KRITIS..!!!
Menjadi kritis (dalam arti mau memberikan kritisi) selalu mengundang resiko.
PT Imajinasia Indonesia,
Mulai dari dibenci orang yang dikritik, dianggap tukang cari ribut, tukang cari
Jl. Pelitur No. 33A, gara-gara, hobby cari musuh hingga mengabaikan budaya timur yang penuh
www.thelightmagz.com perdamaian, menghormati mereka yang lebih senior dan lebih tua.
Pemimpin Perusahaan/
Memang di tengah peradaban yang sudah begitu maju dan beraliran rasionali-
Redaksi: Ignatius Untung, tas yang tinggi masih saja kita temui orang-orang yang hidup dengan perilaku
Redaksi: redaksi@thelightmagz. purbakala di mana sikap kritis dianggap sikap yang membahayakan, membawa
com, Kontributor: Thomas Her- perpecahan, mengundang permusuhan karena diyakini sebagai upaya untuk
menjatuhkan orang dan bahkan bila mungkin mempermalukan orang yang
COVER BY: brich, Siddharta Sutrisno, Kayus
dikritik.
BEA WIHARTA Mulia, Alex Soh, Bea Wiharta,
Ignatius Untung, Iklan: Pilihannya sebenarnya di tangan kita sendiri. Lihatlah orang-orang yang mem-
benci orang yang kritis (memberi masukan), mereka semakin lama pun semakin
marketing@thelightmagz.com -
“kritis” (dalam arti gawat dan terancam). Kritis (dalam arti menjadi agen kritisi)
0813 1100 5200, Sirkulasi: Maria bukanlah alat untuk menikam orang, mencederai apalagi mengubur hidup-hidup
“Hak cipta semua foto dalam ma-
jalah ini milik fotografer yang ber- Fransisca Pricilia, orang yang dikritik. Namun lebih kepada sarana untuk menemukan kebenaran
sangkutan dan pihak-pihak yang sirkulasi@thelightmagz.com, melalui sebuah proses diskusi yang rasional dan sehat.
terlibat dalam pembuatannya,
Graphic Design: ImagineAsia,
serta dilindungi oleh Undang- Sudah sejak awal majalah ini berdiri, kami memilih menjadi kritis (dalam arti
undang. Penggunaan foto-foto Webmaster: Gatot Suryanto menjadi agen kritis), banyak yang suka banyak pula yang tersinggung. Bagaimana
dalam majalah ini sudah seijin dengan anda? Kritis mana yang anda pilih? kritis yang berkonotasi menjadi agen
fotografernya. Dilarang meng- kritisi atau kritis yang berarti sudah dekat dengan kehancuran akibat menolak
gunakan foto dalam majalah ini menjadi agen kritisi?
dalam bentuk / keperluan apapun
tanpa ijin tertulis pemiliknya.” Chief Editor
“jangan buru-buru
seorang fotografer komersil yang menspesialisasikan dirinya pada bidang oto-
motif. Kayus merupakan satu dari sedikit fotografer otomotif yang berhasil eksis
dan diakui karyanya. Beberapa waktu yang lalu kami sempat mampir ke tempat
tinggal sekaligus studionya di bilangan BSD, Tangerang untuk berbincang-bin- ngaku fotografer.
cang dengannya. Di rumah yang tergolong sangat adem yang ia bangun berdua
Jangan mentang-
mentang punya
dengan istrinya yang juga sama-sama lulusan arsitektur Kayus menceritakan jalan
hidupnya di dunia perfotografian Indonesia.
“Saya mulai kenal fotografi sejak saya SMP. Waktu itu saya sempat mencoba-coba
kamera profes-
kamera lensa ganda (twin lens) Rollei punya babe (ayahnya).” Jelasnya di awal
pembicaraan kami. Sejak saat itu Kayus pun mulai menekuni fotografi. Kayus kecil sional lalu ngaku
menemukan kesenangan tersendiri dengan bermain-main dengan kamera yang
jadi professional
photographer. Yang
kini sudah jarang ditemui itu, agak berbeda dengan anak-anak seumurnya waktu
itu yang mungkin lebih tertarik menghabiskan waktu dengan main sepak bola
atau permainan anak-anak lainnya. Ketika beranjak ke jenjang perguruan tinggi
Kayus sempat mencicipi pendidikan arsitektur Trisakti walaupun tidak selesai. Ia membuat orang
pun pindah ke Jerman dan menyelesaikan studi arsitekturnya di sana.
jadi fotografer pro-
Selama menjalankan studi arsitekturnya, Kayus terus menekuni fotografi. “Saya
fessional bukan ka-
meranya, tapi ke-
banyak lihat majalah-majalah fotografi di Jerman waktu itu, dan lumayan dibikin
ngiler juga. Karena majalah fotografi di sana bagus-bagus dan banyak pilihannya,
nggak kayak di sini.” Kenangnya. Semakin lama niat Kayus untuk mempelajari
fotografi di bangku pendidikan resmi semakin besar, namun niatnya itu belum ke-
sampaian karena diminta orang tuanya untuk menyelesaikan kuliah arsitekturnya
mampuannya.”
6 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 7
COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY
terlebih dahulu.
Setelah menyelesaikan pendidikan ar-
sitektur, Kayus kembali ke Jakarta dan
sempat bekerja di developer sebagai
tenaga arsitek. Namun minatnya terh-
adap fotografi membuatnya berhenti
dari pekerjaannya. Setelah mencari
informasi dari beberapa majalah luar
negeri akhirnya Kayus pun berangkat
ke Amerika Serikat untuk mengambil
kuliah fotografi di Brooks Institute of
Photography. “Saya ambil penjurusan
Illustration Photography.” Ungkapnya.
