BAB I
PENDAHULUAN
Belum lama ini kita semua mungkin terheran mendengar berbagai pemberitaan dimedia
massa yang mengangkat realita yang dialami oleh kaum remaja di Indonesia. Dimulai dari
peristiwa seorang remaja putri yang mengalami kehamilan tidak diinginkan (KTD) melakukan
persalinan atau melahirkan bayinya di dalam sebuah bemo yang dikendarai oleh Bapaknya
sendiri, tepat berada di halaman depan Instalasi Rawat Darurat (IRD) Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP).
Kembali terdengar kabar seorang remaja putra yang putus sekolah telah melakukan
pelecehan seksual hingga pemerkosaan terhadap delapan orang remaja putri. Yang
mencengangkan, remaja tersebut mengakui bahwa dirinya sudah terbiasa dan sering memaksa
melakukan hubungan seksual kepada semua remaja putri yang dipacarinya dengan alasan ingin
merasakan keperawanan dari siswi-siswi tersebut.
Kabar berita terakhir mengatakan ada seseorang remaja putri yang menjadi korbannya,
telah mengandung (hamil) tujuh bulan. Tidak berhenti sampai disana, muncul pula berbagai
fakta-fakta negatif tentang remaja. Seperti berbagai tayangan video singkat yang direkam melalui
handphone menggambarkan adegan mesra sepasang remaja melakukan hubungan layaknya
suami-istri ataupun film amatir lainnya yang memperlihatkan perkelahian beberapa remaja putri
sekolah menengah pertama (SMP) memperebutkan seorang remaja putra. Selain itu, mulai
terbuka selubung tirai kriminalitas remaja dimana didapati banyak klinik dan tenaga medis
illegal yang melayani aborsi pasangan remaja secara tidak aman dan tidak bertanggung-jawab.
1.3 Tujuan
BAB II
PERENCANAAN STRATEGI
2.1 Advokasi
2.3 Empowerment
BAB III
RENCANA ACARA PENYULUHAN
3.4 Evaluasi
3.4.1 Evaluasi Struktur
BAB IV
LAMPIRAN MATERI KEGIATAN
4.1 Definisi
Remaja adalah masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara
umur 12 tahun sampai 21 tahun. Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari
masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12
tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan
fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh,
dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang
dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas
sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak
menghabiskan waktu di luar keluarga.
Ada banyak contoh kenakalan remaja terutama saat ini dimana kenakalan remaja tersebut
sangat banyak di pengaruhi oleh faktor - faktor eksternal.
Oleh beberapa ahli Kenakalan remaja (juvenile delinquency) didefenisikan sebagai suatu
perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada
usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa.
4.1.2 Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan munculnya tanda sebagai berikut :
A. Perubahan emosi :
1. Sensitive (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa),
2. Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga misalnya
mudah berkelahi
B. Perkembangan intelegensia:
1. Mampu berfikir abstrak,
2. Ingin mengetahui hal – hal baru
Hamil usia muda adalah salah satu contoh kasus akibat pergaulan bebas remaja. Pada saat
ini , privatenews banyak sekali menemui kejadian atau kasus kehamilan pada remaja
putri, bahkan kasus tersebut paling banyak dialami pada saat para remaja putri belum menikah
alias hamil di luar nikah. Padahal, kehamilan di usia muda memiliki resiko yang tinggi , tidak
hanya merusak masa depan remaja yang bersangkutan, tetapi juga sangat berbahaya untuk
kesehatannya. Bahkan faktanya saat ini hamil di luar nikah bukanlah menjadi suatu hal yang tabu
dan bahkan cenderung dianggap biasa terjadi dimasyarakat. Tentu hal ini menjadi pekerjaan
tersendiri bagi pemerintah dan pelayan kesehatan untuk menekan angka pergaulan bebas yang
mengakibatkan hamil diluar nikah.
Perempuan yang belum cukup umur disarankan jangan menikah dulu karena organ-organ
reproduksinya belum kuat untuk berhubungan intim atau melahirkan. Remaja hamil berisiko 4
kali lipat mengalami luka serius dan meninggal saat melahirkan.
