Anda di halaman 1dari 31

Diare (bahasa Inggris: diarrhea) adalah sebuah penyakit di saat tinja atau feses berubah menjadi

lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam.[1] Di negara
berkembang, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh
lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya.

Daftar isi
 1 Penyebab
 2 Gejala
 3 Perawatan
 4 Diare infektif
 5 Penanggulangan diare
 6 Pencegahan
 7 Pengobatan tradisional
 8 Lihat pula
 9 Referensi
 10 Bacaan lanjutan
 11 Pranala luar

Penyebab

Sebuah mikrograf elektron dari rotavirus, penyebab hampir 40% dari diare pada anak di bawah
umur 5 tahun.

Kondisi ini dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (fructose, lactose), kelebihan
vitamin C, dan mengonsumsi Buah-buahan tertentu. Biasanya disertai sakit perut dan seringkali
mual dan muntah. Ada beberapa kondisi lain yang melibatkan tetapi tidak semua gejala diare,
dan definisi resmi medis dari diare adalah defekasi yang melebihi 200 gram per hari.

Memakan makanan yang asam, pedas, atau bersantan sekaligus secara berlebihan dapat
menyebabkan diare juga karena membuat usus kaget.

Hal ini terjadi ketika cairan yang tidak mencukupi diserap oleh usus besar. Sebagai bagian dari
proses digestasi, atau karena masukan cairan, makanan tercampur dengan sejumlah besar air.
Oleh karena itu makanan yang dicerna terdiri dari cairan sebelum mencapai usus besar. Usus
besar menyerap air, meninggalkan material yang lain sebagai kotoran yang setengah padat. Bila
usus besar rusak / radang, penyerapan tidak terjadi dan hasilnya adalah kotoran yang berair.
Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun
bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi dan air tersedia,
pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama
satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan
dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa perawatan.

Diare dapat menjadi gejala penyakit yang lebih serius, seperti disentri, kolera atau botulisme, dan
juga dapat menjadi indikasi sindrom kronis seperti penyakit Crohn. Meskipun penderita
apendisitis umumnya tidak mengalami diare, diare menjadi gejala umum radang usus buntu.

Diare juga dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang
yang tidak cukup makan. jadi apabila mau mengkonsumsi alkohol lebih baik makan terlebih
dahulu.

Kondisi cuaca yang tidak stabil, sanitasi tempat pengungsian yang buruk serta kondisi rumah
yang masih kotor terkena genangan air, juga sulitnya mendapat air bersih menyebabkan
mudahnya terjadi wabah diare setelah banjir. Penyakit diare yang terlihat ringan justru bisa
membahayakan jiwa, karena saat tubuh kekurangan cairan, maka semua organ akan mengalami
gangguan. Diare akan semakin berbahaya jika terjadi pada anak-anak.[2]

Gejala
Gejala yang biasanya ditemukan adalah buang air besar terus menerus disertai dengan rasa mulas
yang berkepanjangan, dehidrasi, mual dan muntah. Tetapi gejala lainnya yang dapat timbul
antara lain pegal pada punggung, dan perut sering berbunyi.

Perawatan
Perawatan untuk diare melibatkan pasien mengonsumsi sejumlah air yang mencukupi untuk
menggantikan yang hilang, lebih baik bila dicampur dengan elektrolit untuk menyediakan garam
yang dibutuhkan dan sejumlah nutrisi. Oralit dan tablet zinc adalah pengobatan pilihan utama
dan telah diperkirakan telah menyelamatkan 50 juta anak dalam 25 tahun terakhir.[1] Untuk
banyak orang, perawatan lebih lanjut dan medikasi resmi tidak dibutuhkan.

Jika tidak tersedia oralit bubuk, oralit dapat dibuat dengan bahan-bahan berikut ini:[2]

 200 ml atau segelas seukuran belimbing air matang


 2 sendok teh gula pasir
 1/2 sendok teh garam halus

Campur semua bahan hingga larut lalu minumkan pada penderita diare. Minum oralit dengan
ketentuan sebagai berikut:[2]

Usia Pemberian Setelah 3 Jam Diketahui Diare Pemberian Setelah BAB


Kurang dari 1 tahun 1 1/2 gelas 1/2 gelas
1 - 4 tahun 3 gelas 1 gelas
5 - 12 tahun 6 gelas 1 1/2 gelas
Dewasa 12 gelas 5 gelas

Diare di bawah ini biasanya diperlukan pengawasan medis:

 Diare pada balita


 Diare menengah atau berat pada anak-anak
 Diare yang bercampur dengan darah.
 Diare yang terus terjadi lebih dari 2 minggu.
 Diare yang disertai dengan penyakit umum lainnya seperti sakit perut, demam,
kehilangan berat badan, dan lain-lain.
 Diare pada orang yang bepergian (kemungkinan terjadi infeksi yang eksotis seperti
parasit)
 Diare dalam institusi seperti rumah sakit, perawatan anak, institut kesehatan mental.

Diare infektif
Diare infektif yang tidak biasa untuk diare dapat bertahan lama. Diare ini disebabkan karena
beberapa organisme penyebabnya tersebut dapat bertahan selama bertahun-tahun tanpa gejala
penyakit jangka panjang yang jelas.

Penanggulangan diare

Penderita diare sebaiknya segera meminum oralit yang merupakan campuran dari gula dan
garam untuk menjaga cairan tubuh.[3][4]

Beberapa cara penggulangan diare antara lain:

1. Jaga hidrasi dengan elektrolit yang seimbang. Ini merupakan cara paling sesuai di
kebanyakan kasus diare, bahkan disentri. Mengkonsumsi sejumlah besar air yang tidak
diseimbangi dengan elektrolit yang dapat dimakan dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan elektrolit yang berbahaya dan dalam beberapa kasus yang langka
dapat berakibat fatal (keracunan air).
2. Mencoba makan lebih sering tetapi dengan porsi yang lebih sedikit, frekuensi teratur, dan
jangan makan atau minum terlalu cepat.
3. Cairan intravenous: kadangkala, terutama pada anak-anak, dehidrasi dapat mengancam
jiwa dan cairan intravenous mungkin dibutuhkan.
4. Terapi rehidrasi oral: Meminum solusi gula/garam, yang dapat diserap oleh tubuh.
5. Menjaga kebersihan dan isolasi: Kebersihan tubuh merupakan faktor utama dalam
membatasi penyebaran penyakit.

Pencegahan
Sebuah vaksin rotavirus memiliki potensi untuk mengurangi jumlah penderita diare.[1] Ada dua
vaksin berlisensi untuk menghadapi rotavirus. Vaksin rotavirus yang lainnya seperti, Shigella,
ETEC, dan Cholera sedang dikembangkan, vaksin ini juga berfungsi untuk mencegah penularan
diare.

Karena tangan merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering melakukan kontak
langsung dengan benda lain, maka sebelum makan disarankan untuk mencuci tangan dengan
sabun. Sebuah hasil studi Cochrane menemukan bahwa dalam gerakan-gerakan sosial yang
dilakukan lembaga dan masyarakat untuk membiasakan mencuci tangan menyebabkan
penurunan tingkat kejadian yang signifikan pada diare.[5] Oleh karena itu, biasakan mencuci
tangan sebelum makan dengan sabun. Lakukan hal yang sama setelah selesai buang air besar.
Usahakan meminum air yang sudah direbus hingga mendidih agar semua bakteri penyakit tidak
masuk ke dalam tubuh. Segera bersihkan tempat tinggal dari sisa sampah jika terjadi bencana
alam. Segera buang tumpukan sampah agar tidak menggunung dan jadi sarang penyakit.[2]

Pengobatan tradisional
Akar bunga teratai

Sediakan 50 gram rimpang teratai dan 10 gram jahe. Kemudian dicuci bersih lalu diparut dan
diambil airnya. Minum ramuan tersebut tiga kali sehari setiap pagi, siang dan sore.

Beras ketan

Goreng beras ketan hingga hangus (beras ketan yang digoreng tanpa menggunakan minyak),
tambahkan kunyit yang juga dibakar hingga hangus. Seduh beras ketan dan kunyit yang sudah
dilumatkan dengan air hangat, konsumsi dengan takaran 3 kali dalam sehari.

Apel cuka

Pembuatan cuka apel sebagai bahan untuk meredakan penyakit diare dibuat dengan cara yang
mudah yaitu dengan memberikan beberapa tetes cuka apel pada air putih.

1. Pisang
Pisang merupakan jenis buah-buahan yang lembut dan lunak ketika dikonsumsi serta dapat
membantu menenangkan sistem saluran pencernaan yang terganggu ketika proses pembentukan
feses. Berikut beberapa kandungan yang terdapat didalam pisang :

 Potasium : Kadar potasium yang tinggi dapat mengganti cairan elektrolit yang keluar
bersama feses ketika diare.
 Pectin atau Serat Soluble : berfungsi untuk membantu terserapnya cairan didalam usus
dan merangsang gerak isi perut (stool)
 Inulin : yakni merupakan zat prebiotic yang dapat membantu berkembangnya bakteri
baik pada usus.

