PROPOSAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
didik dalam artian peserta didik tidak hanya menguasai pengetahuan yang
dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan yang lebih penting mereka
(SD) sesuai Kurikulum 2013, pelajaran PKn diberikan kepada peserta didik mulai
dari Sekolah Dasar (SD) untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mampu bekerjasama.
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa banyak murid yang tidak senang dengan pelajaran PKn,
dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Di samping hal
tersebut di atas, kebiasaan belajar murid yang tidak efektif juga menjadi
tetap dilakukan peserta didik pada waktu ia menerima pelajaran dari pendidik,
membaca buku, dan mengerjakan tugas- tugas sekolah serta mengatur waktu
mempersiapkan diri menjawab tes untuk keesokan harinya. Peserta didik belum
mampu memanfaatkan hari-hari yang lain untuk belajar sedikit demi sedikit.
oleh cara belajarnya. Peserta didik yang mempunyai cara belajar yang efisien
Setiap individu mempunyai gaya dan cara yang berbeda-beda. Cara yang
tepat bagi seseorang belum tentu tepat bagi orang lain. Namun demikian terdapat
pedoman umum yang dapat membantu belajar secara efektif dan efisien. Cara
belajar yang efektif dan efisien adalah cara belajar yang memenuhi syarat-syarat
237).
4
prestasi belajar yang lebih baik dan teratur. Kebiasan belajar yang baik dan terarah
serta teratur akan membuat murid belajar sesuai dengan rencana belajar.
dilaksanakan dengan baik setiap hari, maka akan menjadi suatu kebiasaan belajar
yang baik pula. Selain itu Djaali (2000 : 147) juga menyatakan dengan mengatur
waktu secara efisien dan efektif individu akan memperoleh beberapa keuntungan,
yaitu: (1) dapat mengatur kegiatan dengan baik sehingga lebih banyak yang dapat
dikerjakan, (2) dengan belajar yang teratur individu akan lebih mudah mengingat,
meresap apa yang dipelajarinya, (3) selalu siap bila mendapat beban belajar yang
lebih berat dijenjang yang lebih tinggi, (4) mempunyai lebih banyak waktu untuk
edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik.
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap
indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Di
5
dalam kenyataan di lapangan metode yang paling sering digunakan oleh pendidik
adalah metode ceramah. Metode ceramah membuat posisi peserta didik akan
terpasung sebagai peran pasif. Peserta didik akan mendengarkan penjelasan guru
secara monoton antara pendidik dan peserta didik tidak ada jalinan aktivitas yang
waktu pembelajaran.
cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terjadi karena murid
dilanjutkan dengan latihan soal yang tetap dibimbing oleh guru. Susanto (2012 :
cenderung menerima apa yang diberikan oleh guru dan melaksanakan apa yang
murid merasa cepat bosan dalam belajar, murid sering merasa cemas setiap kali
akan mendapat pelajaran PKn, karena sudah tertanam dalam benaknya bahwa
PKn itu sulit. Dari kenyataan tersebut dapat dikatakan bahwa guru merupakan
sumber belajar bagi murid dan hal yang menentukan hasil belajar murid. Selain
itu juga diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran PKn sebagian murid
memiliki kebiasaan belajar yang masih sangat kurang baik. Ini merupakan
permasalahan yang muncul dari pebelajar itu sendiri. Dari keterangan guru dan
murid serta hasil observasi tersebut dapat diketahui permasalah yang muncul
dalam proses pembelajaran PKn sangat kompleks terutama mulai dari guru masih
dengan metode dan model pembelajaran baru yang inovatif saat ini, cara guru
permasalahan yang kompleks tersebut tentunya akan sangat berdampak pada hasil
dalam satu kelas serta dapat meningkatkan prestasi belajar murid dalam mata
pelajaran PKn.
