Anda di halaman 1dari 15

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PUSKESMAS

PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN KALIBUNDER


BAYI BARU LAHIR
No dokumen : No.Revisi : Halaman : 1- 2
Tanggal terbit : Ditetapkan , 05 Desember 2014
Ka. UPTD Puskesmas Kalibunder
PEMERIKSAAN FISIK Januari 2015
BAYI BARU LAHIR
Cucu Sumintardi,SKM, MKM
NIP. 197402081995031002
Pengertian Rangkaian pemeriksaan yang dilakukan pada Bayi Baru lahir secara
menyeluruh dari kepala sampai kaki ( Head to Too )

Tujuan Menilai status kesehatan bayi, menilai status adaptasi kehidupan intrauterina
ke ekstrauterina serta mencari kelainan / abnormalitas pada bayi.

Kebijakan Dilakukan oleh Bidan DIII / Perawat DIII yang terlatih APN

Prosedur

- Persiapan 1. Alat Perlindungan Diri ( Masker, Sarung tangan bersih )


2. Air mengalir, sabun cuci tangan, lap tangan / handuk pribadi.
3. Tempat pemeriksaan yang bersih, kering, hangat.
4. Termometer, air klorin 0,5 %, air sabun, air DTT ( dalam wadah
plastik kecil).
5. Stetoskop bi aurel.
6. Jam dengan alat petunjuk detik.
7. Timbangan bayi.
8. Alat pengukur panjang bayi / metlin.

- Langkah/proses
1. Memeriksa catatan medis, melakukan Informed Concent.
2. Mencuci tangan sesuai prosedur, memakai sarung tangan bersih.
3. Meletakkan bayi di tempat yang tersedia.
4. Membuka pakaian bayi, menyelimuti bayi pada bagian yang tidak
sedang diperiksa.
5. Menilai keadaan umum bayi.
6. Menghitung frekwensi nafas bayi.
7. Menghitung frekwensi jantung bayi.
8. Mengukur suhu bayi.
9. Menimbang Berat Badan bayi.
10. Mengukur Panjang Badan bayi.
11. Mengukur Lingkar kepala bayi.
12. Mengukur Lingkar Lengan Atas bayi.
13. Mengukur Lingkar Dada bayi.
14. Memeriksa bagian kepala.
15. Memeriksa mata dan tanda infeksi.
16. Memeriksa telinga.
17. Memeriksa hidung dan mulut bayi.
18. Memeriksa leher bayi.
19. Memeriksa dada bayi.
20. Memeriksa bahu, lengan dan tangan.
21. Meriksa bagian perut dan keadaan tali pusat.
22. Meriksa tungkai dan kaki.
23. Memeriksa alat kelamin.
24. Memeriksa punggung dan anus.
25. Memeriksa keseluruhan kulit bayi.
26. Memakaikan kembali pakaian bayi.
27. Memberikan salep mata, menyuntikkan Vit. K₁, menyuntik HB 0 1
jam setelah pemberian Vit. K₁.
28. Mencelupkan tangan kedalam larutan klorin 0,5 %, melepas sarung
tangan, cuci tangan dan mengeringkannya.
29. Memberikan bayi kepada ibunya, menyampaikan hasil pemeriksaan.
30. Membereskan alat, mencatat hasil pemeriksaan.
Referensi: Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, JNPK – KR, Buku Pegangan Pelatih
Jakarta 2008.
( Buku/ acuan/strandar dll)

Penanggungjawab Poned

N. Esti Indrayeni, S.ST


Nip. 19760304 200701 2 004
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PUSKESMAS
PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN KALIBUNDER
BAYI BARU LAHIR
No dokumen : No.Revisi : Halaman : 1
Tanggal terbit : Ditetapkan , 05 Desember 2014
Ka. UPTD Puskesmas Kalibunder
MENIMBANG BERAT Januari 2015
BADAN BAYI BARU
Cucu Sumintardi,SKM, MKM
LAHIR
NIP. 197402081995031002
Pengertian Melakukan penimbangan pada Bayi Baru Lahir segera setelah bayi selesai
melakukan IMD

Tujuan Untuk mengetahui berat badan banyi secara akurat.

Kebijakan Dilakukan oleh Bidan DIII / Perawat DIII yang terlatih APN

Prosedur

- Persiapan 1. Timbangan bayi yang sudah di Terra secara berkala.