2. Apel

Apel merupakan jenis buah-buahan padat yang perlu dicerna lebuh lanjut didalam sistem
pencernaan. Untuk itu ketika seorang mengalami diare sebaiknya mengkonsumsi apel olahan
seperti saus apel guna memperoleh manfaat dari kandungan pectin, glukosa serta zat lain yang
mempu mengurangi gejala diare. Usus pada penderita diare terlalu lemah untuk menyerap apel
yang dikunyah dalam keadaan segar tanpa diolah atau dihaluskan terlebih dahulu. Selain itu,
kandungan antioksidan yang terdapat didalamnya mampu mengusir partikel jahat didalam tubuh.

Apel ini juga sangat baik untuk :

 makanan untuk penderita penyakit ginjal


 makanan penurun kolesterol

3. Bluberries

Bluberries merupakan jenis buah-buahan yang mempunyai manfaat untuk mengatasi gejala diare
dimana tubuh akan mengalami kekurangan cairan.Dengan mengkonsumsi buah bluberries maka
bebarapa kandungan yang terdapat didalamnya dapat meredakan gejala tersebut. Untuk
memperoleh manfaat sebagai pereda diare sebaiknya bluberries diolah menjadi teh yang telah
ditumbuk sebelumnya atau bisa dikonsumsi dalam keadaan kering.

Berikut kandungan pada buah bluberries :

 Tannins : berfungsi sebagai astringent yang mampu membuat jaringan mengalami


kontraksi, meminimalisir peradangan, dan membantu proses keluarnya cairan dan lendir
yang bersifat toksit terhadap tubuh.
 Anthocyanosides : berfungsi sebagai anti bakteri dan merupakan salah satu sumber
antioxidant
 Serat soluble / pectin : membantu proses terserapnya cairan didalam usus

Blueberry ini juga termasuk ke dalam :

 buah buahan untuk diet


 buah yang mengandung vitamin B
 buah untuk obat batuk

4. Wortel

Wortel merupakan jenis sayur-sayuran yang kaya akan nutrisi dan sangat baik untuk sistem
pencernaan. Selain itu, kandungan vitamin yang terdapat pada wortel dapat meredakan kondisi
usus yang tidak normal akibat diare. Ada beragam cara untuk mengkonsumsi wortel yang dapat
dijadikan sebagai asupan kebutuhan nutrisi dari sayur-sayuran selama diare. Sebaiknya
mengolah wortel dengan cara direbus atau dihaluskan menjadi sebuah jus supaya sistem
pencernaan tidak kewalahan saat memprosesnya didalam usus.

Sponsors Link

Wortel ini juga sangat baik dikonsumsi sebagai :

 makanan untuk penderita maag


 makanan yang mengandung vitamin A
 makanan untuk penderita asam lambung

5. Jahe

Jahe merupakan bahan minuman penghangat tubuh yang dapat membuat tubuh menjadi lebih
nyaman. Kondisi perut ketika diare tentu saja sangat mengganggu kesehatan sistem pencernaan
menjadi tidak stabil, untuk itu konsumsil jahe dengan dalam bentuk minuman atau dikunyah
dalam keadaan utuh sebagai penstabil usus ketika diare. Tambahkan madu jika jahe tersebut
diolah menjadi minuman untuk memberi rasa manis.

Jahe ini juga merupakan herbal yang bisa digunakan untuk :

 cara mengobati asam lambung


 cara menghilangkan amandel
 makanan sehat untuk paru paru perokok

Jenis Karbohidrat
Selama mengalami diare maka penderita akan kekurangan cairan sehingga menyebabkan
menurunnya energi didalam tubuh. Untuk itu dengan mengkonsumsi beberapa kategori makanan
yang mengandung karbohidrat dan nutrisi lainnya dapat mengembalikan energi didalam tubuh
bahkan membantu proses pulihnya sistem pencernaan yang tergannggu akibat diare. Berikut
kategorinya :

1. Nasi

Nasi merupakan menu utama bagi kebanyakan orang di negara Asia. Namun terlepas dari
fungsinya sebagai asupan karbohidrat sehari-hari ternyata nasi juga dapat membantu proses
terbentuknya feses atau tinjau didalam usus serta memadatkannya. Akan tetapi nasi merah dan
nasi hitam ternyata tidak baik dikonsumsi ketika diare karena kandungan serat yang tinggi
didalamnya.

Namun konsumsi nasi perlu diperhatikan pada beberapa kondisi seperti :

 bahaya makan nasi dengan mie


 makanan yang bikin gemuk
 pantangan bagi penderita penyakit ginjal

2. Kentang

Kentang merupakan jenis makanan yang mengandung karbohidrat tinggi dan sangat baik
dikonsumsi ketika diare. Pada umumnya kentang ini dijadikan piliha

Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana
seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan tinja yang berlebihan
sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat
pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan obstipasi
yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya.

Daftar isi
 1 Pencegahan
 2 Pengobatan
 3 Penyebab
 4 Tanda dan gejala
 5 Konstipasi dan wanita
 6 Gangguan kulit
 7 Epidemiologi
 8 Obstruksi semu
 9 Yang lainnya
 10 Lihat pula
 11 Referensi
 12 Pranala luar

Pencegahan
 Jangan jajan di sembarang tempat.
 Hindari makanan yang kandungan lemak dan gulanya tinggi.
 Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari dan cairan
lainnya setiap hari.[1]
 Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan. Minimal 10-15 menit untuk
olahraga ringan, dan minimal 2 jam untuk olahraga yang lebih berat.
 Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan buang air besar. Tidak
perlu memaksa untuk buang air besar setiap hari bila tidak ada rangsangan karena siklus
pencernaan tiap orang berbeda-beda.
 Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti buah-buahan dan sayur-
sayuran.
 Tidur minimal 4 jam sehari.
 Menambah bumbu herbal dalam makanan, kecuali cabe.
 Diet secara tidak berlebihan.
 Mengonsumsi makanan anti inflamasi, seperti avokad, apel, dan kelapa.
 Push up

Pengobatan

Jogging merupakan salah satu olahraga yang dapat meredakan dan mencegah sembelit.

Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan pengubahan pola
makan menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, memijat perut dan punggung,[2] minum air putih
sebanyaknya, meminum minuman prebiotik dan probiotik, atau membiasakan diri untuk buang
air besar setiap hari dengan membuat jadwal buang air besar yang disebut bowel training. Terapi
tertawa juga dapat dilakukan, karena dengan tertawa otot perut secara refleks bergerak sehingga
perut terpijat sehingga merangsang gerakan peristaltik usus dan melancarkan buang air besar.

Konstipasi dapat juga diredakan atau diatasi dengan merendam kaki ke dalam air dingin. Kaki
direndam sampai terasa cukup dingin. Terapi ini juga dapat mengatasi kaki pegal, pendarahan
hidung, dan insomnia.
Sedangkan dengan cara sedikit dipaksa yang biasanya untuk penderita obstipasi, yaitu dengan
mengonsumsi obat pencahar disebut laksatif (yang kadang-kadang menyebabkan perut terasa
melilit berlebihan, tinja berbentuk cair, atau bahkan ketergantungan obat pencahar), penghisapan
tinja atau feses dengan alat khusus, terapi serat, dan pembedahan (walaupun pilihan ini cukup
jarang dilakukan).

Tekanan di dalam saluran pencernaan penderita kosntipasi terlalu rendah untuk mendorong
keluar tinja dari dalam usus. Agar tekanannya menjadi tinggi, bagian atas usus perlu dibuat agar
bertekanan lebih tinggi daripada bagian bawahnya, yakni dengan menempelkan air es di perut
dan air hangat di pantat. Hal ini biasanya diterapkan untuk konstipasi yang datang secara tiba-
tiba.[3]

Agar penderita konstipasi dapat cepat sembuh, maka penderita dilarang:

 Menahan buang air besar.


 Mengkonsumsi makanan siap saji dan bersifat panas.
 Makan dalam porsi yang banyak.
 Meminum minuman yang berkafein dan minuman ringan.
 Mengkonsumsi makanan atau minuman dingin.

