P 1
P 1
PEMBAHASAN
Dari data hasil percobaan, kita dapat mengetahui perbandingan kecepatan antara
dua pengendali, on-off dan feedback, dalam menyesuaikan dengan set point yang telah
ditentukan, yaitu 20 pada detik 0-30s, 40 pada detik 30-60s, dan 60 pada detik 60s-80s.
Berdasarkan teori, sistem pengendali on off menunjukkan respon yang lebih cepat
dalam mencapai keadaan steady steate dengan set point yang telah ditentukan
dibandingkan dengan sistem pengendali feedback. Hal ini dikarenakan sistem
pengendali on off saat memberikan sinyal error maka sistem akan langsung beroperasi
dan menyesuaikan dengan set point. Karena proses kerja yang cepat maka nilai error
pun dapat segera dikurangi dan setelah berada pada titik set point yang telah
ditentukan. Sedangkan pada sistem feedback, sistem akan menilai terlebih dahulu
melalui hasil yang kemudian diperiksa hasil tersebut menggunakan sensor. Setelah itu,
sensor akan mengirim sinyal pada sistem untuk segera menyesuaikan dengan set point
(Reynaldo dkk, 2014).
Tabel 4.1 Sum Square Error (SSE) Tiap Variabel pada Set Point Tracking
90 On-Off
80
KP = 10
70
60 KP = 12
Level (cm)
50
KP = 10 KI = 10
40
30 KP = 10 KI = 12
20 KP = 10 KI = 10 KD =
10 0,7
KP = 10 KI = 10 KD =
0
0,9
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Set Point
t (s)
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Waktu dengan Level pada Sistem Pengendali On-Off dan
Feedback
Hasil percobaan, pada Gambar 4.1, menunjukkan bahwa sistem pengendali on off
lebih cepat dari pada sistem pengendali feedback pada rentang waktu yang sama
dimana pada set point 20; 40; 60, sistem pengendali on-off selalu mengikuti set point.
Hal tersebut sudah sesuai dengan teori dimana sistem pengendali on off akan
memberikan sinyal error dan sistem akan langsung beroperasi dan memberikan respon
yang tepat untuk mencapai set point. Sedangkan pada sistem pengendali feedback lebih
lama karena untuk penyesuaian dengan set point harus berdasarkan nilai hasil
sebelumnya yang kemudian diperiksa menggunakan sensor.
Dari hasil percobaan, kita dapat mengetahui perbandingan antara sistem pengendali
on-off dan sistem pengendali feedback dalam melakukan penolakan gangguan.
Berdasarkan teori, sistem pengendali on off menunjukkan respon yang lebih cepat
dalam mencapai keadaan steady steate dengan set point yang telah ditentukan
dibandingkan dengan sistem pengendali feedback. Hal ini dikarenakan sistem
pengendali on off saat memberikan sinyal error maka sistem akan langsung beroperasi
dan menyesuaikan dengan set point. Karena proses kerja yang cepat maka nilai error
pun dapat segera dikurangi dan setelah berada pada titik set point yang telah
ditentukan. Sedangkan pada sistem feedback, sistem akan menilai terlebih dahulu
melalui hasil yang kemudian diperiksa hasil tersebut menggunakan sensor. Setelah itu,
sensor akan mengirim sinyal pada sistem untuk segera menyesuaikan dengan set point
(Reynaldo dkk, 2014). Namun dalam melakukan perbaikan terhadap gangguan, sistem
feedback mempunyai kerja lebih baik dalam menurunkan nilai error dari pada sistem
on-off. Pada sistem feedback, konstanta proporsional mempunyai fungsi untuk
memprediksi error dan menyesuaikan kembali sistem terhadap set point, konstanta
integral mempunyai fungsi untuk mengatur error dan menguranginya dalam waktu
tertentu, dan konstanta D berfungsi untuk menstabilkan sistem, mengurangi overshoot
dan mempercepat respon (Panda, 2012). Sedangkan pada sistem on-off bekerja
berdasarkan rentang poin tertentu pada kontak dengan proses dimana error akan
langsung dinilai tanpa perbaikan input dalam menghasilkan output ( Hellgenhaus,
2010)
Tabel 4.2 Sum Square Error (SSE) Tiap Variabel pada Disturbance Rejection
70 On-Off
60
KP = 10
50
KP = 12
Level (cm)
40
KP = 10 KI = 10
30
KP = 10 KI = 12
20
KP = 10 KI = 10 KD =
10
0,7
0 KP = 10 KI = 10 KD =
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0,9
Set Point
t (s)
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Waktu dengan Level pada Sistem Pengendali On-Off dan
Feedback
Dari hasil percobaan, kita dapat mengetahui perbandingan hasil antara sisstem
feedback dengan konstanta proporsional pada nilai 10 dan 12. Dari perbandingan
sistem feedback dengan konstanta proporsional pada nilai 10 dan 12, sistem dengan
konstanta proporsional nilai 12 mempunyai kemampuan lebih cepat pada saat
menyesuaikan dengan set point dari pada sistem dengan konstanta proporsional 10.
