Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

TETANUS

Untuk Memenuhi Tugas Individu Profesi Ners Departemen Medikal

RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT TINGKAT II DR SOEPRAOEN

Oleh:

BRYAN PRASETYO

NIM. 170070301111127

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG
2018
A. Pengertian
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena
mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani
yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit
infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw),
spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang
dan spasme dan paralisis pernapasan.
Tetanus yang juga dikenal dengan lockjaw , merupakan penyakit yang
disebakan oleh tetanospasmin, yaitu sejenis neurotoksin yang diproduksi oleh
Clostridium tetani yang menginfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf dan
otot menjadi kaku (rigid). Kitasato merupakan orang pertama yang berhasil
mengisolasi organisme dari korban manusia yang terkena tetanus dan juga
melaporkan bahwa toksinnya dapat dinetralisasi dengan antibodi yang spesifik.
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman
clostiridium tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan
diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot
masester dan otot rangka.
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman
Clostridium tetani, bermanifestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti
kekakuan otot seluruh badan. Kekuatan tonus otot massater dan otot-otot rangka.
Jadi, dapat disimpulkan Tetanus merupakan penyakit infeksi yang berbahaya
disebabkan oleh toksin yang mempengaruhi system urat saraf dan otot.

B. Etiologi
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif; Cloastridium tetani Bakteri ini
berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan
juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Spora ini bisa
tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika ia menginfeksi luka seseorang
atau bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, ia akan memasuki tubuh
penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin. Tetanus
sering juga dijumpai pada neonatus, bakteri masuk melalui tali pusat sewaktu
persalinan yang tidak baik, tetanus ini dikenal dengan nama tetanus neonatorum.
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah resiko tinggi
dengan cakupan imunisasi DPT yang rendah. Reservoir utama kuman ini adalah
tanah yang mengandung kotoran ternak sehingga resiko penyakit ini di daerah
peternakan sangat tinggi. Spora kuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat
bertebaran di mana-mana.
Port of entry tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga
melalui:
a. Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar
b. Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik
c. OMP, caries gigi
d. Pemotongan tali pusat yang tidak steril.
e. Penjahitan luka robek yang tidak steril.

Clostridium tetani termasuk dalam bakteri Gram positif, anaerob obligat,


dapat membentuk spora, dan berbentuk drumstick. Spora yang dibentuk oleh C.
tetani ini sangat resisten terhadap panas dan antiseptik. Ia dapat tahan walaupun
telah diautoklaf (1210C, 10-15 menit) dan juga resisten terhadap fenol dan agen
kimia lainnya. Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran
manusia dan hewan peliharaan dan di daerah pertanian. Umumnya, spora bakteri ini
terdistribusi pada tanah dan saluran penceranaan serta feses dari kuda, domba,
anjing, kucing, tikus, babi, dan ayam. Ketika bakteri tersebut berada di dalam tubuh,
ia akan menghasilkan neurotoksin (sejenis protein yang bertindak sebagai racun
yang menyerang bagian sistem saraf). C. tetani menghasilkan dua buah eksotoksin,
yaitu tetanolysin dan tetanospasmin. Fungsi dari tetanoysin tidak diketahui dengan
pasti, namun juga dapat memengaruhi tetanus. Tetanospasmin merupakan toksin
yang cukup kuat.

