Vol. X No. 03 Februari I Puslit 2018
Vol. X No. 03 Februari I Puslit 2018
03/I/Puslit/Februari/2018
Abstrak
Pembahasan larangan perbuatan cabul sesama kelamin (Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transgender/LGBT) yang dimuat dalam RUU KUHP mengalami perluasan, tidak
hanya terhadap orang yang belum dewasa melainkan juga terhadap orang dewasa.
Sampai saat ini seluruh fraksi belum satu suara atas usulan perluasan terhadap
perbuatan cabul tersebut. Tulisan ini bermaksud mengkaji apakah kriminalisasi
perbuatan cabul LGBT dapat memenuhi kriteria kriminalisasi berdasarkan teori
moral. Tulisan ini menyimpulkan bahwa perluasan larangan perbuatan cabul
memenuhi kriteria kriminalisasi berdasarkan teori moral. Kriminalisasi perbuatan
cabul LGBT dapat dinilai sebagai upaya negara untuk mengedepankan fungsi utama
hukum pidana, yaitu memelihara moralitas dan menjaga ketertiban masyarakat.
Terkait dengan kriminalisasi ini, pembentuk undang-undang tidak hanya harus
membuat rumusan yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan perbuatan cabul
LGBT, namun juga harus memperhitungkan hal-hal yang terkait dengan penegakan
hukumnya.
Pendahuluan
Pasal 292 KUHP menentukan peningkatan sanksi pidana, yang
larangan terhadap orang dewasa semula pidana penjara paling lama
yang melakukan perbuatan cabul 5 (lima) tahun (Pasal 292 KUHP)
dengan orang lain sesama kelamin, menjadi paling lama 9 (sembilan)
yang diketahuinya atau sepatutnya tahun. Dalam perkembangan
harus diduganya belum dewasa. pembahasan di tingkat Panitia Kerja
Larangan tersebut diatur kembali (Panja), Fraksi PPP dan Fraksi PKS
dalam Pasal 495 ayat (1) RUU KUHP meminta agar pasal tersebut diperluas
PUSLIT BKD namun dengan memberikan batasan dan akhirnya ditambah dengan satu
usia, yaitu hanya dipidana jika ayat baru di mana perbuatan cabul
dilakukan terhadap orang di bawah sesama kelamin terhadap orang yang
umur 18 tahun. Selain itu, Pasal 495 berusia di atas 18 tahun juga diancam
ayat (1) RUU KUHP juga memuat dengan pidana.
Sesama kelamin sering sebagai sarana penanggulangan
diidentikkan dengan LGBT. Oleh kejahatan, khususnya mengenai
karena itu dalam tulisan ini sesama perbuatan apa yang sebaiknya
kelamin untuk selanjutnya disebut diatur oleh hukum pidana. Terkait
LGBT. Sampai saat ini, seluruh dengan perbuatan cabul LGBT,
fraksi belum satu suara atas usulan penulis bermaksud mengkaji apakah
kriminalisasi terhadap perbuatan cabul kriminalisasi perbuatan cabul LGBT
LGBT terhadap orang yang berusia dapat memenuhi kriteria kriminalisasi,
di atas 18 tahun. Usulan kriminalisasi khususnya dikaji dari teori moral.
terhadap perbuatan cabul LGBT ini
juga telah menimbulkan pro kontra Kebijakan Kriminalisasi
berbagai pihak. Sulistyowati Irianto, dan Teori Moral
Guru Besar Antropologi Hukum J. Dine & Gobert mendefinisikan
Universitas Indonesia misalnya, kriminalisasi sebagai suatu proses
menyatakan bahwa jika semua
masalah moral dijadikan hukum
untuk menjadikan suatu perbuatan 2
sebagai kejahatan, sehingga dapat
negara akan menyebabkan negara dituntut dan menentukan bagaimana
menjadi sangat jahat karena dengan sanksinya (Yenti Garnasih, 2003:
cara memperalat hukum bisa masuk 23). Sedangkan menurut Soedarto
ke ruang privat masyarakat. Sementara kriminalisasi adalah suatu proses
Ratna Batara Munti dari Jaringan penetapan suatu perbuatan yang
Kerja Prolegnas Pro-Perempuan semula bukan tindak pidana
menegaskan bahwa negara tidak bisa menjadi tindak pidana dan diancam
mengintervensi hak dasar warga hanya dengan sanksi pidana (Soedarto,
karena perbedaan orientasi seksual. 2007: 32 dan 151). Namun menurut
Pihak yang pro terhadap Cornill, kriminalisasi meliputi pula
kriminalisasi perbuatan cabul penambahan (peningkatan) sanksi
LGBT, tidak hanya mendasarkan pidana terhadap tindak pidana yang
argumentasinya pada persoalan hak sudah ada (Cornil, 1971: 37).
