Anda di halaman 1dari 32

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : RS

Jenis Kelamin : laki-laki

Tanggal lahir / Usia : 09-11-2011 / 6 tahun 7 bulan

Berat badan lahir : 3000 gram

Partus : Spontan letak kepala

Agama : Kristen Protestan

Kebangsaan : Indonesia

Suku Bangsa : Minahasa

Anak ke :2

Alamat : Ratatotok

MRS : 08-06-2018 pukul 03.00 WITA

Ruangan : IRINA E ATAS

B. IDENTITAS ORANGTUA

Nama Ibu : Ny. YB

Usia : 39 tahun

Perkawinan : Pertama

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Nama Ayah : Tn. DR

1
Usia : 40 tahun

Perkawinan : Pertama

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Alamat : Ratatotok

No. Telp : 085397118348

C. FAMILY TREE

21 Tahun 6 6/12 Tahun

D. ANAMNESIS

Aloanamnesis diberikan oleh : Ibu penderita.

Keluhan utama : kelopak mata dan wajah bengkak sejak 4 hari sebelum masuk

rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan utama kelopak mata dan wajah bengkak sejak

4 hari sebelum masuk rumah sakit. Bengkak di tubuh, kaki, dan tangan tidak ada.

Demam disangkal, buang air kecil berwarna kuning jernih, nafsu makan dan minum

2
baik, riwayat batuk atau pilek atau infeksi pada kulit beberapa waktu terakhir diakui

orang tua pasien.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien mengalami batuk dan pilek sejak 14 hari sebelum masuk rumah sakit

dan sudah mendapatkan terapi. Pasien juga pernah dirawat di RS selama 2 hari

dengan diagnosis parotitis epidemika pada 8 hari sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat buang air kecil berwarna merah disangkal, bengkak di kaki tidak ada, mual

dan muntah tidak ada. Pasien merupakan pasien rujukan dari RS Budi Setia

Langoan dengan diagnosis suspek GNAPS dan telah diterapi dengan cefixime

2x100mg dan furosemide 1x20mg diminum setiap pagi hari.

E. ANAMNESIS ANTENATAL

Selama hamil ibu penderita melakukan pemeriksaan ante natal sebanyak 9

kali dan mendapatkan imunisasi tetanus toksoid sebanyak 2 kali. Menurut ibu

pasien, ibu dalam keadaan sehat dan tidak menderita penyakit apapun selama ia

hamil. Pasien dilahirkan di rumah, ditolong oleh bidan di kampung.

F. PENYAKIT YANG SUDAH PERNAH DIALAMI

- Morbili : tidak pernah dialami

- Varisela : tidak pernah dialami

- Pertusis : tidak pernah dialami

- Diare : pernah dialami

- Cacing : tidak pernah dialami

- Batuk/pilek : pernah dialami

3
- Lain-lain : parotitis epidemika

G. KEPANDAIAN DAN KEMAJUAN BAYI

- Pertama kali membalik : 4 bulan

- Pertama kali tengkurap : 5 bulan

- Pertama kali duduk : 8 bulan

- Pertama kali merangkak : 8 bulan

- Pertama kali berdiri : 10 bulan

- Pertama kali berjalan : 15 bulan

- Pertama kali tertawa : 4 bulan

- Pertama kali berceloteh : 4 bulan

- Pertama kali memanggil mama : 12 bulan

- Pertama kali memanggil papa : 12 bulan

H. ANAMNESIS MAKANAN TERPERINCI

- ASI : tidak pernah

- PASI : sejak lahir hingga 4 tahun

- Bubur susu : sejak 4 bulan hingga 1 tahun

- Bubur saring : tidak pernah

- Bubur halus : sejak 1 tahun hingga 1 tahun 3 bulan

- Nasi lembek : sejak 1 tahun 3 bulan bulan hingga 2 tahun

4
I. IMUNISASI

No. Imunisasi Dasar Ulangan

1 BCG ✔

2 Hepatitis B ✔ ✔ - - -

3 Polio ✔ ✔ ✔ - -

4 DPT ✔ ✔ ✔ - -

5 Campak ✔

J. RIWAYAT KELUARGA

Hanya penderita yang mengalami penyakit seperti ini dalam keluarga

K. KEADAAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIASAAN DAN LINGKUNGAN

Penderita tinggal di rumah semi permanen, beratap seng, berdinding papan,

dan berlantai papan. Terdapat 2 buah kamar di dalam rumah. Rumah dihuni oleh 3

orang, 2 orang dewasa dan 1 orang anak-anak. Kamar mandi dan WC berada di luar

rumah pasien. Sumber penerangan berasal dari PLN. Sumber air minum berasal

dari air sumur. Penanganan sampah di rumah pasien yaitu dibakar.

L. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : tampak sakit

Kesadaran : kompos mentis, GCS E4-V5-M6

Berat badan : 17 kg

Tinggi badan : 111,5 cm

5
Status Gizi CDC : BB/U : 77% (GIZI KURANG)

TB/U : 94% (NORMAL)

BB/TB : 87% (GIZI KURANG)

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 130/80 mmHg (Hipertensi Grade II)

P50 = 92/53 mmHg

P90 = 106/68 mmHg

P95 = 110/72 mmHg

P99 = 117/80 mmHg

Krisis Hipertensi = 180/120 mmHg

Nadi : 80 kali/menit, kualitas kuat angkat, isi cukup, reguler

Respirasi : 20 kali/menit, teratur

Suhu badan : 36,5 °C

Kulit : kulit berwarna sawo matang, tidak tampak pucat, tidak ada

sianosis, tidak ada efloresensi, tidak ada pigmentasi, tidak

ada jaringan parut, lapisan lemak cukup, turgor kembali

dengan cepat, dan tonus eutoni.

Kepala

Kepala : bentuk kepala simetris, ukuran normosefali, ubun-ubun

besar sudah menutup.

Rambut : rambut berwarna hitam, tebal, distribusi merata, tidak

mudah dicabut.

Mata : tampak edema periorbital , alis dan bulu mata tidak mudah

dicabut dan tidak mudah rontok, konjungtiva tidak anemis,

6
sklera tidak ikterik, produksi air mata cukup, pupil bulat

isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, terdapat refleks cahaya,

dan gerakan normal ke segala arah.

Telinga : bentuk normal, simetris, tidak ada sekret, serumen minimal,

tidak ada nyeri.

Hidung : bentuk normal, simetris, tidak ada pernapasan cuping

hidung, tidak terdapat epistaksis, tidak ada sekret.

Mulut : bentuk tidak ada kelainan, mukosa bibir basah, tidak ada

perdarahan di gusi, tidak ada caries gigi , tidak ada bau

pernapasan.

Lidah : tidak kotor, warna merah keputihan.

Leher

Tonsil : T1/T1, warna tidak hiperemis.

Faring : tidak hiperemis

Lain-lain : pembesaran KGB leher tidak teraba, kuduk kaku tidak

ditemukan, tidak ada massa, tidak ada tortikolis.

Toraks

Pulmo

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ditemukan retraksi dinding dada

Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris, fremitus fokal simetris

kanan dan kiri

Perkusi : Suara ketok sonor kanan dan kiri

Auskultasi : Suara napas bronkovesikuler kanan dan kiri, tidak

ditemukan ronki dan wheezing

7
Cor

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis tidak teraba

Perkusi : Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dekstra

Batas kiri : ICS V linea midklavikula sinistra

Batas atas : ICS II linea parasternalis dekstra

Auskultasi : tidak ada bising, dalam batas normal

Abdomen

Inspeksi : Bentuk datar

Palpasi : lemas, tidak ada distensi, tidak ada asites, hepar tidak teraba,

lien tidak teraba, tidak ditemukan massa

Perkusi : Suara ketok timpani, tidak ditemukan adanya asites, tidak

terdapat nyeri ketok sudut kostovertebra

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas

Atas : Akral hangat, tidak ada edema, tidak ada sianosis

Bawah : Akral hangat, tidak ada edema, tidak ada sianosis

Neurologis : Gerakan normal, tonus tidak meningkat, tidak ada atrofi,

tidak didapatkan klonus, refleks fisiologis tidak meningkat,

refleks patologis tidak ada, sensibilitas normal, tidak

didapatkan tanda rangsang meningeal.