Ia memilih jurusan itu karena tidak
menyukai jurusan lain yang ditawarkan
sekolahnya.
bekerja secara
lighting ya jangan ngaku fotografer.”
Ungkapnya. Sebagai contoh ada yang Maka dari itu
professional bilang memotret mobil berwarna putih
beda merk
salah satunya adalah hal yang paling susah padahal
selalu diper-
adalah deliver menurutnya adalah yang paling gam-
good quality on
pang. Hal ini terjadi diyakini Kayus kar-
ena ketidak mengertian orang tersebut masalah-
time.” tentang lighting.
kan.”
22 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 23
COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY
“Di Indonesia
Ditanya mengenai cara belajar fo- Di akhir pembicaraan kami Kayus
tografi yang paling baik, Kayus me- pun memberikan saran bagi peminat
nyarankan semua orang yang ingin fotografi yang masih baru. “jangan
sepuluh tahun
melalui sekolah pasti tahu dasarnya. sional photographer. Yang membuat
Dan orang yang tahu pasti bisa jawab orang jadi fotografer professional
ngomongin. Tapi
anda itu pinter apa enggak, ya tanya pedagang kamera yang selalu men-
aja ‘mengapa’ kepada dia, kalau dia ng- gatakan bahwa jika mereka memotret
gak bisa jawab dengan cara yang bisa pakai kamera professional yang baik
hun.”
tentang megapixel. Padahal kalau
cuma mau tahu soal megapixel ke toko
kamera juga pasti jadi tahu.” Sambung-
nya.
Mortimer Adler dalam Six Great Idea mengatakan keindahan adalah the property
Philosophy).
individual ob-
of any subject that gives us the disinterested pleasure we can derive from simply
contemplating or apprehending that individual object as such (sifat dari suatu
Pengungkapan yang berhasil dari ject as such”
suatu intuisi (Benedetto Croce, Intro- - mortimer Adler -
benda yang memberi kita kesenangan yang tidak bermaksud/berkepentingan
duction to Philosophy).
yang dapat kita peroleh semata-mata dari memikirkan atau melihat benda indi-
vidual itu sebagaimana adanya.
Identitas yang sempurna dari hal yang
ideal dan yang nyata (Georg Wilhelm
Thomas Aquinas menyatakan keindahan sebagai id quad visum placet yaitu ses-
Friedrich Hegel, Introduction to Phi-
uatu yang menyenangkan ketika dilihat.
losophy).
Aristoteles dalam Rethorica menyebut that which being good is also pleasant.
bukan sebuah
el Kant dalam Wladyslaw Tatarkiewicz,
“The Great Theory of Beauty and Its Diskursus Elitis dan Kebenaran Dalam
asal. Ia sebuah Decline”, The Journal of Aesthetics and Keindahan “Tak ada yang
cita-cita dan di Art criticism, Winter 1972). begitu amat
dalamnya ter- “Tak ada yang begitu amat mengena di
mengena di hati
maktub cita-cita
Kesatuan dari hubungan-hubungan
bentuk di antara pencerapan-pencer-
hati selain rasa manis yang muncul dari
isak tangis bersama” selain rasa man-
untuk hal-hal apan inderawi kita (Herbert Read, is yang muncul
yang universal. Aesthetics and the Arts, 1968). (Jean-Jacques Rousseau dalam Ste-
dari isak tangis
Keindahan ada- Hal-hal yang agung, yang sedih, dan
fan Knischeck, Lebensweisheiten
beruhmter Philosophen, Humboldt, bersama”
lah kaki langit, hal yang lucu, maupun semua peng- Augsburg,1999)
keindahan. Namun jika kita men- seperti sirkulasi antara potensi ke luar
coba merefleksikan sistem filsafatnya, dan ke dalam, demi sebuah peng-
khususnya tentang diskursus keinda- hayatan keindahan. Dari sini tampak-
han tadi, maka terkesan kuat bahwa ia nya seni menjadi otonom sebagai
“Seni seharusnya membangkitkan lagi memori kita ke kekuatan mentransendensi kenyataan “All the great
menemukan ke- dalam ruang seni Platonis, di mana seni (patut diingat misalnya, kelahiran
thinkers
murniannya lang- ditelikung oleh wacana-wacana ideal- awal fotografi yang memburu objek-
throughout
sung pada alam, isme atas nama keutamaan estetika, tifitas dalam bentuk-bentuk gambar
bukan lewat me- meskipun kata estetika itu sendiri pada yang realis karena fotografi dianggap history have
dium rasio. Sebab mulanya mengacu pada dunia inder- paling mampu memunculkan presisi sought a single
lewat medium ini, awi yang kabur (setidaknya definisi visual dari kenyataan yang dibidiknya).
