Anda di halaman 1dari 6

ANASTESI

A Pengertian Anestesi

Anestesi berasal dari bahasa Yunani “an” yang berarti “ tidak, tanpa” dan aesthētos, "persepsi,
kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah
anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.

Anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis. Dokter spesialis anestesiologi
selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital pasien karena sewaktu-waktu dapat terjadi
perubahan yang memerlukan penanganan secepatnya.

Lima rangkaian kegiatan yang merupakan kegiatan sehari-hari dokter anestesi adalah:

1) Mempertahankan jalan napas

2) Memberi napas bantu

3) Membantu kompresi jantung bila berhenti

4) Membantu peredaran darah

5) Mempertahankan kerja otak pasien

B Tipe Anestesi

Beberapa tipe anestesi adalah sebagai berikut :

1. Anastetika umum

Anastesi umum adalah obat yang dapat menimbulkan anastesia atau narkosa (yunani = tanpa, aesthesis
= perasaan), yakni suatu keadaan depresi umum dari pelpagai pusat di SSP yang bersifat reversible,
dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan, sehingga agak mirip keadaan pingsan.

1) Penggolongan Anestesi Umum

Berdasarkan cara penggunaanya, anastesi umum dapat dibagi dalam lima kelompok, disini hanya
dibicarakan dua yang terpenting, yakni :

a. Anastetika Inhalasi : gas tertawa, halotan, enfluran, isofluran, scuofluran. Obat-obat ini diberikan
sebagai uap melalui saluran nafas. Keuntungannya adalah resepsi yang cepat melalui paru – paru seperti
juga ekskresinya melalui gelembung paru (alveoli) yang biasanya dalam keadaan utuh. Obat ini terutama
digunakan untuk memelihara anastesi.

b. Anastetika Intravena : thiopental, diazepam dan midazolam, ketamin, dan propofol. Obat – obat ini
juga dapat diberikan dalam sediaan suppositoria secara rectal, tetapi resorpsinya kurang teratur.
Terutama digunakan untuk mendahului (induksi) anastesi total, atau memeliharanya, juga sebagai
anastesi pada pembedahan singkat

2) Mekanisme Kerja

Sebagai anastesi inhalasi digunakan gas dan cairan terbang yang masing – masing sangat berbeda dalam
kecepatan induksi, aktivitas, sifat melemaskan otot maupun menghilangkan rasa sakit. Untuk
mendapatkan reaksi yang secepat – cepatnya, obat ini pada permulaan harus diberikan dalam dosis
tinggi, yang kemudia diturunkan sampai hanya sekadar memelihara keseimbangan antara pemberian
dan pengeluaran (ekshalasi). Keuntungan anastetika-inhalasi dibandingkan dengan anastesi-intravena
adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman anastesi dengan mengurangi
konsentrasi dari gas/uap yang diinhalasi. Kebanyakan anastesi umum tidak di metabolisasikan oleh
tubuh, karena tidak bereaksi secara kimiawi dengan zat-zat faali. Mekanisme kerjanya berdasarkan
perkiraan bahwa anastetika umum di bawah pengaruh protein SSP dapat membentuk hidrat dengan air
yang bersifat stabil. Hidrat gas ini mungkin dapat merintangi transmisi rangsangan di sinaps dan dengan
demikian mengakibatkan anastesia.

3) Efek Samping

Hampir semua anastetika inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping dan yang terpenting adalah :

a. Menekan pernapasan, yang ada pada anastesi dalam terutama ditimbulkan oleh halotan, enfluran
dan isofluran. Efek ini paling ringan pada N2O dan eter.

b. Sistem kardiovaskuler, terutama oleh halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini juga ditimbulkan oleh
eter, tetapi karena eter juga merangsang SS simpatis, maka efek keseluruhannya menjadi ringan.

c. Merusak hati dan ginjal, terutama senyawa klor, misalnya kloroform.

d. Oliguri (reversibel) karena berkurangnya pengaliran darah di ginjal, sehingga pasien perlu
dihidratasi secukupnya.

e. Menekan sistem regulasi suhu, sehingga timbul perasaan kedinginan (menggigil) pasca-bedah.

