Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN RISIKO

LINGKUNGAN

Disusun oleh :

Muhammad Zufar Ibrahim (P23133115029)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI D-IV TINGKAT III
Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120
Telp.(021)7397641, 7397643.Fax (021) 7397769
2018
1. Hubungan antara ADKL dan AMDAL
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL), merupakan suatu
pendekatan guna mengkaji, dan/atau menelaah secara mendalam untuk mengenal,
memahami, dan memprediksi kondisi dan karakteristik lingkungan yang berpotensi
terhadap timbulnya resiko kesehatan dengan mengembangkan tatalaksana sumber
perubahan media lingkungan, masyarakat terpajan, dan dampak yang terjadi.
Sedangkan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia.
Analisis yang dilakukan pada AMDAL menggunakan berbagai pendekatan atau
metode formal sesuai dengan komponen lingkungan yang terkena dampak. Salah satu
pendekatan yang telah dikenal adalah metode atau pendekatan ADKL ( Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan) yang digunakan untuk menganalisis, mengkaji, dan
memperkirakan dampak kesehatan masyarakat yang mungkin terjadi.
Jadi hubungan antara AMDAL dan ADKL adalah ADKL merupakan salah satu
metode yang digunakan dalam proses penyusunan dokumen AMDAL, ADKL
berfungsi untuk memperkirakan suatu dampak yang akan terjadi sebelum
diberlakukannya atau dibangunnya suatu bangunan atau bisa juga dikatakan ADKL
adalah suatu rencana pembangunan atau proses perencanaan untuk suatu pembangunan
(mis: industri baru).

2. Hubungan antara ARKL dengan Pengelolaan Risiko Lingkungan.


Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) adalah sebuah proses
dimaksudkan untuk menghitung atau memperkirakan risiko pada kesehatan manusia,
termasuk juga identifikasi terhadap keberadaan faktor ketidakpastian, penelusuran pada
pajanan tertentu, memperhitungkan karakteristik yang melekat pada agen yang menjadi
perhatian dan karakteristik dari sasaran yang spesifik.
Pengelolaan risiko dilakukan bilamana asesmen risiko (ARKL) menetapkan
tingkat risiko suatu agen risiko tidak aman atau tidak bisa diterima pada suatu populasi
tertentu melalui langkah-langkah pengembangan opsi regulasi, pemberian rekomendasi
teknis serta sosial-ekonomi-politis, dan melakukan tindak lanjut.
Contoh pada kasus pencemaran udara karena SO2 melebihi baku mutu, maka
diperlukan langkah-langkah ARKL sebagai berikut:
 Identifikasi bahaya
 Analisis dosis-respon
 Analisis pajanan
 Karakterisasi risiko

Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapat diketahui
apakah suatu agen risiko aman/dapat diterima atau tidak. Dalam pengelolaan risiko
perlu dibedakan antara strategi pengelolaan risiko dengan cara pengelolaan risiko.
Strategi pengelolaan risiko meliputi penentuan batas aman yaitu:

 Konsentrasi agen risiko (C), dan/atau


 Jumlah konsumsi (R), dan/atau
 Waktu pajanan (tE), dan/atau
 Frekuensi pajanan (fE), dan/atau
 Durasi pajanan (Dt)

Adapun cara pengelolaan risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan
untuk mencapai batas aman tersebut. Cara pengelolaan risiko meliputi beberapa
pendekatan yaitu pendekatan teknologi, pendekatan sosial-ekonomis, dan pendekatan
institusional.

Cara pengelolaan risiko

Alternatif
Pendekatan
No. PENGELOLAAN TEKNOLOGI Institisional
Sosio-
Ekonimis
1 Penurunan  Pengaturan Law
konsentrasi hingga lalu lintas enforcement
batas aman dan parkir baku mutu
 Penanaman emisi
tanaman kendaraan
yang dapat
menyerap
SO2 di
udara
3. Apa pengertian RKL, RPL, UPL, UKL dan lingkup bahasan di bahas di dalam masing-
masing dokumen tersebut.
 RKL
RKL adalah dokumen yang memuat upaya-upaya untuk mencegah,
mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang
bersifat negatif serta memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat
rencana suatu kegiatan.
o Tujuan pelaksanaan RKL
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (KepMen LH)
No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL atau dapat juga diperoleh dari
kantor Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) atau pemerintah daerah
yang bersangkutan.
Apabila rencana kegiatan mendapat izin dan melanjutkan pelaksanaan
kegiatan, pemrakarsa diwajibkan melakukan hal-hal yang telah tertera
dalam:
a Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) untuk
mengendalikan dampak
b.Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) untuk memantau
dampak