certainty. Some-
seni jelas tampak
keindahan yang begitu banyak mem-
buktikan itu). Pada kelanjutannya, yang
Namun karena bentuk formal yang
memacu di baliknya, mau tidak mau, thing which no
termanipulasi. Den- merupakan hal yang sulit terhindarkan pada akhirnya seni tinggallah menjadi one refute, like
gan berorientasi ke bahwa seni selalu dipahami lewat jalan sebuah teks yang dapat dikenali lewat
“two and two
alam emosi yang deduksi teoretis untuk mencari bentuk- diskursus-diskursus elitis semata. Di
make four”. In
dianggap potensi bentuk murninya. sini terlihat pula adanya perbedaan
order to find
kejujuran, bagi antara Plato dan Kant. Bahwa Kant
aturan formal yang menjadikannya sebuah karya seni yang berarti langsung pada kebenaran itu
isme.” dalam mempersoalkan daya kritis sub- Namun formalisme Kant itu
jektifitas dengan objek seni itu sendiri. tampaknya menjadi begitu menggang-
gu bagi kaum Romantisme di kemu-
Menyimak petuah Kant, seni dian hari. Seni sebagai elit pemikiran
sebagai ekspresi pengalaman menjadi ala Kant yang telah menjadi legitimasi
oleh borjuasi saat itu, lalu dilawan berbicara jauh daripada sekedar mem- sebagainya. is no such truth outside the mathemat-
dengan potensi intuisi dan naluri-naluri bicarakan tentang kebenaran di dalam ics. There is no way of finding a single
emosional oleh kaum Romantis. Seni diskursus-diskursus filosofis. Bahkan Can We Know The Truth? absolute truth, an irrefutable argument
seharusnya menemukan kemurnian- dengan tuntas, seorang Friedrich which might help answer the questions
nya langsung pada alam, bukan lewat Schiller yang notabene adalah dokter, All the great thinkers throughout his- of mankind. Philosophy, therefore, is
medium rasio. Sebab lewat medium ini, fisikawan dan dramawan besar Roman- tory have sought a single certainty. dead. Because “Whereof we cannot
seni jelas tampak termanipulasi. Den- tisme, menandaskan bahwa ketika kita Something which no one refute, like speak, thereof we must be silent”.
gan berorientasi ke alam emosi yang menyatu dengan keindahan, filsafat “two and two make four”. In order to
dianggap potensi kejujuran, bagi kaum tidak lagi perlu. Pandangan seperti ini find that truth, Ludwig Wittgenstein (Siddhartha Sutrisno, Catatan Harian
Romantisme, seni dan seniman diang- mengundang masalah dikotomistis used in fact, mathematical logic. What Sebuah Skenario, 2008)
gap mampu menjadi pahlawan dan tentang seni dan filsafat. Namun, ba- better means of obtaining a certainty
jenial yang mengurai aturan-aturan gaimanapun, Romantisme telah mela- than an immutable language, free from The Tractatus Logico Philosophicus,
formal yang semu oleh rasionalisme. hirkan karya-karya seni yang demikian the passions of men? He advanced adalah sebuah buku filsafat ciptaan
gilang-gemilang, sebagaimana dapat slowly, using equation after equation, Ludwig Wittgenstein dan merupakan
Romantisme yakin bahwa kita nikmati pada karya-karya Goethe, with impeccable method, until he salah satu pekerjaan filsafat yang pal-
naluri-naluri keindahan lebih dapat Wagner, Wordsworth, Pushkin, dan lain reached a terrifying conclusion. There ing berpengaruh di abad ke-20 dimana
go!”
subjek dan objek dan tidak bisa tidak
Huhh…apa pula itu? Ketika Popper kita sebenarnya langsung berhadapan
mengumandangkan prinsip falsi- dengan problem (perhatikan model
fikasinya dalam bukunya, Logik der yang diajukan Popper pada tulisan
Forschung, dunia ilmu pengetahuan menjadi sangat gempar dan semarak. yang mengetahui dan objek yang bagian ke-2). Baik pada subjek maupun
Popper seperti melempar sebuah bom diketahui menghantarnya pada pendi-
di atas “agama” kaum positivisme-logis, rian bahwa di dalam mengusahakan
khususnya. Gajah bengkak verifikasi itu di dalam pengetahuan ilmiah sebagai
ternyata terusik dan terciptalah arena bangunan dasar dari perkembangan
pertarungan seru. Jagoan positivisme ilmu pengetahuan, kita tidak dapat
seperti Wittgenstein dikritik secara menerima yang satu saja kemudian
tajam. Kesatuan dan kekuatan pe- menyingkirkan yang lainnya. Masalah-
mikiran Popper dilihat dari berbagai nya, tergantung di mana kejelian
karyanya terletak pada pendekatan kita memandang kedudukan kedua
epistemologis. Dari analisanya tentang unsur tersebut secara proporsional.
struktur epistemologis antara subjek Dari sudut subjektif kita mengetahui
tentang cara kerja ilmu secara deduk-
pendirian kekuatan
hantam anggapan keabadian kebe- tekstur, mengerti tata cahaya, mengerti
naran dan finalitas ilmiah dari kaum sifat-sifat benda, terampil macam-
positivis. Kebenaran di dalam kegia- macam alat fotografi, mengerti segitiga
ilmu pengetahuan,
salah. Mengapa teori Einstein dapat terletak pada tingkat informatif empiris
mengalahkan teori Newton? Jawaban- yang dapat dinyatakan salah, maka be-
naran yang ada, me- Menarik sekali di sini bila kita mengi-
kuti pendirian Popper, bahwa yang
sebuah teori demi kelanjutan perkem-
bangannya, melainkan lebih mencari
kesalahan.”
meskipun itu benar. Sekedar kebe- menyeluruh, melainkan sedikit demi
naran tidaklah cukup. Apa yang ia cari sedikit.
adalah jawaban atas problema kita.