Susunan saraf : Dalam batas normal

Genitalia : Jenis kelamin laki-laki

Anus : Ada

8
M. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

05/06/2018

Parameter Nilai Normal Satuan Hasil

Hematologi

Leukosit 4000 – 10000 /Ul 11.100

Eritrosit 4.70 - 6.10 106/Ul 3,53

Hemoglobin 12.0 - 14.0 g/dL 9,8

Hematokrit 37.0 - 47.0 % 28,0

Trombosit 150 – 450 103/Ul 356.000

MCH 27.0 - 35.0 Pg 27,9

MCHC 30.0 - 40.0 g/Dl 35,2

MCV 80.0 - 100.0 Fl 79,2

Hitung Jenis Leukosit

Granulosit 50 – 70 % 50,9

Limfosit 20 – 40 % 40,8

Monosit 1 – 15 % 8,3

Kimia Klinik

Cholesterol Total <200 mg/dL 174

LDL 130 - 160 mg/dL 107

Trigliserida <200 mg/dL 155

Urea 20 - 40 mg/dL 47

Kreatinin 0,9 – 1,3 mg/dL 0,6

Albumin 3.50-5.70 g/dL 2,96

HDL >=35 mg/dL 36

9
06/06/2018

Urinalisis

Kejernihan Jernih Jernih

Warna Kuning Kuning

Keton Negatif Negatif

Nitrit Negatif Negatif

Urobilinogen Negatif Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

Protein Negatif Positif

Glukosa Negatif Negatif

SG 1-2 1,015

pH 5-7 5,0

Sedimen

Leukosit 2-3 Sel/LPB 2-3

Eritrosit 0-1 Sel/LPB ++

Epitel + Sel/LPK +

10
N. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

O. RESUME MASUK

Laki-laki, usia 6 6/12 tahun, berat badan 17 kg, tinggi badan 111,5 cm masuk

rumah sakit pada tanggal 8 Juni 2018 pukul 03.00 WITA, dengan keluhan utama

bengkak pada wajah dan kelopak mata sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.

Pasien mengalami batuk dan pilek sejak 14 hari sebelum masuk rumah sakit dan

sudah mendapatkan terapi. Pasien juga pernah dirawat di RS selama 2 hari dengan

diagnosis parotitis epidemika pada 8 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien

merupakan pasien rujukan dari RS Budi Setia Langoan dengan diagnosis suspek

GNAPS dan telah diterapi dengan cefixime 2x100mg dan furosemide 1x20mg

diminum setiap pagi hari.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan:

Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran : compos mentis

Berat badan : 17 kg Tinggi badan : 111,5 cm

Status Gizi : Gizi Kurang (CDC)

Tekanan darah : 130/80 mmHg (Hipertensi Grade II)

11
Nadi : 80 kali/menit (kuat angkat, isi cukup, reguler)

Respirasi : 20 kali/menit (teratur)

Suhu badan : 36,5 °C

Kepala : ada edema regio periorbital, konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak ikterik, tidak ada pernapasan cuping hidung, tonsil T1-T1

tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Toraks : simetris, tidak ada retraksi

Pulmo : suara pernapasan bronkovesikuler, tidak ada ronki dan wheezing

Cor : tidak ada bising

Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, tidak ada nyeri tekan

epigastrium, tidak ada nyeri ketok sudut kostovertebra, hepar tidak

teraba, lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat, CRT kurang dari 2 detik, tidak ada edema pretibia

Pada pemeriksaan penunjang ditemukan:

Leukosit : 11.100 /uL Urin :

Eritrosit : 3,53 x 10ˆ6/uL Protein :+

Hemoglobin : 9,8 g/dL Eritrosit : ++

Hematokrit : 28,0%

Trombosit : 773x 10ˆ3/uL

Limfosit : 40,8%

Albumin : 2,96 g/dL

12
P. DIAGNOSIS

SUSPEK GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKUS

HIPERTENSI GRADE II

ANEMIA

HIPOALBUMINEMIA

Q. DIAGNOSIS BANDING

SINDROM NEFROTIK

PENYAKIT JANTUNG REMATIK

R. TERAPI

- Farmakologi:

· Cefixime 2 x 200mg

· Furosemide 2 x 20mg

- Nonfarmakologi:

· Di rawat di rumah sakit sampai edema, dan hipertensi membaik

· Pengaturan diet dengan pemberian kalori secukupnya, yaitu 90

kal/kgBB/hari  1755 kal/hari.

· Diet rendah protein dan rendah garam (protein 1 gram/kgBB/hari,

garam diberikan 1 gram/hari)  19,5 gram/hari

· Balans cairan setiap 24 jam = insensible water loss (IWL) + jumlah urin

1 hari sebelumnya + cairan lain yang keluar dengan muntah, feses, slang

nasogastrik, dan lain-lain.

13
S. FOLLOW UP

Pengamatan dan Perawatan hari Pertama : 08 Juni 2018

S Kencing merah (-) ; Bengkak (+) ; Nyeri perut (+)

O Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 90/60 mmHg Nadi : 88 kali/menit

Respirasi : 18 kali/menit Suhu badan : 36,0 ˚C

Kepala : ada edema regio periorbital, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik, tidak ada pernapasan cuping hidung

THT : tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Toraks : simetris, tidak ada retraksi, cor: tidak ada bising, pulmo: suara

pernapasan bronkovesikuler, tidak ada ronki maupun wheezing

Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, tidak ada nyeri ketok sudut

kostovertebra, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema pretibia, CRT ≤ 2 detik

A Suspek Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus

Hipertensi Terkontrol

Anemia

Hipoalbuminemia

14
P Medikamentosa:

- Cefixime 2 x 200mg

- Furosemide 2 x 20mg

Asuhan Gizi :

- Diet 1755 kal/hari

- Diet rendah protein 1 gram/kgbb/hari dan rendah garam 1 gram/hari

- Balans cairan setiap 24 jam = insensible water loss (IWL) + jumlah

urin 1 hari sebelumnya + cairan lain yang keluar dengan muntah,

feses, slang nasogastrik, dan lain-lain.