C. Patofisiologi/Pathways
Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri Gram positif
anaerob, Clostridium tetani, dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu setelah
inokulasi bentuk spora ke dalam darah tubuh yang mengalami cedera (periode
inkubasi). Penyakit ini merupakan 1 dari 4 penyakit penting yang manifestasi
klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan eksotoksin (tetanus, gas
ganggren, dipteri, botulisme). Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa berupa
luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal,
tertanamnya benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang
dangkal dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari
tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada
pembedahan.
Pada keadaan anaerobik, spora bakteri ini akan bergerminasi menjadi sel
vegetatif. Selanjutnya, toksin akan diproduksi dan menyebar ke seluruh bagian
tubuh melalui peredaran darah dan sistem limpa. Toksin tersebut akan
beraktivitas pada tempat-tempat tertentu seperti pusat sistem saraf termasuk
otak. Gejala klonis yang ditimbulakan dari toksin tersebut adalah dengan
memblok pelepasan dari neurotransmiter sehingga terjadi kontraksi otot yang
tidak terkontrol. Akibat dari tetanus adalah rigid paralysis (kehilangan
kemampuan untuk bergerak) pada voluntary muscles (otot yang geraknya dapat
dikontrol), sering disebut lockjaw karena biasanya pertama kali muncul pada otot
rahang dan wajah. Kematian biasanya disebabkan oleh kegagalan pernafasan
dan rasio kematian sangatlah tinggi.

Ada 3 bentuk klinik dari tetanus, yaitu:

1) Tetanus lokal : otot terasa sakit, lalu timbul rigiditas dan spasme pada bagian
paroksimal luar. Gejala itu dapat menetap dalam beberapa minggu dan
menghilang tanpa sekuele.
2) Tetanus general; merupakan bentuk paling sering, timbul mendadak dengan
kaku kuduk, trismus, gelisah, mudah tersinggung dan sakit kepala merupakan
manifestasi awal. Dalam waktu singkat konstruksi otot somatik — meluas.
Timbul kejang tetanik bermacam grup otot, menimbulkan aduksi lengan dan
ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya spasme berlangsung
beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi.
3) Tetanus cephalic : varian tetanus local yang jarang terjadi masa inkubasi 1-2
hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol
adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX dan XI tersering adalah saraf otak VII
diikuti tetanus umum.

Menurut berat gejala dapat dibedakan 3 stadium :

a) Trismus (3 cm) tanpa kejang-lorik umum meskipun dirangsang.


b) Trismur (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang torik umum bila dirangsang.
c) Trismur (1 cm) dengan kejang torik umum spontan.
organism anaerob Clostridium tetani berpoliferasi karena luka tusuk dalam dan
kotor serta belum terimunisasi, luka karena lalu lintas, luka bakar, luka tembak

Eksotoksin

Pengangkutan toksin melewati


saraf motorik

Ganglion sumsum Otak Saraf otonom


tulang belakang

Menempel pada
Mengenai saraf simpatis
cerebral
Tonus otot meningkat
gangliosides

Menjadi kaku Kekakuan dan kejang khas - Keringat berlebih


tetanus - Hipertermi
- Hipotermi
- Aritmia
- Takikardi
Hilangnya
keseimbangan tonus
otot
Hipoksia berat
Kekakuan otot

Menurunnya oksigen di
System System persarafan otak
pencernaan

- Ketidakefektifan Kesadaran menurun


- Gangguan eliminasi
bersihan jalan nafas
- Gangguan nutrisi
- Gangguan
kurang dari
komunikasi verbal - Hipoksemia
kebutuhan
- Gangguan perfusi
jaringan
- Gangguan
pertukaran gas
D. Tanda dan Gejala9
Masa inkubasi 5-14 hari, tetapi bisa lebih pendek (1hari atau lebih lama 3 atau
beberapa minggu)
Terdapat 3 bentuk tetanus yaitu :
1. Localited tetanus (tetanus lokal)
2. Cephalic tetanus
3. Generalized tetanus
Karakteristik tetanus yaitu
1. Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, d an menetap selama 5-7 hari
2. Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekuensinya
3. Setelah 2 minggu kejang mulai hilang
4. Biasanya didahului dengan ketegangan otot terutama pada rahang dari leher.
Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus, lockjaw) karena karena
spasme otot masetter
5. Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (opistotonus, nuchal rigidity)
6. Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik
keatas, sudut mulut tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat
7. Gambaran umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai
8. Eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik
9. Karena kontraksi otot yang sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis,
retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak)
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan tetanus yaitu
1. Pemeriksaan cultur : C. tetani (+)
2. Pemeriksaan laboratorium : SGOT, CPK meninggi serta dijumpai
myoglobinuria
3. Pemeriksaan EKG dapat terlihat aritmia ventrikuler
F. Pengkajian Primer
Pengkajian primer dilakukan dengan menilai ABCD dan harus selesesai dlaam 2-5
menit, penilaian yang dilakukan pada pasien dengan tetanus yaitu :
a. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas dengan
bebas. Jika ada obstruksi maka lakukan :

 Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)
 Suction / hisap (jika alat tersedia)
 Guedel airway / nasopharyngeal airway
 Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi netral
b. Breathing
Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas.
Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan :
 Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)
 Tutuplah jika ada luka robek pada dinding dada
 Pernafasan buatan
c. Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan
nafas bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan
:
 Hentikan perdarahan eksternal
 Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G)
 Berikan infus cairan
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur
Glasgow Coma Scale
AWAKE =A
RESPONS BICARA (verbal) = V
RESPONS NYERI =P
TAK ADA RESPONS = U
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cedera yang
mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang, maka
imobilisasi in-line harus dikerjakan.

G. Pengkajian Sekunder
a. Dapat ditemukan: kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang yang
hebat. Pada tetanus lokal ditemukan kekakuan dan spasme yang menetap.
b. Pada tetanus sefalik ditemukan trismus, rhisus sardonikus dan disfungsi
nervus
c. Pada tetanus umum/generalisata adanya: trismus, kekakuan leher, kekakuan
dada dan perut (opisthotonus), fleksi-abduksi lengan serta ekstensi tungkai,
kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar,
suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.
d. Pada tetanus neonatorum ditemukan kekakuan dan spasme dan posisi tubuh
klasik: trismus, kekakuan pada otot punggung menyebabkan opisthotonus
yang berat dengan lordosis lumbal.
e. Bayi mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan
mendekap dada, pergelangan tangan fleksi, jari mengepal, ekstremitas
bawah hiperekstensi dengan dorsofleksi pada pergelangan dan fleksi jari-jari
kaki.
H. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan tetanus yaitu :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sputum pada trakea dan spasme otot pernafasan
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat
spasme otot-otot pernafasan
3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot
pengunyah
4. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka, leukosit naik
I. Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan umum pada pasien dengan tetanus bertujuan untun mengeliminasi
kuman tetani, menetralisirkan peredaran toksin, mencegah spasme otot dan
memberikan bantuan pernafasan sampai pulih. Penatalaksanaan pasien tetanus
secara umum yaitu :9
a. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya dengan cara membersihkan
luka, irigasi, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik), membuang benda
asing dalam luka serta kompres, dalam hal ini piñatalaksanaan terhadap luka
dilakukan 1-2 jam setelah ATS dan pemberian antibiotic.
b. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan
membuka mulut dan menelan. Bila ada trimus, makanan dapat diberikan
personde atau parental
c. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap
penderita
d. Oksigen, pernafasan buatan dan tracheostomi bila perlu
e. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
J. Intervensi Keperawatan10
No Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Bersihan NOC NIC
Jalan nafas NOC: ▪ Pastikan kebutuhan oral /
tidak efektif ❖ Respiratory status : Ventilation tracheal suctioning.
berhubungan ❖ Respiratory status : Airway ▪ Berikan O2
dengan patency ▪ Anjurkan pasien untuk
penumpukan ❖ Aspiration Control istirahat dan napas dalam
sputum pada Setelah dilakukan tindakan ● Posisikan pasien untuk
trakea dan keperawatan selama pasien memaksimalkan ventilasi
spasme otot menunjukkan keefektifan jalan nafas ● Lakukan fisioterapi dada jika
pernafasan dibuktikan dengan kriteria hasil : perlu
❖ Mendemonstrasikan batuk efektif ● Keluarkan sekret dengan
dan suara nafas yang bersih, batuk atau suction
tidak ada sianosis dan dyspneu ● Auskultasi suara nafas, catat
(mampu mengeluarkan sputum, adanya suara tambahan
bernafas dengan mudah, tidak ● Berikan bronkodilator :
ada pursed lips) ● Monitor status hemodinamik
❖ Menunjukkan jalan nafas yang ● Berikan pelembab udara
paten (klien tidak merasa Kassa basah NaCl Lembab
tercekik, irama nafas, frekuensi ● Berikan antibiotik :
pernafasan dalam rentang ● Atur intake untuk cairan
normal, tidak ada suara nafas mengoptimalkan
abnormal) keseimbangan.
❖ Mampu mengidentifikasikan dan ● Monitor respirasi dan status
mencegah faktor yang penyebab. O2
❖ Saturasi O2 dalam batas normal ● Pertahankan hidrasi yang
Foto thorak dalam batas normal adekuat untuk mengencerkan
sekret
● Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang
penggunaan peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.