Kemudian, paling tidak telah ada warisan kritis bahwa sangat penting di dalam
sejarah peradaban di mana kita sang pencari keindahan atau silahkan jika ingin Keindahan adalah sebuah
dan berani menyebut sang pencipta keindahan melalui fotografi, di mana kata proses. Jangan pernah takut dengan
kebaikan, keindahan, kebenaran, good picture menurut kita, gambar indah proses itu, kata para arifin. Meskipun
menurut kita, gambar yang benar menurut kita, senantiasa terbuka untuk digugat kenyerian terasa saat menjadi pasien
dengan pernyataan “dapat salah”! Apa tujuannya? Tidak lain, agar klaim keinda- “Seperti kata keindahan, agony tak berujung, kegeli-
han, kebaikan, dan kebenaran meskipun itu “hanya” dalam fotograf tidak dibalut
Beckett dalam sahan sepanjang hayat. Amor fati !
oleh kekuasaan di satu pihak saja.
Worstward Ho, Seperti kata Beckett dalam Worst-
Epilog: Keindahan adalah Kaki Langit “Coba lagi. Ga- ward Ho, “Coba lagi. Gagal lagi. Gagal
gal lagi. Gagal dengan lebih baik lagi.” Seperti juga
Jika keindahan yang kita bicarakan sekiranya rel kereta api dalam eks-
dengan lebih Jacques Derrida yang mengatakan,
perimen relativitas Einstein, maka berbagai pendapat tentang fotograf yang baik,
fotograf yang indah, fotograf yang benar dari berbagai ahli dari waktu ke waktu baik lagi.” ”Commencons par l’impossible”
(“Marilah kita mulai dengan yang tak
adalah cahaya yang berlesatan di dalam ruang gerbong di atas spoor itu. Relativi- mungkin”).
tasnya seumpama berapa banyak kita dapat mengambil pengalaman dari pelaja-
ran yang berlesatan itu. Analogi eksperimen itu tak lain, karena kecepatan cahaya
bersifat absolut (186, 282. 3959 mil per detik), dan waktu relatif tergantung kece- FINE
patan gerbong maka pengalaman akan keindahan yang sama dapat menimpa setiap insani, tetapi sejauh apa, dan
secepat apa pengalaman yang kemudi-
an mempribadi itu memberi pelajaran *Penulis adalah Backpacker, pernah
bagi seseorang (subjek yang memotret mengajar kursus fisika dan matema-
“Keindahan adalah sebuah pros- dan subjek yang memandang potret), tika.
es. Jangan pernah takut den- hasilnya akan berbeda, relatif satu
BUNUH DIRI
MASAL ALA
FOTOGRAFER
Bagi anda para praktisi fotografi yang sudah menghasilkan uang dari fotografi
tentunya tahu kondisi bisnis fotografi yang semakin lama semakin tidak memberi-
kan ruang lebih lega untuk penghidupan. Melihat faktor uang dan bayaran dalam
berfotografi sah-sah saja ketika kita melakukan fotografi sebagai mata penca-
harian. Namun diadopsinya teknologi digital ke dalam dunia fotografi rupanya
menjadi salah satu pemicu meledaknya angka peminat fotografi dan diyakini
pada akhirnya juga ikut memberikan kontribusi pada semakin menurunnya peng-
hasilan para fotografer.
IY, seorang fotografer wedding yang sudah lebih dari 15 tahun menggantungkan
hidup keluarganya pada fotografi mengatakan bahwa kemudahan berfotografi
yang ditawarkan oleh teknologi digital sudah membuat harga jasa fotografi
merosot tajam. “Ketika fotografi digital masuk ke Indonesia banyak orang orang
yang menjadi cepat merasa bisa melakukan fotografi dengan baik dan benar. Ini
karena setiap kita memotret kita bisa langsung melihat hasilnya dalam LCD yang
terdapat pada kamera tersebut. Sehingga mereka yang sebenarnya baru dalam
tahap “hampir bisa” menjadi merasa percaya diri karena segala sesuatuya jadi
mudah dikontrol. Memotret jadi lebih mudah dikontrol melalui tampilan hasil
di LCD yang sangat instan. Belum lagi penggunaan teknologi komputer grafis
pada software photo retouching yang seolah-olah memberi kesempatan kedua
bagi setiap foto-foto kurang sempurna yang mereka hasilkan. Pada akhirnya
semua orang yang memiliki kamera dari jasa yang ditawarkan. Proses
merasa bisa menghasilkan foto yang diferensiasi ini sendiri akan berajalan
bagus. Dan ketika mereka merasa bisa dinamis. Ketika ada satu pemain yang
menghasilkan foto yang bagus, mereka berhasil menjadi berbeda dan berhasil
juga merasa bisa menjual jasanya dan
“Dan ketika per- mendapat tanggapan positif dari mar-
saingan men-
menghasilkan uang dari fotografi. ket maka akan banyak pemain yang
Nah meningkatnya jumlah orang berusaha berlari ke arah yang sama
yang bermata pencaharian sebagai jadi semakin sehingga diferensiasi kualitas yang
fotografer ini secara langsung sudah
berat pilihan- sudah berhasil dilakukan si pemain
membuat persaingan menjadi semakin
berat. Dan ketika persaingan menjadi nya hanya dua, pertama tadi menjadi tidak relevan
lagi karena banyak yang melakukan-
semakin berat pilihannya hanya dua, meningkatkan nya. Dan ini akan mendorong mereka
meningkatkan kualitas hingga di titik kualitas hingga “Ketika peserta untuk kembali melakukan diferensiasi.”