mencakup suatu kelompok kecil murid yang bekerja sebagai sebuah tim untuk
untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
terlepas dari anggapan pendidik yang keliru antara lain (1) Pendidik sering
menganggap peserta didik sebagai orang yang belum tahu apa-apa, (2) Pendidik
merasa tidak mengajar jika tidak melakukan ceramah, (3) Pendidik sering merasa
dinilai oleh peserta didik tidak hebat jika tidak berceramah, (4) pendidik sering
Together). Model pembelajaran ini merupakan salah satu tipe dari pembelajaran
8
persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap murid
tidak sama sesuai dengan nomor murid, tiap murid dengan nomor sama mendapat
nomor murid yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas, kuis individual dan pembuatan skor perkembangan tiap murid. Langkah
ditrancang untuk mempengaruhi pola interaksi murid dan memiliki tujuan untuk
merupakan struktur sederhana dan terdiri atas 4 tahap yang digunakan untuk
mereview fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi
murid. Model ini dapat digunakan untuk pemecahan masalah yang tingkat
kerjasama.
terhadap hasil belajar PKn murid Kelas V SD Inpres Bertingkat Kaluku Bodoa
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
C. Tujuan Penelitian
Head Together) terhadap hasil belajar PKn murid kelas V SD Inpres Bertingkat
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Selain itu, akan dapat melengkapi kajian mengenai teknik pelaksanaan, peran,
Together)
10
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
b. Bagi guru
c. Bagi murid
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
a. Pengertian Belajar
“Belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antara individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu
dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan
lingkungannya”.
dikatakan belajar ketika mengalami perubahan tingkah laku pada dirinya berkat
berikut :
tingkah laku.
12
b. Pengertian Pembelajaran
peserta didik, guru dengan peserta didik dan dengan sumber belajar. Pembelajaran
pemikiran murid pada suatu lingkungan belajar. Sebuah proses pembelajaran tidak
oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik
sekolah
lembaga sekolah
13
eksternal yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang sifatnya internal.
adalah suatu perubahan dari peristiwa atau situasi yang dirancang sedemikian rupa
c. Teori Belajar
belajar dan tidak memperhatikan pada proses berpikir murid. Menurut teori
behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar
14
untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang
terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena
belajar yang hanya melatih pembelajar seolah sudah terbiasa dan membiasakan
diri menjadi orang-orang yang terbentuk karena pembiasaan yang dikemas secara
kemampuan kognitif subjek pembelajar yang kuat secara logik dan menegasikan
hal-hal lain dalam dirinya sebagai subjek yang hidup dan melakukan aktualisasi
penemuan identitas diri. Oleh sebab itu, belajar dalam pendekatan behaviorisme
belajar. Teori ini menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi
belajarnya. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal
15
yang berwajah sosial mengatakan adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan
dalam interaksi dengan lingkungan sosial dan fisik sehingga belajar selanjutnya
lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seorang (Yamin, 2014: 62).
sesuatu yang given dari alam karena hasil kontak manusia dengan alam, tetapi
adalah sebuah fungsi dari pengalaman sebelumnya, juga struktur mentalnya, yang
realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Proses belajar dianggap berhasil
41)
tersebut ada yang berasal dari dalam diri murid dan berasal dari luar diri murid.
1) Faktor internal murid (faktor yang berasal dari dalam diri murid) yang meliputi
2) Faktor eksternal murid (faktor yang berasal dari luar diri murid) yang meliputi
rasa kebangsaan dan cinta tanah air". Melalui mata pelajaran PKn murid
17
bangsa dan negara serta memiliki keterampilan untuk menjalin hubungan di dalam
negeri ataupun di luar negeri sesuai dengan nilai dan norma yang ada.
Indonesiakan para murid secara sadar, cerdas dan penuh tanggung jawab”.