Negara-negara di Asia Pasifik bisa dikatakan gagal menangani masalah remaja dan anak
muda. Meski mengalami pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan, namun saat berbicara tentang kesehatan dan hak seksual dan reproduksi, remaja dan
anak muda masih kurang mendapatkan informasi dan tidak terlayani.
"Sebagai contoh, semua negara di wilayah Asia Pasifik memiliki hukum yang melawan
pernikahan anak, tetapi pada banyak negara hampir 50 persen wanita menikah sebelum usia 18
tahun," ujar Dr Nafis Sadik, Special Envoy of the United Nations Secretary-General for
HIV/AIDS in Asia Pasificdalam acara the 6th Asia Pacific Conference on Sexual and
Reproductive Health and Right 2011 di Grha Sabha Pramana UGM, Yogyakarta, seperti ditulis
Jumat (21/10/2011).
4.2.2 Aborsi
Istilah pacaran muncul sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah
satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi
persaingan untuk mendapatkan pacar. Pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat
berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja
yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi
pengarahan tentang idealisme dan kenyataan.
Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan
kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran.
Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.
Pacaran pada saat ini sering kali berorientasi kepada seks bebas dan pada akhirnya kalau sang
pelaku tak mau tanggung jawab akan di aborsikan anaknya hanya karena takut ketahuan hamil
duluhan sebelum menikah. Fenomena seperti ini sering terjadi di daerah pedesaan namun juga
ada yang di daerah kota.
Aborsi pun akhirnya menjadi masalah di Indonesia. Disisi lain aborsi dengan alasan non
medik dilarang dengan keras di Indonesia tapi di sisi lainnya aborsi ilegal meningkatkan resiko
kematian akibat kurangnya fasilitas dan prasarana medis, bahkan aborsi ilegal sebagian besarnya
dilakukan dengan cara tradisonal yang semakin meningkatkan resiko tersebut.
Aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum)
yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi keguguran janin;
melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan
bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran
kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak.
Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa kehamilan)
1. Secara ilmu kedokteran ,organ reproduksi untuk gadis dengan umur dibawah 20 tahun ia belum
siap untuk berhubungan seks atau mengandung, sehingga jika terjadi kehamilan berisiko
mengalami tekanan darah tinggi (karena tubuhnya tidak kuat). Kondisi ini biasanya tidak
terdeteksi pada tahap-tahap awal, tapi nantinya menyebabkan kejang-kejang, perdarahan bahkan
kematian pada ibu atau bayinya.
2. Kondisi sel telur pada gadis dibawah 20 tahun , belum begitu sempurna, sehingga dikhawatirkan
bayi yang dilahirkan mengalami cacat fisik.
3. Berisiko mengalami kanker serviks (kanker leher rahim), karena semakin muda usia pertama
kali seseorang berhubungan seks, maka semakin besar risiko daerah reproduksi terkontaminasi
virus.
3. Kelahiran premature
Sebuah usia kehamilan penuh berlangsung selama 40 minggu. Bayi yang lahir sebelum
37 minggu dapat dikategorikan sebagai bayi prematur. Bayi yang lahir lebih awal, memiliki
risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah pernapasan, pencernaan, penglihatan, kognitif, dan
masalah lainnya.
6. Depresi postpartum
Remaja perempuan yang hamil mungkin lebih berisiko mengalami depresi postpartum,
yaitu depresi yang dimulai setelah melahirkan bayi. Remaja perempuan yang merasa down dan
sedih, baik saat hamil atau setelah melahirkan, harus berbicara secara terbuka dengan dokter atau
orang lain yang mereka percaya. Depresi dapat mengganggu merawat bayi yang baru lahir.
7. Merasa sendirian dan terkucilkan
Khusus untuk remaja yang berpikir tidak dapat memberitahu orang tuanya bahwa sedang
hamil, merasa takut, terisolasi, dan merasa sendiri dapat menjadi masalah nyata.
8. Mengalami perdarahan
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu
lemah dalam proses involusi. Selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah
yang tertinggal didalam rahim).kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan juga
dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.
9. Kemungkinan keguguran / abortus
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. Hal ini disebabkan
oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun
memakai alat.