di mana hanya sedikit orang yang bisa
di titik di mana persaingan ada-
Jelasnya. “Hal yang sama terjadi pada
hanya sedikit
mencapai kualitas itu, atau menurunk- elemen harga. Bagi mereka yang tidak
an harga di mana tidak banyak orang lah orang-orang memiliki kemampuan yang cukup,
yang menetapkan harga serendah itu.” orang yang yang memiliki untuk mengelevate product menjadi
Ungkapnya.
bisa mencapai kemampuan sesuatu yang berbeda maka diferen-
“...perusa- 7 tahun terakhir perang harga juga tidak bisa ditetapkan. Hal ini semakin gan menunjuk
hidung orang
haan per-
terjadi pada dunia fotogafi komersil. harus dilakukan di tengah persaingan
Hanya saja penyebabnya sedikit lebih di dunia periklanan yang juga semakin
lain sebagai
iklanan
kompleks pada dunia fotografi kom- keras. Seperti kita ketahui bersama
ersil. Jika di dunia wedding penyebab semenjak terjadi revolusi periklanan penyebab ru-
secara ber- yang dominan adalah ketidakmenger- dengan berpisahnya departemen me- saknya harga.
tian para pelaku industri tersebut akan dia buying and placement perusahaan
Harus dipahami
samaan berbisnis yang baik dan benar, pada periklanan menjadi sebuah perusahaan
bahwa dasar
menjadi
fotografi komersil menukiknya jasa media specialist yang independen,
fotografi iklan juga dipengaruhi bar- perusahaan periklanan mengalami dari masalah
korban
gaining power yang kelewat besar dari guncangan yang cukup hebat. Media
rusaknya harga
advertising company yang menjadi pe- specialist selalu menawarkan harga
jasa fotografi
sekaligus nyuplai pekerjaan bagi para fotografer.
“Keahlian perusahan periklanan dalam
yang lebih murah. Jika pada akhir ta-
hun 1900an fee jasa media placement iklan adalah te-
tertuduh melakukan tawar menawar dengan & buying bisa mencapai 10% hingga kanan ekonomi
yang menimpa
dalam
pihak fotografer cukup baik. Mereka 17.5% kini fee untuk jasa yang sama
perusahaan
bisa memposisikan seolah-olah fo- berkisar antara 3% hingga 8%. Bahkan
Yang pertama margin yang terlalu be- maka hal ini akan sulit dicapai. Kar-
sar sehingga ketika dikurangi banyak ena penetapan standar harga tidak
pun masih ada profitnya. Kemungki- akan berjalan ketika ada orang-orang
nan kedua adalah over charge atau yang berada di luar kesepakatan yang
mengenakan biaya jauh lebih dari akan merusak kesepakatan tersebut.”
seharusnya pada komponen apresiasi Lanjutnya.
kemampuan sehingga cenderung flek-
sibel. Padahal seharusnya komponen Semakin memburuknya harga jasa
ini tidak fleksibel mengingat kemam- fotografi baik wedding dan komersil
puan kita cenderung meningkat dan memang dipengaruhi berbagai macam
artinya apresiasinya juga seharusnya aspek. Namun dengan kekompakan
cenderung meningkat bukan menu- dan keterbukaan dari para fotografer,
run. Kemungkinan yang ketiga adalah seharusnya bisa diatasi. Bukan teknolo-
gabungan dari keduanya.
“Yang ingin
fotografer dalam berfotografi. Ternyata
masalahnya ada di kita sendiri. Mau
saya katakan diselesaikan atau diperpanjang, sehar-
pemain dalam
industri mau
duduk bersama,
kompak men-
etapkan sebuah
regulasi ter-
masuk menge-
nai harga dan
disiplin men-
jalankannya
maka seberapa
besar tekanan- Media Partner: Organized by:
work will
A good picture is when it tells a story.
Often what I capture does not have
to a new
almost everything.
level of vi-
What kind of photo satisfied you
most when creating it?
Every picture
tells a story. As
an old adage
goes: “ a picture
tells a thousand
words”, so the
next time you
take a picture,
ask yourself
what story are
you going to
tell.”
“photog-
expect. You may agree with me that
sometimes the accidental shots are the
best ones.
raphy is all
What should a photographer
have in their mind when creat- about op-
ing a picture regarding that
statement. portunity.
Arts can happen anytime, anywhere.
An artist
doesn’t
It’s a challenge for a photographer to
always be ready and alert to capture
the moment
make art
– art hap-
pens.”
because it
of the box! You will probably agree
with me that many experimental shots
ativity. Get
cially with digital SLR camera today, no
film cost, so why wait?
out of the
box! You
will prob- “...pho- In conclusion, photography is about
practice more than possessing a
ferent feeling. If I shoot a picture from
ably agree tography creative eye, it is about making an
is about
effort. You don’t wait for the picture
with me
the top of a tree, I’m also taking my
audiences up to the tree with me. to come. You go for it. You must have
that many
experimen- practice the attitude of mind that everything
has its own beauty and your role is to
more than
Warm Up
bring out the beauty of each subject.
tal shots
Most good pictures come unexpect-
possess-
edly. Usually when I go on a photog- Remember you are the creator of the
raphy trip, I only shoot rubbish during
turned out image. You are the author of the story
it is about
occasion I saw a man walking down the
road carrying two piles of wood one
latitude to
explore.” making an
on each side. Suddenly a gusty wind
blew his hat away up to the air. When I
finished focusing my lens, the hat had
already landed on the ground. A good
shot was missed! I said to myself if only
effort.”