2. Kain bersih / alas timbangan yang kering dan hangat.

3. Pembungkus bayi.

- Langkah/proses 1. Alasi timbangan dengan kain bersih.

2. Periksa skala timbangan, posisikan pada angka 0 ( nol ).

3. Timbang baju / kain pembungkus bayi.

4. Timbang bayi dengan memakai baju atau dibungkus.

5. Hasil penimbangan dikurangi dengan baju bayi atau kain


pembungkus.

6. Lakukan pencatatan dan pelaporan

Referensi: Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, JNPK – KR, Buku Pegangan Pelatih
Jakarta 2008.
( Buku/ acuan/strandar dll)

Penanggungjawab Poned

N. Esti Indrayeni, S.ST


Nip. 19760304 200701 2 004
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PUSKESMAS
PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN KALIBUNDER
BAYI BARU LAHIR
No dokumen : No.Revisi : Halaman : 1- 2
Tanggal terbit : Ditetapkan , 05 Desember 2014
Ka. UPTD Puskesmas Kalibunder
PEMBERIAN SUTIKAN Januari 2015
VITAMIN K₁
Cucu Sumintardi,SKM, MKM
PROFILAKSIS PADA NIP. 197402081995031002
BAYI BARU LAHIR
Pengertian Melakukan penyuntikan Vitamin K₁ ( Phytomenadion ) dengan dosis 1 mg
pada semua bayi baru lahir segera setelah lahir atau segera setelah bayi selesai
melakukan IMD, atau pada kunjungan KN 1 bila bayi lahir oleh Paraji.

Tujuan Mencegah perdarahan pada bayi yang diakibatkan karena Defisiensi Vitamin
K. Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi yang diakibat
kan : Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K ( PDVK )

Kebijakan Dilakukan oleh Bidan DIII / Perawat DIII yang terlatih APN

Prosedur

- Persiapan 1. Sarung tangan bersih.


2. Kain kassa atau kapas steril/DTT, dan larutan antiseptik ( alkohol 70
% ).
3. Disposible spuit steril 1cc dengan jarum no 26 G.
4. Sediaan Vitamin K₁.
5. Meja /tempat pemeriksaan bayi yang kering, bersih dan hangat.
6. Larutan klorin 0,5 % dalam wadah plastik.

- Langkah/proses
1. Memeriksa catatan medik, melakukan Informed Consent.
2. Mencuci tangan sesuai prosedur, mengeringkan dengan handuk
pribadi, memakai sarung tangan bersih.
3. Memastikan sediaan Vit K₁ dalam keadaan baik dan tidak kadaluarsa.
4. Memasukkan Vit. K₁ kedalam spuit dengan melebihkan dari dosis
yang diperlukan, memasang penutup jarum dengan satu tangan,
membuang udara yang ada di dalam spuit.
5. Meletakkan bayi di meja periksa dengan posisi terlentang.
6. Memilih daerah otot yang akan disuntik yaitu Muskulus Quadriseps
sepertiga tengah antero lateral paha kiri.
7. Membersihkan daerah yang akan disuntik dengan kapas alkohol,
biarkan mengering.
8. Meyakinkan bahwa obat yang akan disuntikkan sudah tepat dan tidak
ada gelembung udara.
9. Memegang bagian otot yang akan disuntik dengan menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk tangan kiri.
10. Dengan satu gerakan cepat, menusukkan jarum tegak lurus ( 90 ᵒ )
melalui kulit.
11. Melakukan aspirasi, apabila dijumpai darah, cabut jarum tanpa
menyuntikkan obat, ganti dengan spuit dan obat yang baru.
12. Bila tidak dijumpai darah, suntikkan obat secara perlahan dalam
waktu 3 – 5 detik.
13. Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan tekan
tempat penyuntikan dengan kapas kering.
14. Merapikan bayi dan berikan kembali kepada ibunya.
15. Membereskan alat, memasukan spuit kedalam safety boks,
mencelupkan tangan kedalam larutan klorin 0,5 %, membuka sarung
tangan secara terbalik.
16. Mencatat obat, tempat dan waktu penyuntikan.
Referensi: Pedoman Teknis Pemberian Injeksi Vitamin K₁ Profilaksis pada BBL,
KEMENKES RI 2010. Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah untuk Bidan dan
( Buku/ acuan/strandar dll) Perawat, Buku Panduan Pelatih, Dit Jen Binkesmas KEMENKES RI 2010.