Melalui mata pelajaran PKn diharapkan murid memiliki komitmen kuat dan
murid, agar murid memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta rasa
b. Pembelajaran PKn di SD
(civic disposition) dan membina keterampilan warga negara (civic skill). Cholisin
merupakan materi substansi yang harus diketahui oleh warga negara”. Pada
dasarnya pengetahuan yang harus diketahui oleh warga negara berkaitan dengan
hak dan kewajiban dan pengetahuan tentang struktur dan sistem politik,
pemerintahan dan sistem sosial sebagaimana tercantum dalam Pancasila dan UUD
1945, serta nilai-nilai yang telah menjadi aturan dalam kehidupan berbangsa
di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal tersebut dapat disampaikan di sekolah
dasar sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
dirumuskan dalam kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013, sehingga sejak dini
diterima murid dapat bermakna dan tahan lama. Dengan demikian murid dapat,
dimulai dari lingkungan yang paling dekat yaitu keluarga dan dapat berkembang
19
sesuai dengan usianya ke lingkungan lebih luas yaitu negara. Cholisin (2005: 8)
sifat-sifat yang harus dimiliki setiap warga negara untuk mendukung efektivitas
lingkungan yang lebih luas yaitu negara. Tidak jarang dalam berinteraksi sering
terjadi perselisihan kecil, hal tersebut merupakan pembelajaran bagi murid untuk
masalah tersebut, sehingga diharapkan dewasa nanti dapat membawa diri dan
negeri.
Mata pelajaran PKn di sekolah dasar diharapkan murid sejak dini memiliki
1) Mampu berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup
2) Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung
jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan, dan
bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Hal ini akan
mudah tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma tetap ditanamkan pada
murid sejak usia dini, karena jika murid sudah memiliki nilai moral yang baik,
maka tujuan untuk membentuk warga negara yang baik akan mudah
diwujudkan.
adalah untuk menjadikan warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu,
mau dan sadar akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian, kelak murid
diharapkan dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas, bersikap baik, serta
5) Konstitusi Negara
6) Kekuasaan dan politik
7) Pancasila
8) Globalisasi
lingkungan sekitar dan dapat menghargai serta menerima keputusan bersama baik
dalam lingkungan sekolah keluarga dan masyarakat. Dari pihak guru selain harus
menguasai materi ajar sesuai dengan delapan ruang lingkup PKn tersebut,
instrumen penilaian dalam proses dan hasil belajar PKn yang bukan hanya
mencakup aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor.
perkembangan murid dalam tiga hal tersebut yaitu dengan melakukan penilaian
dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan
suatu aktivitas atau proses”. Begitu pula pada proses pembelajaran di sekolah
yang mengakibatkan manusia berubah dalam bersikap dan bertingkah laku. Aspek
perubahan yang dimaksud mencakup pada tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan
Benjamin Bloom.
hubungan erat dengan belajar. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai tingkat
dinyatakan dengan skor yang diperoleh dari tes mengenai sejumlah materi
pelajaran tertentu. Hasil belajar mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan
hasil afektif. Karakteristik murid meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat
dan, perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat
berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah
23
afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik murid sebagai hasil belajar
sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulus yang berasal
dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan murid saat proses belajar.
Belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi
internal, dan hasil belajar. Hasil belajar terdiri dari informasi verbal, keterampilan
intelektual, keterampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif. Hasil belajar juga
tergantung oleh beberapa faktor. Tidak semua faktor mempunyai pengaruh yang
sama besar, ada yang peranannya sangat penting, namun ada juga yang kecil
pengaruhnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa agar belajar dikatakan baik,
mungkin. Jika murid yang belajar lebih aktif dalam proses belajar, maka hasil
belajarnya akan lebih baik daripada murid pasif. Faktor yang mempengaruhi hasil
belajar ada dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri murid dan berasal dari
luar diri murid. Salah satu faktor yang berasal dari luar murid adalah peranan guru
Gagne (Sudjana, 2009: 22) membagi lima kategori hasil belajar, yaitu:
tiga macam hasil belajar yaitu “keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan
pengertian, serta sikap dan cita-cita”. Masing-masing hasil belajar dapat diisi
dengan bahan yang telah ditentukan dalam kurikulum. Dalam sistem pendidikan
instruksional menggunakan hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis
besar membaginya ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan
psikomotor.