asasi melainkan juga pada persoalan Mengacu pada pendapat Cornil
moralitas. Nurul Hidayati dari Aliansi maka perluasan perbuatan cabul
Cinta Keluarga (AILA) Indonesia LGBT dan penambahan sanksi pidana
misalnya, menegaskan bahwa negara terhadap perbuatan cabul LGBT dapat
tidak bisa lepas melihat kejahatan dikaji dari teori kriminalisasi. Namun
seksual yang saat ini sangat tinggi di kajian kriminalisasi dalam tulisan
masyarakat. Menurut Nurul, selama ini hanya dibatasi pada teori moral
ini LGBT bergerak atas nama hak karena hal-hal yang terkait dengan
asasi manusia (HAM), sedangkan perbuatan asusila termasuk perbuatan
HAM itu sendiri harus tunduk pada cabul selalu dikaitkan dengan masalah
pembatasan yang ditetapkan dengan moralitas.
undang-undang. Kebijakan kriminalisasi
Pro kontra terhadap kriminalisasi merupakan masalah yang kompleks.
atas suatu perbuatan sampai saat Menurut Andrew Ashworth,
ini masih menjadi perdebatan di oportunisme dan kekuasaan politik,
kalangan pemerhati hukum pidana, keduanya terkait dengan budaya
terutama jika dikaitkan dengan politik yang berlaku di suatu
kriteria penggunaan hukum pidana negara, merupakan penentu utama
(Ashworth, 2003: 14). Namun menurut memastikan berlakunya ”pandangan
Molan, apabila suatu perbuatan moral” dalam masyarakat modern?
berbahaya bagi individu atau (Mike Molan, 2003: 14).
masyarakat dan perbuatan tersebut Dari beberapa pemikiran
amoral maka perilaku tersebut yang mengacu pada teori moral,
dianggap prima facie (sufficient to maka kebijakan kriminalisasi harus
establish a fact or raise a presumption memenuhi setidaknya 2 (dua)
unless disproved or rebutted, Black's Law kriteria, yaitu: pertama, perbuatan
Dictionary, 2009: 1338,) yang tepat tersebut berbahaya bagi individu atau
untuk kriminalisasi (Molan, 2003: 14). masyarakat, dan kedua, perbuatan
Menurut Edmundson, suatu tersebut amoral. Selanjutnya dalam
tindakan dianggap salah bila menetapkan kebijakan kriminalisasi
tindakan itu bertentangan dengan terhadap perilaku yang dinilai amoral
tuntutan moral. Semua orang termasuk perbuatan cabul LGBT,
3 memiliki kewajiban moral untuk
tidak melakukan yang secara
pembentuk undang-undang harus
memperhitungkan hal-hal berikut,
moral (dianggap) salah. Pendapat yaitu: bagaimana pembuktiannya,
ini mendeskripsikan hubungan definisi yang jelas (apa yang dimaksud
logis antara konsep kebersalahan dengan perbuatan cabul sesama
secara moral, tuntutan moral, dan kelamin?); bagaimana penegakan
kewajiban moral, dan bisa dianggap hukum terhadap pelanggaran
sebagai kebenaran kecil atau sebagai perbuatan cabul LGBT; adakah
ketetapan (Edmundson, 2005: 274). sarana hukum lainnya yang dapat
Namun menurut Molan, Bloy, memberikan hasil yang lebih baik
dan Lanser, pandangan tradisional untuk mengatasi perilaku LGBT?;
yang menilai bahwa perilaku pembentuk undang-undang juga
amoral sebagai kriteria kriminalisasi harus dapat memastikan berlakunya
terlalu sederhana, karena beberapa larangan terhadap perbuatan cabul
tindakan yang tidak bermoral dan LGBT sejalan dengan ”pandangan
berbahaya, namun bukan perbuatan moral” sebagian besar masyarakat.