Penanggungjawab Poned

N. Esti Indrayeni, S.ST


Nip. 19760304 200701 2 004
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PUSKESMAS
PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN KALIBUNDER
BAYI BARU LAHIR
No dokumen : No.Revisi : Halaman : 1
Tanggal terbit : Ditetapkan , 05 Desember 2014
Ka. UPTD Puskesmas Kalibunder
PEMBERIAN SALEP Januari 2015
MATA PROFIKAKSIS
Cucu Sumintardi,SKM, MKM
PADA BAYI BARU
NIP. 197402081995031002
LAHIR
Mengoleskan salep mata antibiotika profilaksis pada kedua mata bayi dalam 1
Pengertian
jam setelah bayi lahir ( segera setelah bayi selesai IMD )

Tujuan Untuk mencegah infeksi pada mata bayi

Kebijakan Dilakukan oleh Bidan DIII / Perawat DIII yang terlatih APN

Prosedur 1. Alat Perlindungan Diri ( Masker, Sarung tangan bersih )


2. Air mengalir, sabun cuci tangan, lap tangan / handuk pribadi.
- Persiapan
3. Tempat pemeriksaan yang bersih, kering, hangat.
4. Salep mata Tetrasiklin 1 % / Eritromisin 0,5 %.
5. Larutan klorin 0,5 % dalam wadah plastik.

1. Melihat catatan medik, melakukan Informed Consent.


- Langkah/proses
2. Memakai masker, mencuci tangan sesuai prosedur, mengeringkan
dengan handuk pribadi, memakai sarung tangan bersih.
3. Memastikan salep mata tidak kadaluarsa.
4. Membuka kelopak mata, mengoleskan salep mata dalam satu garis
lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi
menuju ke bagian luar mata.
5. Ujung tabung salep mata tidak boleh menyentuh mata.
6. Tidak menghapus salep dari mata bayi, menganjurkan kepada
keluarga untuk tidak menghapus salep mata.
7. Mengembalikan bayi kepada ibu nya.
8. Membereskan alat, mencelupkan tangan kedalam larutan klorin 0,5 %
membuka secara terbalik dan merendamnya.
9. Mencatat jenis obat, dan waktu pemberian pada catatan medik.
Referensi: Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, JNPK – KR, Buku Pegangan Pelatih
Jakarta 2008. Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah untuk Bidan dan Perawat,
( Buku/ acuan/strandar dll) Buku Panduan Pelatih, Dit Jen Binkesmas KEMENKES RI 2010.

Penanggungjawab Poned

N. Esti Indrayeni, S.ST


Nip. 19760304 200701 2 004
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PUSKESMAS
PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN KALIBUNDER
BAYI BARU LAHIR
No dokumen : No.Revisi : Halaman : 1- 2
Tanggal terbit : Ditetapkan , 05 Desember 2014
Ka. UPTD Puskesmas Kalibunder
PEMBERIAN IMUNISASI Januari 2015
HEPATITIS B PADA BAYI
Cucu Sumintardi,SKM, MKM
BARU LAHIR
NIP. 197402081995031002
Pengertian Memberikan / menyuntikkan vaksin Hepatitis B kepada bayi segera setelah
lahir ( minimal 1 jam setelah pemberian Vit. K ) sampai batas waktu usia bayi
7 hari. Vaksin yang digunakan dalam kemasan Uniject dengan alat suntik
Prefilled Injection Device ( PID ).

Tujuan Pencegahan penyakit Hepatitis B pada bayi terutana jalur penularan ibu –
bayi.

Kebijakan Dilakukan oleh Bidan DIII / Perawat DIII yang terlatih APN/Imunisasi.

Prosedur
1. Alat Perlindungan Diri ( Masker, Sarung tangan bersih )
- Persiapan
2. Air mengalir, sabun cuci tangan, lap tangan / handuk pribadi.
3. Tempat pemeriksaan yang bersih, kering, hangat.
4. Vaksin Hepatitis B UNIJECT
5. Kain kassa atau kapas steril/DTT, dan larutan antiseptik ( alkohol 70
% ).
6. Larutan klorin 0,5 % dalam wadah plastik.

