Oleh :
BRYAN PRASETYO
170070301111127
Saat ini isu penting dan global dalam Pelayanan Kesehatan adalah
Keselamatan Pasien (Patient Safety). Isu ini praktis mulai dibicarakan kembali
pada tahun 2000-an, sejak laporan dan Institute of Medicine (IOM) yang
menerbitkan laporan: to err is human, building a safer health system.
Keselamatan pasien adalah suatu disiplin baru dalam pelayanan kesehatan yang
mengutamakan pelaporan, analisis, dan pencegahan medical error yang sering
menimbulkan Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dalam pelayanan kesehatan.
Frekuensi dan besarnya KTD tak diketahui secara pasti sampai era 1990-
an, ketika berbagai Negara melaporkan dalam jumlah yang mengejutkan pasien
cedera dan meninggal dunia akibat medical error. Menyadari akan dampak error
pelayanan kesehatan terhadap 1 dari 10 pasien di seluruh dunia maka World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa perhatian terhadap Keselamatan
Pasien sebagai suatu endemis.
Organisasi kesehatan dunia WHO juga telah menegaskan pentingnya
keselamatan dalam pelayanan kepada pasien: “Safety is a fundamental principle
of patient care and a critical component of quality management.” (World Alliance
for Patient Safety, Forward Programme WHO, 2004), sehubungan dengan data
KTD di Rumah Sakit di berbagai negara menunjukan angka 3 – 16% yang tidak
kecil.
Pasien Dewasa yang mendapatkan tindakan operasi bedah semakin
banyak. Hal ini dibuktikan dengan adanya kecenderungan peningkatan tindakan
operasi bedah di beberapa rumah sakit dari tahun ke tahun. Tindakan Anastesi
atau pembiusan yang bersifat umum (general anesthesia) merupakan tindakan
medis yang seringkali dilakukan pada seorang pasien yang akan dilakukan
tindakan operasi bedah.
Seorang pasien yang belum pulih peristaltik ususnya setelah pembiusan
dapat menderita illeus / obstruksi usus (gangguan pada usus) bila pada waktu
tersebut diberikan asupan nutrisi. Oleh karena itu pasien sering mengeluh karena
harus menunggu waktu yang lama untuk dapat makan dan minum, sehingga
pasien menanggung rasa lapar dan haus yang cukup lama. Dampak negatif yang
lain dari semakin lamanya pasien mendapatkan asupan makanan dan nutrisi
adalah pemulihan kesegaran dan kebugaran pasien semakin lama, dan ini akan
berakibat lama perawatan semakin lama. Waktu perawatan Length of stay (LOS)
merupakan salah satu indikator penilaian dalam akreditasi sebuah rumah sakit.
Semakin lama length of stay maka penilaian terhadap rumah sakit tersebut
semakin buruk. Dampak negatif lain yang diakibatkan lamanya pemulihan pasien
pasca operasi, menyebabkan pasien harus berlama-lama dalam posisi tirah
baring. Posisi tirah baring yang lama akan meningkatkan terjadinya komplikasi
yang serius seperti pembentukan suatu thrombus sehingga aliran balik vena
mengalami hambatan.
Perlu upaya pencarian jalan keluar untuk mengatasi lamanya pemulihan
peristaltik usus pada pasien pasca operasi dengan tindakan anestesi umum.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa tindakan ambulasi
dini akan mempercepat pemulihan pasien pasca operasi. Pada saat ini peneliti
ingin mengatahui perbedaan lama waktu pemulihan peristaltik usus antara pasien
yang dilakukan ambulasi dini ROM aktif dan ROM pasif.
c. Apabila pasien dapat duduk di tempat tidur tanpa mengeluh pusing hari ketiga
post operasi anjurkan untuk menjuntai kaki di samping tempat tidur, jika tanda-
tanda vital normal dan pasien tidak mengeluh pusing bantu pasien untuk
berdiri disamping tempat tidur dan bantu pasien untuk berjalan perlahan dalam
jarak pendek ± 2-3 meter.
d. Hari keempat pasien dibantu untuk berjalan kekamar mandi dan jika luka
operasi kering, pemenuhan nutrisi baik, hasil pemeriksaan penunjang baik,
tidak ada komplikasi lainnya, perawat dapat memberitahukan kepada dokter
agar pasien boleh dipulangkan. (Perry dan Poter, 2005) Menurut Potter &
Perry (2005), mobilisasi dapat di lakukan dengan range of motion (ROM) aktif.