I had warmed up, I’m sure I would have
Buku Light architecture yang ditulis oleh Urs Recher ini cukup komprehensif dan
detail dalam memberikan pemahaman tentang lighting. Penggunaan lighting
diagram yang biasanya selalu kami kritik sebagai pembodohan kali ini terpaksa
kami anulir untuk buku ini karena buku ini tidak sekedar melampirkan lighting
diagram sebagai bahan contekan, namun Urs juga memberikan penjelasan men-
gapa lighting diagramnya seperti itu. Adalah argumen mengenai alasan men-
gapa begitu dan mengapa seperti itu lah yang membuat buku ini bisa dikatakan
mencerdaskan. Setidaknya Urs tidak terjebak kepada upaya doktrinasi menge-
nai teknik lighting yang benar menurutnya. Namun lebih kepada memberikan
alasan terhadap setiap detail setting lighting yang ia gunakan. Karena itu lighting
diagram menjadi suatu panduan terhadap evaluasi argumen Urs, bukan sebagai
contekan tanpa argumen seperti yang banyak dilakukan oleh buku dan majalah
fotografi lain.
Buku Light Architecture ini lebih menarik lagi karena juga mengupas teknis light-
ing secara menyeluruh baik menggunakan artificial light, available light maupun
mix light. Bagi anda yang merasa sudah mengerti lighting, mungkin sudah waktu-
nya untuk membuktikan keyakinan anda akan kemampuan anda tentang lighting
dengan membaca buku ini. Dan bagi anda yang merasa masih belum selesai
melakukan pencarian “kebenaran” mengenai lighting. Mungkin ini bisa menjadi
jawaban yang selama ini anda tunggu-tunggu. Untuk mendapatkan buku ini
anda bisa menghubungi Primacolor Imaging di Jl. KH Hasyim Ashari 44CD, Jakarta
Pusat, telp. 634 3127
How to do spectacular
SPACE shots
Hello friends of outer-space! Here’s one my brother Markus prepared earlier (remember Markus, the all-
round genius of my studio?).
Do you want to shoot really fantastic
space shots? No problem!
So, what do we need? First of all, a few
sheets of black cardboard. Second, a
“secret explosive powder”. If you like,
you can pretend it’s really dangerous
and take cover behind the sofa... but
it’s only baby powder!
“Atas dasar
beberapa orang anggota yang lebih jangan ngomong sembarangan sama
junior mengenai suatu hal. Biasanya komandan, nanti kualat loh.”
timur dan ke emosional. Hal yang miris terjadi memulai budaya ini, namun agak ironis
tenggang
ketika orang yang dianggap senior ketika seorang senior yang seharusnya
ikut bicara dan seketika omongannya mendidik dan mengarahkan juniornya
batan itu-
menantang sang senior untuk berde- ketika menyaksikan tidak ada juniornya
bat secara rasional. Argumen sang yang berani mendebat pendapatnya.
lah negara
senior yang pendek dan sedikit meng- Mereka yang berani mendebat malah
gantung dianggap sebagai bagian dari dianggap provokator yang suka cari
menja- lagi ketika ada beberapa orang junior begitu cinta akan kedamaian. Padahal
di tidak
di komunitas itu mengatakan kata-kata perdebatan yang dilakukan bukan
yang kurang lebih seperti ini, “wah kalo untuk membunuh karakter apalagi
berargu- “saya setuju dengan komandan. Maju Atas dasar budaya timur dan tenggang
mentasi
terus komandan.” Padahal argumen rasa serta persahabatan itulah negara
yang diajukan oleh orang yang disebut ini dibuat menjadi tidak mampu be-
dan men-
“bos” atau “komandan” itu masih rargumentasi dan mengungkapkan
sangat mudah untuk diperdebatkan. pendapatnya. Beberapa saat yang lalu
kapkan sehingga haram hukumnya untuk saya ini. Pembuktian tersebut ter-
pendapat-
mendebatnya. Bahkan ada guyonan jadi ketika saya harus menginterview
yang muncul terhadap pihak-pihak beberapa orang Indonesia dan orang
Sementara pada saat saya menanyakan hal yang sama pada seorang penonton
eka memiliki cita-cita
bule sebuah acara hal yang berbeda saya temukan, berikut cuplikannya:
seperti itu? Saya rasa
Saya : Apa kabar pak?
tidak banyak anak
yang bisa menjawab.
Bule : Sangat baik. Bagaimana dengan kamu? Kamu baik-baik juga kan?
Saya : Baik pak, terima kasih. Menurut bapak, bagaimana acara hari ini?
Bule : ya.. saya pikir acara ini sangat positif karena memberikan kesempatan
bagi kaum muda untuk menyalurkan hasrat mereka secara positif. Kita bisa lihat Karena anak Indone-
bagaimana aksi generasi muda yang begitu sukar untuk dipercaya, namun benar-
sia sudah terdidik se-
cara structural untuk
benar terjadi. Saya tidak akan percaya jika saya tidak melihat langsung di sini.
Saya : Kalau lain kali acara ini diadakan lagi, bapak mau datang nggak?
