A. Outline :
1. Bilangan Biot dan Bilangan Fourier
2. Soal Hitungan Pemicu nomor 4
B. Pembahasan :
1. Bilangan Biot dan Bilangan Fourier
Formulasi dari masalah untuk menentukan distribusi suhu transien T(x,t) pada dinding
dengan menggunakan persamaan turunan parsial, dapat diselesaikan menggunakan teknik
matematis. Namun, solusi ini biasanya mengandung seri yang tidak terbatas, di mana sangat
memakan waktu. Untuk menghindari beberapa parameter seperti x, s, t, k, α, h, Ti, dan T∞, kita dapat
membuat beberapa kuantitas dimensional berikut ini menjadi bilangan tak berdimensi,
ℎ𝑠
Bilangan Biot = Bi = ……………. (1)
𝑘
𝛼𝑇 𝑘𝜏
Bilangan Fourier = Fo = = …………… (2)
𝑠2 𝜌𝑐𝑠 2
Dalam kedua bilangan tak berdimensi di atas, s menunjukkan karakteristik dimensi
benda, yaitu setengah tebal untuk plat dan jari-jari untuk silinder dan bola. Bilangan Biot
merupakan rasio antara besaran konveksi-permukaan dan tahanan konveksi-dalam perpindahan
kalor. Bilangan Fourier membandingkan dimensi dengan karakteristik benda dengan kedalaman-
tembus gelombang-suhu pada suatu waktu 𝜏.
Solusi dari masalah perpindahan kalor konveksi dimensi-tunggal akan konvergen dengan
cepat dengan bertambahnya waktu, dan untuk 𝜏 > 0,2 pendekatan-pendekatan di bawah ini
menghasilkan eror di bawah 2%, yaitu
…. (3)
…. (4)
…. (5)
di mana λ1 dan λ2 adalah fungsi hanya untuk Bilangan Biot, dan nilai mereka dapat dilihat
pada tabel 1 di lampiran ini. Fungsi J0 merupakan orde ke-nol fungsi Bessel jenis pertama yang
dapat dilihat pada tabel 2 di lampiran LTM ini. Karena cos (0) = J 0(0) = 1 dan limit (sin x)/x juga
bernilai 1, persamaan (3), (4) dan (5) dapat disederhanakan untuk titik di tengah pada dinding
datar, silinder dan bola, menjadi:
…. (7)
…. (8)
…. (9)
)
Ketika Bilangan Biot diketahui, persamaan (7), (8), (9) dapat digunakan untuk mengetahui
)
suhu di mana saja pada media yang ada. Nilai λ1 dan λ2 biasanya diperoleh dengan menginterpolasi.
Namun, keduanya dapat direpresentasikan sebagai transient temperature charts atau )disebut
Heisler charts yang dapat ditemukan pada lampiran LTM ini. Ada 3 grafik yang berasosiasi dengan
setiap geometri; grafik pertama untuk menentukan suhu T0 pada titik tengah geometri di suatu
waktu t tertentu. Grafik kedua untuk menentukan suhu T0 pada titik lain di waktu yang sama pada
waktu t tertentu.Grafik ketiga untuk menentukan total jumlah dari perpindahan kalor pada waktu
t. Plot pada ketiga grafik tersebut hanya berlaku jika 𝜏 > 0,2.
Catat bahwa 1/Bi = k/hL = 0 berkorespondensi dengan ℎ → ∞ di mana berkorespondensi
dengan suhu spesifik permukaan T∞ . Kasus di mana permukaan benda secara tiba-tiba di bawa
pada suhu T∞ di t = 0 dan tetap pada T∞ di setiap saat dengan mengatur h menjadi tak berhingga
(Gambar 4).
Gambar 2. Fraksi total perpindahan kalor Q/Qmax pada waktu t yang spesifik
ditentukan menggunakan grafik Grobber.
Sumber: Cengel, Y.A. Heat Transfer: A Practical Approach 3rd Edition, 2006
Fraksi perpindahan kalor dapat ditentukan dari beberapa persamaan berikut yang diperoleh
berdasarkan persamaan (3), (4) dan (5):
…. (11)
…. (12)
…. (13))
Bilangan Biot menandakan pengukuran magnitude relative dari 2 perpindahan kalor yang)
terjadi, yaitu konveksi pada permukaan dan konduksi melewati benda padatnya. Nilai Bi yang
)
kecil menandakan bahwa tahanan dalam dari badan benda untuk konduksi kecil relatif pada
hambatan konveksi antara permukaan benda dan fluida. Sebagai hasilnya, distribusi suhu pada
benda padat menjadi seragam dan analisis sistem lumped-heat dapat diaplikasikan. Jika nilai Bi <
0.1 maka eror pada suhu di badan benda dapat diabaikan.