kriminal (misalnya, perzinahan),
sementara yang lainnya tidak Kriminalisasi terhadap
bermoral atau tidak berbahaya Perbuatan Cabul LGBT
dan belum merupakan perbuatan dari Sudut Pandang Moral
kriminal, misalnya, kegagalan untuk Kriminalisasi terhadap perbuatan
mengenakan sabuk pengaman dan yang dinilai amoral merupakan
beberapa lainnya mengenai “kejahatan perdebatan lama yang penuh
tanpa korban” (Molan, 2003: 14). dengan kontroversi sejak dimulainya
Dalam bukunya “Modern perdebatan tentang “enforcement of
Criminal Law”, Molan, Bloy, dan Lanser morality” antara Devlin dan Hart.
menyatakan bahwa hukum tidak Debat mereka mengenai perilaku
mengkriminalisasi semua perilaku homoseksual dan prostitusi sangat
amoral karena: kesulitan pembuktian; relevan dengan pembahasan mengenai
kesulitan definisi; kesulitan untuk kriminalisasi (Husak, 2008: 60).
ditegakkan; hukum sipil terkadang Perdebatan Hart-Devlin
memberikan “obat” yang memadai mengemuka pasca-publikasi
kepada pihak-pihak yang terkena laporan dari Komisi Pelanggaran
dampak perilaku; bagaimana
Homoseksual dan Prostitusi (Laporan maka kriminalisasi perbuatan cabul
Wolfenden) pada tahun 1959. Laporan LGBT dapat dinilai sebagai upaya
ini merekomendasikan agar sanksi negara untuk mengedepankan
pidana terhadap praktik homoseksual fungsi utama hukum pidana, yaitu
secara tertutup dihilangkan. Anjuran memelihara moralitas publik. Dengan
ini didasarkan pada alasan bahwa demikian, kebijakan kriminalisasi
sekalipun praktik tersebut dianggap dengan perluasan perbuatan cabul
amoral, namun untuk membenarkan LGBT dengan orang yang berusia di
penggunaan hukum pidana butuh atas 18 tahun juga merupakan upaya
alasan yang lebih dari sekedar alasan untuk menjaga moralitas umum
moral. Pengaturan perilaku semata- masyarakat yang menjunjung tinggi
mata karena perilaku tersebut amoral nilai-nilai budaya dan agama.
menurut standar yang diterima Untuk menjaga moralitas
masyarakat bukanlah urusan hukum. masyarakat, Ketua AILA, Rita
Namun argumen ini ditentang oleh
Devlin (Maisah, 2009: vi).