1) Ranah kognitif
Pada ranah kognitif jika dikaitkan dengan paradigma baru PKn berkaitan
mana murid belajar materi PKn untuk mendapatkan pegetahuan yang dapat diukur
melalui hasil belajar ranah kognitif. Hasil belajar kognitif dibagi menjadi
beberapa tingkatan. Bloom (Purwanto, 2010: 50) “membagi tingkat hasil belajar
kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang
paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi”. Semakin tinggi tingkatnya maka
juga C3, analisis (menjabarkan suatu konsep) disebut juga C4, sintesis
juga C5, evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide dan metode) disebut juga C6.
Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek
2) Ranah afektif
ranah afektif. Dalam penilaian afektif ada beberapa aspek yang dinilai. Hal ini
berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan (receiving)
nilai yang dipilih untuk menjadi pedoman dalam berperilaku, internalisasi nilai
dilanjutkan penialian ranah afektif. Selain itu, guru dapat mengetahui tingkat
26
sekolah.
3) Ranah psikomotor
skills). Hasil belajar pada ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan dan
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga
ranah tersebut ranah kognitif yang paling banyak dinilai oleh guru di sekolah,
seorang guru dengan mengumpulkan informasi baik melalui tes maupun non tes,
tingkat keberhasilan dalam kelasnya. Dalam penelitian ini, hasil belajar PKn yang
dimaksud merupakan nilai atau hasil yang diperoleh murid setelah mengikuti
pelajaran PKn dan menerima pengalaman belajar dengan model kooperatif tipe
27
NHT (Number Head Together) baik itu nilai yang berupa angka, pengetahuan
kooperatif. Dalam NHT murid dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar
kelompok kecil. Setiap murid dalam satu kelompok memiliki satu nomor yang
berbeda dan hanya satu murid yang akan ditunjuk untuk maju mempresentasikan
hasil diskusi mewakili kelompoknya. Anita Lie (2008: 59) menyatakan bahwa
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu juga dapat
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi murid dan memiliki tujuan untuk
dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992. Spencer Kagan (Anita Lie, 2004: 59)
Teknik ini juga dapat mendorong murid untuk meningkatkan semangat kerjasama
murid dan memudahkan dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu
NHT dikembangkan dengan melibatkan murid dalam melihat kembali bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan memeriksa pemahaman murid mengenai isi
pelajaran tersebut. Struktur NHT sering disebut berpikir secara kelompok. NHT
digunakan untuk melibatkan lebih banyak murid dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran tersebut. NHT sebagai model pembelajaran pada
dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Adapun ciri khas dari NHT
menunjuk murid tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang
dalam bentuk LKS, kemudian hanya murid bernomor yang berhak menjawab
sebagai salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi murid dan memiliki
29
yang disampaikan.
NHT agar dapat berjalan dengan efektif, ada beberapa langkah yang perlu
59-60) yaitu:
mendapatkan nomor,
4) guru memanggil salah satu nomor, murid dengan nomor yang dipanggil
anggota kelompok diberi nomor sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Setelah
terbentuk kelompok, maka guru mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh
heterogen.
kelompok.
4) Guru memanggil salah satu nomor, murid yang merasa nomornya dipanggil
utuh.
Together)
31
1) Kegiatan awal
untuk masing-masing murid, soal pra test dan pascatest, LKS, dan lembar
pengamatan).
c) Soal pra test diberikan kepada murid untuk mengetahui kemampuan awal
murid.
2) Kegiatan inti
a) Murid dibagi menjadi 6 kelompok kecil yang anggotanya heterogen terdiri 3-4
murid.
anggotanya.
bersama.
