Anda di halaman 1dari 4

BAB III

TUGAS KHUSUS

Evaporasi
Pengertian, Tujuan, Faktor Yang Mempengaruhi, dan Alat Untuk Melakukannya

1. Pengertian Evaporasi

Menurut Pratiningsih, evaporasi merupakan proses pengentalan larutan yang dilakukan


dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut. Evaporasi juga bisa diartikan sebagai
proses penguapan, atau proses perpindahan panas ke dalam zat cair hingga mendidih. Proses
evaporasi biasanya dilakukan saat mengolah hasil pertanian dengan tujuan untuk
meningkatkan konsentrasi larutan, memperkecil volume larutan, dan lain sebagainya.

Evaporasi berbeda dengan proses pengeringan karena proses evaporasi menghasilkan sisa
penguapan berupa
zat cair. Selain itu, cairan yang dipanaskan saat proses evaporasi relatif lebih banyak
dibandingkan yang terjadi saat proses pengeringan. Evaporasi juga tidak sama dengan
distilasi karena uap yang digunakan dalam evaporasi termasuk komponen tunggal. Kalaupun
uap itu termasuk campuran, evaporasi tidak berusaha memisahkannya menjadi fraksi-fraksi,
seperti proses distilasi.

2. Tujuan Evaporasi

Kebanyakan proses evaporasi menggunakan bahan atau larutan berupa air. Tujuan dari proses
ini adalah untuk memekatkan konsentrasi larutan sehingga diperoleh larutan dengan tingkat
konsentrasi yang lebih tinggi, memperkecil volume larutan sehingga biaya penyimpanan,
pengepakan, dan transportasi menjadi lebih hemat, menurunkan aktivitas air, dan lain
sebagainya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi

Menurut Earle, ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kecepatan pada proses
evaporasi, seperti:

1. Kecepatan panas yang diuapkan ke bahan pangan.

2. Jumlah panas yang berada dalam penguapan.

3. Suhu maksimum yang bisa dicapai. Biasanya hal ini disesuaikan dengan kondisi bahan
yang akan dievaporasi. Sebab, bahan yang tidak tahan dengan suhu tinggi akan menghasilkan
kerak pada bagian evaporator. Hal ini akan berpengaruh pada perpindahan panas yang terjadi
dari alat steam ke bahan tersebut.

4. Besarnya tekanan yang berada dalam alat yang digunakan.


5. Berbagai jenis perubahan yang bisa saja terjadi saat proses penguapan.

6. Laju alir umpan. Laju air umpan tidak boleh terlalu kecil karena mengakibatkan proses
evaporasi kurang efisien. Sebaliknya, laju air umpan juga tidak boleh terlalu besar. Usahakan
untuk mengatur laju air umpan secara pas agar bisa menghasilkan proses evaporasi yang
optimal.

7. Sifat fisik dan kimia umpan.

8. Laju air steam.

9. Laju air pendingin.

10. Besar permukaan kontak antara umpan dengan alat pemanas.

Sedangkan menurut Buckle, faktor yang perlu diperhatikan saat proses evaporasi adalah:

1. Sirkulasi udara.

2. Terjadinya kenaikan viskositas.

3. Terjadinya deposit pada alat evaporator.

4. Faktor aroma.

5. Tingkat kelarutan zat padat.

4. Alat untuk evaporasi


Untuk melakukan proses evaporasi, biasanya digunakan alat bernama evaporator. Evaporator
merupakan alat untuk mengubah sebagian atau seluruh isi pelarut menjadi bentuk uap. Cara
kerjanya yakni menghasilkan panas, kemudian panas tersebut akan berpindah ke larutan
sehingga suhunya berubah hingga mencapai titik didih.

Di dalam evaporator, ada 3 bagian penting berupa:

1. Alat pemindah panas

Alat pemindah panas merupakan bagian yang berguna untuk mensuplai panas, entah itu
panas sensibel (digunakan untuk membuat suhu menjadi turun), ataupun panas laten saat
proses evaporasi.

2. Alat pemisah

Bagian ini berguna untuk memisahkan bagian uap dari cairan yang dikentalkan.

3. Alat pendingin

Alat pendingin digunakan untuk mengkondisasikan dan memisahkan uap.

Ada beberapa jenis evaporator, masing-masing memiliki tujuan dan bentuk yang berbeda-
beda. Berikut ini adalah jenis-jenis evaporator yang perlu kamu ketahui:

1. Evaporator Sirkulasi Alami

Cara kerja evaporator jenis ini dilakukan dengan memanfaatkan sirkulasi yang terjadi akibat
adanya perbedaan tingkat densitas setelah proses pemanasan. Saat air mulai mendidih,
buihnya akan naik ke atas dan memicu sirkulasi yang memisahkan bagian liquid dan uap air
di bagian atas pemanas. Jumlah evaporasi tergantung dari tingkat perbedaan suhu uap dengan
larutan. Seringkali pendidihan ini mengakibatkan sistem kering. Untuk menghindarinya,
tambahkan pompa untuk meningkatkan sirkulasi dan juga tekanan, sehingga pendidihan
diharapkan tidak terjadi.

2. Falling Film Evaporator

Evaporator jenis ini berbentuk tabung panjang yang dilengkapi dengan jaket uap. Biasanya
evaporator ini cocok untuk larutan yang bersifat kental, sehingga lebih banyak digunakan
pada industri pangan, industri kimia, dan saat melakukan proses fermentasi.

3. Rising Film Evaporator

Pada rising film evaporator, proses pendidihan terjadi di dalam tabung. Kendati demikian,
sumber panas justru berasal dari uap yang ada di luar tabung. Kemudian, buih air akan
muncul dan memicu terjadinya sirkulasi.
4. Plate Evaporator

Jenis evaporasi ini memiliki luas permukaan yang besar, tidak rata, dan ditopang oleh bingkai
(frame). Uap mengalir melalui ruang yang berada di antara plate. Biasanya jenis evaporator
ini digunakan oleh industri susu dan fermentasi karena fleksibilitas ruangan. Evaporator ini
tidak cocok pada bahan atau larutan yang kental dan padat.

5. Multi-effect evaporator

Evaporator ini menggunakan uap pada tahap pertama, untuk digunakan di tahap selanjutnya.
Semakin banyak tahap, maka semakin sedikit energi yang dikonsumsi. Biasanya, evaporator
ini melakukan paling banyak 7 tahap, dan cocok digunakan untuk bahan yang sensitif
terhadap panas, seperti enzim atau protein.

6. Single-effect evaporator

Pada evaporator jenis ini, proses dilakukan hanya melalui satu buah tempat penguapan, dan
panas diberikan oleh satu permukaan pemanas.

Demikianlah pembahasan lengkap tentang pengertian, tujuan, faktor yang mempengaruhi,


dan alat untuk melakukan evaporasi yang perlu kamu ketahui. Semoga bisa menambah
wawasan dan pengetahuanmu, khususnya mengenai evaporasi.

Anda mungkin juga menyukai