Asuhan Keperawatan

- Observasi keadaan umum dan tanda vital pasien

Pengamatan dan Perawatan hari Kedua : 09 Juni 2018

S Kencing merah (-) ; Bengkak (-) ; Nyeri perut (-)

O Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 100/60 mmHg Nadi : 87 kali/menit

Respirasi : 24 kali/menit Suhu badan : 36,3 ˚C

Kepala : ada edema regio periorbital, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik, tidak ada pernapasan cuping hidung

THT : tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Toraks : simetris, tidak ada retraksi, cor: tidak ada bising, pulmo: suara

pernapasan bronkovesikuler, tidak ada ronki maupun wheezing

15
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, tidak ada nyeri ketok sudut

kostovertebra, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema pretibia, CRT ≤ 2 detik

A Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus

Hipertensi Terkontrol

Anemia

Hipoalbuminemia

P Medikamentosa:

- Cefixime 2 x 200mg

- Furosemide 2 x 20mg

Asuhan Gizi :

- Diet 1755 kal/hari

- Diet rendah protein 1 gram/kgbb/hari dan rendah garam 1 gram/hari

- Balans cairan setiap 24 jam = insensible water loss (IWL) + jumlah

urin 1 hari sebelumnya + cairan lain yang keluar dengan muntah,

feses, slang nasogastrik, dan lain-lain.

Asuhan Keperawatan

- Observasi keadaan umum dan tanda vital pasien

Hasil urinalisis:

Mikroskopis

Eritrosit >50 /LPB

Leukosit 10-15 /LPB

16
Kimia

Leukosit +3

Protein +3

Darah / Eritrosit +5

Hasil pemeriksaan ASTO (Anti Streptolisin O):


Mengalami peningkatan, 480 IU/ml

Pengamatan dan Perawatan hari Ketiga : 10 Juni 2018

S Kencing merah (-) ; Bengkak (-) ; Nyer perut (-)

O Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 100/60 mmHg Nadi : 87 kali/menit

Respirasi : 24 kali/menit Suhu badan : 36,2 ˚C

Kepala : ada edema regio periorbital, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik, tidak ada pernapasan cuping hidung

THT : tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Toraks : simetris, tidak ada retraksi, cor: tidak ada bising, pulmo: suara

pernapasan bronkovesikuler, tidak ada ronki maupun wheezing

Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, tidak ada nyeri ketok sudut

kostovertebra, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema pretibia, CRT ≤ 2 detik

A Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus

Hipertensi Terkontrol

Anemia

17
Hipoalbuminemia

P Medikamentosa:

- Cefixime 2 x 200mg

- Furosemide 2 x 20mg

Asuhan Gizi :

- Diet 1755 kal/hari

- Diet rendah protein 1 gram/kgbb/hari dan rendah garam 1 gram/hari

- Balans cairan setiap 24 jam = insensible water loss (IWL) + jumlah

urin 1 hari sebelumnya + cairan lain yang keluar dengan muntah,

feses, slang nasogastrik, dan lain-lain.

Asuhan Keperawatan

- Observasi keadaan umum dan tanda vital pasien

Hasil Pemeriksaan Swab Tenggorok:


Tidak ada pertumbuhan bakteri

Pengamatan dan Perawatan hari Keempat : 11 Juni 2018

S Kencing merah (-) ; Bengkak (-) ; Nyer perut (-)

O Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 140/90 mmHg Nadi : 87 kali/menit

Respirasi : 24 kali/menit Suhu badan : 37,3 ˚C

Kepala : ada edema regio periorbital, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik, tidak ada pernapasan cuping hidung

18
THT : tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Toraks : simetris, tidak ada retraksi, cor: tidak ada bising, pulmo: suara

pernapasan bronkovesikuler, tidak ada ronki maupun wheezing

Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, tidak ada nyeri ketok sudut

kostovertebra, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema pretibia, CRT ≤ 2 detik

A Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus

Hipertensi Terkontrol

Anemia

Hipoalbuminemia

P Medikamentosa:

- Cefixime 2 x 200mg

- Furosemide 2 x 20mg

Asuhan Gizi :

- Diet 1755 kal/hari

- Diet rendah protein 1 gram/kgbb/hari dan rendah garam 1 gram/hari

- Balans cairan setiap 24 jam = insensible water loss (IWL) + jumlah

urin 1 hari sebelumnya + cairan lain yang keluar dengan muntah,

feses, slang nasogastrik, dan lain-lain.