Untuk memahami signifikasi fisik dari bilangan Fourier (𝜏) dapat diekspresikan sebagai
berikut,
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑑𝑖 𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
𝐿 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐿3
…. (14)
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑑𝑖 𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎
𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐿3
Karena itu, bilangan Fourier adalah pengukuran dari panas yang terkonduksi melewati
badan benda relatif pada panas yang tersimpan (Gambar 3). Jadi, nilai yang besar pada bilangan)
Fourier menandakan perambatan kalor yang cepat melewati badan benda.
a. Sebuah telur dengan diameter 5 cm dan bersuhu awal seragam pada 50C direbus dengan
menggunakan air rebusan pada suhu 950C. Dengan nilai koefisien konveksi h = 1200
W/m2. 0C, tentukan berapa lama titik tengah pada telur mencapai suhu 700C.
Jawab :
Asumsi :
1. Perpindahan kalor secara konduksi pada telur merupakan dimensi-tunggal
karena simetri panas di titik tengah.
2. Sifat fisik panas dari telur dan koefisien perpindahan kalor konveksi konstan.
3. Bilangan Fourier 𝜏 > 0,2.
Sifat fisika air :
1. Suhu rata-rata air adalah (5+70)/2 = 37,50C
2. k = 0,627 W/m2. 0C
3. α = 𝑘⁄𝜌𝐶 = 0,151 x 10-6 m2/s (Tabel 1 di Lampiran)
𝑝
Perhitungan:
1. Mencari bilangan Biot
karena nilainya > 0,1, analisis sistem lumped-heat tidak dapat diterapkan.
2. Mencari nilai 𝜏
Dengan menggunakan λ1 = 3,0753, nilai A1 = 1,9958 (diperoleh dari Tabel 1
pada Lampiran), substitusi ke dalam persamaan sistem kapasitas kalor
tergabung, menghasilkan
di mana nilainya > 0,2 jadi one-term solution dapat diaplikasikan dengan eror
kurang dari 2%.
3. Mencari waktu merebus telur
Waktu untuk merebus telur dapat ditentukan dari rumus bilangan Fourier,
menjadi
b. Pada fasilitas produksi, piring kuningan yang besar dengan ketebalan 4 cm dengan
kondisi awal bersuhu seragam pada 200C dipanaskan dengan menggunakan oven yang
mempertahankan suhunya pada 5000C. Piring tetap berada pada oven selama 7 menit.
Dengan mengkombinasikan koefisien perpindahan kalor konveksi dan radiasi h = 120
W/m2. 0C, tentukan suhu permukaan piring ketika keluar dari oven.
Jawab :
Asumsi :
1. Perpindahan kalor secara konduksi pada piring merupakan dimensi-tunggal
karena ukuran piring relatif lebih besar dibanding ketebalannya dan simetri
panasnya berada di titik tengah.
2. Sifat fisik panas dari piring dan koefisien perpindahan kalor konveksi konstan.
3. Bilangan Fourier 𝜏 > 0,2.
Sifat fisika piring berbahan kuningan:
1. k = 110 W/m2. 0C
2. 𝜌 = 8530 kg/m3
3. 𝐶𝑝 = 380 J/kg. 0C
4. α = 33,9 x 10-6 m2/s (Tabel di lampiran)
Perhitungan:
1. Mencari nilai 1/Bi dan 𝜏
𝑉 = 𝜋𝑟0 2 (2𝐿)
2L
𝑚 2, 25 𝑘𝑔
𝑉= = = 2, 25 ×10−6 𝑚3
0
𝜌 (𝑎𝑖𝑟, 5 𝐶) 𝑘𝑔
998, 2 3
𝑚
Karena ro = L, maka
𝑽 = 𝜋𝑟0 2 (2𝐿) = 𝜋𝑟0 2 (2𝑟0 ) = 2𝜋𝑟0 3
2, 25 ×10−6 = 2𝜋𝑟0 3
3 2, 25 ×10−6
𝑟0 = √ = 𝟎, 𝟎𝟕𝟏 𝒎
𝟐𝜋
C. Daftar Pustaka
Cengel, A. Yunus. 2006. Heat Transfer: A Practical Approach, 3rd Edition. New York:
Mc-Graw Hill
Holman, J.P. 2010. Heat Transfer 10th Edition. New York: McGraw Hill
Incropera, Frank P, David PDW. Fundamentals of Heat and Mass Transfer, 6th Edition.
Canada: John Wiley & Sons
Welty, James R, et.al., 1984. Fundamentals of Momentum, Heat and Mass Transfer, 3rd
Edition. Canada: John Wiley & Sons
LAMPIRAN GAMBAR
1. Diagram Heisler
Sumber: Welty, James R, et.al. Fundamentals of Momentum, Heat and Mass Transfer, 3rd Edition,
1984.
Sumber: Welty, James R, et.al. Fundamentals of Momentum, Heat and Mass Transfer, 3rd Edition,
1984.