Penyebab
Konstipasi atau sembelit adalah keluhan pada sistem pencernaan yang paling umum dan banyak
ditemui di masyarakat luas termasuk di sekitar kita. Bahkan diperkirakan sekitar 80% manusia
pernah mengalami konstipasi atau sembelit. Penyebab umum konstipasi atau sembelit yang
berada disekitar kita antara lain:[butuh rujukan]

 Kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi.[4]


 Menderita panas dalam.
 Stres atau depresi dan aktivitas yang cukup padat.[5]
 Pengaruh hormon dalam tubuh (misalnya dalam masa menstruasi atau kehamilan).
 Usus kurang elastis (biasanya karena sedang dalam masa kehamilan atau usia lanjut).
 Kelainan anatomis pada sistem pencernaan.
 Gaya hidup dan pola makan yang kurang teratur (seperti diet yang buruk).
 Efek samping akibat meminum obat yang mengandung banyak kalsium atau alumunium
(misalnya obat antidiare, analgesik, dan antasida).[6]
 Kekurangan asupan vitamin C dan kekurangan makanan berserat.
 Merupakan gejala penyakit (misalnya tifus dan hernia).
 Sering menahan rangsangan untuk buang air besar dalam jangka waktu yang lama.
 Emosi, karena orang yang emosi atau cemas ususnya kejang, sehigga pertaltik usus
terhenti dan usus besar menyerap kembali cairan feses. Akibatnya feses menjadi semakin
keras.
 Jarang atau kurang berolahraga.[6]
 Kelebihan konsumsi serat.[7]
 Kelebihan memakan daging. Terutama daging merah karena sulit dicerna dan memiliki
banyak zat besi. Besi adalah zat yang membuat pengerasan tinja, membuatnya berwarna
gelap dan hitam.[6]
 Dari penyalahgunaan obat, seperti obat laksatif. Sebagai contoh, pemakaian pencahar
berguna untuk melancarkan gerakan peristaltik. Lama-kelamaan usus menjadi terbiasa
dan bergantung pada obat tersebut, mengakibatkan reaksi usus menjadi lamban, dan
menghambat gerak peristaltik mandiri usus.
 Makanan beku menghemat waktu dan energi tetapi menyebabkan banyak masalah
kesehatan. Makanan beku memiliki serat yang sangat rendah dan banyak pengawet yang
dapat mengganggu gerakan usus. Seperti es krim yang hampir tak mengandung serat
sehingga tidak dapat membantu mengatur pergerakan usus ditambah lagi dengan
kandungan gula dan susu di dalamnya dapat mengeraskan tinja.[8]
 Memakan buah atau sayuran tertentu yang dapat memadatkan kotoran secara alami
secara berlebihan seperti pisang.[8]

Tanda dan gejala

Penderita konstipasi biasanya harus mengejan dengan keras, karena tinja sulit dikeluarkan.
Tinja penderita konstipasi yang keras dan panas dapat bergesekan dengan anus sehingga
seringkali menyebabkan wasir.

Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain, karena pola makan,
hormon,gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan
tanda yang umum ditemukan pada sebagian besar atau kadang-kadang beberapa penderitanya
adalah sebagai berikut:

 Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja (jika tinja
sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut penderita dapat terlihat seperti sedang
hamil).
 Tinja menjadi lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, jumlahnya lebih sedikit daripada
biasanya (kurang dari 30 gram), dan bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah
parah.
 Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadang-kadang harus
mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja
(bahkan sampai mengalami ambeien dan berkeringat dingin).
 Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
 Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan
dengan tinja yang panas dan keras.
 Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada biasanya
(bahkan terkadang penderita akan kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang angin).
 Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit buang air besar
(biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih).
 Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.
 Sakit punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak.
 Bau mulut.

Sedangkan untuk gejala psikologis yang dapat terjadi pada para penderita konstipasi antara lain:
 Kurang percaya diri
 Lebih suka menyendiri atau menjauhkan diri dari orang sekitar.
 Tetap merasa lapar tetapi ketika makan akan lebih cepat kenyang (apalagi ketika hamil
perut akan terasa mulas) karena ruang dalam perut berkurang.
 Emosi meningkat dengan cepat.
 Sering berdebar-debar sehingga cepat emosi yang mengakibatkan stres sehingga rentan
sakit kepala atau bahkan demam.
 Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan terasa berat sehingga malas
mengerjakan sesuatu bahkan kadang-kadang sering mengantuk.
 Kurang bersemangat dalam menjalani aktivitas.
 Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi tubuh terasa terbebani yang
mengakibatkan kualitas dan produktivitas kerja menurun.
 Nafsu makan dapat menurun.

Konstipasi dan wanita

Wanita yang merasa perutnya terasa tidak nyaman karena mengalami sembelit.

Sembelit adalah derita tersendiri buat kaum wanita. Berhari-hari tidak buang air besar tentu saja
membuat perut jadi begah. Tak hanya itu saja, perut pun terasa membuncit karena proses
pembuangan menjadi tidak lancar selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu.
Perbandingannya empat wanita banding satu pria. Wanita pekerja yang berusia 18-55 tahun lebih
cenderung mengalami gangguan pencernaan terutama sembelit.[9]

Penyebab wanita sering mengalami konstipasi antara lain:

 Kekuatan sfingter dan otot perut wanita yang lebih lemah dari pria mempersulit wanita
untuk buang air besar bila dibandingkan dengan pria.
 Ketika ada keinginan untuk buang air besar di tempat umum atau di luar rumah, wanita
cenderung merasa risih untuk buang air besar dengan alasan seperti rasa malu atau jijik
pada toilet umum.[10]
 Banyak wanita melakukan diet secara berlebihan. Gerakan peristaltik dari usus seakan
terabaikan dengan pola diet yang tidak benar. Penyebab utamanya adalah karena
kurangnya asupan serat.
 Korpus luteum yang menghasilkan hormon progesteron dapat mengumpulkan
kelembaban air di dalam tubuh. Akibatnya, cairan untuk melunakan tinja menjadi
berkurang, sehingga tinja menjadi keras dan sulit untuk dikeluarkan (ini merupakan
hormon fisiologi dari menstruasi dan kehamilan).
 Pada awal kehamilan, ada rasa takut pada wanita apabila melakukan buang air besar
nantinya akan menyebabkan janin ikut keluar hingga terjadi keguguran. Itu karena
terdapat anggapan mengejan saat buang air besar sama dengan mengejan saat persalinan.
Kebanyakan wanita hamil mengalami konstipasi pada saat hamil. Terutama saat
kehamilan mencapai trimester tiga atau sekitar 7 bulan.
 Bentuk panggul wanita yang lebar untuk mengeluarkan janin membuat usus dapat
menjadi tidak stabil. Selain itu, untuk akumulasi lemak tubuh dan darah cenderung
terkumpul di panggul juga.
 Bentuk usus wanita memungkinkan akan terjadinya distorsi karena panggul wanita yang
lebar, jadi kotoran keras mudah untuk terjebak di sana (contohnya bulb rektum).
 Daerah abdomen wanita lebih padat karena ada rahim dan indung telur.[1]
 Stres akibat sindrom iritasi usus (IBS) karena usus menjadi terdistorsi, kemudian
menyebabkan obstruksi, sehingga tinja terjebak di sana.

Gangguan kulit

Konstipasi dapat menyebabkan wajah berjerawat.

Gangguan kulit biasanya jarang ditemukan pada penderita konstipasi biasa dan lebih rentan
menyerang penderita obstipasi. Apabila si penderita memilliki daya tahan tubuh yang lemah
maka gangguan tersebut akan semakin tampak. Penyebabnya karena racun atau toksin yang
berasal dari tinja, termasuk juga karbon dioksida dan asam laktat hasil pencernaan makanan yang
menumpuk di usus besar dan membebani kinerja hati. Karena kinerja hati terbebani, maka tubuh
tidak mampu menghasilkan darah bersih dan metabolisme pun terganggu. Akibatnya, kekebalan
tubuh berkurang, menyebabkan gejala akibat penyebaran toksin inilah yang dapat langsung
terlihat pada kulit penderita.[11] Toksin-toksin yang terserap di usus besar juga bisa menghambat
proses penyerapan nutrisi, menimbulkan reaksi alergi, bahkan menyebabkan penyakit jika sistem
imun tubuh sedang lemah.[1]

Gangguan yang dapat terjadi misalnya kulit terlihat kusam, kulit terasa kasar, flek hitam, jerawat,
eksem, dan sebagainya. Biasanya gangguan-gangguan ini hanya dapat hilang bila si penderita
sudah sembuh dari konstipasi atau obstipasi.
Epidemiologi
 Setiap tahunnya di Amerika,kira-kira lebih dari 2,5 juta orang pergi ke dokter dan
menghabiskan 725 juta dollar karena masalah konstipasi.
 Kontipasi biasanya terjadi pada wanita (karena faktor fisik dan psikologis), orang berusia
lanjut (karena kinerja sistem pencernaan pada orang tua mulai menurun), dan anak-anak
(karena sistem pencernaan pada anak-anak belum terlalu sempurna).[12]
 Sekitar 12% dari populasi penduduk di seluruh dunia mengalami konstipasi.[13]
 Pendapatan dari pasien obstipasi menyumbang sekitar 3% dari total seluruh pendapatan
rawat jalan.[14]
 Kemungkinan seseorang terkena konstipasi dalam suatu masyarakat adalah sebesar 2
sampai 30%.[15]
 Sekitar 50% penderita konstipasi yang berobat ke rumah sakit mengeluhkan bahwa buang
air besar mereka seperti terhambat.[15]
 Jumlah penderita konstipasi di Amerika dan Asia-Pasifik sekitar 17,3%, dua kali lebih
banyak dibandingkan dengan Eropa yakni 8,75%.[16]
 Sekitar 25% penderita konstipasi cenderung tidak melakukan apapun untuk
menyembuhkan konstipasi yang diderita, dan mereka lebih memilih untuk
membiarkannya sembuh dengan sendirinya.[16] Sekitar 20% penderita sembelit
menyepelekan gejalanya walaupun mereka sudah mengalaminya dalam waktu berbulan-
bulan dan menganggap hal tersebut sudah biasa.[17]
 Kurang lebih sepertiga penderita konstipasi menggunakan pencahar, meskipun baru-baru
ini ada tinjauan yang menunjukkan

bahwa obat pencahar adalah pengobatan yang aman dan efektif.[16]