2 Resiko infeksi NOC : NIC :


berhubungan  Immune Status  Pertahankanteknikaseptif
tinggi  Knowledge : Infection control  Batasipengunjung bila perlu
terpaparnya  Risk control  Cucitangansetiapsebelum
luka Setelah dilakukan tindakan dan
keperawatan selama 3x24 sesudahtindakankeperawat
jampasien tidak mengalami infeksi an
dengan kriteria hasil:  Gunakan baju, sarung
 Klien bebas dari tanda dan tangan sebagai alat
gejala infeksi pelindung
 Menunjukkan kemampuan untuk  Ganti letak IV perifer dan
mencegah timbulnya infeksi dressing sesuai dengan
 Jumlahleukositdalambatas petunjuk umum
normal  Gunakan kateter intermiten
 Menunjukkanperilakuhidupsehat untuk menurunkan infeksi
 Status imun, gastrointestinal, kandung kencing
genitourinaria dalam batas  Tingkatkan intake nutrisi
normal
 Berikan terapi antibiotik
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
 Pertahankan teknik isolasi
k/p
 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap 4
jam
3 Pola nafas NOC: NIC:
tidak efektif ❖ Respiratory status : Ventilation ● Posisikan pasien untuk
berhubungan ❖ Respiratory status : Airway memaksimalkan ventilasi
dengan jalan patency ● Pasang mayo bila perlu
nafas ❖ Vital sign Status ● Lakukan fisioterapi dada jika
terganggu perlu
akibat spasme Setelah dilakukan tindakan ● Keluarkan sekret dengan
otot-otot keperawatan selama ………..pasien batuk atau suction
pernafasan menunjukkan keefektifan pola nafas, ● Auskultasi suara nafas, catat
dibuktikan dengan kriteria hasil: adanya suara tambahan
❖ Mendemonstrasikan batuk efektif ● Berikan bronkodilator :
dan suara nafas yang bersih, tidak -…………………..
ada sianosis dan dyspneu …………………….
(mampu mengeluarkan sputum, ● Berikan pelembab udara
mampu bernafas dg mudah, Kassa basah NaCl Lembab
tidakada pursed lips) ● Atur intake untuk cairan
❖ Menunjukkan jalan nafas yang mengoptimalkan
paten (klien tidak merasa tercekik, keseimbangan.
irama nafas, frekuensi pernafasan ● Monitor respirasi dan status
dalam rentang normal, tidak ada O2
suara nafas abnormal) ❖ Bersihkan mulut, hidung dan
Tanda Tanda vital dalam rentang secret trakea
normal (tekanan darah, nadi, ❖ Pertahankan jalan nafas
pernafasan) yang paten
❖ Observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
❖ Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
❖ Monitor vital sign
❖ Informasikan pada pasien
dan keluarga tentang tehnik
relaksasi untuk memperbaiki
pola nafas.
❖ Ajarkan bagaimana batuk
efektif
❖ Monitor pola nafas

Anda mungkin juga menyukai