Berdasarkan teori yang ada, konstanta proporsional bergantung pada error yang timbul.
Konstanta proporsional berfungsi untuk memprediksi error dan mempercepat sistem
untuk kembali pada set point. Semakin besar konstanta proporsional akan berdampak
pada semakin cepat respon sistem dalam menghasilkan output yang sesuai dengan set
point yang telah dtetapkan (Panda, 2012).
70
60
50
Level (cm)
40
KP = 10
30
KP = 12
20 Set Point
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
t (s)
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Waktu dengan Level pada Sistem Pengendali Feedback dengan
Konstanta Proporsional
45
40
35
30
Level (cm)
25
KP = 10
20
KP = 12
15
Set Point
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
t (s)
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Waktu dengan Level pada Sistem Pengendali Feedback dengan
Konstanta Proporsional
Dari hasil percobaan, kita dapat mengetahui perbandingan antara sistem feedback
pada konstanta proporsional 10, konstanta integral 10 dengan sistem feedback pada
konstanta proporsional 10, konstanta integral 12. Berdasarkan percobaan, kita dapat
mengetahui bahwa sistem dengan menggunakan konstanta integral 10 memiliki respon
lebih cepat dari pada sistem yang konstanta integralnya 12. Berdasarkan teori yang ada,
pada sistem dengan menggunakan konstanta integral, konstanta integral akan bekerja
dengan mengatur error yang kemudian memperbaiki error agar error dapat hilang
dengan kecepatan waktu tertentu pada sistem. Semakin besar nilai konstanta integral
maka semakin banyak error yang hilang (Panda, 2012).
70
60
50
Level (cm)
40
KP = 10 KI = 10
30
KP = 10 KI = 12
20 Set Point
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
t (s)
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Waktu dengan Level pada Sistem Pengendali Feedback dengan
Konstanta Proporsional Integral
Namun dari hasil yang diperoleh, pada sistem dengan konstanta integral 10
mempunyai respon yang lebih cepat dari pada sistem yang mempunyai nilai konstanta
integral 12. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai konstanta integral maka
respon sistem akan melambat (Panda, 2012). Respon ini melambat karena semakin
besar error yang dihilangan oleh konstanta integral, maka kerja konstanta integral akan
membutuhkan waktu yang lama untuk mengatur input agar sesuai dengan output yang
telah ditetapkan sesuai dengan set point. Maka dari itu, sistem dengan konstanta
integral 10 mempunyai respon yang lebih cepat dari pada dengan konstanta integral 12.
Dari hasil percobaan, kita dapat mengetahui perbandingan antara sistem feedback
pada konstanta proporsional 10, konstanta integral 10 dengan sistem feedback pada
konstanta proporsional 10, konstanta integral 12. Berdasarkan percobaan, kita dapat
mengetahui bahwa sistem dengan menggunakan konstanta integral 10 memiliki respon
lebih cepat dari pada sistem yang konstanta integralnya 12. Selain itu, kita dapat
mengetahui berdasarkan kemampuan menolak gangguan, sistem yang menggunakan
konstanta integral 10 mempunyai nilai error SSE yang lebih besar dari pada sistem
yang menggunakan konstanta integral 12. Berdasarkan teori yang ada, pada sistem
dengan menggunakan konstanta integral, konstanta integral akan bekerja dengan
mengatur error yang kemudian memperbaiki error agar error dapat hilang dengan
kecepatan waktu tertentu pada sistem. Semakin besar nilai konstanta integral maka
semakin banyak error yang hilang (Panda, 2012).
45
40
35
30
Level (cm)
25
KP = 10 KI = 10
20
KP = 10 KI = 12
15
Set Point
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
t (s)
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Waktu dengan Level pada Sistem Pengendali Feedback dengan
Konstanta Proporsional Integral
Apabila dibandingkan antara hasil percobaan dan teori yang ada, keduanya
mempunyai kesesuaian dimana semakin besar nilai konstanta integral maka semakin
banyak error yang dapat dhilangkan. Berdasarkan hasil, sistem dengan konstanta
integral 12 dapat menghilangkan error lebih banyak dimana error akan diatur melalui
input untuk mengatur output agar sesuai dengan set point sehingga kemampuan
menolak pada sistem yang konstantanya 12 lebih baik dari pada sistem yang konstanta
integralnya 10.