 Sekitar 18% penderita konstipasi tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya dan
akibatnya sekitar 12% dari mereka juga tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik.[18]

Obstruksi semu
Terkadang, orang-orang khawatir akan menderita sembelit, tetapi sebenarnya mereka tidak
mengalami sembelit sama sekali. Merupakan persepsi yang salah jika seseorang tidak buang air
besar setiap hari maka dikatakan ia mengalami sembelit. Itu hanya salah satu dari irama alami
tubuh. Irama alami tubuh mengatur segalanya, termasuk "jadwal alami" untuk buang air besar.
Beberapa orang sehat bahkan hanya buang air besar tiga kali seminggu.[19]

Setelah minum pencahar, pemakai akan terkadang mengalami waktu dimana ia tidak buang air
besar. Hal ini karena usus besar sepenuhnya kosong (hampir tidak terdapat tinja), setelah
pencahar menunjukkan efek. Biasanya akan memerlukan satu sampai dua hari sebelum usus
besar terisi dan melakukan kontraksi untuk buang air besar.[19]

Yang lainnya
Munculnya rasa mulas dan nyeri pada perut bukan selalu merupakan suatu tanda dan gejala,
begitupula mulas dan nyeri yang tak tentu juga tidak menuju ke suatu gejala penyakit. Pada
anak-anak,[4] konstipasi dapat mengarah kepada soiling (enuresis dan encopresis).[20] Konstipasi
memang mengganggu, tetapi konstipasi tetap dibutuhkan oleh tubuh untuk menyeimbangkan
proses pencernaan dan mencegah divertikulosis.[21]

Insomnia adalah gejala[2] kelainan dalam tidur berupa kesulitan untuk tidur. Gejala tersebut
biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun.

Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan
psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan diperlukan. Salah satu terapi
psikologis yang efektif menangani insomnia adalah terapi kognitif.[3] Dalam terapi tersebut,
seorang pasien diajari untuk memperbaiki kebiasaan tidur dan menghilangkan asumsi yang
kontra-produktif mengenai tidur.

Banyak penderita insomnia tergantung pada obat tidur dan zat penenang lainnya untuk bisa
beristirahat. Semua obat sedatif memiliki potensi untuk menyebabkan ketergantungan psikologis
berupa anggapan bahwa mereka tidak dapat tidur tanpa obat tersebut.

Daftar isi
 1 Diagnosa
 2 Penyebab
 3 Gejala
 4 Pengobatan
 5 Durasi tidur dan kematian
 6 Referensi

Diagnosa
Spesialis tidur kedokteran memenuhi syarat untuk mendiagnosis berbagai gangguan tidur. Pasien
dengan berbagai penyakit termasuk sindrom fase tidur tertunda sering salah didiagnosis sebagai
Insomnia.
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:

 Pola tidur penderita sakit jiwa


 Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.
 Tingkatan stres psikis.
 Riwayat medis.
 Aktivitas fisik.

Diagnosis berdasarkan kepada kebutuhan tidur secara individual.

Penyebab
Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab,
seperti kelainan emosional,kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan.

Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut; dan seringkali timbul
bersamaan dengan gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan, depresi atau ketakutan.

Kadang seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah.

Dengan bertambahnya usia, waktu tidur cenderung berkurang. Stadium tidur juga berubah,
dimana stadium 4 menjadi lebih pendek dan pada akhirnya menghilang, dan pada semua stadium
lebih banyak terjaga. Perubahan ini, walaupun normal, sering membuat orang tua berfikir bahwa
mereka tidak cukup tidur.

Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada usia lanjut. Beberapa orang tertidur
secara normal tetapi terbangun beberapa jam kemudian dan sulit untuk tertidur kembali.

Kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas tidur. Terbangun pada dini
hari, pada usia berapapun, merupakan pertanda dari depresi.

Orang yang pola tidurnya terganggu dapat mengalami irama tidur yang terbalik, mereka tertidur
bukan pada waktunya tidur dan bangun pada saatnya tidur.

Hal ini sering terjadi sebagai akibat dari:

 Jet lag (terutama jika bepergian dari timur ke barat).


 Bekerja pada malam hari.
 Sering berubah-ubah jam kerja.
 Penggunaan alkohol yang berlebihan.
 Efek samping obat (kadang-kadang).
 Kerusakan pada otak (karena ensefalitis, stroke, penyakit Alzheimer).

Gejala
Penderita yang mengalami kesulitan untuk tidur atau sering terjaga di malam hari dan sepanjang
hari merasakan kelelahan. Awal proses tidur pada pasien insomnia mengacu pada latensi yang
berkepanjangan dari waktu akan tidur sampai tertidur. Dalam Insomnia psiko-fisiologis, pasien
mungkin mengeluh perasaan cemas, tegang, khawatir, atau mengingat secara terus-menerus
masalah-masalah pada masa lalu atau pada masa depan karena mereka berbaring di tempat tidur
terlalu lama tanpa tertidur. Pada insomnia akut, dimungkinkan ada suatu peristiwa yang memicu,
seperti kematian atau penyakit yang menyerang orang yang dicintai. Hal ini dapat dikaitkan
dengan timbulnya insomnia. Pola ini dapat menjadi tetap dari waktu ke waktu, dan pasien dapat
mengalami insomnia, berulang terus-menerus. Semakin besar usaha yang dikeluarkan dalam
mencoba untuk tidur, tidur menjadi lebih sulit diperoleh. Menonton jam saat setiap menit dan
jam berlalu hanya meningkatkan perasaan terdesak dan usaha untuk tertidur. Tempat tidur
akhirnya dapat dipandang sebagai medan perang, dan tidur lebih mudah dicapai dalam
lingkungan yang asing.[4]

Pengobatan
Pengobatan insomnia tergantung kepada penyebab dan beratnya insomnia.

Orang tua yang mengalami perubahan tidur karena bertambahnya usia, biasanya tidak
memerlukan pengobatan, karena perubahan tersebut adalah normal.

Penderita insomnia hendaknya tetap tenang dan santai beberapa jam sebelum waktu tidur tiba
dan menciptakan suasana yang nyaman di kamar tidur; cahaya yang redup dan tidak berisik.

Jika penyebabnya adalah stres emosional, diberikan obat untuk mengurangi stres. Jika
penyebabnya adalah depresi, diberikan obat anti-depresi.

Jika gangguan tidur berhubungan dengan aktivitas normal penderita dan penderita merasa sehat,
bisa diberikan obat tidur untuk sementara waktu. Alternatif lain untuk mengatasi insomnia tanpa
obat-obatan adalah dengan terapi hipnosis atau hipnoterapi
Asma (dalam bahasa Yunani ἅσθμα, ásthma, "terengah") merupakan peradangan kronis yang
umum terjadi pada saluran napas yang ditandai dengan gejala yang bervariasi dan berulang,
penyumbatan saluran napas yang bersifat reversibel, dan spasme bronkus.[2] Gejala umum
meliputi mengi, batuk, dada terasa berat, dan sesak napas.[3]

Asma pada awalnya diperkirakan disebabkan oleh kombinasi faktor genetika dan lingkungan.[4]
Diagnosis biasanya didasarkan atas pola gejala, respons terhadap terapi pada kurun waktu
tertentu, dan spirometri.[5] Asma diklasifikasikan secara klinis berdasarkan seberapa sering gejala
muncul, volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1), dan puncak laju aliran ekspirasi.[6]
Asma dapat pula diklasifikasikan sebagai atopik (ekstrinsik) atau non-atopik (intrinsik)[7] dimana
atopi dikaitkan dengan predisposisi perkembangan reaksi hipersensitivitas tipe 1.[8]

Terapi untuk gejala akut biasanya dengan menghirup beta-2 agonist reaksi cepat (misalnya
salbutamol) dan kortikosteroid oral.[9] Pada kasus yang sangat parah mungkin diperlukan
pemberian kortikosteroid intravena, magnesium sulfat dan perawatan di rumah sakit.[10] Gejala
ini dapat dicegah dengan menghindari pencetusnya, seperti misalnya alergen[11] dan iritan, dan
dengan penggunaan kortikosteroid hirup.[12] Beta agonist reaksi lambat (LABA) atau leukotrien
antagonis dapat ditambahkan, selain pemberian kortikosteroid hirup bila gejala asma tidak dapat
dikontrol.[13] Prevalensi asma mengalami peningkatan secara signifikan sejak tahun 1970an. Pada
tahun 2011, 235–300 juta orang terserang asma secara global,[14][15] termasuk adanya 250.000
kematian.[15]

Daftar isi
 1 Tanda-tanda dan gejala
o 1.1 Kondisi yang berkaitan
 2 Penyebab
o 2.1 Lingkungan
o 2.2 Genetika
o 2.3 Kondisi medis
o 2.4 Serangan asma
 3 Patofisiologi
 4 Diagnosis
o 4.1 Spirometri
o 4.2 Lainnya
o 4.3 Klasifikasi
o 4.4 Diagnosis banding
 5 Pencegahan
 6 Tata Laksana
o 6.1 Modifikasi Gaya Hidup
o 6.2 Obat
o 6.3 Lain-lain
o 6.4 Pengobatan alternatif
 7 Prognosis
 8 Epidemiologi
 9 Sejarah
 10 Catatan
 11 Pranala luar

Tanda-tanda dan gejala


Wheezing

Menu

0:00

Suara mengi atau bengek yang didengar dengan stetoskop.

