Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

NON SPECIFIC LOW BACK PAIN

Oleh:

Difa Pradana Putra

030.12.080

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KERJA

PERIODE 23 JULI - 24 AGUSTUS 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA
PENDAHULUAN

Dalam beberapa tahun, low back pain menjadi penyebab utama kehilangan
pekerjaan dan menjadi indikasi utama rehabilitasi medis. Low back pain adalah masalah
umum dalam pekerjaan dan pekerja diperkirakan pernah mengalami masalah ini dalam
kehidupannya. Penyakit musculoskeletal merupakan urutan kedua setelah gangguan mental
sebagai penyebab pensiun dini akibat kehilangan kemampuan bekerja. Pada tahun 2010,
26% orang dengan asuransi medis di Jerman membutuhkan bantuan medis sedikitnya satu
kali akibat low back pain. Di Amerika, 14% dari jumlah seluruh pasien yang baru berobat
ke rumah sakit merupakan pasien dengan keluhan low back pain yaitu sekitar 13 juta
penduduk Amerika. Suatu studi di Amerika juga menghubungkan lama waktu kerja dengan
kecelakaan kerja dan penyakit, termasuk low back pain.1

Discogenic low back pain adalah nyeri pada punggung bawah yang disebabkan oleh
kelainan pada struktur diskus intervertebra. Merupakan jenis paling umum dari low back
pain kronis. Penelitian terbaru menggolongkan peyakit ini menjadi dua jenis annular
disruption induced – low back pain dan internal endplate disruption induced- low back
pain. Pilihan pengobatan untuk penyakit ini bervariasi mulai dari obat anti inflmasi, sampai
prosedur invasif / operatif.2
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Low back pain adalah nyeri di daerah lumbosakral antara vertebra lumbalis pertama
sampai vertebra sakralis pertama. Bagian yang paling sering mengalami nyeri punggung
bawah adalah di segmen lumbal 4 dan 5 dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah
tungkai dan kaki.3

Discogenic low back pain adalah nyeri pada punggung bawah yang disebabkan oleh
kelainan pada struktur diskus intervertebral.2

ETIOLOGI

Discogenic low back pain biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus
yang merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu
protrusio atau prolaps dari nukleus pulposus dan keduanya dapat menyebabkan kompresi
pada radiks. Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali
pada daerah torakal. Nukleus terdiri dari megamolekul proteoglikan yang dapat menyerap
air sampai sekitar 250% dari beratnya. Sampai dekade ke tiga, gel dari nukleus pulposus
hanya mengandung 90% air, dan akan menyusut terus sampai dekade ke empat menjadi
kira-kira 65%. Nutrisi dari anulus fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan
molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya bagian luar dari anulus yang
menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada trauma yang berulang menyebabkan
robekan serat-serat anulus baik secara melingkar maupun radial. Beberapa robekan anular
dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yang menyebabkan berkurangnya nutrisi dan
hidrasi nukleus. Perpaduan robekan secara melingkar dan radial menyebabkan massa
nukleus berpindah keluar dari anulus lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan iritasi
ataupun kompresi akar saraf.2,4
EPIDEMIOLOGI

26% orang dengan asuransi medis di Jerman membutuhkan bantuan medis


sedikitnya satu kali akibat low back pain. Di Amerika, 14% dari jumlah seluruh pasien
yang baru berobat ke rumah sakit merupakan pasien dengan keluhan low back pain yaitu
sekitar 13 juta penduduk Amerika, dan pasien yang lepas rawat dari rumah sakit 3% nya
mengalami low back pain. Dana yang dikerahkan oleh pemerintah Amerika untuk
menangani low back pain melebihi 100 triliun dolar setiap tahun.2,3

PATOFISIOLOGI

Diskus vertebra mempunyai kandungan proteoglycans dan air, pada proses


degeneratif, kadar proteoglycans dan air berkurang dan juga terjadi penumpukan dari
mediator inflamasi seperti IL-1 dan TNF-α sehingga diskus lebih kaku dan annulus fibrosus
lebih mudah robek. Saat annulus robek maka nucleus yang terdapat didalam akan keluar
dan menekan radiks – radiks dan serabut saraf, sehingga menimbulkan nyeri neurogenik.
Nyeri neurogenik adalah nyeri akibat iritasi langsung terhadap serabut saraf sensorik
perifer. Nyeri neurogenik memiliki dua ciri khas, yakni nyerinya menjalar sepanjang
kawasan distal saraf yang bersangkutan, dan penjalaran nyeri itu berpangkal pada bagian
saraf yang mengalami iritasi. Nyeri neurogenik dapat berupa nyeri radikular atau nyeri
neuritik. Segala sesuatu yang merangsang serabut sensorik di tingkat radiks (radiks
posterior) dapat menimbulkan nyeri radikular, yakni nyeri yang terasa berpangkal pada
tingkat tulang belakang tertentu dan menjalar sepanjang kawasan dermatomal radiks
posterior yang bersangkutan. Pada lesi iritatif radiks posterior tingkat servikal, nyeri
radikular dapat dirasakan sepanjang lengan, sedangkan pada tingkat lumbosakral, nyeri
radikular dapat dirasakan sepanjang tungkai. Apabila nyeri radikular tersebut disebakan
oleh perubahan pada diskus dan sekitarnya, nyeri disebut sebagai nyeri diskogenik. Salah
satu penyebab nyeri diskogenik ini adalah Hernia Nukleus Pulposus. Jika penekanan radiks
posterior sudah menimbulkan pembengkakan atau kerusakan struktural yang lebih berat,
dapat terjadi anastesia radikular, dimana sensasi nyeri hilang walau pun kompresi radiks
masih ada.4
MANIFESTASI KLINIS