Asuhan Keperawatan

- Observasi keadaan umum dan tanda vital pasien

Pasien rencana pulang

19
Laboratorium 11 Juni 2018

Parameter Nilai Normal Satuan Hasil

Hematologi

Leukosit 4000 – 10000 /Ul 8.200

Eritrosit 4.70 - 6.10 106/Ul 4,53

Hemoglobin 12.0 - 14.0 g/dL 12,5

Hematokrit 37.0 - 47.0 % 28,0

Trombosit 150 – 450 103/Ul 355.000

MCH 27.0 - 35.0 Pg 27,9

MCHC 30.0 - 40.0 g/dL 35,2

MCV 80.0 - 100.0 Fl 78,2

Kimia Klinik

Cholesterol Total <200 mg/dL 170

LDL 130 - 160 mg/dL 105

Trigliserida <200 mg/dL 151

Urea 20 - 40 mg/dL 38

Kreatinin 0,9 – 1,3 mg/dL 0,9

HDL >=35 mg/dL 38

Albumin 3.50-5.70 g/dL 3.50

20
Pengamatan dan Perawatan hari Kelima : 12 Juni 2018

S Kencing merah (-) ; Bengkak (-) ; Nyer perut (-)

O Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 140/90 mmHg Nadi : 87 kali/menit

Respirasi : 24 kali/menit Suhu badan : 37,3 ˚C

Kepala : ada edema regio periorbital, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik, tidak ada pernapasan cuping hidung

THT : tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Toraks : simetris, tidak ada retraksi, cor: tidak ada bising, pulmo: suara

pernapasan bronkovesikuler, tidak ada ronki maupun wheezing

Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, tidak ada nyeri ketok sudut

kostovertebra, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema pretibia, CRT ≤ 2 detik

A Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus

Hipertensi Terkontrol

P Medikamentosa:

- Cefixime 2 x 200mg

- Furosemide 2 x 20mg

Asuhan Gizi :

- Diet 1755 kal/hari

- Diet rendah protein 1 gram/kgbb/hari dan rendah garam 1 gram/hari

21
- Balans cairan setiap 24 jam = insensible water loss (IWL) + jumlah

urin 1 hari sebelumnya + cairan lain yang keluar dengan muntah,

feses, slang nasogastrik, dan lain-lain.

Asuhan Keperawatan

- Observasi keadaan umum dan tanda vital pasien

Pasien Pulang

22
BAB II
PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


pasien ini didiagnosis dengan Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus
(GNAPS). Pada umumnya kriteria yang digunakan untuk diagnosis GNAPS ialah:
(1) Secara klinik diagnosis GNAPS dapat ditegakkan bila dijumpai full blown case
dengan gejala-gejala hematuria, hipertensi, edema, oliguria yang merupakan gejala-
gejala khas GNAPS; (2) Untuk menunjang diagnosis klinik, dilakukan pemeriksaan
laboratorium berupa ASTO (meningkat) & C3 (menurun) dan pemeriksaan lain
berupa adanya torak eritrosit, hematuria & proteinuria; (3) Diagnosis pasti
ditegakkan bila biakan positif untuk streptokokus ß hemolitikus grup A.6,7,9
Dari anamnesis didapatkan pasien merupakan seorang anak laki-laki berusia
6 tahun 6 bulan warga negara Indonesia. Sesuai dengan teori kepustakaan
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus dapat terjadi pada semua kelompok usia
namun lebih sering ditemukan pada kelompok usia 2-15 tahun, sangat jarang terjadi
pada anak dengan usia di bawah dua tahun dan dua kali lebih sering terjadi pada
anak laki–laki dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini selaras dengan
penelitian yang dilakukan Hidayani (2016) pada anak yang dirawat di RSUP Prof.
dr. R.D Kandou Manado Periode Agustus 2012-Agustus 2016 mendapatkan
sebanyak 53 pasien didiagnosis GNAPS, dengan usia 3-13 tahun, laki-laki 56,6%
dan perempuan 43,4%.10
Dari anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan utama bengkak di
kelopak mata sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan kepustakaan,
bengkak pada GNAPS lebih sering di dapatkan pada pasien anak (90%)
dibandingkan pada pasien dewasa (75%)11. Edema merupakan gejala paling sering,
umumnya pertama kali timbul, dan menghilang pada akhir minggu pertama. Edema
paling sering muncul di daerah periprbital (edema palpebra), disusul daerah
tungkai. Edema biasanya merupakan hasil dari retensi air dan garam, bahkan
sindroma nefrotik bisa ditemukan pada 4-10% kasus, namun sifat edema pada
GNAPS lebih ringan dibandingkan edema yang menjadi karakteristik sindroma
nefrotik12. Jika terjadi retensi cairan hebat, maka edema timbul di daerah perut