Kesulitan mendengarkan berkas ini? Lihat bantuan.

Asma ditandai dengan adanya episode berulang dari mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan
batuk.[16]Dahak bisa saja terbentuk di paru-paru karena batuk tetapi sulit untuk dikeluarkan.[17]
Selama masa penyembuhan setelah serangan mungkin terbentuk apa yang disebut mirip nanah
yang disebabkan oleh tingginya kandungan sel darah putih yang disebut eosinofil.[18] Gejala
biasanya memburuk pada waktu malam atau pagi hari atau sebagai respons terhadap kegiatan
olahraga atau udara dingin.[19] Pada sejumlah penderita asma ada yang jarang menunjukkan
gejala, sebagai respons terhadap pemicu, sedangkan sejumlah penderita asma yang lain mungkin
menunjukkan gejala yang nyata dan persisten.[20]

Kondisi yang berkaitan

Sejumlah kondisi kesehatan lain yang sering muncul pada mereka yang menderita asma
adalah:penyakit refluks gastroesofagus (GERD), rinosinusitis, dan apnea tidur obstruktif.[21]
Gangguan psikologis juga sangat umum [22] dengan munculnya gangguan kecemasan antara 16–
52% dan gangguan suasana hati pada 14–41%.[23] Namun tidak diketahui dengan pasti apakah
asma menyebabkan gangguan psikologis atau masalah psikologis menyebabkan asma.[24]

Penyebab
Asma disebabkan oleh interaksi lingkungan dan genetika yang merupakan kombinasi yang rumit
dan belum sepenuhnya dimengerti.[4][25] Semua faktor ini memengaruhi baik tingkat keparahan
dan juga respons terhadap terapi.[26] Adanya peningkatan laju penderita asma belakangan ini
disebabkan oleh perubahan faktor epigenetik (terwariskan selain adanya hubungan dengan urutan
DNA) dan lingkungan hidup yang berubah.[27]
Lingkungan

Berbagai faktor lingkungan yang dihubungkan dengan timbulnya asma dan eksaserbasi asma
yaitu: alergen, polusi udara, dan senyawa kimiawi lingkungan lainnya.[28] Merokok selama masa
kehamilan dan setelah melahirkan dihubungkan dengan risiko yang lebih besar untuk gejala
mirip asma.[29] kualitas udara buruk, dari polusi kendaraan atau kadar ozon yang tinggi,[30] selalu
dihubungkan dengan timbulnya asma dan peningkatan keparahannnya.[31] Pajanan terhadap uap
senyawa organik dalam ruangan dapat memicu asma; pajanan formaldehida, misalnya,
menunjukkan hubungan yang positif.[32] Selain itu, ftalat pada PVC juga dihubungkan dengan
asma pada anak-anak dan dewasa[33][34] sebagai sumber pajanan terhadap konsentrasi endotoksin
tinggi.[35]

Asma dihubungkan dengan pajanan terhadap alergen dalam ruangan.[36] Alergen dalam ruangan
yang umum di antaranya adalah: tungau debu, kecoa, ketombe hewan, dan jamur.[37][38] Berbagai
upaya untuk mengurangi tungau debu ternyata tidak efektif.[39] Infeksi virus tertentu pada saluran
napas dapat meningkatkan risiko timbulnya asma apabila terjadi saat masih anak-anak seperti
misalnya:[40] respiratory syncytial virus dan rinovirus.[41] Akan tetapi beberapa jenis infeksi lain
dapat menurunkan risiko.[41]

Hipotesis kebersihan

Hipotesis kebersihan adalah suatu teori yang mencoba untuk menjelaskan kenaikan laju
penderita asma di seluruh dunia sebagai hasil langsung dan tidak terduga dari berkurangnya
pajanan terhadap bakteri dan virus non-infeksi selama masa kanak-kanak.[42][43] Hal ini telah
diungkapkan bahwa berkurangnya pajanan terhadap bakteri dan virus, sebagian, disebabkan oleh
meningkatnya tingkat kebersihan dan jumlah keluarga pada masyarakat modern.[44] Bukti yang
mendukung hipotesis kebersihan ini di antaranya adalah rendahnya penderita asma di tanah
pertanian dan rumah tangga yang memiliki hewan peliharaan.[44]

Penggunaan antibiotik pada usia dini juga dihubungkan dengan timbulnya asma.[45] Juga, proses
melahirkan melalui bedah sesar juga diasosiasikan dengan meningkatnya risiko asma
(diperkirakan antara 20–80%)—peningkatan risiko ini dihubungkan dengan berkurangnya koloni
bakteri sehat yang seharusnya didapatkan bayi yang lahir melalui saluran kelahiran.[46][47] Dapat
dilihat adanya keterkaitan antara asma dan tingkat kemakmuran.[48]

Genetika
CD14-interaksi endotoksin berdasarkan pada CD14 SNP C-159T[49]

Tingkat endotoksin Genotip CC Genotip TT

Pajanan tinggi Risiko rendah Risiko tinggi

Pajanan rendah Risiko tinggi Risiko rendah

Sejarah keluarga merupakan faktor risiko asma yang melibatkan berbagai gen.[50] Bila salah satu
dari kembar identik mengidap asma, probabilitas dari pasangan kembarnya menderita penyakit
ini sekitar 25%.[50] Pada akhir tahun 2005, 25 gen telah diasosiasikan dengan asma pada enam
atau lebih populasi terpisah di antaranya:GSTM1, IL10,CTLA-4, SPINK5,LTC4S, IL4R and
ADAM33.[51] Kebanyakan dari gen ini berhubungan dengan sistem imun atau modulasi proses
peradangan. Walaupun sudah sering dilakukan penelitian yang mendukung daftar gen ini, hasil
yang diperoleh belum konsisten dengan semua populasi yang diuji.[51] Pada tahun 2006 terdapat
lebih dari 100 gen yang dihubungkan dengan asma hanya pada satu penelitian asosiasi genetika
saja;[51] masih banyak yang ditemukan pada penelitian lain .[52]

Sejumlah varian genetika hanya akan menyebabkan asma bila berkombinasi dengan pajanan
lingkungan tertentu.[4] sebagai contoh adalah polimorfisme nukleotida tunggal spesifik dalam
wilayah CD14 dan pajanan terhadap endotoksin (suatu produk bakteri). Pajanan endotoksin
dapat berasal dari berbagai sumber lingkungan termasuk di dalamnya asap tembakau, anjing dan
tanah pertanian. Risiko terhadap asma, selanjutnya, ditentukan baik berdasarkan genetika orang
tersebut dan juga tingkat pajanan endotoksin.[49]

Kondisi medis

Suatu keadaan tiga serangkai yang terdiri dari eksim atopik, rinitis alergi dan asma disebut
sebagai atopi.[53] Faktor risiko paling kuat yang menyebabkan timbulnya asma adalah riwayat
penyakit atopik;[40] munculnya asma pada laju yang lebih besar pada mereka yang menderita
eksim atau demam hay.[54] Asma juga dihubungkan dengan Churg–Strauss syndrome, suatu
penyakit autoimun dan vaskulitis. Seseorang dengan tipe urtikaria tertentu juga dapat mengalami
gejala asma.[53]

Terdapat korelasi antara obesitas dan risiko asma karena keduanya menunjukkan kenaikan
beberapa tahun belakangan ini.[55][56] Beberapa faktor yang mungkin memainkan peranan penting
di antaranya adalah menurunnya fungsi pernapasan karena adanya timbunan lemak dan pada
kenyataannya jaringan lemak dapat menimbulkan peradangan.[57]

Berbagai obat yang mengandung penyekat beta seperti misalnya propranolol dapat memicu asma
pada seseorang yang rentan.[58] Penyekat beta kardioselektif, bagaimanapun, tampaknya aman
diberikan pada penderita dengan penyakit asma yang ringan atau sedang.[59] Pengobatan lain
yang dapat menyebabkan masalah adalah ASA, OAINS, dan inhibitor enzim pengubah
angiotensin.[60]

Serangan asma

Beberapa individu akan menderita asma tanpa gejala/stabil selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan dan kemudian secara mendadak dalam perjalanannya berkembang menjadi
episode asma akut. Individu yang berbeda akan bereaksi berbeda pula terhadap berbagai
faktor.[61] Pada sebagian besar individu dapat terjadi peningkatan intensitas gejala suatu penyakit
yang berat akibat dari sejumlahpemicu. .[61]

Ada banyak faktor di rumah yang dapat menjad penyebab munculnya serangan asma asma yang
meliputi debu, binatang ketombe(terutama rambut kucing dan anjing), kecoa alergen dan
jamur.[61]parfum merupakan penyebab serangan asma yang paling umum pada wanita dan anak-
anak. infeksi viral dan bakteri s pada saluran pernapasan atas, keduanya dapat memperburuk
penyakit ini.[61] Faktor psikologi seperti stress dapat memperburuk gejalanya— Diperkirakan
stres dapat mengubah sistem imunitas dan selanjutnya meningkatkan reaksi peradangan saluran
napas sebagai respons terhadap alergen dan iritan.[31][62]

Patofisiologi

Penyumbatan pada lumen bronkiiolus dengan eksudat seperti lendir, sel goblet metaplasia, dan
penebalan epitelil membran basal pada seseorang yang menderita asma.

