Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN MAKANAN TERPADU PADA LANSIA

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lansia sering dianggap sebagai orang tua yang telah tidak produktif karena suatu alasan
seperti kesehatan yang tidak mendukung ataupun tidak lagi bekerja karena telah
dipensiunkan sehingga apabila terdapat penduduk yg berusia 60 tahun ke atas namun
masih bekerja maka belum dapat dikategorikan sebagai lansia karena masih tergolong
penduduk yang produktif. Manusia yg telah berusia lansia identik dengan penurunan
intensitas kegiatan sehari-hari akibat keterbatasan fungsi fisik yang telah mengalami
penurunan apabila dibandingkan dengan kualitas fisik diusia muda. Hal tersebut dapat
ditemukan berbagai jenis penyakit yg rentan terkena pada penduduk yg telah berusia
lansia seperti penurunan fungsi penglihatan, osteoprosis, menurunannya ketajaman
pendengaran, berkurangnya kemampuan ingatan, dan nyeri sendi. Salah satu hal yg sering
diperhatikan bahwa para lansia sangatlah rentan terhadap beberapa penyakit tersebut
adalah gizi. Makanan sering menjadi kendala bagi para lansia dalam menunjang asupan
gizi bagi mereka karena beberapa bagian organ yg digunakan dalam sistem pencernaan
tidak berfungsi secara maksimal saat mencerna makanan. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan timbulnya rasa sakit seperti dibagian lambung apabila para lansia sembarang
memilih makanan. Tujuan dari mini proyek ini adalah memberikan penyuluhan dan
strategi dalam pemberian asupan gizi bagi para lansia juga mempertambah pengetahuan
lansia tentang gizi, meningkatnya angka harapan hidup lansia, lansia yang aktif dan
produktif. Metode yg digunakan dalam kegiatan ini adalah melalui penyuluhan dan
Followup-kontrol. Observasi kunjungan menunjukkan bahwa sebagian besar peserta
kegiatan banyak menderita sindrom metabolik dan gangguan tulang dan sendi. Adapun
pola kegiatan terkontrol yg selama ini di lakukan diantaranya adalah cek kesehatan secara
teratur dan senam lansia yg rutin setiap 1 minggu sekali. Walaupun demikan masih ada
beberapa kekurangan diantaranya seperti pengatahuan tentang gizi yang minim, dana
yang minim, dan obat-obatan yg terbatas.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Nutrisi Lansia

Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yg diberikan dengan baik dapat membantu dalam
proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya
selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat
memperpanjang usia.

Beberapa tujuan pada gizi lansia


- Menjadikan lansia yang dapat terpenuhi akan kebutuhan gizinya
- Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan psikologis lanjut usia secara
memadai serta teratasinya masalah-masalah akibat usia lanjut
- Terlindungnya lanjut usia dari perlakuan yg salah
- Terlaksananya kegiatan-kegiatan yg bermakna bagi lansia

Jenis-jenis sumber gizi


- Karbohidrat
Merupakan sumber energi utama bagi tubuh dan akan di proses didalam tubuh yang
akan berfungsi sebagai cadangan energi tubuh kita untuk beraktifitas
Contoh: nasi, roti, kentang, sagu, sereal, pasta dan singkong
- Protein
Sangat penting bagi tubuh, yaitu sebagai pertumbuhan dan perkembangan setiap
seldalam tubuh dan juga untuk menjaga kekebalan tubuh
Contoh: daging, putih telur, ikan,
- Vitamin dan mineral
Vitamin Merupakan fungsi vital dalam metabolisme tubuh, yang tidak dapat
dihasilkan oleh tubuh, sedangkan mineral sendiri merupakan unsur pelengkap yg
membantu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan di dalam tubuh
Contoh: sayur-sayuran, buah-buahan, air mineral dll

2.2. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia

- Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi


- Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap rasa
- Esofagus mengalami pelabaran
- Rasa lapar menurun, produksi asam lambung menurun
- Gerakan usus atau gerak peristaltik lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi
- Penyeran makanan di usus menurun

3
2.3. Masalah gizi pada lansia

2.3.1. Gizi Berlebih


Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.
Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih. Apalagi
pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktifitas fisik.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit
jantung, diabetes melitus, dan hipertensi.

2.3.2. Gizi kurang


Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah yg dibutuhkan menyebabkan
berat badan kurangdari normal. Apabila hal ini dertai dengan kekurangan protein
menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yg tidak dapat diperbaiki,akibatnya rambut
rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan mudah terkena infeksi.

2.3.3. Kekurangan Vitamin


Bila konsumsi buah dan sayur dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibat nafsu makan berkurang hal ini dapat
menyebabkan penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak
bersemangat.