23
(asites), dan genitalia eksterna (edema skrotum/vulva) menyerupai sindrom
nefrotik.
Pada pasien ini tidak didapatkan keluhan kencing berwarna merah. Namun
pada pemeriksaan urinalisis didapatkan eritrosit >50 /LPB. Kencing berwarna
merah seperti cucian daging merupakan salah satu gejala klinis yang paling sering
ditemukan pada GNAPS (30%-70%), yaitu hematuria makroskopis. Deskripsi lain
yang juga sering menjadi keluhan adalah kencing seperti “coca-cola” atau seperti
teh. Deskripsi ini perlu diperhatikan, karena perlu dibedakan antara hematuria pada
GNAPS dengan kencing darah yang lebih berwarna merah segar yang merupakan
temuan pada gangguan anatomis saluran kencing seperti urolithiasis13. Hematuria
mikroskopis dijumpai hampir pada semua kasus. Hematuria makroskopis biasanya
hilang dalam beberapa hari, namun hematuria mikroskopis bisa bertahan sampai
bertahun-tahun dan biasanya dapat tereksaserbasi pada keadaan seperti demam.11
Pada hematuria mikroskopik yang menetap lebih dari setahun perlu dilakukan
biopsi ginjal.9
Dari riwayat penyakit dahulu didapatkan pasien mengalami batuk dan pilek
sejak 14 hari sebelum masuk rumah sakit dan sudah mendapatkan terapi. Pasien
juga pernah dirawat di RS selama 2 hari dengan diagnosis parotitis epidemika pada
8 hari sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan teori kepustakaan, GNAPS
menunjukkan adanya kejadian pasca infeksi dengan etiologi berbagai macam
bakteri dan virus dengan kuman penyebab tersering ialah Streptokokus β
hemolitikus grup A yang nefritogenik. GNAPS didahului oleh infeksi GABHS
melalui infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) atau infeksi kulit (piodermi) dengan
periode laten 1-2 minggu pada ISPA atau 3 minggu pada pioderma.2
Pada pemeriksaan penunjang urinalisa didapatkan adanya proteinuria +3.
Keadaan ini sesuai dengan kondisi pada GNAPS yaitu terdapat proteinuria. Namun
secara kualitatif proteinuria berkisar antara negatif sampai dengan ++, jarang terjadi
sampai dengan +++. Bila terdapat proteinuria +++ harus dipertimbangkan adanya
gejala sindrom nefrotik atau hematuria makroskopik. Secara kuantitatif proteinuria
biasanya kurang dari 2 gram/ m2 LPB/24 jam, tetapi pada keadaan tertentu dapat
melebihi 2 gram/ m2 LPB/24 jam.9

24
Pada pemeriksaan penunjang darah imunoserologi anti streptolisin titer O
(ASTO) ditemukan 480. ASTO merupakan reaksi serologis yang paling sering
diperiksa, karena mudah dititrasi. Nilai normal ASTO adalah <200 iu/dL. ASTO
meningkat 70-80% pada GNAPS. Kenaikan titer ini dimulai pada hari ke-10 hingga
14 sesudah infeksi streptokokus dan mencapai puncaknya pada minggu ke-3 hingga
5 dan mulai menurun pada bulan ke-2 hingga 6. ASTO jelas meningkat pada
GNAPS setelah infeksi saluran pernapasan oleh streptokokus. ASTO bisa normal
atau tidak meningkat akibat pengaruh pemberian antibiotik, kortikosteroid atau
pemeriksaan dini titer ASO. Sebaliknya ASTO jarang meningkat setelah piodermi.
Hal ini diduga karena adanya jaringan lemak subkutan yang menghalangi
pembentukan antibodi terhadap streptokokus sehingga infeksi streptokokus melalui
kulit hanya sekitar 50% kasus menyebabkan ASTO meningkat.3,4,6
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan C3. Komplemen serum hampir
selalu menurun pada GNAPS, karena turut serta berperan dalam proses antigen-
antibodi sesudah terjadi infeksi streptokokus yang nefritogenik. Di antara sistem
komplemen dalam tubuh, maka komplemen C3 (B1C globulin) yang paling sering
diperiksa kadarnya karena cara pengukurannya mudah. Beberapa penulis
melaporkan 80-92% kasus GNAPS dengan kadar C3 menurun. Umumnya kadar C3
mulai menurun selama fase akut atau dalam minggu pertama perjalanan penyakit,
kemudian menjadi normal sesudah 4-8 minggu timbulnya gejala-gejala penyakit.
Bila sesudah 8 minggu kadar komplemen C3 ini masih rendah, maka hal ini
menunjukkan suatu proses kronik yang dapat dijumpai pada glomerulonefritis
membran proliferatif atau nefritis lupus.3,6
Pada pemeriksaan swab tenggorok pasien tidak ditemukan adanya
pertumbuhan bakteri. Hal ini bisa disebabkan karena pemberian antibiotic di
Rumah Sakit sebelumnya (RS Budi Setia Langoan). Menurut kepustakaan, 83%
dari total 47 anak yang masuk dalam penelitian menunjukan hasil negative pada
swab tenggorok 24 jam pasca diberikan antibiotik. Pada pasien ini sudah diberikan
antibiotik cefixime 2 x 200 mg.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa tekanan darah pasien meningkat
130/80 mmHg sehingga pasien didiagnosis dengan Hipertensi Grade II. Tekanan
darah pada anak diklasifikasikan berdasarkan National High Blood Pressure