4) Teknik Pemberian Obat Inhalasi

Di antara banyak cara pemberian anstetika inhalasi, ada beberapa cara yang paling sering digunakan,
yakni :

a. Sistem Terbuka : Cairan terbang (eter, kloroform, trikloretilen) diteteskan tetes demi tetes ke atas
sehelai kain kasa di bawah suatu kap dari kawat yang menutupi mulut dan hidung pasien.

b. Sistem Tertutup : Suatu mesin khusus menyalurkan campuran gas dengan oksigen ke dalam suatu
kap, di mana sejumlah CO2 dari ekshalasi dimasukkan kembali.
c. Insuflasi : Gas atau uap ditiupkan ke dalam mulut atau tenggorok dengan perantaraan suatu
mesin. Cara ini berguna pada pembedahan yang tidak menggunakan kap, misalnya pada pembedahan
pengeluaran amandel (tonsil lectomia).

5) Zat-zat Tersendiri

a. Eter (F.I) : diethylether, Ether ad narcosin

b. Trikloretilen : trilene, Cl2C = CCl

c. Nitrogenoksida : gas tertawa

d. Halotan : Fluothane

e. Enfluran : Enthrane, Alyrane

f. Propofol : diprivan

g. Ketamin : Ketalar

h. Tiopental (F.I) = thiopentone, penthiobarbital, pentothal

i. Midazolam : dormicum

j. Droperidol : thalamonal

2. Anastesi local

Anastesi lokal atau zat penghilang rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan local merintangi
secara reversible penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi
rasa nyeri, gatal – gatal, rasa panas atau dingin. Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja
demikian, tetapi efeknya tidak reversible dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel saraf.

Anastesi local pertama adalah kokain, yaitu suatu alkaloid yang diperoleh dari daun suatu tumbuhan
alang-alang di pegunungan Andes (Peru).

1) Persyaratan

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang digunakan sebagai anastetikum
local, antara lain :

a. Tidak merangsang jaringan

b. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf

c. Toksisitas sistemis yang rendah

d. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lender
e. Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup lama

f. Dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga terdapat sterilisasi

2) Penggolongan Anestesi Lokal

Struktur dasar anstetika local pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yakni suatu gugus-amino hidrofil
(sekunder atau tersier) yang dihubungkan oleh suatu ikatan ester (alcohol) atau amida dengan suatu
gugus-aromatis lipofil. Semakin panjang gugus alkoholnya, semakin besar daya kerja anastetiknya, tetapi
toksisitasnya juga meningkat.

Anastetika local dapat digolongkan secara kimiawi dalam beberapa kelompok sebagai berikut :

a. Senyawa-ester : kokain dan ester-PABA (benzokain, prokain, oksibuprokain, tetrakain)

b. Senyawa-amida : lidokain dan prilokain, mepivakain, bupivakain, dan cinchokain

c. Lainnya : fenol, benzialkohol dan etilklorida. Semua obat tersebut di atas adalah sintetris kecuali
kokain yang alamiah.

3) Mekanisme Kerja

Anatetika local mengakibatkan kehilangan rasa dengan jalan beberapa cara. Misalnya dengan jalan
menghindarkan untuk sementara pembentukan dan transmisi impuls melalui sel saraf ujungnya. Pusat
mekanisme kerjanya terletak di membrane sel. Seperti juga alcohol dan barbital, anastetika local
menghambat penerusan impuls dengan jalan menurunkan permeabilitas membrane sel saraf untuk ion-
natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini disebabkan adanya persaingan dengan ion-
kalsium yang berada berdekatan dengan saluran-saluran natrium di membrane neuron. Pada waktu
bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat laun
meningkat, sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara reversible.

4) Efek-efek Lain

Selain khasiat anatetikanya anastetika local masih memiliki sejumlah efek lain, antaralain mengganggu
fungsi semua organ dimana terjadi konduksi/transmisi dari beberapa impuls.

a. Menekan SSP

b. Menekan sistem kardiovaskuler

c. Vasodilatasi

5) Kinetik

Resorpsinya dari kulit dan selaput lender dapat berlangsung sangat cepat dan baik, misalnya pada
kokain, lidokain, prilokain dan tetrakain. Distribusinya pun berlangsung dengan pesat ke semua organ
dan jaringan. Sebaliknya, resorpsi prokain di kulit buruk, sehingga tidak berguna dalam sediaan local.
Kecepatan daya kerja dan lamanya ditentukan oleh lipofilitas, pKa, derajat pengikatan pada protein dan
derajat vasodilatasinya.