2.4. Perencanan makanan untuk lansia

1) Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka raga, yang terdiri
zat energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur
2) Perlu di perhatikan porsi makan, jangan terlalu kenyang, porsi makan hendaknya
diatur meratadalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi kecil.
3) Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisah-sisah makanan, dan menghindari makanan-makanan yang terlalu
asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah
tinggi.
4) Batasi makanan yang manis-manis, minyak dan makanan yg berlemak seperti santan
dan mentega dll
5) Batasi minum kopi atau teh
6) Makanan mengandung zat besi seperti kacang-kacang, hati, telur, daging rendah
lemak, dan sayur-sayuran
7) Lebih dianjurakan makan yg di olah dengan di kukus, di rebus, atau di panggang

4
2.5. Pemenuhan Nutrisi Untuk Lansia

Lansia berisiko tinggi mengalami masalah nutrisi. Hal ini cukup beralasan sehingga
prevelansi yg tinggi mengenai masalah nutrisi pada lansia ini telah menjadi soroton dalam
sejumlah survei (DHSS 1997, Coates 1985, Lehman 1889) karena terdapat fakta bahwa
sebagian besar lansia di komunitas mengalami masalh nutrisi.
- Gizi tepat untuk lansia
- Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi
memang lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan
protein sebesar 1gr/kgBB, kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup
(sekitar 50%), kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda. Atau
dengan cara praktis melihat di DKGA.
- Menu yang di sajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang yakni
mengandung sumber zat energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.
Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan empat sehat lima sempurna
- Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi dan tekstur
atau bentuk makanan harus disesuaikan, sebagai contoh: gangguan pada gigi, maka
bentuk makanan nya harus lunak, misalnya nasi ditim, lauk pauk dicincang, dan
daging-dagingan yg dicincang
- Makanan yang kurang baik nagi lansia adalah makanan berlemak tinggi seperti
jerohan (usus, hati, ampela, otak dll), lemak hewani, kulit hewan, goreng-gorengan,
santan. Karena seperti prinsip yg disebutkan tadibahwa kebutuhan lemak lansia
berkurang dan pada lansia mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini
bukan berarti lansia tidak boleh mengonsumsi lemak. Lansia harus menkonsumsi
lemak namun dengan catatan sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh misalnya
menu hari ini lauk nya sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yg tidak
bersantan seperti sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya
bersantan maka lauknya dipanggang, dikukus atau dibakar.
- Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari maknan
yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan yang
mengandung garam natrium yang tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging kambing,
jerohan, atau makanan yang banyak mengandung garam dapurmisalnya ikan asin,
telur asin, dan ikan pindang. Mengapa lansia harus menghindari makananan yang
mengandung garam natrium yang tinggi? Hal ini dikarenakan pada lansi mudah
mengalami hipertensi. Hal ini, seperti yg dijelaskan tadi bahwa elastisitas pembuluh
darahtelah menurun dan terjadi penebalan didinding Pembuluh darah yang
mengakibatkan mudahnya terkena hipertensi. Selain itu indera pengecap pada lansia
mulai berkurang, terutama untuk rasa asin, sehingga rasa asin yg cukuppun terasa
masih kurang bagi mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan
meningkatkan tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan kepada
lansia bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena bila
dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yg belum lansia akan terasa asin sekali.
- Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan buah banyak
mengandung vitamin, mineral, dan serat. Lansia sering mengeluhkan tentang

5
konstipasi/susah buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yg bisa dimakan
dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan
buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan.
- Selain konsumsi sayur dan buah, lansia harus banyak minum air putih. Kebutuhan air
yakni 1500-2000ml atau 6-8gelas/hari. Air ini sangat besar artinya karena air
menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti
kencing batuh, batu ginjal, dan lain-lain. Air juga sebgai pelumas bagi fungsi tulang
dan engselnya, bila jadi tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan
kelenturan tulang juga berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena
untuk penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.

2.6. Diet Khusus

2.6.1. Diet Hipertensi

Dibatasi - Pemakaian garam dapur


- Penggunaan bahan makan yang mengandung natrium seperti
soda kue

Dihindari - Otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing


- Makanan yg diolah menggunakan garam natrium
Seperti: crackers, krupuk, kripik dan makanan kering yg asin
- Makanan dan minuman dalam kaleng
Seperti: sarden, sosis dll
- Makanan yg diawetkan: dendeng, abon, ikan asin, udang
kering,telur asin dll
- Mentega dan keju
- Bumbu-bumbu: kecap asin, terasi, garam, saus, dan bumbu
penyedap
- Makanan yg mengandung alkohol
Misalnya: durian dan tape

6
2.6.2. Diet DM

Dibatasi - Beras
- Pemakaian garam dapur
- Penggunaan bahan makan yang mengandung natrium seperti
soda kue

Dihindari - Gula pasir/ gula jawa


- Sirup, selai, jeli, manisan buah-buah, susu kental manis dll
- Kue manis, dodol, bolu
- Abon, dendeng, sarden
- Otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing
- Makanan yg diolah menggunakan garam natrium
Seperti: crackers, krupuk, kripik dan makanan kering yg asin
- Makanan dan minuman dalam kaleng
Seperti: sarden, sosis dll
- Makanan yg diawetkan: dendeng, abon, ikan asin, udang
kering,telur asin dll
- Mentega dan keju
- Bumbu-bumbu: kecap asin, terasi, garam, saus, dan bumbu
penyedap
- Makanan yg mengandung alkohol
Misalnya: durian dan tape