- Langkah/proses
1. Melihat catatan medik, melakukan Informed Consent.
2. Memakai masker, mencuci tangan sesuai prosedur, mengeringkan
dengan handuk pribadi, memakai sarung tangan bersih.
3. Memastikan vaksin tidak kadaluarsa dan VVM dalam status A atau
B.
4. Meletakkan bayi di meja periksa dengan posisi terlentang.
5. Memilih daerah otot yang akan disuntik yaitu Muskulus Quadriseps
sepertiga tengah antero lateral paha kanan.
6. Membersihkan daerah yang akan disuntik dengan kapas alkohol,
biarkan mengering.
7. Membuka kemasan Uniject, meng - aktifkan uniject dengan cara:
memegang uniject pada bagian leher dan bagian tutup jarum secara
bersamaan, lalu mendorong tutup kearah leher dengan tekanan dan
gerakan cepat.
8. Dengan satu gerakan cepat, menusukkan jarum tegak lurus ( 90 ᵒ )
melalui kulit.
9. Tidak perlu melakukan aspirasi, menekan reservoir untuk
mengeluarkan seluruh cairan vaksin sampai reservoir kempis.
10. Mencabut jarum dan menekan bekas suntikan dengan menggunakan
kapas kering, membuang jarum ke dalam safety boks tanpa menutup
jarum terlebih dahulu.
11. Merapikan bayi dan berikan kembali kepada ibunya.
12. Membereskan alat, mencelupkan tangan kedalam larutan klorin 0,5
%, membuka sarung tangan secara terbalik.
13. Mencatat obat, tempat dan waktu penyuntikan.

Referensi: Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, JNPK – KR, Buku Pegangan Pelatih
Jakarta 2008. Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah untuk Bidan dan Perawat,
( Buku/ acuan/strandar dll) Buku Panduan Pelatih, Dit Jen Binkesmas KEMENKES RI 2010. Imunisasi
Dasar bagi Pelaksana Imunisasi di UPK Swasta, Panduan Pelatih DEPKES RI
2008.

Penanggungjawab Poned

N. Esti Indrayeni, S.ST


Nip. 19760304 200701 2 004
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PUSKESMAS
PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN KALIBUNDER
BAYI BARU LAHIR
No dokumen : No.Revisi : Halaman : 1- 4
Tanggal terbit : Ditetapkan , 05 Desember 2014
Ka. UPTD Puskesmas Kalibunder
RESUSITASI BAYI BARU Januari 2015
LAHIR
Cucu Sumintardi,SKM, MKM
NIP. 197402081995031002
Pengertian Suatu upaya untuk membantu bayi bernafas spontan / menangis kuat pada
keadaan dimana bayi mengalami asfiksia.

Tujuan Agar bayi dapat bernafas spontan.

Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi yang diakibatkan


karena asfiksia neonatorum.

Kebijakan Dilakukan oleh Bidan DIII / Perawat DIII yang terlatih APN/ Manajemen
Asfiksia.

Prosedur I. Persiapan keluarga :