Soebagio menyatakan
pembentuk undang-undang bisa
bahwa 4
Menurut Devlin dalam bukunya mengkaji bahwa secara nilai moral
The Enforcement of Moral (1965), untuk LGBT yang mencakup
moralitas bersama di masyarakat sama orientasi dan perilakunya adalah
pentingnya bagi eksistensi masyarakat menyimpang berdasarkan nilai
serta pemerintah yang diakui, dan budaya dan agama yang diyakini
pembenaran atas penegakannya secara mayoritas bangsa Indonesia. Selain
hukum, yaitu bahwa hukum digunakan masalah moral, Pakar Hukum
untuk mempertahankan apa pun Pidana Universitas Islam Indonesia
yang sangat mendasar bagi eksistensi (UII) Mudzakir, menegaskan bahwa
masyarakat. Devlin menemukan kriminalisasi perbuatan cabul LGBT
analogi antara keamoralan, dalam arti juga untuk menjaga ketertiban
pelanggaran terhadap aturan moral masyarakat. Kriminalisasi perbuatan
di masyarakat dan pengkhianatan. ini sudah tepat karena sebagaimana
Devlin beragumen bahwa pengendalian tersirat dari Pasal 1 UU No. 1 Tahun
terhadap perilaku amoral adalah 1974 tentang Perkawinan (Undang-
urusan hukum sepenuhnya dan dapat Undang Perkawinan) misalnya, yang
dibenarkan berdasarkan alasan seperti diperbolehkan adalah pernikahan
yang digunakan dalam pengaturan beda jenis, yaitu perempuan dan laki-
terhadap tindakan subversif (Maisah, laki. Artinya, mereka yang sejenis
2009: vi). tidak bisa melakukan hubungan
Pro kontra kriminalisasi pernikahan.
terhadap perbuatan cabul LGBT juga Mengenai moralitas, Devlin
merupakan pertentangan antara berargumentasi bahwa moralitas
pihak yang menilai perilaku tersebut umum mempunyai peranan esensial
sebagai hak asasi dan merupakan untuk mempertahankan masyarakat.
wilayah privat dengan pihak yang Jika ikatan-ikatan moral yang mengikat
menilai perilaku tersebut sebagai masyarakat hilang, masyarakat
perbuatan amoral yang bertentangan akan mengalami disintegrasi. Oleh
dengan nilai-nilai budaya sebagian karena itu, masyarakat berhak
besar masyarakat Indonesia. Namun mengundangkan moralitas yang
mengacu pada pemikiran Devlin dapat menjamin keutuhannya. Jika
masyarakat berhak melakukan hal dewasa ataupun orang di bawah
itu, maka ada batasan praktis tentang umur, oleh dewasa atau anak di bawah
jumlah maksimum kebebasan umur, antara anak di bawah umur
individual yang bersesuaian dengan dengan yang seusianya, termasuk bila
integrasi masyarakat. Tetapi jika perbuatan tersebut dilakukan suka
kebebasan individu melampaui sama suka.
batasan yang diperkenankan, maka
perbuatan amoral yang menimbulkan Penutup
kegaduhan, kemarahan, kejengkelan, Mengacu pada teori moral
dan rasa jijik dalam masyarakat maka perluasan perbuatan
harus dijadikan perbuatan pidana cabul LGBT dalam RUU KUHP
(Clarkson, 1998: 207). Dengan memenuhi kriteria apa yang harus
demikian, perbuatan cabul LGBT ada dalam kebijakan kriminalisasi,
yang dinilai telah melampaui yaitu perbuatan tersebut amoral
5 batasan yang diperkenankan, baik
berdasarkan peraturan-peraturan
dan berbahaya bagi individu
dan masyarakat. Selain itu,
yang ada maupun berdasarkan nilai- perbuatan cabul LGBT tidak hanya
nilai yang hidup (budaya dan agama) bertentangan dengan peraturan-
dalam masyarakat, layak untuk peraturan yang ada seperti Undang-
dikriminalisasi. Undang Perkawinan, melainkan
Kewenangan negara dalam juga bertentangan dengan norma
kebijakan kriminalisasi terkait dengan budaya dan agama sebagian besar
apa yang dikemukakan Hart. Menurut masyarakat Indonesia. Oleh karena
Hart, adakalanya negara yang itu, kriminalisasi perbuatan cabul
mengambil inisiatif melarang suatu LGBT dapat dinilai sebagai upaya
perbuatan, dengan harapan masyarakat negara untuk mengedepankan fungsi
juga akan mempunyai sikap menolak utama hukum pidana, yaitu untuk
terhadap perbuatan tersebut. Perasaan memelihara moralitas dan menjaga
moralitas masyarakat tidak dapat ketertiban masyarakat. Namun
disangkal mempengaruhi negara demikian pembentuk undang-
dalam menentukan tindak pidana. undang (DPR dan Pemerintah) tidak
Sekalipun tidak ada keharusan, tetapi hanya harus membuat rumusan yang
moralitas masyarakat setidaknya jelas tentang apa yang dimaksud
harus sangat diperhatikan negara dengan perbuatan cabul sesama
dalam kebijakan kriminalisasi. kelamin (LGBT) namun juga harus
(Hart, 1961: 204). Terkait dengan memperhitungkan hal-hal terkait
kebijakan kriminalisasi perbuatan dengan penegakan hukumnya,
cabul LGBT, Direktur Pusdikham seperti masalah pembuktiannya
Universitas Muhammadiyah Prof. dan bagaimana penegakan hukum
Dr. Hamka (Uhamka), Maneger terhadap pelanggaran perbuatan
Nasution menyatakan, pembentuk cabul LGBT, tanpa melanggar hak
undang-undang perlu memerinci privasi individu.
