Anda di halaman 1dari 6

ALAT PENDETEKSI GOLONGAN DARAH MANUSIA BERBASIS

MIKROKONTROLER 89S51

Naniek Andiani, Izzah Fadhilah Akmaliah


Jurusan Informatika
Fakultas Teknik, Universitas Pancasila Jakarta
email : inibungaku@yahoo.com, diaiza@hotmail.co.id,

Abstrak
Alat pendeteksi golongan darah manusia pada tulisan ini, dirancang untuk mengetahui golongan darah
manusia secara otomatis menggunakan metode ABO. Adapun cara kerja alat adalah sample darah yang telah
ditetesi ‘antisera’, dan ditempatkan pada preparat, oleh optoisolator dideteksi, kemudian data dari
optoisolator dikirimkan ke mikrokontroler, yang telah diprogramkan untuk menentukan golongan. hasil dari
mikrokontroler tersebut kemudian ditampilkan pada LCD. Dari ujicoba yang dilakukan, terhadap 8 sampel
darah, dapat dikatakan alat pendeteksi golongan darah tersebut dapat bekerja dengan baik dengan taraf
kepercayaan 87.5%.

Kata Kunci: Golongan darah, metode ABO, optoisolator

1. LATAR BELKANG adalah satu pemeriksaan yang rutin dilakukan oleh


rumah sakit, laboratorium, guna menetapkan suatu
Pada umumnya pemeriksaan darah mutlak dilakukan diagnosa.
karena darah berperan penting dalam tubuh manusia.
Jika dari hasil pemeriksaan diketahui terdapat Darah merupakan bagian penting pada system
penurunan jumlah hemoglobin dari yang semestinya, transportasi di dalam tubuh manusia. Darah adalah
maka diperlukan transfusi darah. Transfusi hanya cairan yang bersirkulasi melewati jantung, pembuluh
bias dilakukan bila golongan darah antara penerima arteri, vena dan kapiler. Darah membawa nutrisi,
dan pendonor sejenis. Pada dunia kedokteran, elektrolit, hormon, vitamin, antibody, serta oksigen
golongan darah manusia dibagi 4, yaitu:A, B, AB untuk jaringan tubuh dan membawa sisa yang tidak
dan 0. dengan demikian dalam pemeriksaan darah berguna dan karbon dioksida (CO2) ke organ-organ
juga dilakukan pengujian untuk menentukan pembuangan. Berikut Gambar 1. memperlihatkan
golongan darah. darah dengan komponen lengkap (sel dan plasma).

Selama ini, untuk pengujian golongan darah sering


digunakan metode AB0. pada metode ini, sample
darah diletakkan pada 2 preparat. Preparat pertama
diberi cairan antisera A dan preparat kedua diberi
antisera B, setelah beberapa lama terjadi aglutinasi
pada sample tersebut. Bentuk aglutinasi ini
dibandingkan dengan standar yang ada untuk di
tentukan golongan darahnya. Proses ini masih
dilakukan dengan pertolongan laboran yang
memerlukan ketelitian dan waktu yang relatif lama.
Agar pemeriksaan dapatlebih mudah dilakukan, Gambar 1. Komponen Darah
diperlukan suatu otomatisasi proses.

Sel darah terdiri dari sel darah merah, sel darah putih
2. TEORI dan trombosit. Sel darah merah berbentuk cakram
2.1. Teori Darah Manusia berlubang dengan panjang 8 m dan lebar 3 m. Sel
Suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari ini tidak memiliki nucleus (inti sel) dan hidup selama
mengenai fungsi darah dan penyakit-penyakit yang 120 hari. Kapasitasnya berkisar 4,5 x 106 sampai 5,5 x
berhubungan dengan manusia disebut 106 cells/mm3. didalam sel darah merah ini terdapat
HEMATOLOGI. Hematologi berasal dari kata hema : hemoglobin. Oksigen dari alveolus paru-paru masuk
darah dan lugos : ilmu, pemeriksaan hematology ke aliran darah dan bereaksi secara kimiawi dengan