o Kedudukan RKL dalam AMDAL


Menurut Suratmo, (1999) kedudukan RKL dalam AMDAL dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Penanganan dampak harus mencakup pertimbangan lingkungan
2. Beberapa jenis dampak hanya memerlukan cara penanganan yang
sederhana, dan dampaknya terhadap lingkungan adalah kecil
3. Penanganan dampak dimulai dan pemilihan alternative
4. Penanganandampak memerlukan biaya
5. Kebanyakan pemrakarsa tidak berminat untuk mengembangkan
ditapak positif oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan upaya
pengelolaan dampak positif
o Dampak Penting Hipotetik (DPH)
• Pada tahap Pra konstruksi, dampak penting yang dikelola
adalah
1. Perubahan persepsi masyarakat
• Pada tahap konstruksi, dampak penting yang dikelola adalah
1. Penurunan kualitas udara
2. Peningkatan kebisingan
3. Penurunan kualitas air permukaan
4. Peningkatan limpasan air permukaan atau timbulnya
Banjir/Genangan
5. Peningkatan kesempatan kerja dan berusaha
6. Perubahan persepsi masyarakat
7. Gangguan lalu lintas

• Pada tahap operasi, dampak penting yang dikelola adalah

1. Penurunan kualitas udara

2. Peningkatan kebisingan

3. Penurunan kualitas air permukaan

4. Peningkatan limpasan air permukaan atau timbulnya


Banjir/Genangan

5. Peningkatan kesempatan kerja dan berusaha

6. Perubahan persepsi masyarakat

7. Gangguan lalu lintas

o Dampak Tidak Penting Hipotetik yang Dikelola

• Pada tahap konstruksi, dampak tidak penting yang dikelola


adalah

1. Gangguan getaran

2. Penurunan sanitasi lingkungan


3. Timbulnya vektor penyakit

• Pada tahap operasi, dampak tidak penting yang dikelola adalah

1. Penurunan Kuantitas Air Tanah

2. Penurunan sanitasi lingkungan

 RPL
o Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) adalah upaya
pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak dari
rencana usaha dan/atau kegiatan.
Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) merupakan
bagian Dokumen AMDAL yang wajib disusun dan dilaksanakan oleh
Pemrakarsa dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan.
Pelaksanaan RPL juga diperlukan baik bagi pihak lain yang
berkepentingan antara lain:
• Instansi Pemerintah sebagai perencana pelaksana dan pengawas
pembangunan serta pengelola lingkungan hidup
• Masyarakat di sekitar lokasi terutama yang akan terkena dampak
penting.
• Pemerhati lingkungan termasuk LSM, pakar dan masyarakat umum
lainnya

o Rencana Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan

• Tahap Prakontruksi

1. Survei dan perijinan

Kegiatan survey dan perijinan meliputi pengukuran lapangan


dan pengajuan ijn prinsip kegiatan proyek reklamasi pantai.

2. Sosialisasi Rencana Kegiatan

3. Pengadaan lahan
• Tahap Kontruksi

1. Recruitmen Tenaga Kerja

2. Mobilisasi Peralatan dan Material

3. Pematang Lahan

4. Pembangunan fisik bangunan

5. Pemasangan Peralatan

• Tahap Pasca Kontruksi

1. Kegiatan pasca pengoperasian dan fasilitas penunjang beroperasi

 UKL-UPL
o Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam
pengelolaan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan
yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup).
o Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus
melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan
lingkungan.
o Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak
diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola
dengan teknologi yang tersedia.
o UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk
pengambilan keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan
usaha dan atau kegiatan.
o Dokumen UKL-UPL dibuat pada fase perencanaan proyek sebagai
kelengkapan dalam memperoleh perizinan. Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
diwajibkan pula bagi usaha dan/atau kegiatan yang telah berjalan namun
belum memiliki UKL-UPL. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dibuat untuk proyek-proyek
yang dampak lingkungannya dapat diatasi, skala pengendaliannya kecil
dan tidak kompleks.

 Tujuan Penyusunan Dokumen UKL-UPL


 Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan
hidup dan berencana mengelola sumber daya secara
bijaksana dalam pembangunan berkelanjutan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup.
 Untuk menangulangi, meminimisasi atau mengendalikan
dampak negatif baik yang timbul di saat usaha atau
kegiatan beroperasi maupun hingga saat usaha atau
kegiatan berakhir (misalnya rebilitasi lokasi wisata).
 Meningkatkan dampak positif sehingga dampat tersebut
dapat memberikan manfaat yang lebih besar baik kepada
pemrakarsa maupun pihak lain terutama masyarakat
yang turut menikmati dampak positif tersebut.
 Sebagai pedoman untuk pengelolaan dan pemantauan
lingkungan.
 Agar kualitas lingkungan terjaga dan tidak rusak karena
adanya pendirian suatu usaha/kegiatan.
 Membantu mengambil keputusan dan pemilihan
alternatif yang layak dari segi lingkungan

Anda mungkin juga menyukai