- Persiapan  Membahas dengan keluarga persiapan Resusitasi BBL sebelum bayi


lahir.
 Keluaga menandatangani Informed Consent.
II. Persiapan Tempat :
 Menyiapkan ruangan bersih, hangat, terang, tidak ada angin.
 Menyiapkan tempat resusitasi yang datar, rata, bersih, cukup keras,
kering dan hangat menggunakan lampu 60 watt dengan jarak 60 cm.
III. Persiapan alat :
 Penghisap lendir De Lee dalam wadah DTT.
 Balon sungkup dalam wadah DTT.
 Meletakkan kain ke – 1 di perut ibu / 45 cm di depan perineum.
 Menggelar kain ke -2 di meja resusitasi.
 Menggulung kain ke – 3 setebal ± 3 cm, untuk menggajal bahu.
 Menyediakan stetoskop be aurel.
 Menyediakan Jam dengan penghitung detik.
 Menyediakan APD, sarung tangan steril / DTT.
IV. Persiapan Diri :
 Mengenakan APD, sebelum persalinan.
 Mencuci tangan sesuai prosedur, mengeringkan dengan handuk
pribadi.
 Mengenakan sarung tangan steril / DTT menjelang kelahiran bayi.
PENILAIAN – KEPUTUSAN – TINDAKAN BAYI BARU LAHIR.
V. Penilaian Resusitasi BBL.
 Sebelum lahir : Apakah kehamilan cukup bulan ?
 Sebelum lahir setelah ketuban pecah : Apakah air ketuban jenih ?
- Langkah/proses  Segera setelah bayi lahir ( jika kehamilan cukup bulan ) :
 Apakah bernafas spontan / menangis kuat ?
 Apakah tonus otot baik / gerakan nya aktif ?
VI. Keputusan Resusitasi BBL.
 Memutuskan Resusitasi bila air ketuban bercampur meconeum.
 Memutuskan Resusitasi bila kehamilan tidak cukup bulan dan atau
bayi tidak bernafas / megap – megap dan atau tonus otot tidak baik.
VII. Tindakan Resusitasi BBL.
 Memotong tali pusat dengan cepat, tidak diikat atau dibubuhi
apapun.
 Memberitahu keluarga, minta jaga ibu dan siap memulai
resusitasi.
VIII. Langkah Awal ;
 Jaga bayi tetap hangat :
 Menyelimuti bayi dengan kain yang ada di perut ibu.
 Memindahkan bayi yang terselimuti ke tempat resusitasi
 Atur Posisi Bayi :
 Meletakkan bayi terlentang dengan diganjal kain
dibawah bahunya.
 Mengatur posisi kepala bayi semi ekstensi.
 Isap lendir :
 Menghisap lendir dengan alat penghisap De Lee.
 Melakukan isapan lendir pada mulut dulu < 5 cm.
 Menghisap lendir dari hidung hanya sebatas cuping
hidung.
 Menghisap sambil menarik kateter keluar.
 Keringkan dan rangsang taktil :
 Mengeringkan mulai muka, kepala, tubuh dengan sedikit
tekanan.
 Menepuk /menyentil telapak kaki bayi atau menggosok
punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan.
 Mengganti kain yang basah dengan kain dibawahnya yang
kering dan menyelimuti nya.
 Atur kembali posisi kepala bayi :
 Mengatur kembali posisi kepala bayi semi ekstensi.
 Kegiatan Langkah Awal dilakukan dalam waktu 30 detik
IX. Lakukan Penilaian – Keputusan – Tindakan.
 Melakukan asuhan pasca resusitasi, bila bayi bernafas spontan.
 Merujuk, bila bayi bernafas tapi ada retraksi dinding dada bawah
atau ada pernafasan cubing hidung.
 Mulai melakukan Ventilasi, bila bayi belum bernafas atau megap
– megap.
X. Bila air ketuban bercampur mekoneum, lakukan langkah sbb. :
 Jika bayi menangis kuat/bernafas spontan, potong tali pusat, tidak
diikat dan tidak dibubuhi apapun, lakukan Langkah Awal.
 Jika bayi tidak menangis, membuka lebar mulut bayi, mengusap
mulut bayi, menghisap lendir dari mulut, potong tali pusat, tidak
diikat dan tidak dibubuhi apapun, lakukan Langkah Awal.
XI. Ventilasi.
 Memastikan bagian dada bayi terbuka.
 Memasang sungkup meliputi hidung, mulut dan dagu.
 Melakukan Ventilasi Percobaan :
 Meremas balon / memompakan udara 2 kali dengan tekanan
30 cm air sambil memperhatikan dada bayi.
 Bila dada bayi mengembang, berarti udara masuk ke dalam
paru – paru bayi.
 Bila dada bayi tidak mengembang, periksa posisi kepala
bayi, perlekatan sungkup, masih adanya lendir pada mulut
atau hidung, lakukan koreksi dan ulangi Ventilasi percobaan.
 Melakukan Ventilasi Definitif :
 Setelah Ventilasi percobaan berhasil, meremas balon dengan
tekanan 20 cm air sebanyak 20 kali dalam waktu 30 detik.
XII. Lakukan Penilaian – Keputusan – Tindakan.
 Melakukan asuhan pasca resusitasi, bila bayi bernafas spontan.
 Merujuk, bila bayi bernafas tapi ada retraksi dinding dada bawah atau
ada pernafasan cubing hidung.
 Melanjutkan Ventilasi, bila bayi belum bernafas atau megap – megap,
dengan melakukan penilaian nafas tiap 30 detik.
 Menilai jantung bayi apabila resusitasi sudah dilakukan lebih dari 2
menit tapi bayi masih belum bernafas atau megap – megap.
 Menyiapkan rujukan apabila denyut jantung bayi terdengar, sambil
terus melakukan ventilasi.
 Melanjutkan ventilasi hingga 10 menit kemudian apabila denyut
jantung bayi tidak terdengar dengan penilaian nafas dan denyut
jantung tiap 30 menit.
 Menghentikan resusitasi apabila bayi masih belum bernafas dan
denyut jantung masih tidak terdengar.
TINDAKAN PASCA RESUSITASI.
XIII. Bila Resusitasi berhasil :
 Mamantau tanda bahaya. Merawat tali pusat. Inisiasi Menyusu Dini.
Pencegahan hipotermi. Pemberian Vitamin K ₁. Pemberian salep mata
dan imunisasi hepatitis B. Pemeriksaan Fisik. Pencatatan dan
Pelaporan.
XIV. Bila perlu Rujukan :
 Melakukan konselilng untuk merujuk bayi kepada ibu dan keluarga.
Melanjutkan resusitasi. Memantau tanda bahaya. Perawatan tali pusat.
Mencegah hipotermi. Pemberian Vitamin K₁. Pemberian salep mata.
Membuat surat rujukan. Menghubungi tempat rujukan. Merujuk
dengan BAKSOKU. Melakukan Pencatatan dan Pelaporan.
XV. Bila Resusitasi tidak berhasil :
 Melakukan konseling pada ibu dan keluarga.
 Memberikan petunjuk perawatan payu dara.
 Melakukan pencatatan dan pelaporan.
XVI. Melakukan Pencegahan Infeksi pada seluruh peralatan :
 Dekontaminasi, Pencucian dan DTT pada Balon sungkup, De Lee,
dan Sarung tangan yang dipakai ulang.
 Dekontaminasi dan Pencucian meja resusitasi, kain dan selimut.
 Dekontaminasi bahan dan alat habis pakai sebelum dibuang.
REKAM MEDIK TINDAKAN RESUSITASI
XVII. Mencatat secara rinci :
 Kondisi saat lahir.
 Waktu dan langkah resusitasi.
 Hasil resusitasi.
 Keterangan rujukan apabila dirujuk.