SNATIKA 2011, ISSN 2089-1083| 292


hemoglobin dan membentuk oxyhemoglobin. Sel sel darah manusia terdapat aglutinogen yang jika di
darah merah mengangkut jaringan dan menarik tetesi dengan antisera akan menghasilkan
karbondioksida untuk membentuk penggumpalan.Hal ini terjadi karena di dalam antisera
carbaminohemoglobin. Sel darah putih merupakan sel terdapat aglutinin yang sifatnya menggumpalkan
yang menyerupai amoeba bentuknya berubah-ubah, aglutinogen. Gambar 2 akan meng-gambarkan ilustrasi
berdiameter 10mm dan memiliki nucleus. Masa antigen yang terjadi pada suatu golongan darah.
hidupnya sekitar 13-20 hari dan kapasitasnya sebesar
6x103 sampai 10x103 cells/mm3. sel ini menghasilkan
getah bening untuk menghancurkan bakteri asing yang
merusak tubuh seperti racun (toxin). Secara spesifik
sel ini membentuk antibody. Trombosit adalah sel
berfragmen diameter 3 mm yang tidak memiliki
nucleus dengan kapasitasnya berkisar 200 x 103
sampai 800 x 103 cells/mm3 sel ini menghasilkan zat
perbaikan yang berguna untuk pembekuan darah.

Secara umum fungsi darah adalah sebagai berikut:


1. Membawa O2 dari paru-paru keseluruh
jaringan tubuh.
2. Membagikan zt-zat makanan seperti protein,
lemak, glucose, garam, air dan sebagainya
dari usus ke jaringan-jaringan tubuh. Gambar 2. Antigen pada suatu golongan darah
3. Sisa-sisa hasil metabolisme, kreatinin, CO2
dan sebagainya, dibawa kealat-alat Gambar 3. merupakan gambar tipe golongan darah
pembuangan, yaitu : paru-paru, ginjal, hati, berdasarkan system ABO yang telah diberikan antisera
kulit dan usus. A dan antisera B.
4. Sel-sel darah putih melindungi tubuh dari
serangan penyakit dan membentuk antibody
tubuh.
5. Mengatur supaya temperatur tubuh stabil, pH
darah seimbang, tekanan osmosis dan kadar
air tetap stabil.
6. Membawa hormon-hormon dan enzim-enzim
ke jaringan tubuh.
Darah
merupakan cairan yang
2.2. Teori ABO bersirkulasi dalam tubuh
Pengujian darah secara manual umumnya dilakukan manusia
dengan metode ABO. Pada metode ABO digunakan dan
suatu antisera, yaitu antisera A dan antisera B. sample vertebrata
darah yang diletakan di atas kaca preparat ditetesi yang
antisera dengan perbandingan darah dan antisera 1: 2, berfungsi
lalu akan terjadi penggumpalan. Untuk hasil untuk
mengirimkan
pembacaan yang lebih akurat dapat digunakan
zat
mikroskop dalam mengamati aglutinasi yang terjadi. Gambar 3. Sampel golongan darah -zat
Tabel test golongan darah, ditunjukkan pada table 1 dan
dibawah ini: oksigen
Pada Gambar 3. dapat dilihat penggumpalan yang
Tabel 1. Test Golongan Darah terjadi pada setiap golongan darahyang
itu berbeda-beda.
dibutuhka
Karena setiap golongan darah mempunyai
n
suatu zat
Anti-A Anti-B Anti-AB Golongan Darah anti tertentu. Seperti pada golongan darah A
- - - O oleh
mempunyai anti B, jika golongan jaringan
darah Atubuh,
diberikan
serta
- + + B antisera A maka darah tersebut akan menggumpal,
mengangkut bahanbahan
+ - + A sedangkan untuk darah golongan B kimia
mempunyai anti A.
+ + + AB darah golongan AB mempunyai anti hasil metabolisme
A dan anti B dan , selain
Keterangan : (-) = Tidak terjadi Aglutinasi golongan darah O tidak mempunyaiituzat anti.
darah juga
(+) = Terjadi Aglutinasi berfungsi
3. PERANCANGAN ALAT PENDETEKSIuntuk
Antisera atau antigen yang dipakai pada penentuan pertahanan
jenis golongan darah ini adalah :antisera A dengan 3.1. Konsep Rancangan tubuh
warna biru dan antisera B dengan warna kuning.dalam terhadap
Sistem yang dirancang untuk mendeteksi golongan
darah sesuai metode ABO, terdiri virus
dari beberapa
atau
bakteri.
SNATIKA 2011, ISSN 2089-1083| 293
blok rangkaian, yaitu :rangkaian mikrokontroler 3.2. Perangkat Keras
AT89S51, rangkaian motor DC, rangkaian ADC, Perancangan perangkat keras yang digunakan untuk
rangkaian isolator optoisolator, push button, dan proses pendeteksian golongan darah adalah sebagai
rangkaian display LCD, adapun susunan blok berikut:
tersebut tersaji sebagai berikut :

3.2.1. Rangkaian Optoisolator


Apabila terjadi penggumpalan darah pada sample,
karena reaksi antisera dan darah maka ada sebagian
sinar infrared yang menuju ke photo transistor,
sehingga pada kolektor akan dihasilkan level tegangan
yang lebih rendah dari Vcc. Apabila tidak terjadi
reaksi penggumpalan darah pada sample, maka sinar
infra red tidak dapat mengenai photo transistor,
sehingga photo transistor menjadi tidak aktif dan
tegangan keluarannya sama dengan Vcc. Rangkaian
optoisolator ditunjukan pada gambar 5.