Asma merupakan kondisi yang diakibatkan inflamasi kronis pada saluran napas yang kemudian
dapat meningkatkan kontraksi otot polos.di sekeliling saluran napas. Hal ini, bersama dengan
faktor lain menyebabkan penyempitan saluran napas sehingga menimbulkan gejala klasik berupa
mengi. Penyempitan saluran napas biasanya dapat pulih dengan atau tanpa pemberian
terapi.Adakalanya saluran napas itu sendiri yang berubah.[16] Biasanya terjadinya perubahan di
saluran napas, termasuk meningkatnya eosinofil dan penebalan lamina retikularis. Dalam jangka
waktu lama, otot polos saluran napas bisa bertambah ukurannya bersamaan dengan
bertambahnya jumlah kelenjar lendir.Jenis sel lain yang terlibat yaitu: Limfosit T, makrofag, dan
neutrofil. Kemungkinan ada juga keterkaitan komponen lain sistem imun yaitu: antara lain
sitokin, kemokin, histamin, and leukotrien.[41]

Diagnosis

Walaupun asma merupakan kondisi yang sudah dikenal secara umum, namun tidak terdapat
kesepakatan universal mengenai definisi asma.[41] Definisi yang ditetapkan oleh Global Initiative
for Asthma adalah "kelainan peradangan kronis pada saluran napas dimana banyak sel dan
elemen sel berperan. Kelainan peradangan kronis tersebut berhubungan dengan respons berlebih
dari saluran napas yang menyebabkan mengi berulang, sesak napas, rasa berat di dada dan batuk
terutama di malam hari atau dini hari. Semua kejadian ini biasanya berhubungan dengan
penyumbatan saluran napas yang luas namun bervariasi di paru-paru yang dapat pulih secara
spontan atau setelah pemberian terapi ".[16]

Pada saat ini tidak ada uji yang tepat untuk melakukan diagnosis melainkan dengan melihat pola
gejala penyakit dan reaksinya terhadap terapi..[5][41] Dugaan diagnosis asma adalah bila
ditemukan riwayat: mengi berulang, batuk atau sesak napas dan semua gejala ini terjadi atau
memburuk karena aktivitas olahraga, infeksi virus, alergen atau polusi udara.[63]Spirometri
digunakan untuk konfirmasi diagnosis asma.[63] Untuk anak-anak dibawah usia enam tahun
diagnosis asma menjadi lebih sulit karena anak-anak pada usia tersebut terlalu muda untuk
menggunakan alat spirometri.[64]

Spirometri

Spirometri direkomendasikan untuk membantu diagnosis penyakit dan manajemen terapi.[65][66]


Alat itu satu-satunya alat uji untuk mendeteksi asma. Jika FEV1 diukur oleh teknik ini
menunjukkan pengingkatan lebih dari 12% pasca pemberian bronkodilator seperti salbutamol,
maka hal ini akan mendukung diagnosis. Hasil pemeriksaan ini dapat saja normal untuk individu
yang memiliki riwayat asma ringan, walau saat ini tidak dalam serangan. Single-breath diffusing
capacity dapat membantu membedakan asma dari PPOK.[41] Sebaiknya pemeriksaan spirometri
dilakukan setiap satu atau dua tahun untuk memastikan seberapa baik kondisi asma seseorang
terkontrol dengan terapi.[67]

Lainnya

metakolin provokasi berupa proses inhalasi zat dengan konsentrasi yang tinggi yang dapat
menyebabkan penyempitan saluran napas pada individu yang rentanterhadap asma saluran. Jika
negatif maka berarti orang tersebut tidak berpenyakit asma; namun jika positif, bukan berarti
orang tersebut memiliki asma, karena tes ini tidak spesifik untuk asma..[41]

Bukti pendukung lainnya yaitu: terdapat perbedaan sebesar ≥20% pada puncak laju aliran
ekspirasi setidaknya tiga hari dalam seminggu untuk paling tidak dua minggu, kondisi
peningkatan ≥20% pada puncak aliran udara setelah dilakukan terapi menggunakan salbutamol,
kortikosteroids atau prednison yang dihirup, atau penurunan ≥20% pada puncak aliran udara
pasca pajanan terhadap pemicu.[68] Variabilitas uji puncak laju aliran udara lebih besar daripada
spirometri, sehingga tes tersebut tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan rutin penegakkan
diagnosis. Pemeriksaan tersebut bermanfaat untuk pemantauan harian mandiri pasien dengan
asma derajat sedang hingga berat, untuk memeriksa efektivitas pengobatan baru. Pemeriksaan ini
dapat juga berfungsi sebagai pedoman terapi pada pasien dengan serangan asma akut..[69]

Klasifikasi
Klasifikasi klinis (untuk berumur ≥ 12 tahun)[6]
%FEV1
Seringnya Gejala pada waktu FEV1 penggunaan
Keparahan sesuai
terjadi gejala malam hari Variabilitas SABA
diperkirakan

intermiten ≤2/minggu ≤2/bulan ≥80% <20% ≤2 hari/minggu

Persisten ringan >2/minggu 3–4/bulan ≥80% 20–30% >2 hari/minggu

Persisten sedang Harian >1/minggu 60–80% >30% harian

ersisten berat Secara kontinu Seringnya (7×/minggu) <60% >30% ≥dua kali/hari

Asma secara klinis diklasifikasikan berdasarkan seberapa sering gejala muncul, volume ekspirasi
paksa dalam satu detik (FEV1), dan puncak laju aliran ekspirasi.[6] Asma bisa juga
diklasifikasikan sebagai atopik (ekstrinsik) atau non- atopik (intrinsik), berdasarkan pada gejala
yang munculditimbulkan oleh alergen (atopik) atau bukan (non-atopik).[7] Klasifikasi asma
sampai saat ini dibuat berdasarkan tingkat keparahan penyakit, pada saat ini tidak ada metode
lain untuk mengklasifikasikan subgrup asma di luar metode ini.[70] Menemukan cara lain untuk
mengidentifikasi subgrup asma yang berespons baik terhadap jenis terapi yang berbeda saat ini
menjadi tujuan utama penelitian mengenai asma..[70]

Meskipun asma adalah kondisi obstruktif kronik, penyakit tersebut tidak dianggap bagian dari
penyakit paru obstruktif kronik sebab istilah ini digunakan khusus untuk gabungan penyakit yang
tidak dapat disembuhkan kembali seperti sediakala seperti bronkiektasis,bronkhitis kronik, dan
emfisema.[71] Tidak seperti penyakit diatas, obstruksi saluran napas pada asma biasanya dapat
pulih kembali seperti sediakala, akan tetapi bila dibiarkan tanpa terapi, proses peradangan kronis
pada asma dapat menyebabkan kondisi obstruksi pada paru-paru menjadi tidak dapat
disembuhkan karena perubahan bentuk pada saluran napas.[72] Berbeda dengan emfisema, asma
akan mempengaruhi saluran pernapasan, dan bukannya alveoli.[73]

Serangan asma akut


tingkat keparahan serangan asma akut[74]

Hampir menyebabkan PaCO2 tinggi dan/atau membutuhkan bantuan alat ventilasi


kematian mekanik

Tanda-tanda klinis Pengukuran


Mengancam nyawa
Perubahan tingkat kesadaran Puncak aliran < 33%
(orang tertentu pada)
Kelelahan Saturasi Oksigen < 92%

Aritmia PaO2 < 8 kPa


Rendah tekanan darah "Normal" PaCO2

Sianosis

Tidak ada aliran udara yang terdengar

Upaya napas buruk

Puncak aliran 33–50%


Sangat akut
Frekuensi pernapasan ≥ 25 bernapas setiap menit
(orang tertentu pada)
Frekuensi denyut jantung ≥ 110 denyut setiap menit

Tidak dapat menyelesaikan kalimat dalam satu kali tarikan napas

Gejala memburuk

Sedang Puncak aliran 50–80% terbaik atau diperkirakan

Tidak ada fitur asma sangat berat

Eksaserbasi asma akut biasanya dikenal sebagai suatu serangan asma. Gejala klasiknya adalah
sesak nafas, mengi, and rasa berat di dada.[41] Walaupun gejala tersebut adalah gejala primer
asma,[75] namun beberapa orang dengan asma datang dengan gejala batuk, dan pada kasus yang
sangat parah, aliran udara benar-benar terganggu sehingga tidak terdengar lagi suara mengi.[74]