25
Education Program Working Group on High Blood Pressure Education in children
and adolescents. Tekanan darah normal yaitu tekanan sistolik dan diastolik di
bawah persentil 90. Pra-hipertensi yaitu tekanan darah sistolik atau diastolik lebih
tinggi atau sama dengan persentil 90 tetapi lebih rendah daripada persentil 95 atau
tekanan darah 120/80 mmHg atau lebih pada remaja. Hipertensi yaitu tekanan darah
sistolik atau diastolik lebih tinggi atau sama dengan persentil 95. Hipertensi stadium
1 yaitu tekanan sistolik atau diastolik berada antara persentil 95 sampai persentil
95+5 mmHg. Hipertensi stadium 2 yaitu tekanan darah sistolik atau diastolik di atas
persentil 99+5 mmHg. Hipertensi merupakan gejala yang terdapat pada 60-70%
kasus GNAPS. Umumnya terjadi dalam minggu pertama dan menghilang
bersamaan dengan menghilangnya gejala klinik yang lain.2,14 Penanganan
hipertensi sedang atau berat tanpa tanda-tanda serebral dapat diberi kaptopril (0.3-
2 mg/kgbb/hari) atau furosemid atau kombinasi keduanya.2,9,13 Pada kasus ini,
diberikan furosemid 2 x 20mg.
Tatalaksana pada pasien ini yaitu istirahat di tempat tidur hingga selesai fase
akut hingga 10-14 hari perawatan bila tidak ditemukan adanya komplikasi. Pada
akhir minggu pertama atau kedua gejala-gejala seperti edema, hematuria, hipertensi
dan oliguria mulai menghilang, sebaliknya gejala-gejala laboratorium menghilang
dalam waktu 1-12 bulan. Bila masih dijumpai kelainan laboratorium urin maka
dilakukan pengamatan lanjut pada waktu berobat jalan. Selain itu, pengaturan diet
diperlukan untuk mencegah katabolisme dengan memberikan kalori secukupnya,
yaitu 90 kkal/kgbb/hari. Diet garam juga perlu diperhatikan untuk mengurangi
edema. Diet protein dibatasi bila kadar ureum meninggi. Sedangkan jumlah cairan
harus diperhitungkan dengan baik, yaitu jumlah cairan yang masuk harus seimbang
dengan pengeluaran, berarti asupan cairan = jumlah urin + b (10 ml/kgbb/hari). Diet
garam sebanyak 1 gram/hari, protein sebanyak 1 gram/kgBB/hari, dan asupan
cairan berdasarkan perhitungan balans diuresis.2,9
Tatalaksana selanjutnya pada GNAPS yaitu pemberian antibiotik yang
sampai sekarang masih sering dipertentangkan. Pihak satu hanya memberi
antibiotik bila biakan hapusan tenggorok atau kulit positif untuk streptokokus,
sedangkan pihak lain memberikannya secara rutin dengan alasan biakan negatif
belum dapat menyingkirkan infeksi streptokokus. Biakan negatif dapat terjadi oleh