Referensi: Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, JNPK – KR, Buku Pegangan Pelatih
Jakarta 2008. Manajemen Asfiksia untuk Bidan dan Perawat, Buku Panduan
( Buku/ acuan/strandar dll) Pelatih, Dit Jen Binkesmas KEMENKES RI 2010.

Penanggungjawab Poned

N. Esti Indrayeni, S.ST


Nip. 19760304 200701 2 004
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PUSKESMAS
PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN KALIBUNDER
BAYI BARU LAHIR
No dokumen : No.Revisi : Halaman : 1- 2
Tanggal terbit : Ditetapkan , 05 Desember 2014
Ka. UPTD Puskesmas Kalibunder
PERAWATAN METODA Januari 2015
KANGURU BAGI BAYI
Cucu Sumintardi,SKM, MKM
BERAT LAHIR RENDAH
NIP. 197402081995031002
( BBLR )
Pengertian Suatu upaya agar BBLR terpenuhi kebutuhan khusus nya terutama dalam
mempertahan kan kehangatan tubuhnya, dengan melakukan kontak kulit ke
kulit secara terus menerus.

Tujuan Mempertahankan suhu tubuh stabil pada suhu normal. Membuat pernafasan
bayi teratur dan stabil. Mengurangi kejadian infeksi. Mempermudah bayi
menyusu dan BB lebih cepat meningkat. Agar ibu menjadi lebih dekat secara
emosional dengan bayi nya sehingga bayi merasa aman dan nyaman.

Kebijakan Dilakukan oleh Bidan DIII / Perawat DIII yang terlatih Manajemen BBLR.

Prosedur

- Persiapan PERSETJUAN TIDAKAN MEDIK.