h) Murid yang nomornya dipanggil guru mengangkat tangan dan mencoba untuk
lainnya dan seterusnya sampai semua pertanyaan yang ada di LKS terjawab
yang memuaskan dan memberikan reward bagi kelompok yang telah berhasil
3) Kegiatan akhir
diskusi kelompok yang dilakukan secara acak dan murid tidak diberitahu
mengetahui materi tetapi juga dapat memahami materi pelajaran karena jika
murid memahami materi pelajaran maka murid dapat lebih terampil dalam
h) Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. (Huda,
2014: 138)
B. Kerangka Pikir
dan masalah penelitian serta didasarkan pada kajian teoritis. Kerangka berpikir ini
teori yang telah dikemukakan penulis dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai
berikut :
pelajaran PKn, diantaranya adalah kurangnya minat dan konsentrasi murid dalam
mengikuti mata pelajaran PKn serta banyak murid yang berbicara dengan teman
sebangkunya. Pemahaman konsep murid terhadap mata pelajaran PKn juga masih
kurang. Selain itu, metode yang digunakan guru kurang bervariasi. Proses belajar
terhadap mata pelajaran PKn. Tujuan pembelajaran yang telah direncanakan pun
tidak seperti yang diharapakan yakni prestasi belajar murid yang rendah. Mata
dengan benar dan sungguh-sungguh karena tidak hanya sekedar menghafal teori
saja. Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat menggunakan metode yang tepat
dapat lebih mudah dalam memahami konsep atau materi dengan mudah. Salah
35
satu metode yang dijadikan alternatif dalam mata pelajaran PKn adalah model
:
Model Pembelajaran Model Pembelajaran
Pembelajaran
NHT Konvensional
(Kelas Eksperimen) PKn (Kelas Kontrol)
Analisis
C. Hipotesis
diajukan hipotesis :
(Number Head Together) terhadap hasil belajar PKn murid kelas V SD Inpres
Head Together) terhadap hasil belajar PKn murid kelas V SD Inpres Bertingkat
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
research), mengingat tidak dilakukan kontrol terhadap semua variabel yang dapat
kecuali beberapa variabel saja dan tidak dilakukan pengelompokan secara khusus
kelas kontrol diberikan prates sebagai tes awal. Sanjaya (2014 : 105)
Kel. Eks 𝑇1 e X 𝑇2 e
Kel. Pemb 𝑇1 p 𝑇2 p
38
39
Makassar Kecamatan Tallo pada bulan Juli 2015. Pemilihan lokasi ini didasarkan
1. Populasi
130). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua murid kelas V
2. Sampel
murid
eksperimen yang terdiri 20 murid dan V B sebagai kelas kontrol yang terdiri 20
murid.
40
D. Prosedur Penelitian
2. Memberikan prates (𝑇1 ), baik untuk kelas eksperimen (𝑇1 𝑒) maupun kelas
4. Memberikan perlakuan (x) pada kelas eksperimen dan menjaga agar kelas
5. Memberikan pascatest, baik untuk kelas eksperimen (𝑇2 𝑒) maupun untuk kelas
kemudian mencari selisih atau perbedaan dua rata-rata itu (𝑇2 𝑒-𝑇1 𝑒) dan (𝑇2 𝑝-
𝑇1 𝑝).
penerapan perlakuan X itu berkaitan dengan perubahan yang lebih besar pada
E. Instrumen Penelitian
mengumpulkan data yang meliputi latar belakang sekolah, keadaan murid dan
sebagainya.
3. Pedoman tes, yaitu alat bantu berupa tes tertulis tentang Negara Kesatuan
1. Observasi
maupun tidak tentang hal-hal yang diamati dan mencatatnya pada alat observasi.
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati
2. Dokumentasi
3. Tes
menentukan apakah perbedaan hasil itu signifikan atau tidak pada taraf
signifikansi tertentu. Mula-mula kita mencari rata-rata hitung (𝑇2 𝑒-𝑇1 𝑒) dan (𝑇2 𝑝-
𝑇1 𝑝) untuk mencari selisih atau perbedaan dua rata-rata itu. Dan kita
penerapan perlakuan X itu berkaitan dengan perubahan yang lebih besar pada
kelompok eksperimen.
43
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Miftahul. 2014. Cooperatif Learning : Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
44
45
Ruminiati. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran Serta PKN Sebagai Pendidikan
Nilai, Moral., dan Norma
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.
Suyono dan Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Konsep
Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Yamin. 2014. Moh. Teori dan Metode Pembelajaran : Konsepsi, Strategi dan
Praktik Belajar yang Membangun Karakter. Malang : Madani.