5. 50 ppm 1,215 6,0
Tabel 4.1 Hasil pengujian larutan Baku KNO3

No. Sampel Absorbansi (A) % Transmitan (% T)


1. Air Sumur Jambangan 0,013 99,6
2. Air danau Statistika 0,394 40,4
3. Sampel “X” 0,401 39,7
Tabel 4.2 Hasil pengujian pada sampel
4.2 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan absorbansi dan konsentrasi SO42- pada
sampel dengan menggunakan metode analisa spektrofotometri dan cara menghitung kadar
SO42- pada suatu sampel dengan metode spektrofotometri lalu membandingkannya dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor ; 416/MENKES/PER/IX/1990.
Metodologi percobaan dari spektrofotometri yaitu membuat larutan standar NaSO4
dengan konsentrasi 23 ppm, 30 ppm, 37 ppm, 44 ppm, dan juga 50 ppm. Dengan cara
membuat larutan baku standar dengan konsentrasi 100 ppm lalu mengencerkannya menjadi
23 ppm, 30 ppm, 37 ppm, 44 ppm, dan juga 50 ppm. Cara membuat larutan standar 1000ppm
yaitu dengan cara menimbang FeSO4 sebanyak 1 gram lalu mengencerkannya dalam labu
ukur 1000 ml. Selanjutnya yaitu membuat larutan reagen. Larutan reagen yang digunakan
yaitu larutan A, yang terdiri dari 3cc HCl pekat, 30cc aquadest, 10cc etanol, 3,75 gram NaCl,
dan 5cc gliserol.
Reagen merupakan zat yang digunakan dalam suatu reaksi kimia sebagai larutan
pereaksi dan menyelenggarakan terjadinya reaksi kimia. Kegunaan reagen juga untuk
menciptakan suatu reaksi kimia karena tanpa suatu reaktan tidak akan ada reaksi yang

IV-1
IV - 2
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
dihasilkan. Reagen juga dimaksudkan untuk kegunaan pengujian serta menganalisis suatu
bahan kimia (Basri dan Sarjoni, 2005).
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan
absorpsi cahaya pada panjang gelobang tertentu melalui suatu larutan yang mengandung
kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya. Proses ini disebu “absorpsi
spektrofotometri”, dan jika panjang gelombang yang digunakan adalah gelombang cahaya
tampak, maka disebut sebagai “kolorimetri” karena memberikan warna. Selain gelombang
cahaya tampak, spektrofotometri juga menggunakan panjang gelombang pada gelombang
ulraviolet dan infra merah. Prinsip kerja dari metode ini adalah jumlah cahaya yang
diabsorpsi oleh larutan sebanding dengan konsentrasi kontaminan dalam larutan (Lestari,
2010).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmtan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang
gelombang tertentu tergantung pada senyawaan atau warna terbentuk. Secara garis besar
spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu sumber cahaya, monokromator, kuvet,
dan detektor (Cairns, 2009)
Pengenceran larutan pada saat percobaan dilakukan agar mengurangi kepekatan dan
untuk mengetahui nilai absorbansi dari larutan. Pembersihan kuvet dilakukan agar tidak
mengurangi transmisi cahaya nilai absorbansinya menjadi akurat. Sidik jari, lemak atau
pengendapan zat kotor pada dinding sel akan mengurangi transmisi. Jadi sel-sel itu harus
bersih sekali sebelum dipakai (Skoog dan West, 1971).
Larutan blanko digunakan sebagai kontrol dalam suatu percobaan sebagai nilai 100%
transmitan. Kurva standar merupakan standar dari sampel tertentu yang dapat digunakan
sebagai pedoman ataupun acuan untuk sampel tersebut pada percobaan. Pembuatan kurva
standar bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan dengan nilai
absorbansinya sehingga konsentrasi sampel dapat diketahui. Terdapat dua metode untuk
membuat kurva standar yakni dengan metode grafik dan metode least square
(Underwood,1999).
Pada pengukuran blanko ini nilai absorbansi yang diperoleh harus 0 (nol) pada
spektrofotometer karena yang diukur adalah serapan larutan sampel dan larutan standar.
Metode spektrofotometri memerlukan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya.
Larutan standar terdiri dari beberapa tingkat konsentrasi mulai yang rendah sampai
konsentrasi tinggi (Khopkar 1990).

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
IV - 3
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Larutan standar dibuat dengan tujuan agar dapat membuat kurva standar atau kurva
kalibrasi.

Kurva Standart
1.4

1.2

1 y = 0.0206x + 0.1714
Absorbansi (A

R² = 0.9808
0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi Larutan Baku (ppm)

Grafik 4.1 Kurva standar


Berdasarkan grafik diatas, digunakan larutan baku dengan konsentrasi 23 ppm, 30
ppm, 37 ppm, 44 ppm, dan juga 50 ppm. Nilai absorbansi pada konsentrasi 23 ppm adalah
sebesar 0,678 A, pada konsenstrasi 30 ppm sebesar 0,768 , pada konsentrasi 37 ppm sebesar
0,892 ppm, pada konsentrasi 44 ppm sebesar 1,098 dan pada konsentrasi 50 ppm sebesar
1,215 . Data percobaan diatas sesuai dengan Hukum Lambert-Beer atau Bouguer-Beer yang
berarti semakin tinggi konsentrasi larutan baku maka semakin tinggi pula nilai
absorbansinya. Dari data diatas juga memiliki nilai R2 = 0,9808, hal ini sesuai dengan nilai
maksimal faktor kesalahan yang seharusnya 0,02 dan didapatkan faktor kesalahan maksimal
yaitu 1-0,02= 0,98. Konsentrasi yang didapatkan yaitu pada persamaan y=mx + c, nilai m
disini yaitu 0,0206.
Pada pembuatan kurva standar, garis X didapatkan dari konsentrasi laruan
standar/baku, dan garis Y didapatkan dari nilai absorbansi larutan standar. Hubungan antara
X dan Y ini membentuk garis liniear dalam grafik yang menunjukkan bahwa absrobansi
adalah fungsi dari konsentrasi. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi,
semakin tinggi pula nilai absorbansinya.
Berdasarkan hasil pratikum digunakan berbagai macam sampel diantaranya Air
Sumur Jambangan, Air danau Statistika, dan sampel x. Nilai absorbansi yang didapatkan
pada sampel Air Sumur Jambangan adalah sebesar 0,013 , pada Air danau Statistika sebesar
0,394. Hal ini menunjukkan bahwa Sampel danau Statistika nilai absorbansi yang paling

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
IV - 4
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
besar dibanding semua sampel yang digunakan yaitu 0,394 . Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor ; 416/MENKES/PER/IX/1990 baku mutu kadar sulfat
pada air bersih adalah sebanyak 250 ppm sedangkan menurut hasil analisa kami absorbansi
tertinggi ada pada sampel danau Statistika yaitu sebesar 0,394 sehingga didapatkan
konsentrasi sebesar 2 ppm. Hasil ini sesuai jika di tinjau dari kadar sulfat yang di bawa 250
ppm.

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018

Anda mungkin juga menyukai