Nyeri di area punggung bawah, biasanya menjalar sesuai dermatom-nya ke tungkai


bawah, meningkat pada berjalan, membungkuk, duduk terlalu lama (menyetir), serta
aktivitas mendadak dan berat. Kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan di dalam
ruang intraspinal seperti batuk, bersin, dan mengejan, memprovokasi terasanya nyeri. Pada
keadaan yang lebih berat akan menimbulkan hilang atau berkurangya sensasi pada
punggung bawah sampai ke kaki.4

DIAGNOSIS

Secara klinis untuk mendiagnosa discogenic low back pain dapat dipertimbangkan
dari gejala – gejala nyeri punggung bawah pada umumnya yang dirasakan oleh pasien.
Untuk memastikan kelainan diskus intervertebra dapat digunakan discography dan CT-
scan.2

TATALAKSANA

Terapi pada discogenic low back pain terbagi menjadi terapi konvensional dengan
dan terapi operatif. Terapi farmakologis biasanya menggunakan obat analgesik, anti-
inflamasi dan musclerelaxant. Selain itu juga menurut meta Analisa penggunaan obat
golongan opioid dapat meningkatkan fungsi sekaligus meredakan nyeri untuk pasien
dengan low back pain kronis. Terapi fisik juga merupakan pilihan yang dapat diberikan
pada pasien. Latihan dengan metode McKenzie merupakan yang paling popular dan dinilai
lebih efektif untuk pasien dengan low back pain kronis.2

Jika terapi konservatif tidak memberikan perbaikan kondisi, dapat dilakukan injeksi
epidural. Pengobatan injeksi dengan kortikosteroid ini menunjukan hasil yang cukup baik
dan dapat memberikan efek anestesi local yang reversible. Terapi penggantian dengan
diskus artifisial merupakan terapi yang paling direkomendasikan saat ini, tetapi sampai
sekarang hanya sedikit laporan studi pada terapi dengan metode ini. Akhir – akhir ini
peneliti sedang mengembankan srategi baru untuk menangani low back pain dengan tujuan
memperbaiki dan meregenerasi struktur diskus yang rusak secara biologis. Namun masih
belum jelas apakah metode injeksi dengan stem sel mesenkim ini dapat memperbaiki diskus
dan menghilangkan nyeri masih diteliti.2

KESIMPULAN

Discogenic low back pain merupakan kasus tersering dari low back pain kronis,
dimana terdapat kelainan pada struktur dari diskus intervertebralis. Untuk menegakkan
diagnose penyakit ini membutuhkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai gejala yang
ada, dan dapat dipastikan dengan pemerikasaan discography dan CT-scan. Pengobatan
pada penyakit ini dapat dibagi menjadi pengobatan konservatif dan operatif. Konservatif
dengan obat-obatan seperti analgesik, anti inflamasi non steroid, kortikosteroid, muscle
relaxant, dan golongan opioid., dan didukung oleh terapi fisik dan latihan. Untuk tindakan
invasf / operatif dapat diberikan terapi injeksi epidural, pemasangan diskus artifisial, dan
yang terbaru dan masih diteliti sampai sekarang adalah penggunaan stem sel mesenkim
untuk memperbaiki struktur diskus dan meredakan nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cenot J F et al. Non – Specific Low Back Pain. Deutsches Ärzteblatt International |
Dtsch Arztebl Int 2017; 114: 883–90.
2. Peng B G. Pathophisiology, Diagnosis, and Treatment of Discogenic Low Back
Pain. World Journal of Orthopedics. 2013; 4(2): 42-52.
3. Yang H. , Haldeman S. , Lu M. L. , Baker D. Low Back Pain Prevalence and Related
Workplace Psychosocial Risk Factors: A Study Using Data From the 2010 National Health
Interview Survey. J Manipulative Physiol Ther. 2016 September ; 39(7): 459–472.
4. Baron R. , Binder A. , Attal N. , Casale R. , Dickenson A. H. , Treede R.D.
Neuropathic Low Back Pain in Clinical Practice. European Journal of
Pain.2016;861-873.

Anda mungkin juga menyukai