pemidanaan terhadap perbuatan
tersebut. Lebih lanjut Maneger menilai, Referensi
makna perbuatan cabul LGBT harus Clarkson, Christopher M.V. (1998).
diperluas hingga meliputi perbuatan Understanding Criminal Law. London:
seks sesama jenis, baik kepada orang Suveat and Maxwell.
Garnasih, Yenti. (2003). Kriminalisasi Summaries of Lectures, Fourth United
Pencucian Uang. Jakarta: Fakultas Nations Congress on the Prevention of
Hukum Pascasarjana Universitas Crime and the Treatment of Offenders,
Indonesia. Kyoto, Japan, 17-26 August.
Hart, Herbert Lionel Adolphus. (2009). Law, Soedarto. (2007). Hukum dan Hukum
Liberty, and Morality, diterjemahkan Pidana. Bandung: Alumni.
oleh Ani Mualifatul Maisah, “Pasal Pidana LGBT Didorong Masuk
Hukum, Kebebasan, dan Moralitas. KUHP”, Media Indonesia, 30 Januari
Yogyakarta: Genta Publishing. 2018, hal. 6.
Husak, A. Douglas. (2008). “Perlindungan Perempuan. RKUHP
Overcriminalization-The Limits of Berpotensi Kriminalkan Masyarakat”,
The Criminal Law. London: Oxford Kompas, 29 Januari 2018, hal. 12.
University Press. “Perluasan Pasal Zina dan Kriminalisasi
Molan, Mike. Duncan Bloy, Denis Lanser. LGBT dalam RKUHP”, http://
(2003). Modern Criminal Law, Fifth
Edition. London, Sydney, Portland,
nasional.kompas.com/
read/2018/01/23/08121031/
6
Oregon: Cavendish Publishing perluasan-pasal-zina-dan-
Limited. kriminalisasi-lgbt-dalam-rkuhp,
Cornil, Paul. (1970). Criminality and Deviance diakses 31 Januari 2018.
in a Changing World, Part Three.
Dr. Lidya Suryani Widayati, S.H., M.H., menyelesaikan pendidikan S1 Ilmu Hukum
Universitas Islam Indonesia (UII) pada tahun 1995, pendidikan S2 Magister Ilmu
Hukum Universitas Padjajaran (UNPAD) pada tahun 2005, dan pendidikan Doktor
Ilmu Hukum bidang Pidana dari Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas
Indonesia pada tahun 2016. Saat ini menjabat sebagai Peneliti Madya bidang Hukum
Pidana pada Pusat Penelitian-Badan Keahlian DPR RI. Beberapa karya tulis ilmiah yang
telah dipublikasikan melalui jurnal dan buku antara lain: “Politik Hukum Pidana Dalam
Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup Untuk mendukung Pembaruan
Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam” (2016), “Pencegahan Pendanaan
Terorisme Melalui Kebijakan Pembatasan Transaksi Tunai (Less Cash Money)” (2016),
dan ”Pidana Mati Dalam RUU KUHP: Perlukah Diatur Sebagai Pidana Yang Bersifat
Khusus?” (2016).