26
karena telah mendapat antibiotik sebelum masuk rumah sakit atau akibat periode
laten yang terlalu lama (> 3 minggu).,2,9 Pada pasien ini, diberikan antibiotik
cefixime 2 x 200 mg.
Penanganan simtomatik yang diberikan pada pasien GNAPS yaitu
bendungan sirkulasi, hipertensi, dan gangguan ginjal akut. Hal paling penting dalam
menangani sirkulasi adalah pembatasan cairan, dengan kata lain asupan harus
sesuai dengan keluaran. Bila terjadi edema berat atau tanda-tanda edema paru akut,
harus diberi diuretik, misalnya furosemid.2,9 Penanganan hipertensi sedang atau
berat tanpa tanda-tanda serebral dapat diberi kaptopril (0.3-2 mg/kgbb/hari) atau
furosemid atau kombinasi keduanya.2,9,13 Pada kasus ini, diberikan furosemid 2 x
20mg.
Prognosis pasien ini secara ad vitam, ad functionam, dan ad sanationam
adalah baik karena pasien berespon baik terhadap pengobatan selama perawatan di
RSUP Prof RD Kandou. Edukasi yang diberikan pada pasien pada saat dipulangkan
adalah segera melakukan kontrol ketat di pelayanan kesehatan terdekat bila
mengalami ISPA, anak mengalami edema, atau mengalami keluhan berkemih.
Anak juga diedukasi untuk mengonsumsi obat antihipertensi secara teratur dan
melakukan kontrol sesuai jadwal yang sudah diberikan.15-6

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Noer MS, dkk. Kompendium Nefrologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;
2011.
2. Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede S. Glomerulonefritis. Buku Ajar
Nefrologi. Edisi 2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2002. Hal. 323-61.
3. Albar H, Rauf S. The profile of acute glomerulonephritis among Indonesian
children. Paediatrica Indonesiana.2005;45:264-9.
4. Carapetis JR, Steer AC, Mullolans EK, Weber M. The global burden of group
a streptococcal diseases. The Lancet Infectious Diseases. 2005;5:685-94.
5. Kher KK. Acute Glomerular diseases in children. The Open Urology &
Nephrology Journal. 2015;8:104-116.
6. Bhimma R. Acute Poststreptococcal Glomerulonephritis: Practice Essentials,
Pathophysiology, Epidemiology [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2016
[cited 7 Juni 2018]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/980685-overview
7. Iturbe BR, Mezzano S. Acute post infectious glomerulonephritis. Dalam:
Avner ED, Hormon WE, Niaudet P, Yoshikawa N, penyunting. Pediatric
Nephrology, Sixth Completely Review, Updated and Enlarged Edition. Berlin
Heidelberg: SpringerVerlag; 2008; hlm. 743-55.
8. Rivera F, Anaya S, Perez-Alvarez J, de la Niela, Vozmediano MC, Blanco J.
Henoch-Schonlein nephritis associated with streptococcal infection and
persistent hypocomplementemia: a case report. J Med Case Reports. 2010;4(1):
50.
9. Rauf S, Husein A, Aras J. Konsensus Glomerulonefritis Akut Pasca
Streptokokus. Dalam: UKK Nefrologi. Jakarta: Unit Kerja Nefrologi IDAI;
2012.
10. Hidayani ARE, Umboh A, Gunawan S. Profil glomerulonefritis akut pasca
streptokokus pada anak yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado [Skripsi]. Manado: Universitas Sam Ratulangi;
2016.

28
11. Itube BR, Mezzano S. Acute post infectious glomerulonephritis. In Paediatric
Nephrology. 6th edn, edited by Avner ED, Harmon WE, Niaudet P, Yaskikawa
N. Springer – Verlag Berlis Heidelberg, Germany, 2009. 743-755
12. Rodriguez- Hurbo B, Batsford S. Pathogenesis of poststreptococcal
glomerulonephritis : a century after clemons von Pirquet. Kidney Int 71, 2007:
1094 -1104.
13. Snellman LW, Stang HJ, Johnson DR. Duration of positive troath cultures for
group A streptococci after initiation of antibiotic therapy. Minnesota:
Pediatrics; 1993
14. Sekarwand N, Rachmadi D, Hilmanto D. Konsensus Tatalaksana Hipertensi
pada Anak. Dalam: UKK Nefrologi. Jakarta: Unit Kerja Nefrologi IDAI; 2011.
15. Qian GL, Huang L, Mao JH, Liu AM. Acute Post-streptococcal
Glomerulonephritis with Normal Range Complement C3 Level: Three Case
Reports. HK J Paediatr. 2014; 19: p. 188-191.

16. Shulman ST, Bisno AL, Clegg HW, Gerber MA, Kaplan EL, Lee G, et al.
Clinical practical guideline for the diagnosis and management of group A
streptococcal pharyngitis: 2012 update by the infectious disease society of
america. IDSA Guideline. 2012 September: p. 1-17.

29
Lampiran 1. Kurva Pertumbuhan

BB/U = 17/22 X 100% = 77%


TB/U = 111,5/118,5 X 100% = 94%
BB/TB = 17/19,5 X 100% = 87%

30
Lampiran 2.

31
Lampiran 3. Tabel tekanan darah anak laki-laki berdasarkan usia dan persentil tinggi
badan
Dikutip dari The fourth report on the diagnosis, evaluation, and treatment of high blood pressure
in children and adolescent

32

Anda mungkin juga menyukai