Tanda yang dapat ditemukan pada saat serangan asma yaitu penggunaan otot tambahan untuk
bernapas yaitu (sternokleidomastoid dan otot scalene di leher), terdapat juga denyut nadi
paradoks (denyut nadi yang melemah pada saat menarik napas dan denyut nadi menjadi kuat saat
menghembuskan napas), serta penggembungan dada yang berlebihan .[76] warna biru di kulit dan
kuku bisa terjadi akibat kekurangan oksigen.[77]

Pada asma serangan ringan Puncak laju aliran ekspirasi (PEFR) yaitu ≥200 L/men atau ≥50%
dari perkiraan terbaik.[78] Asma serangan sedang yaitu antara 80 sampai 200 L/men atau 25%
sampai 50% sesuai dengan perkiraan sedangkan bertambah parah berat yaitu ≤ 80 L/men atau
≤25% dari perkiraan.[78]

Asma serangan berat, sebelumnya dikenal sebagai status asmatikus, adalah bertambah parahnya
asma atau serangan asma akut yang tidak memberikan respons terhadap terapi standar dengan
bronkodilator dan kortikosteroid.[79] Setengah dari kasus ini terjadi karena infeksi dan yang
lainnya terjadi karena alergen, polusi udara atau pemakaian obat yang tidak cukup atau tidak
sesuai.[79]
Brittle asthma adalah jenis asma yang menyebabkan serangan berat dan berulang..[74] Tipe 1
asma brittle adalah penyakit dengan puncak aliran yang sangat bervasiasi meskipun dengan
pengobatan yang memadai. Tipe 2 brittle asma adalah asma yang sebelumnya sudah terkontrol
dengan baik, tiba-tiba mengalami serangan berat.[74]

Asma yang Dipicu oleh Olahraga


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Exercise-induced bronchoconstriction

Olahraga dapat memicu terjadinya penyempitan saluran pernapasan bronkokonstriksi pada


penderita asma maupun bukan.[80] Penderita asma lebih sering mengalami hal ini dan hanya
sekitar <20% orang tanpa asma yang mengalaminya.[80] Penyempitan saluran napas pada atlet
lebih jamak ditemukan pada kelompok atlet elit dengan angka beragam mulai 3% pada pembalap
bobsled sampai 50% pada pembalap sepeda dan 60% pada atlet ski lintas alam.[80] Meskipun
asma bisa muncul dalam kondisi cuaca apapun, namun penyakit ini lebih sering terjadi pada
kondisi cuaca kering dan dingin.[81] beta2 agonis hirup sepertinya tidak meningkatkan performa
atletik para atlet yang tidak mengidap penyakit asma[82] namun pemberian dosis secara oral bisa
meningkatkan ketahanan dan kekuatan.[83][84]

Asma yang Dipicu oleh Tempat Kerja


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Occupational asthma

Asma sebagai akibat dari (atau yang diperburuk oleh) pajanan tempat kerja biasanya dilaporkan
sebagai penyakit akibat kerja.[85] Namun banyak kasus yang tidak dilaporkan atau disebut
sebagai penyakit akibat kerja.[86][87] Diperkirakan, ada 5–25% kasus asma pada orang dewasa
yang terkait dengan pekerjaan. Sekitar ratusan ragam jenis agensia dikaitkan dengan kasus-kasus
ini. Di antaranya yang paling umum adalah: isosianat, debu biji-bijian dan kayu, resin
colophony, cairan solder soldering flux, lateks latex, hewan, dan aldehida. Pekerja yang memiliki
risiko paling tinggi antara lain: pekerja yang menggunakan cat semprot, pembuat roti dan
pemroses makanan lainnya, perawat, pekerja bahan kimia, pekerja bersama hewan-hewan,
tukang las, pemangkas rambut, dan pekerja pemrosesan kayu.[85]

Diagnosis banding

Ada banyak kondisi lain yang bisa menimbulkan gejala-gejala yang mirip gejala pada asma.
Penyakit saluran napas bagian atas selain asma pada anak-anak, misalnya rinitis alergi dan
sinusitis juga harus dikategorikan sebagai penyebab obstruksi saluran napas, seperti juga:
aspirasi benda asing, penyempitan abnormal pada saluran napas utama (stenosis trakea) atau
laringotrakeomalasia, cincin vaskular, kelenjar limfe yang membesar atau benjolan di leher.
Kemudian pada orang dewasa, antara lain COPD, gagal jantung kongestif, benjolan di saluran
napas, serta batuk akibat inhibitor ACE, juga karus dikategorikan sebagai penyebab gejala mirip
asma. Sementara yang bisa terjadi pada kedua populasi tersebut yaitu disfungsi pita suara.[88]

Penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK bisa muncul bersama-sama dengan asma dan bisa
juga muncul sebagai komplikasi asma kronis. Setelah usia 65, sebagain besar orang yang
mengidap penyakit obstruksi saluran napas juga menderita asma dan PPOK. Dalam hal ini,
PPOKbisa dibedakan dari meningkatnya jumlah neutrofil di saluran napas, bertambah tebalnya
dinding saluran napas secara abnormal, dan peningkatan jumlah otot polos di bronkus. Meski
demikian, tingkat penyelidikan sampai tahap ini tidak dilakukan karena PPOK dan asma
memiliki prinsip-prinsip tata laksana yang sama, yaitu: kortikosteroid, beta agonis kerja-lambat,
dan penghentian merokok.[89] Selain gejala-gejala PPOKyang mirip dengan gejala pada asma,
penyakit ini juga dihubungkan dengan terlalu seringnya terpapar asap rokok, usia tua, gejala
yang lebih sulit dipulihkan setelah pemberian obat bronkodilator, serta berkurangnya
kemungkinan riwayat atopi keluarga.[90][91]

Pencegahan
Efektivitas langkah-langkah pencegahan timbulnya asma ternyata tidak memiliki bukti kuat.[92]
Ada beberapa yang cukup kuat antara lain: pembatasan pajanan terhadap rokok baik pada saat
dalam kandungan dan setelah lahir, menyusui, dan peningkatan pajanan terhadap tempat
penitipan anak atau keluarga besar. Namun, kedua langkah ini tidak didukung oleh bukti yang
cukup untuk dijadikan rekomendasi indikasi penyakit ini.[92] Pajanan terhadap binatang
peliharaan pada usia dini juga mungkin bermanfaat.[93] Namun, pengamatan pajanan terhadap
hewan peliharaan ini dalam keadaan yang berbeda tidak memberikan hasil meyakinkan[94] dan
rekomendasi yang diberikan hanya memindahkan hewan peliharaan dari rumah pasien yang
memiliki gejala alergi terhadap piaraan tersebut.[95] Pembatasan asupan selama masa kehamilan
atau pada saat menyusui juga tidak pernah terbukti efektif sehingga tidak direkomendasikan.[95]
Pengurangan atau penghilangan senyawa tertentu yang diketahui berasal dari tempat kerja pada
orang-orang yang sensitif bisa jadi memberikan hasil efektif.[85]

Tata Laksana
Meskipun tidak ada obat untuk asma, gejala-gejala yang muncul biasanya bisa disembuhkan.[96]
Untuk itu, harus ada suatu rancangan penanganan khusus yang bisa disesuaikan untuk
pemantauan dan pengelolaan gejala. Rancangan ini harus memasukkan langkah pengurangan
pajanan terhadap alergen, pengujian untuk mengetahui tingkat keparahan gejala, dan penggunaan
obat-obatan. Rancangan pengobatan harus ditulis dan saran penyesuaian pengobatan harus
diberikan berdasarkan terjadinya perubahan-perubahan pada gejala.[97]

Cara pengobatan asma yang paling efektif yaitu menemukan pemicunya, misal merokok, hewan
peliharaan, atau aspirin, dan menghilangkan pajanan terhadap pemicu-pemicu tersebut. Jika
menjauhi pemicu masih belum cukup, baru disarankan untuk menggunakan obat. Obat farmasi
dipilih berdasarkan, antara lain, keparahan penyakit dan frekuensi gejala. Pengobatan khusus
untuk asma secara luas dikategorikan dalam obat reaksi-cepat dan reaksi-lambat.[98][99]

Bronkodilator direkomendasikan untuk pelega jangka pendek. Pada pasien yang mendapatkan
serangan sesekali, tidak diperlukan obat lain. Jika penyakitnya ringan namun persisten (terjadi
serangan lebih dari dua kali dalam seminggu), maka disarankan menggunakan kortikosteroid
hirup dosis rendah atau antagonis leukotriene oral atau stabiliser sel mast. Bagi pasien yang
mendapatkan serangan setiap hari, disarankan menggunakan kortikosteroid hirup dengan dosis
yang lebih tinggi. Pada serangan asma sedang atau berat, kortikosteroid oral turut ditambahkan
ke dalam rancangan pengobatan ini.[9]

Modifikasi Gaya Hidup

Menjauhi pemicu merupakan komponen kunci dalam meningkatkan kendali dan mencegah
serangan. Pemicu yang paling umum antara lain alergen, rokok (tembakau dan lainnya), polusi
udara,penghambat beta non selektif, dan makanan yang mengandung sulfit.[100][101] Merokok dan
menjadi perokok pasif dapat mengurangi efektivitas obat seperti kortikosteroid.[102] Pengendalian
tungau debu, termasuk penyaringan udara, bahan kimia pembasmi tungau, pengisapan debu,
pemakaian sprei, dan metode lainnya tidak berpengaruh pada pengurangan gejala asma.[39]

Obat

Obat yang digunakan untuk menangani asma dibagi menjadi dua kelas umum yaitu: obat pelega
napas cepat yang digunakan untuk menangani gejala akut; dan obat pengendali jangka panjang
yang digunakan untuk mencegah perburukan lebih lanjut.[98]

Reaksi-cepat

alat hirup Salbutamol metered dose yang biasa digunakan untuk mengobati asma.