Info Singkat
© 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang
http://puslit.dpr.go.id mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
ISSN 2088-2351 isi tulisan ini tanpa izin penerbit.
Pusat Penelitian BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL
Badan Keahlian DPR RI
Gd. Nusantara I Lt. 2
Jl. Jend. Gatot Subroto
Jakarta Pusat - 10270
c 5715409 d 5715245
m infosingkat@gmail.com KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS Vol. X, No. 03/I/Puslit/Februari/2018
NILAI STRATEGIS
KUNJUNGAN PRESIDEN JOKO WIDODO
KE NEGARA-NEGARA ASIA SELATAN
7
Simela Victor Muhamad
Abstrak
Dalam rangka memperkuat hubungan persahabatan dan kerja sama antara Indonesia
dan negara-negara Asia Selatan, pada minggu keempat bulan Januari 2018, selama
sekitar satu minggu, Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke Sri Lanka,
India, Pakistan, Bangladesh, dan Afghanistan. Kunjungan yang dilatarbelakangi
oleh keinginan Indonesia untuk memperkuat persahabatan tersebut telah
menghasilkan sejumlah kesepakatan kerja sama. Kunjungan yang dilakukan Presiden
Joko Widodo ini tidak cukup dipahami sebagai kunjungan dilplomasi kenegaraan,
tetapi juga perlu dipahami nilai strategisnya bagi Indonesia. Nilai strategis dari
kunjungan Presiden Joko Widodo tersebut antara lain terbukanya peluang kerja
sama ekonomi antara Indonesia dan negara-negara Asia Selatan. Sementara nilai
strategis secara politik dan keamanan dari kunjungan Presiden tersebut adalah
semakin diakuinya peran Indonesia dalam memelihara stabilitas keamanan dan
perdamaian di tingkat kawasan dan global. Kunjungan konstruktif Presiden ke
negara-negara Asia Selatan tersebut sudah seharusnya mendapat dukungan
parlemen (DPR RI), terlebih hal itu mengandung nilai strategis bagi Indonesia.
Info Singkat
© 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang
http://puslit.dpr.go.id mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
ISSN 2088-2351 isi tulisan ini tanpa izin penerbit.
Pusat Penelitian BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL
Badan Keahlian DPR RI
Gd. Nusantara I Lt. 2
Jl. Jend. Gatot Subroto
Jakarta Pusat - 10270
c 5715409 d 5715245
m infosingkat@gmail.com KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS Vol. X, No. 03/I/Puslit/Februari/2018
Abstrak
Peringatan World Wetland Day setiap tanggal 2 Februari, menjadi momentum
yang tepat untuk mengevaluasi pencapaian pengelolaan lahan gambut. Indonesia
termasuk negara tropis dengan lahan gambut terluas di dunia. Lahan gambut
ini memiliki fungsi yang strategis, terutama terkait fungsi hidrologis, yaitu
sebagai tandon air. Namun, saat ini banyak terjadi alih fungsi lahan gambut
yang menyebabkan lahan gambut mengalami degradasi. Untuk melindungi dan
mengelola lahan gambut, Pemerintah Indonesia telah membentuk Badan Restorasi
Gambut melalui Peraturan Presiden No.1 Tahun 2016 tentang Badan Restorasi
Gambut dan melakukan Program Restorasi Gambut. Tulisan ini bertujuan
mengkaji permasalahan konversi lahan gambut di Indonesia dan pemanfaatannya
sebagai cadangan air bersih. Pengelolaan air di lahan gambut harus dilakukan secara
terpadu dan berkelanjutan, dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Komisi IV DPR RI perlu melakukan pengawasan terhadap Program
Restorasi Gambut. Selain itu, dalam penyusunan RUU Sumber Daya Air, lahan
gambut dapat diusulkan sebagai alternatif sumber cadangan air bersih.