“Karena
kepada saya, bahwa system pendidikan sudah terdidik secara structural untuk
dan budaya yang berlaku di Indonesia menuruti hal yang diyakini benar tanpa
lah yang menyebabkan hal ini terjadi. perlu tahu alasannya.
benar dan
salah bu-
Mulai dari hal kecil ketika kita kecil,
ingatkah kita apa cita-cita kita? Anak Maka dari itu, miris sekali ketika saya
kecil di Indonesia memiliki cita-cita melihat dan mendengar sosok-sosok
kan ditemu-
kan dengan
yang tidak jauh dari dokter, insinyur, besar di dunia fotografi yang den-
pilot dan presiden. Tidak ada yang gan sengaja atau tidak sengaja telah
bercita-cita jadi masinis, jadi fotografer,
sutradara, pialang saham, dan lain
“menjajah” juniornya untuk tidak boleh
berargumentasi terlebih lagi dengan mengkon-
sebagainya. Coba tanyakan kepada alasan budaya timur dan lain seba-
frontasi satu
mereka yang bercita-cita ingin jadi
pilot, dokter atau insinyur, mengapa
gainya.
keyakinan
mereka memiliki cita-cita seperti itu? Erik Prasetya, seorang fotorgafer fine
dengan
keyakinan
Saya rasa tidak banyak anak yang bisa art journalism pernah berkata kepada
menjawab. Karena anak Indonesia saya, bahwa tidak penting apa yang
situ tergambar betapa sulitnya orang mereka yakini dan mereka anggap be-
yang lain,
namun den-
Indonesia untuk mengungkapkan isi nar. Bukan masalah apakah keyakinan-
kepala mereka (jika memang kepal- nya sama atau berbeda dengan beliau.
anya ada isinya. Hehehe…). Mungkin
saja mereka malu, mereka takut atau
Adalah argumentasinya yang penting.
Beliau bisa saja menilai foto seseorang gan meng-
bahkan memang karena mereka tidak sebagai foto yang jelek, begitu pula
konfrontasi
tahu harus berbicara apa karena sudah
begitu terbentuknya sikap untuk tidak
sebaliknya, namun argumen untuk
mempertanggungjawabkan keyakinan satu keyaki-
berani berargumen karena tidak boleh kitalah yang penting.
nan dengan
argumen
salah, tidak boleh mengungkapkan
keyakinan. Sementara si bule, mampu Teguh Ostenrik, seorang seniman besar
menjawab pertanyaan singkat dengan Indonesia yang disegani hingga ke luar
keyakinan
tersebut.”
jawaban yang jauh lebih panjang dari negeri pernah berkata kepada saya,
pertanyaan saya. bahwa orang Indonesia belajar dengan
diarahkan untuk mencari kebenaran
Apa yang menyebabkan hal ini terjadi? dengan menghindari kesalahan. Se-
Seorang teman pernah mengatakan mentara ia justru mendorong murid-
nya untuk berbuat salah sebanyak-ban- Mulai hari ini, marilah kita untuk tidak
yaknya agar ia tahu kebenaran yang takut mendebat setiap perbedaan
sesungguhnya. yang timbul dengan argumen yang
rasional. Bukan untuk mencari ribut,
Orang-orang besar yang besar bukan bukan untuk mencari musuh, apalagi
sekedar besar nama dan ketokohannya mengabaikan nilai-nilai budaya timur.
selalu memberi ruang bagi siapapun Tapi agar kita semakin mengerti dan
termasuk mereka yang lebih muda,
“orang Indonesia be- semakin menguasai kebenaran sesung-
menghindari kesalah-
yang melibatkan dua pihak dengan ada satu orang yang tidak mengerti
keyakinan yang berbeda. Karena benar topik pembicaraan bahkan ketika di-
banyak-banyaknya agar
kan dan menjadi cita-cita jutaan anak
Untuk itulah, dalam rangka belajar Indonesia.
marilah kita mulai sedikit “kurang ajar”
dengan berani berargumen melawan ia tahu kebenaran yang
orang yang lebih senior. Karena ketika
kita berani berargumen, menang dan
kalah anda sama-sama mendapat
sesungguhnya.”
pelajaran berharga. Sementara ketika
kita memilih untuk tidak berargumen
dengan orang lain dan memilih “men-
jilat pantat” orang tersebut. Hanya “bau
pantat” yang anda dapatkan.
bemo. Dan
jurnalistik. untuk menyekolahkan saya di bidang
arsitektur. Nah karena kebetulan kakak
Bea Wiharta mengenal dan mulai tertarik pada fotografi ketika ia mengikuti ekstra
kurikuler di SMP. “Waktu itu di sekolah hanya ada 1 kamera, jadi kami masing-
saya sudah kuliah di IKIP jurusan pen-
didikan teknik sipil maka saya disuruh untuk Ban-
masing dapat jatah tiga jepret.” Kenangnya. Waktu itu bea cukup beruntung masuk ke sana karena setidaknya
tu ekono-
mi kelu-
karena mendapat pelajaran fotografi yang cukup lengkap dari mulai dasar-dasar bapak saya tidak perlu membelikan
fotografi hingga cuci cetak foto dengan kamar gelap. Keberuntungan Bea berlan- buku-buku kuliah yang baru untuk
arga, Ibu
jut ketika materi pelajaran fotografi itu habis sebelum semester berakhir. Akhirnya saya.” Kenangnya.