Gambar 5. Rangkaian optoisolator

3.2.2. Rangkaian ADC 0809


Tegangan keluaran dari photo transistor tersebut adalah
Gambar 4. Diagram Blok tegangan analog, sedangkan mikrokontroler hanya
menerima data berupa tegangan digital, karena itu
Adapun kerja dari alat berdasarkan Gambar 4. dibutuhkan rangkaian pengubah sinyal analog menjadi
adalah : darah yang akan diuji diletakan pada dua sinyal dijital, untuk kasus ini digunakan komponen
preparat. Preparat pertama ditetesi oleh antisera A, ADC 0809. Rangkaian ADC ditunjukan pada gambar
sedangkan preparat kedua ditetesi antisera B. 6. perubahan tegangan analog menjadi digital akan
perbandingan antara jumlah darah dengan antisera dikendalikan oleh mikrokontroler, lewat pin 1.6 dan
adalah 1:2. Langkah-langkah yang harus dilakukan 1.7
dalam mengoperasikan alat ini adalah, pertama-
tama operator akan masukan sample darah yang
akan di deteksi, lalu tekan tombol option untuk
memilih sample mana yang akan dideteksi, apakah
sample I, atau sample II. Setelah pilihan di tentukan
terus tekan tombol start maka motor pengaduk akan
mengaduk sample darah tersebut selama kurang
lebih 10 detik hingga bereaksi menggumpal. Sample
darah yang sudah menggumpal akan dideteksi oleh
sensor optoisolator yang keluaranya berupa
tegangan analog yang akan diubah menjadi
tegangan dijital oleh ADC. Keluaran ADC
diteruskan ke mikrokontroler.yang akan
membandingkan data sample dengan data standart
pada mikrokontroler. Hasil pengolahan yang berupa
jenis golongan darah akan ditampilkan pada LCD.

Gambar 6. Rangkaian ADC 0809

SNATIKA 2011, ISSN 2089-1083| 294


3.2.3. Rangkaian Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler AT89S51 pada system ini bertugas
sebagai pengendali dari seluruh proses kerja system.
Adapun pin yang digunakan pada mikrokontroler
adalah sesuai dengan table dibawah ini.
Tabel. 2 Port mikrokontroler yang digunakan
Port Input/Output Interface
P0.0-P0.7 Output LCD
P1.0-P1.2 Output LCD Gambar 8. Rangkaian push button
P1.3 Output ADC 3.2.5. Rangkaian LCD
Cara pengaktifan LCD dilakukan dengan memberikan
P1.4 Output ADC logika 1 pada pin enable. Pembacaan data dilakukan
P1.6-P1.7 Output ADC dengan memberikan logika 1 pada signal read atau
P2.0-P2.2 Input Push button write. Input pada DB0-DB7 merupakan input data
P2.7 Output Motor dc karakter yang akan dibaca oleh register data yang
P3.0-P3.7 Input ADC kemudian akan di tampilkan pada layar LCD. LCD
akan menampilkan option yang akan dipilih. Input
untuk LCD didapat dari mikrokontroler P0.0-P0.7
sedangkan port 1.0-1.2 dihubungkan ke pin RS, RW
dan EN pada LCD.

Gambar 9. Rangkaian LCD

3.2.6. Rangkaian motor pengaduk


Pada rangkaian motor ini, digunakan motor 12V. untuk
mengaktifkan motor pengaduk, maka dibuat rangkaian
saklar dari transistor. Prinsip kerja dari rangkaian
tersebut adalah: bila mikrokontroler mengirimkan
sinyal berlogika 1 ke transistor, maka transistor akan
saturasi sehingga relay on. Pada kondisi ini motor akan
Gambar 7. Rangkaian mikrokontroler AT89S51 berputar. Jika mikrokontroler tidak mengirim sinyal ke
transistor, maka transistor akan cutoff sehingga relay
3.2.4. Rangkaian Pushbutton off. Pada kondisi ini motor akan berhenti berputar.
Pushbutton pada alat ini ada 3, yaitu: tombol option Rangkaian motor pengaduk dilampirkan pada gambar
yang digunakan untuk memilih sample mana yang 10.
akan di deteksi, tombol start yang digunakan untuk
menjalankan proses dan tombol stop digunakan untuk
menghentikan proses yang sedang berjalan. Push
button jika ditekan akan mengirimkan sinyal low ke
mikrokontroler dan jika tidak ditekan akan
mengirimkan sinyal high. Rangkaian push button
ditunjukkan pada gambar 8.