1. Memperkenalkan diri, menjelaskan tindakan yang akan yang akan
dilakukan.
2. Menjelaskan tentang diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi
hipotrmi.
3. Menjelaskan tentang resiko dari tindakan klinis tsb. Memastikan ibu
dan ayah / keluarga memahami berbagai aspek yang disampaikan.
4. Membuat persetutuan Tindakan Medik dan mendokumentasikan nya.
5. Mempersiapkan popok bayi, topi dan sarung kaki bayi.
6. Menyediakan Baju Kanguru / kain panjang ( bila tidak tersedia baju
kanguru.
LANGKAH TINDAKAN

- Langkah/proses 1. Memakaikan bayi topi, popok, kaos kaki yang telah dihangatkan.
2. Meletakkan bayi di dada ibu dengan posisi tegak langsung ke kulit
ibu memastikan kepala bayi terfiksasi dengan baik ke dada ibu.
3. Memposisikan bayi dalam “ Frog Position “ yaitu fleksi pada siku
dan tungkai, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala
sedikit ekstensi.
4. Menutupi bayi dengan pakaian ibu ditambah dengan selimut yang
sudah dihangatkan terlebih dahulu.
5. Tidak perlu baju khusus bila baju yang digunaka sudah cukup hangat
dan nyaman selama bayi kontak dengan kulit ibu.
6. Mengatur suhu ruangan minimal 25 ᵒ C.
7. Mengajari ibu cara menyusui dan perlekatan yang benar dan
mendorong ibu agar mampu melakukan pemberian minum bila ibu
meraca cemas.
8. Mengajarkan ibu memeras ASI dan cara pemberian minun dengan
cangkir atau sendok bila ibu tidak dapat menyusui.
PEMANTAUAN.
9. Memantau dan menilai jumlah ASI yang diberikan setiap hari.
Membuat catatan waktu dan lamanya ibu menyusui.
10. Menimbang berat badan bayi setiap hari dan menilai peningkatan nya,
berat badan bayi dapat turun 10 – 15 % dalam 10 hari pertama,
kemudian harus naik paling tidak 20 gram per – hari atau 120 gram
dalam 6 hari.
11. Mengujungi bayi minimal dua kali dalam seminggu, dan selanjutnya
sekali dalam seminggu sampai berat bayi 2500 gram dengan
menggunakan format MTBM.
12. Menjelaskan pada ibu tentang pola pernafasan dan warna kulit bayi
normal dan variasinya yang masih dianggap normal.
13. Menjelaskan pada ibu bahwa PMK juga penting agar pernafasan bayi
baik dan mengurangi terjadinya apnea, minta ibu waspada terhadap
tanda – tanda yang tidak biasa.
14. Mengajari ibu cara menstimulasi bayi bila bayi tampak biru di daerah
lidah, bibir atau disekitar mulut atau nafas berhenti.
15. Mengajarkan pada ibu bahwa PMK harus dilakukan sepanjang hari
dan boleh dilakukan bergantian dengan bapak / orang lain yang

Referensi: Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah untuk Bidan dan Perawat, Buku
Panduan Pelatih, Dit Jen Binkesmas KEMENKES RI 2010.
( Buku/ acuan/strandar dll)

Penanggungjawab Poned

N. Esti Indrayeni, S.ST


Nip. 19760304 200701 2 004

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PUSKESMAS


PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN KALIBUNDER
BAYI BARU LAHIR
No dokumen : No.Revisi : Halaman : 1
Tanggal terbit : Ditetapkan , 05 Desember 2014
Ka. UPTD Puskesmas Kalibunder
PERAWATAN METODA Januari 2015
KANGURU BAGI BAYI
Cucu Sumintardi,SKM, MKM
BERAT LAHIR RENDAH
NIP. 197402081995031002
( BBLR )
Pengertian Suatu upaya agar BBLR terpenuhi kebutuhan khusus nya terutama dalam
mempertahan kan kehangatan tubuhnya.

Tujuan Mempertahankan suhu tubuh stabil pada suhu normal. Membuat pernafasan
bayi teratur dan stabil. Mengurangi kejadian infeksi. Mempermudah bayi
menyusu dan BB lebih cepat meningkat. Agar ibu menjadi lebih dekat secara
emosional dengan bayi nya sehingga bayi merasa aman dan nyaman.

Kebijakan Dilakukan oleh Bidan DIII / Perawat DIII yang terlatih Manajemen BBLR.

Prosedur

- Persiapan

- Langkah/proses

Referensi:

( Buku/ acuan/strandar dll)

Penanggungjawab Poned

N. Esti Indrayeni, S.ST


Nip. 19760304 200701 2 004

Anda mungkin juga menyukai