untuk mengisi kekosongan, Bea bersama teman-temannya melakukan eksperi-
men mencetak film dengan berbagai teknik mulai dari ditumpuk-tumpuk, ditusir, Selepas menamatkan pendidikan
tingginya, Bea sempat bekerja menjadi saya teri-
ma order
dan lain sebagainya. Ini membuat Bea mengetahui cara kerja fotografi secara
cukup mendalam. penterjemah. “waktu itu saya merasa
pas foto
beruntung sekali, karena yang di tes
Ketika beranjak SMA, Bea pun hidup di keluarga yang menjadikan fotografi se- ada 51 orang dan saya selesai menger-
bagai salah satu sumber penghidupan. “Bapak saya cuma supir bemo. Dan untuk
Bantu ekonomi keluarga, Ibu saya terima order pas foto mulai dari motret sampai
jakan ujian jam 6 sore padahal yang
lainnya jam 1 siang sudah selesai.” mulai dari
cetak.” Kenangnya. Bea sendiri mendapat tugas untuk mengantar foto-foto yang Kenangnya geli. Dan ia semakin merasa
motret
sampai
sudah jadi ke pemesannya. Melihat karya-karya ibunya yang hanya berupa pas beruntung ketika ternyata ia menjadi
foto, bea tidak tertarik untuk mengikuti jejak ibunya tersebut. salah satu orang yang diterima dari
cetak.”
hanya empat orang yang diterima.
Lulus dari bangku kuliah, Bea tertarik untuk masuk jurusan arsitektur, namun Pekerjaan pertamanya itulah yang
asing
pun ia pergi. Hampir setiap hari jumat lebih sehat.” Jelasnya.
selepas kerja ia pergi berpetualang ber- Namun ketika ditanya bedanya kualitas
dan lokal
sama teman-temannya. Ia pun mem- fotografer lokal dan asing, Bea men-
pelajari fotografi secara otodidak mulai jawab sama. “Fotografer asing dan
Yang ba- belajar pun Bea mencoba mengguna- wewenang editingnya. Kalau di media
gus ya ba-
kan kamera slide karena lebih mudah lokal wewenang editing ada di tangan
untuk mengenali mana yang benar dan editor yang kebanyakan editor tulis.
jelek ya puannya membaik, Bea pun mencoba tor foto namun proses pembelajaran
“dan mung-
jelek.”
menjual fotonya ke majalah-majalah. melalui diskusi antara editor dengan
Dan setelah beberapa kali fotonya laku fotografernya selalu terjadi.” Jawabnya.
kin karena
dibeli oleh media, Bea pun memutus-
kan untuk mengundurkan diri dari
“Di media asing fotorgafer bisa dengan
bebas beradu argumen dengan edi- kesombon-
pekerjaannya sebagai penterjemah. tornya mengenai mana fotonya yang ganku dengan
Berawal dari fotografer lepas, ia pun baik untuk dipublish dan mana yang
menganggap
mulai menjadi fotografer tetap untuk
majalah Gatra, setelah sebelumnya
tidak.” Sambungnya,
Timor-Timur
sempat bekerja pada majalah Suasana, Bea masih melihat logika mencerna tidak seberapa
Sinar dan Go. sebuah foto yang dimiliki editor tulis menyeramkan
berbeda dengan editor foto atau si
dibanding Am-
Berbicara mengenai tempat ia bekerja
saat ini, Bea merasa bekerja di lingkun-
fotografernya. “Sebagai contoh, jika
sebuah media harus memuat berita bon makanya
gan asing lebih menyenangkan bag- tentang gempa yogya, maka kebanya- di sana aku ter-
inya dibanding lokal. “Di perusahaan
lokal managemen selalu berusaha adil.
kan editor tulis akan mencari foto yang
menunjukkan kondisi pasca gempa
tembak di kaki.”
sebagai latar belakang dan ada tulisan Ditanya mengenai cara membuat foto
“yogya” sebagai foreground. Padahal jurnalis yang baik, Bea berpendapat
tidak harus segamblang itu harusnya.” bahwa seorang jurnalis foto harus
Jelasnya. dapat memposisikan dirinya dengan
bayangkan kejadian di
kita dalam memotret karena konsep betapa menyeramkannya konflik antar
seolah-olah memberi kita batasan agama di Ambon yang pernah ia liput.
pekerjaan kita. Setelah konsepnya ada
barulah di lokasi kita cari kemungkinan situ, dan lebih jauh lagi “Aku sudah pernah meliput berbagai
macam kerusuhan, konflik dan perang.
seluas-luasnya dalam batasan konsep
foto tersebut harus Tapi buat aku Ambon adalah yang
mun ketidakberuntungan kita dipelajari fotografer senior. Sesuatu Jadi kalau memang mungkin buatlah
penguasaan concept, teknis dan Untuk itu seorang fotorgafer harus bisa
bersaing secara sehat dengan mem-
foto memang didukung oleh faktor
hati tadi.”
keberuntungan. Namun ketidakberun-
pelajari karakteristik dunia online dan tungan kita bisa kita persempit jika kita
mempelajari yang mampu ditawarkan menguasai wawasan tentang apa yang
dunia online yang mereka belum bisa akan kita foto disamping penguasaan
pelajari. Misalnya dengan membuat concept, teknis dan hati tadi.” Tutupnya.
motret orang-orang Aceh yang sedang memperkuat concept, teknis dan juga
berusaha kembali menata hidupnya. hati.” Ujarnya. “Manusia hidup punya
Orang-orang yang membangun kem- perasan. Takut, senang, sedih. Waktu
bentuk visual.”
yang muda-muda banyak yang bagus. belajar sesuatu yang terpakai di masa
Mereka sudah bisa dapat momen sep- depan. “Menurut saya fotografer muda
erti yang aku dapatkan sekarang pada nggak perlu mengulang banyak yang
saat mereka muda. Caranya ya dengan