2.6.3. Diet dislipidemia

Dibatasi / Dihandari - Kue-kue, cake, biskuit, pastries, gula


- Udang, bebek, kuning telur, otak , limfa, ginjal, hati, sosis,
nanat, usus, cumi, sarden kaleng
- Durian
- Margarin atau mentega
- Daging seperi: sapi, kambing, babi, anjing
- Minuman yg mengandung alkohol

7
2.6.4. Diet Gout

Dibatasi - Daging, ikan, kerang


- Kacang-kacangan
- Bunga kol, bayam, jamur

Dihindari - Hati, ginjal, jantung, limfa, paru, otak, sarden, kaldu daging
dan ragi

8
BAB III

METODE PENDEKATAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Metode

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah ceramah


singkat/penyuluhan, diskusi dan skor kartu kendali (kontrol)

3.1.2. Alat dan bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini diantaranya adalah
materi penyuluhan yakni cara hidup sehat dan gizi bagi lansia, LCD proyektor, laptop
dan alat tulit

3.1.3. Lokasi kegiatan


Lokasi kegiatan ini berada di desa lauran, adapun pustu yg dijadikan sasaran kegiatan
adalah pustu lauran

3.1.4. Tahapan kegiatan


Tahapan kegiatan ini meliputi koordinasi awal dengan pihak kepala pustu, tahap
persiapan (observasi lansia), penyuluhan, praktek hidup sehat, monitoring, dan evaluasi
mingguan.

3.1.5. Evaluasi kegiatan


Evaluasi kegiatan dilakukan untuk menilai efektifitas dari kegiatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan, menilai skor
kartu kendali serta tanya jawab terhadap lansia.

3.2. Pembahasan

3.2.1. Permasalahan kesehatan di masyarakat


Observasi kunjungan dalam pengobatan lansia menunjukkan bahwa sebagian besar
peserta kegiatan banyak menderita sindrom metabolik dan gangguan tulang dan sendi.
Adapun pola kegiatan terkontrol yg selama ini di lakukan diantaranya adalah cek
kesehatan secara teratur dan senam lansia yg rutin setiap 1 minggu sekali. Walaupun
demikan masih ada beberapa kekurangan diantaranya seperti pengatahuan tentang gizi
yang minim, kurangnya edukasi terhadap lansia, tidak efektif dalam konsumsi obat-
obatan, dana yang minim, dan obat-obatan yg terbatas.

9
3.2.2. Uraian masalah
Dalam memahami masalah ini, berdasarkan hasil observasi beberapa kali, masalah
terkait dengan pola makanan dan jenis makanan menjadi fokus perhatian. Fokus terhadap
hal ini menjadi dasar untuk membantu perbaikan penyebab masalah dan meningkatkan
kualitas hidup lansia. Dan hal ini menjadi sangat penting disamping mengkonsumsi obat-
obatan terkait.
Dalam meningkatkan pelayanan kesehatan lansia maka perlu dilakukan skrining
melalui skor kartu kendali dalam tiap minggunya, pengobatan yang tepat, dan edukasi

3.2.3. Perencanaan Metode Pendekatan


Adapun metode pendekatan yg digunakan dalam nini proyek ini yaitu dengan
pengobatan rutin mingguan dengan tolak ukur kartu skor kendali lansia.
1. Dokter sejak awal kunjungan (pengobatan lansia) sudah melakukan observasi lansia
dan memberikan pengobatan serta edukasi terutama masalah diet tiap pasien lansia.
2. Observasi mingguan oleh dokter
3. Penyuluhan dan diskusi
4. Memberikan bimbingan kepada perawat dan bidan mengenai kartu kontrol kendali
dalam menilai observasi lansia
5. Observasi kartu kontrol kendali dan edukasi selanjutnya dilakukan oleh perawat dan
bidan pustu lauran.

Point ke 1 dan 2 (pre-acara), point ke 3 dan 4 (acara), point ke 5 (post-acara)

10
Tabel kontrol

Hari/tanggal IMT TD GDS Chol AU Nilai/keterangan

IMT TD GDS Chol AU


IMT= <120/80mmHg <200mmHg= <200mmHg= Perempuan
BB÷(TBxTB) =Normal Normal normal <8mg/dl=normal
120-139mmHg= Laki-laki
<18.5=Underweight prehipertensi <8.5mg/dl=normal
18.5-22.9= Ideal 140-159mmHg=
23-24.9= stage 1
Ideal/Warning >160mmHg=
25-29.9= memasuki stage 2
batas obesitasi
>30= Obesitas

3.2.4. Hasil kegiatan

11

Anda mungkin juga menyukai