Gambar 10. Rangkaian Motor

SNATIKA 2011, ISSN 2089-1083| 295


3.3. Algoritma (perangkat lunak) sebanyak 2 kali, seperti pada tabel 3.
Untuk algoritma pada mikrokontroler AT89S51 adalah
seperti pada Gambar 11. Tabel. 3 Hasil Uji Sensor Optoisolator

Tabel I Sebelum Antisera Setelah Antisera


Sensor Sensor Sensor Sensor
IA IB IA IB
Golongan Darah A 0,217 V 0,202 V 0,20 V 0,231 V
Golongan Darah B 0,198 V 0,207 V 0,211 V 0,191 V
Golongan Darah O 0,196 V 0,194 V 0,223 V 0,230 V
Golongan Darah
0,201 V 0,207 V 0,184 V 0,186V
AB
Tabel II Sebelum Antisera Setelah Antisera
Sensor Sensor Sensor Sensor
IA IB IA IB
Golongan Darah A 0,2177 V 0,201 V 0,20 V 0,232 V
Golongan Darah B 0,195 V 0,201 V 0,212 V 0,190 V
Golongan Darah O 0,186 V 0,184 V 0,213 V 0,220 V
Golongan Darah
0,202 V 0,197 V 0,192 V 0,182 V
AB

4.2 Pengujian keseluruhan sistem


Berdasarkan pengujian pada sensor optoisolator dapat
diketahui terdapat level tegangan yang berbeda-beda
baik untuk setiap golongan darah sebelum ditetesi
antisera dan setelah ditetesi antisera pada setiap
golongan. Perubahan level tegangan inilah yang
digunakan untuk menentukan jenis golongan darah
pada sistem yang dirancang ini. Adapun hasil
pengujian sesuai dengan table 4.

Tabel. 4 Hasil Pengujian Keseluruhan

Golongan Darah Orang ke Uji lab Uji alat


1 A A
A
2 A O
3 B B
B
4 B B
5 AB AB
AB
6 AB AB
7 O O
O
8 O O

Gambar 11. Diagram Alir 5. KESIMPULAN


4. HASIL PENGUJIAN Dari pengujian alat yang dirancang dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Pada pengujian alat, dilakukan 3 macam ujicoba yaitu : 1. Pada saat proses berlangsung, peletakan
pengujian sensor optoisolator, pengujian lama waktu preparat sampel darah harus sejajar dengan
penggumpalan, dan pengujian keseluruhan sistem. letak sensor, agar didapat hasil yang
maksimal.
4.1 Pengujian sensor optoisolator
2. Pada pengujian dapat disimpulkan bahwa
Pengujian yang dilakukan adalah mengukur tegangan
prosentase kesalahan yang didapat dari
keluaran pada sensor untuk memastikan apakah alat
telah bekerja sesuai dengan perancangan yang kedelapan hasil pengujian adalah sebesar
dilakukan. Pengujian dilakukan terhadap 4 orang yang 12.5%.
masing-masing golongan darahnya A, B, AB dan O

SNATIKA 2011, ISSN 2089-1083| 296


DAFTAR REFERENSI

[1] Landstainer K, Wiener A.S,”An Agglutinable


factor in human blood recognized immune
sera for rhesus blood” Proc. Soc Exp Biol
Med; 43,223-224 ,1940.
[2] Eko Putra Agvianto, “Belajar
MIKROKONTROLER AT89S51 52/55
(Teori dan Aplikasi)”, Yogyakarta : Penerbit
Gava Media 2002.
[3] Frank.D.Peteruzella,”Industrial Electronics”,
Mc GrawHill International Edition 1996.
[4] I Scott Mckenzie,” The 8051
MICROCONTROLLERS 2/E”, Prentice Hall
1995.
[5] Landsteiner K, Wiener AS, “ An agglutinable
factor in human blood recognized by immune
sera for rhesus blood”, Proc. Soc.Exp Biol
Med; 43 : 223-224, 1940.
[6] Talaro, K.P,” Foundations in Microbiology
5th editions”, Boston Mc GrawHill 2005,
510-511.

SNATIKA 2011, ISSN 2089-1083| 297

Anda mungkin juga menyukai