10. Persalinan yang lama dan sulit
Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin.penyebab dari persalinan
lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan
mengejan serta pimpinan persalinan yang salah menyebabkan kematian ibu. Kematian pada saat
melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.
11. Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan
Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini terjadi karena
pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
12. Cacat bawaan bagi bayi
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan.hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus
rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.
13. Kematian bayi
Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian perinatal.
Yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259
hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia.(Manuaba,1998).
2. Infeksi
Penggunaan peralatan medis yang tidak steril kemudian dimasukkan dalam rahim bisa
menyebabkan infeksi. Selain itu infeksi juga disebabkan jika masih ada bagian janin yang tersisa
dalam rahim.
3.Pendarahan hebat
Ini adalah risiko yang sering dialami wanita yang aborsi. Pendarahan terjadi karena leher
rahim robek dan terbuka lebar. Tentunya hal ini sangat membahayakan jika tidak ditangani
dengan cepat.
4. Kematian
Kehabisan banyak darah akibat pendarahan dan infeksi bisa membuat sang ibu meninggal.
5. Risiko kanker
Karena leher rahim yang robek dan rusak bisa meningkatkan risiko kanker serviks. Ada pula
risiko kanker lainnya seperti kanker payudara, indung telur dan hati.
6. Depresi
Rasa bersalah dan berdosa yang dialami oleh sipelaku bisa membuatnya mengalami depresi,
trauma pada kehamilan, menyesal ingin bunuh diri dan lainnya.
7. Prematur
Seorang perempuan yang sebelumnya sudah mengalami aborsi, maka dalam kehamilannya
yang berikutnya bisa lebih beresiko mengalami prematur.
8. Organ reproduksi
Perempuan yang sedang hamil dipaksa menggugurkan kandungannya, maka leher rahimnya
bisa robek atau terluka.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan masalah diatas dapat di simpulkan bahwa tingkat pergaulan bebas
diIndonesia mencapai titik menghawatirkan. Pergaulan bebas sangat berpengaruh pada kesehatan
reproduksi. Resiko terburuk dari pergaulan bebas yang mengakibatkan hamil usia muda dan
tindakan aborsi adalah kehilangan nyawa.
Hal ini merupakan tugas tersendiri bagi tenaga kesehatan dan pemerintah. Lebih baik
menghindari suatu yang merugikan daripada menyesal dikemudian hari. Suatu program
pendidikan dan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi memang harus diadakan untuk
mencegah dan menekan angka penyakit seksual bahkan kematian remaja akibat hamil usia muda
dan tindakan aborsi.
Siswa-siswi SMA Negeri 1 Slahung Ponorogo telah menerima dan memahami materi
penyuluhan yang telah disampaikan. Diharapkan siswa-siswi dapat menindaklanjutinya
pemahaman yang didapat dan lebih cermat dalam memilih pergaulan.
5.2 Saran.
1. Harus ada kepercayaan orang tua terhadap remaja. Karena dapat bertanggung jawab terhadap
dirinya dan keluarga. Dengan memberikan penghargaan remaja akan merasa dihargai, dan
sebaliknya ereka pula akan menghargai pula terhadap keluarga
2. Pendidikan agama sejak dini. Saat ini pendidikan agama adalah mencipkan suasana agamis
dikeluarga. Sholat berjama’ah, membaca alqur’an,dan suka menolong orang miskin.
3. Dalam masa pacaran, remaja hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan.
Remaja hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita,
sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan
dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.
4. Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta,
orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan.
Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak
diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orang tua yang dapat menyebabkan
mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi.Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat
memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak
salah jalan.
5. Kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola hidup seks bebas, kalau terus-menerus
mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari kontrol, tentu suatu saat akan tergoda
pula untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat lagi bagi remaja yang memang
benteng mental dan keagamaannya tidak begitu kuat.
6. Untuk menekankan jumlah pelaku seks bebas juga harus dibentengi pula dengan pendampingan
orang tua dan selektivitas dalam memilih teman.
7. Pendidikan dan penyuluhan seks juga diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja
tentang dampak kesehatan yang ditimbulkan dari pergaulan bebas.
8. Pihak sekolah juga diharapkan melakukan pengawasan ketat terhadap siswa-siswinya agar
penyimpangan remaja dapat diminimalkan.