Anda di halaman 1dari 1

EPIDEMIOLOGI

Lebih kurang 740 juta penduduk menganung bookworm (cacing tambang) dalam
saluran gastrointestinalnya dan infeksi cacing tambang sekarang ini merupakan penyebab
utama defisiensi besi, anemia defisiensi besi, serta malnutrisi protein di negara berkembang.
Anank dan wanita usia reproduktif (termasuk wanita hamil) umumnya mudah terserang efek
infeksi cacing tambang, terutama karena masukan diet gagal mengompensasi hilangnya besi
dan protein serum dari intestinal.

Dua spesies cacing tambang yang paling sering menyebabkan infeksi pada manusia
yaitu A. Duodenale dan N. ameracanus. N. americanus secara bermakna lebih sering terdapat
di hemisfer barat, Asia Tenggara dan Afrika, walaupun A. Duodenale dan infeksi campuran
dapat terjadi. Spesies lain yang dapat menyebabkan penyakit intestinal pada manusia
termasuk A.ceylanicum(Asia Tenggara dan India) dan A. Caninum(cacing tambang anjing),
yang termasuk zoonotik menyebabkan enteritis eosinofilik di Australia dan USA.

Siklus Hidup eksternal cacing tambang mulai jika telurnya terdapat dalam tanah basah. Telur
berkembang optimal pada suhu 20-30 C pada keadaaan tidak ada sinar matahari. Keadaaan
ini dicapai sehubungan dengan pengolahan hasil panen tertentu, seperti bebesaran (mulberry)
dan kentang manis di China, teh di India, dan kopi di Amerika Latin. Jadi, tidak seperti
askariasis dan trikuriasis yang dapat terjadi diperkampungan miskin diperkotaan, infeksi
cacing tambang terjadi terutama didaerah pedesaan. Pada penetasan, larva yang muncul
berganti dua kali menjadi nonfeeding, larva infektif stadium 3 yang dapat bermigrasi vertikal
dalam tanah sebagai respons terhadap perubahan kondisi moisture . Infeksi terjadi melalui
satu dari rute, tergantung pada spesies cacing tambang. Mengingat Ancylostoma dan Necator
dapat bernetrasi pada kulit, larva Ancylostoma juga dapat infekstik per oral, dan di beberapa
daerah rute infeksi per oral mendominasi. Begitu terdapat dalam penjamu, larva stadium 3
kembali berkembang saat migrasi via limfatik dan venula ke dalam sirkulasi pulmonal.
Sesudah migrasi tranversal dari kapiler alveolar ke dalam alveoli, larva naik ke jalan napas,
ditelan, dan berlanjut ke dalam usus kecil. Bukti epidemiologik menandakan bahwa beberapa
larva cacing tambang A. Duodenale mengalami penundaan perkembangan dalam penjamu,
mereka menunggu petunjuk (suasana) lingkungan dan hormonal sebelum kembali bermigrasi
kedalam usus. Fenomena ini dapat menjelaskan variasi musim terdapatnya konsentrasi telur
dalam feses, seperti juga kemungkinan infeksi transmammary cacing tambang pada bayi baru
lahir.

Anda mungkin juga menyukai