Adapun gerakan ROM yang dilakukan yaitu:
a. Leher, spina, serfikal
Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Hiperektensi: Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang 40-
45°
Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin
kearah setiap bahu, rentang 40-45°
Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler, rentang
180°
c. Siku
• Fleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi
bahu dan tangan sejajar bahu, rentang 150°
• Ektensi : Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150°
d.Lengan bawah
Supinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan
menghadap ke atas, rentang 70-90°
Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap
ke bawah, rentang 70-90°
i. Lutut
Fleksi : Mengerakan tumit ke belakang paha, rentang 120-130°
Ekstensi : Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°
k. Kaki
Inversi : Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10°
Eversi : Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°
l. Jari-Jari Kaki
Fleksi : Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°
Ekstensi : Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi : Menggerakan jari kaki satu dengan yang lain, rentang 15°
Adduksi : Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°
d. Peningkatan metabolisme
1) Mencegah berkurangnya tonus otot
2) Mengembalikan keseimbangan nitrogen
e. Peningkatan peristaltik
1) Memudahkan terjadinya flatus
2) Mencegah distensi abdominal dan nyeri akibat gas
3) Mencegah konstipasi
4) Mencegah illeus paralitik
Obat anestesi yang diberikan akan masuk ke dalam sirkulasi darah yang
selanjutnya menyebar ke jaringan, yang pertama kali terpengaruh adalah
jaringan yang banyak vaskularisasinya seperti otak, yang mengakibatkan
kesadaran dan rasa sakit hilang. Kecepatan dan kekuatan anestesi dipengaruhi
oleh faktor respirasi, sirkulasi, dan sifat fisik obat itu sendiri.
Klasifikasi Mallampati :
Mudah sulitnya dilakukan intubasi dilihat dari klasifikasi Mallampati :
2. Anestetik inhalasi
a. N2O
Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa dan lebih berat daripada udara.N2O biasanya tersimpan dalam bentuk
cairan bertekanan tinggi dalam baja, tekanan penguapan pada suhu kamar ± 50
atmosfir.N2O mempunyai efek analgesic yang baik, dengan inhalasi 20% N2O
dalam oksigen efeknya seperti efek 15 mg morfin. Kadar optimum untuk
mendapatkan efek analgesic maksimum ± 35% .gas ini sering digunakan pada
partus yaitu diberikan 100% N2O pada waktu kontraksi uterus sehingga rasa
sakit hilang tanpa mengurangi kekuatan kontraksi dan 100% O2 pada waktu
relaksasi untuk mencegah terjadinya hipoksia. Anestetik tunggal N2O digunakan
secara intermiten untuk mendapatkan analgesic pada saat proses persalinan dan
Pencabutan gigi. H2O digunakan secara umum untuk anestetik umum, dalam
kombinasi dengan zat lain
b. Halotan
Merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar dan tidak
mudah meledak meskipun dicampur dengan oksigen.Halotan bereaksi dengan
perak, tembaga, baja, magnesium, aluminium, brom, karet dan plastic.Karet larut
dalam halotan, sedangkan nikel, titanium dan polietilen tidak sehingga pemberian
obat ini harus dengan alat khusus yang disebut fluotec.Efek analgesic halotan
lemah tetapi relaksasi otot yang ditimbulkannya baik. Dengan kadar yang aman
waktu 10 menit untuk induksi sehingga mempercepat digunakan kadar tinggi (3-4
volume %). Kadar minimal untuk anestesi adalah 0,76% volume.
c. Isofluran
Merupakan eter berhalogen yang tidak mudah terbakar.Secara kimiawi mirip
dengan efluran, tetapi secara farmakologi berbeda. Isofluran berbau tajam
sehingga membatasi kadar obat dalam udara yang dihisap oleh penderita karena
penderita menahan nafas dan batuk. Setelah pemberian medikasi preanestetik
stadium induksi dapat dilalui dengan lancer dan sedikit eksitasi bila diberikan
bersama N2O dan O2.isofluran merelaksasi otot sehingga baik untuk intubasi.
Tendensi timbul aritmia amat kecil sebab isofluran tidak menyebabkan
sensiitisasi jantung terhadap ketokolamin. Peningkatan frekuensi nadi dan
takikardiadihilangkan dengan pemberian propanolol 0,2-2 mg atau dosis kecil
narkotik (8-10 mg morfin atau 0,1 mg fentanil), sesudah hipoksia atau hipertemia
diatasi terlebih dulu. Penurunan volume semenit dapat diatasi dengan mengatur
dosis.Pada anestesi yang dalam dengan isofluran tidak terjadi perangsangan
SSP seperti pada pemberian enfluran. Isofluran meningkatkan aliran darah otak
pada kadar labih dari 1,1 MAC (minimal Alveolar Concentration) dan
meningkatkan tekanan intracranial.
d. Sevofluran
Obat anestesi ini merupakan turunan eter berhalogen yang paling disukai untuk
induksi inhalasi.
Kesadaran
Menangis 2
Bereaksi terhadap rangsangan 1
Tidak bereaksi 0
Jika jumlah > 5, penderita dapat dipindahkan ke ruangan
BAB III
PEMBAHASAN
Omuigui . The Anaesthesia Drugs Handbook, 2nded, Mosby year Book Inc, 1995.