Dari hasil percobaan, kita dapat mengetahui perbandingan antara dua sistem
feedback yang memiliki konstanta proporsional sama, 10, konstanta integral sama, 10,
namun memiliki konstanta derivatif yang berbeda yaitu masing-masing bernilai 0,7 dan
0,9. Berdassarkan respon terhadap sistem, sistem yang mempunyai konstanta derivatif
0,7 mempunyai respon yang lebih cepat dari pada sistem yang memiliki nilai konstanta
derivatif 0,9. Berdasarkan teori yang ada, konstanta derivatif bekerja untuk
memperbaiki kecepatan respon sistem terhadap set point yang telah ditetapkan dan
menstabilkan sistem dengan frekuensi kompensasi yang tinggi tanpa mengurangi error
(Panda, 2012). Semakin besar nilai konstanta derivatif maka akan berakibat pada
semakin cepat waktu respon sistem dalam menyesuaikan dengan set point (Willis,
1998).
90
80
70
60
KP = 10 KI = 10 KD =
Level (cm)
50 0,7
40 KP = 10 KI = 10 KD =
30 0,9
20 Set Point
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
t (s)
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Waktu dengan Level pada Sistem Pengendali Feedback dengan
Konstanta Proporsional Integral Derivatif
Namun apabila dibandingkan dengan teori yang ada, hasil percobaan mempunyai
perbedaan yang menyimpang dari teori dimana sistem dengan konstanta derivatif 0,7
lebih cepat responnya dari pada sistem yang menggunakan konstanta derivatif 0,9. Hal
ini dapat terjadi karena apabila sistem bekerja dengan konstanta Proporsional, Integral
dan Derivatif secara bersamaan akan menyebabkan pada penonjolan salah satu elemen
pada sistem (Permana, 2015). Penonjolan salah satu elemen dari sistem menyebabkan
salah satu elemen akan memperlambat respon sistem dimana hal ini akan menghambat
kerja dari konstanta derivatif dalam mempercepat sistem dalam menyesuaikan dengan
set point. Sehingga, hasil yang didapat menyebabkan sistem dengan konstanta derivatif
0,7 lebih cepat responnya dari pada sistem dengan konstanta derivatif 0,9.
Dari hasil percobaan, kita dapat mengetahui perbandingan antara dua sistem
feedback yang memiliki konstanta proporsional sama, 10, konstanta integral sama, 10,
namun memiliki konstanta derivatif yang berbeda yaitu masing-masing bernilai 0,7 dan
0,9. Berdassarkan respon terhadap sistem, sistem yang mempunyai konstanta derivatif
0,7 mempunyai respon yang lebih cepat dari pada sistem yang memiliki nilai konstanta
derivatif 0,9. Selain itu, untuk nilai error SSE, sistem dengan konstanta integral 0,7
memiliki nilai error SSE yang lebih kecil dari pada sistem yang mempunyai nilai
konstanta integral 0,9. Berdasarkan teori yang ada, konstanta derivatif bekerja untuk
memperbaiki kecepatan respon sistem terhadap set point yang telah ditetapkan dan
menstabilkan sistem dengan frekuensi kompensasi yang tinggi tanpa mengurangi error
(Panda, 2012). Semakin besar nilai konstanta derivatif maka akan berakibat pada
semakin cepat waktu respon sistem dalam menyesuaikan dengan set point (Willis,
1998).
70
60
50
KP = 10 KI = 10 KD =
Level (cm)
40 0,7
30 KP = 10 KI = 10 KD =
0,9
20
Set Point
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
t (s)
Gambar 4.8 Grafik Hubungan Waktu dengan Level pada Sistem Pengendali Feedback dengan
Konstanta Proporsional Integral Derivatif
Namun apabila dibandingkan dengan teori yang ada, hasil percobaan mempunyai
perbedaan yang menyimpang dari teori dimana sistem dengan konstanta derivatif 0,7
lebih kecil errornya dari pada sistem yang menggunakan konstanta derivatif 0,9. Hal ini
dapat terjadi karena pada dasarnya konstanta derivatif tidak akan mengurangi error
dalam menolak gangguan (Panda, 2012). Hal ini menyebabkan semakin tinggi nilai
konstanta derivatif tidak akan berpengaruh terhadap kemampuan sistem dalam menolak
gangguan.