 Reaksi-singkat agonis beta2-adrenoseptor (SABA), seperti salbutamol (albuterol USAN) atau


Nama yang Diadopsi Amerika Serikat, merupakan pengobatan garis pertama untuk gejala
asma.[9]
 Obat Antikolinergik, misalnya ipratropium bromida, memberikan manfaat lain saat digunakan
dalam kombinasi dengan SABA untuk pasien yang mengalami gejala sedang atau berat.[9]
Bronkodilator antikolinergik juga dapat digunakan jika pasien tidak dapat menoleransi SABA.[71]
 agonis adrenergik versi lama yang kurang selektif seperti epinefrin hirup, memiliki tingkat
kemanjuran yang setara dengan jenis SABA.[103] Meski demikian, obat-obatan tersebut tidak
direkomendasikan karena kekahawatiran akan terjadinya stimulasi berlebihan terhadap
jantung.[104]

Pengendali jangka panjang

alat hirup Fluticasone propionate metered dose yang biasa digunakan untuk pengendali jangka panjang.

 Kortikosteroid secara umum dinilai sebagai obat paling efektif yang tersedia untuk pengendali
jangka panjang.[98] Biasanya, bentuk hirup lebih banyak dipakai kecuali untuk kasus penyakit
berat yang persisten yang mungkin membutuhkan kortikosteroid oral.[98] Biasanya, formula
hirup direkomendasikan untuk digunakan satu atau dua kali sehari, tergantung tingkat
keparahan gejala.[105]
 Long-acting beta-adrenoceptor agonist (LABA) atau Agonis beta-adrenoseptor reaksi-lambat
seperti salmeterol dan formoterol dapat memperkuat pengendalian asma, meskipun hanya
pada orang dewasa, bila dikombinasikan dengan kortikosteroid hirup.[106] Manfaatnya pada
anak-anak belum jelas.[106][107] Jika digunakan tanpa steroid, obat-obatan ini meningkatkan risiko
terjadinya efek samping[108], bahkan saat digunakan bersama kortikosteroid, risiko ini tetap
sedikit mengalami peningkatan.[109][110]
 Antagonis Leukotrien (seperti montelukast dan zafirlukast) bisa jadi digunakan bersama
kortikosteroid hirup sebagai tambahan, dan secara khusus digunakan dalam satu rangkaian
dengan LABA.[98] Tidak ada cukup bukti yang menguatkan manfaat penggunaan obat-obatan ini
untuk serangan asma akut.[111][112] Pada anak-anak di bawah lima tahun, obat-obatan ini menjadi
terapi tambahan kortikosteroid hirup yang lebih sering dipilih.[113]
 Stabiliser sel mast (seperti sodium kromolin) adalah pilihan lain yang tidak begitu disukai
dibandingkan kortikosteroid.[98]

Metode konsumsi obat


Obat biasanya tersedia dalam bentuk metered-dose inhaler (MDI) yang dikombinasikan dengan
spacer asma atau dalam bentuk dry powder inhaler atau DPI. Spacer adalah silinder plastik yang
mencampurkan obat dengan udara sehingga obat mudah diterima dalam dosis penuh. Alat
nebulizer juga bisa digunakan. Nebulizer dan spacer sama-sama efektif untuk pasien dengan
gejala ringan sampai sedang, namun tidak ada cukup bukti untuk menentukan apakah memang
ada perbedaan jika diterapkan pada gejala berat.[114]

Dampak merugikan

Penggunaan kortikosteroid hirup dengan dosis konvensional dalam jangka panjang membawa
risiko dampak merugikan yang ringan.[115] Risiko tersebut antara lain timbulnya katarak dan
menurunnya tinggi perawakan tubuh.[115][116]

Lain-lain

Bila asma tidak bereaksi dengan obat biasa, pilihan lain tersedia baik untuk tata laksana darurat
maupun untuk mencegah kambuh. Untuk tata laksana darurat pilihan lain termasuk:

 Oksigen untuk meringankan hipoksia bila saturasi jatuh di bawah 92%.[117]


 Magnesium sulfat pengobatan intravena telah menunjukkan efek bronkodilasi bila digunakan
sebagai tambahan pengobatan dalam serangan asma akut berat.[10][118]
 Helioks, campuran helium dan oksigen, bisa juga dipertimbangkan dalam kasus berat yang tidak
menunjukkan respons.[10]
 Salbutamol intravena tidak didukung oleh bukti tersedia dan oleh karena itu hanya digunakan
dalam kasus ekstrim.[117]
 Metilksantin (seperti teofilin) dulu sering digunakan, tapi tidak memberikan efek tambahan yang
berarti untuk beta-agonis yang dihirup.[117] Penggunaannya dalam serangan asma akut masih
kontroversial.[119]
 Anestetik disosiatif ketamin secara teori berguna bila intubasi dan ventilasi mekanis diperlukan
pada orang yang hampir mengalami gagalnapas; namun, tidak ada bukti klinis untuk
mendukungnya.[120]

Bagi orang yang menderita asma persisten berat yang tidak dapat dikontrol dengan kortikosteroid
dan LABA, bronkial termoplasti bisa menjadi pilihan.[121] Pengobatan ini melibatkan aplikasi
energi panas terkontrol ke dinding saluran napas dalam serangkaian sesi bronkoskopi.[121]
Walaupun mungkin meningkatkan frekuensi serangan dalam beberapa bulan pertama, frekuensi
selanjutnya tampaknya diturunkan. Efek lewat dari setahun belum diketahui.[122]

Pengobatan alternatif

Banyak orang yang menderita asma, seperti mereka yang mengalami gangguan kronis lain,
menggunakan pengobatan alternatif; survei menunjukkan sekitar 50% menggunakan terapi non-
konvensional.[123][124] Hanya ada sedikit data untuk mendukung efektivitas terapi-terapi ini. Bukti
tidak mencukupi untuk mendukung penggunaan Vitamin C.[125] Akupuntur tidak dianjurkan
untuk pengobatan karena bukti tidak mencukupi untuk mendukung penggunaannya.[126][127]
Ioniser udara tidak menunjukkan bukti memperbaiki gejala asma atau menguntungkan fungsi
paru-paru; ini berlaku baik untuk generator ion negatif maupun positif.[128]

"Terapi manual", termasuk osteopatik, kiropraktik, fisioterapi dan terapi pernafasan, tidak
mempunyai cukup bukti yang mendukung penggunaannya dalam pengobatan asma.[129] Teknik
pernafasan buteyko untuk mengontrol hiperventilasi bisa menyebabkan penurunan penggunaan
obat namun tidak berpengaruh pada fungsi paru-paru.[99] Sehingga sebuah panel ahli merasa
bahwa bukti tidak mencukupi untuk mendukung penggunaannya.[126]

Prognosis

Disability-adjusted life year untuk asma per 100.000 penduduk dalam tahun 2004.[130]

no data 350–400

<100 400–450

100–150 450–500

150–200 500–550

200–250 550–600

250–300 >600

300–350

Prognosis untuk asma biasanya bagus, terutama untuk anak-anak dengan penyakit ringan.[131]
Mortalitas sudah menurun selama dua dekade terakhir ini karena pengenalan penyakit yang lebih
baik dan perbaikan dalam pengobatan.[132] Secara global asma menyebabkan disabilitas/
ketidakmampuan derajat menengah dan berat pada 19,4 jutaan orang hingga tahun 2004
(16 jutaan orang yang berada di negara berpenghasilan rendah dan menengah).[133] Dari asma
yang didiagnosa selama masa kanak-kanak, separuh dari kasus tidak lagi terdiagnosa setelah satu
dekade.[50] Perubahan saluran napas terdeteksi, tapi tidak diketahui apakah menunjukkan
perubahan yang berbahaya atau bermanfaat.[134] Pengobatan dini dengan kortikosteroid
tampaknya mencegah atau memperbaiki penurunan fungsi paru-paru.[135]

Anda mungkin juga menyukai