6) Farmakokinetik

Struktur obat anestetika lokal mempunyai efek langsung pada efek terapeutiknya. Semuanya
mempunyai gugus hidrofobik (gugus aromatik) yang berhubungan melalui rantai alkil ke gugus yang
relatif hidrofilik (amina tertier). Kecepatan onset anestetika lokal ditentukan oleh:

a. kadar obat dan potensinya

b. jumlah pengikatan obat oleh protein dan pengikatan obat ke jaringan

c. kecepatan metabolism

d. perfusi jaringan tempat penyuntikan obat.

Pemberian vasokonstriktor (epinefrin) + anestetika lokal dapat menurunkan aliran darah lokal dan
mengurangi absorpsi sistemik. Vasokonstriktor tidak boleh digunakan pada daerah dengan sirkulasi
kolateral yang sedikit dan pada jari tangan atau kaki dan penis. Golongan ester (prokain, tetrakain)
dihidrolisis cepat menjadi produk yang tidak aktif oleh kolinesterase plasma dan esterase hati.
Bupivakain terikat secara ekstensif pada protein plasma.

7) Farmakodinamik

Onset, intensitas, dan durasi blokade saraf ditentukan oleh ukuran dan lokasi anatomis saraf. Saluran
Na+ penting pada sel otot yang bisa dieksitasi seperti jantung. Efeknya terhadap saluran Na+ jantung
adalah dasar terapi anestetika lokal dalam terapi aritmia tertentu (biasanya yang dipakai lidokain).
Anestetika lokal umumnya kurang efektif pada jaringan yang terinfeksi dibanding jaringan normal,
karena biasanya infeksi mengakibatkan asidosis metabolik lokal, dan menurunkan pH.

8) Nama-nama Obat

a. Prokain

b. Lidokain

c. Dibukain

d. Mepivakain HCl

e. Piperakain HCl

f. Tetrakain

g. Prilokain HCL

h. Bupivakain
9) Efek samping

Efek sampingnya adalah akibat dari efek depresi terhadap SSP dan efek kardio-depresifnya (menekan
fungsi jantung) dengan gejala penghambatan pernapasan dan sirkulasi darah. Anastetika local dapat
pula mengakibatkan reaksi hipersensitasi yang sering kali berupa exantema, urticaria, dan
bronchopasme alergis sampai ada kalanya shock anafilaktis yang dapat mematikan. Yang terkenal dalam
hal ini adalah zat-zat kelompok ester prokain dan tetrakain, yang karena itu tidak digunakan lagi dalam
sediaan local. Rekasi hipersensitasi tersebut diakibatkan oleh PABA (para-amino-benzoic acid) yang
terbentuk melalui hidrolisa. PABA ini dapat meniadakan efek antibakteril dari sulfonamide, yang
berdasarkan antagonisme persaingan dengan PABA, oleh karena itu terapi dengan sulfa tidak boleh
dikombinasi dengan penggunaan ester-ester tersebut.

10) Penggunaan

a. Parenteral

Anastetika local seering kali digunakan pada pembedahan untuk mana anastesia umum tidak perlu atau
tidak diinginkan. Jenis anatesia local yang paling banyak digunakan sebagai suntikan adalah sbb :

· Anastesia Infiltrasi

· Anastesia Konduksi

· Anastesia Spinal (intrathecal)

· Anastesia epidural

· Anatesia Permukaan

b. Oral

Anastetika local digunakan sebagai larutan untuk nyeri di mulut atau tablet isap (sakit tenggorok) juga
dalam bentuk tetes-mata untuk mengukur tekanan intraokuler atau mengeluarkan benda asing, begitu
pula sebagai salep untuk gatal-gatal atau nyeri luka bakar dan dalam pil-taruh anti-wasir. Senyawa ester
sering menimbulkan reaksi alergi kulit, maka sebaiknya dugunakan suatu senyawa-amida yang lebih
jarang mengakibatkan hipersensitasi.

Anda mungkin juga menyukai