15 lahan gambut dimanfaatkan untuk tinggi dan dalam jumlah yang besar
pengembangan perkebunan kelapa karena dapat menyimpan air hingga
sawit (Noor, 2016: 29). Menurut 20 kali lipat dari berat keringnya
Agus, dkk. (2004) dalam Noor (2016: (Noor, 2016:113). Perannya sangat
29), penggunaan lahan gambut penting dalam hidrologi, seperti:
lainnya untuk sawah sekitar 355 mengendalikan banjir saat musim
ribu ha dan tanaman karet sekitar penghujan, mengeluarkan cadangan
408 ribu ha. Realita yang terjadi air saat kemarau panjang, dan
di Indonesia, lahan gambut yang menjamin pasokan air bersih
tidak memberikan manfaat ekonomi sepanjang tahun. Dengan kata lain,
secara langsung kepada masyarakat gambut dapat berfungsi sebagai
sekitar kemudian dikonversi untuk tandon air. Sifat hidrologis ini tidak
keperluan lain. dapat digantikan oleh jenis-jenis
Konversi lahan gambut untuk tanah lainnya, sehingga fungsi
keperluan lain, termasuk keperluan konservasinya sangat besar.
pertanian dan nonpertanian, Setiap meter kubik gambut
menyebabkan lahan gambut dapat menyimpan 850 liter air,
mengalami degradasi. Lahan sehingga setiap hektar gambut
gambut di Asia Tenggara, termasuk mampu menyimpan 88,6 juta liter air.
di Indonesia, mengalami laju Jika kebutuhan air setiap penduduk
kerusakan tertinggi. Kerusakan rata-rata 85 liter per hari, setiap
terbesar diakibatkan oleh konversi hektar gambut dengan ketebalan
lahan untuk perkebunan kelapa 1 meter mampu menyediakan
sawit dan pulp. air untuk 274 jiwa per tahun
(Notohadiprawiro (1996) dalam Noor
Lahan Gambut sebagai (2016:114). Seandainya cadangan air
Tandon Air di lahan gambut di Indonesia dengan
Dengan kelembaban yang luas +14 juta ha dikelola dengan baik,
tinggi, lahan gambut bermanfaat tentu dapat dimanfaatkan untuk
sebagai daerah resapan air, sumber mencukupi kebutuhan penyediaan
air, dan cadangan air. Lahan gambut air bersih di Indonesia.
memiliki kemampuan menjadi Fungsi hidrologis yang besar
daerah resapan air yang sangat dari gambut merupakan salah satu
pertimbangan konservasi terpenting dan mudah diaplikasikan serta
dalam upaya pemanfaatannya. direplikasi di sejumlah wilayah di
Lokasi lahan gambut di daerah Indonesia.
hulu akan sangat berpengaruh pada Dalam hubungannya dengan
konservasi hidrologi daerah aliran fungsi gambut sebagai tandon air,
di hilirnya, sedangkan lokasinya kunci utama dalam pengelolaan
dekat daerah estuari akan sangat lahan gambut adalah pengelolaan
diperlukan dalam menjaga intrusi air. Menurut Noor (2016: 116),
air laut dan menyerap kelebihan/ aspek ekologi lingkungan
limpasan air kiriman dari hulu atau dalam pengelolaan air di lahan
air pasang. gambut terdiri dari upaya untuk:
mempertahankan kecukupan air,
Pengelolaan Lahan Gambut mereduksi keracunan, memperbaiki
Sebagai upaya untuk drainase tanah, meredam gejolak
mengelola lahan gambut secara suhu dan kelembaban mikro, serta
menurunkan emisi gas rumah kaca.
16
tepat, telah dibentuk Badan Restorasi
Gambut (BRG), yang dituangkan Pengelolaan air di lahan
dalam Peraturan Presiden Nomor gambut pada dasarnya ialah
1 Tahun 2016 tentang Badan mengatur tinggi muka air pada
Restorasi Gambut. Melalui BRG saluran (surface water) dan tinggi
akan dilakukan Program Restorasi muka air tanah (ground water level).
Gambut seluas 2,4 juta ha pada 2016- Informasi dan teknologi tentang
2020 di tujuh provinsi, yaitu: Riau, pengelolaan air di lahan gambut
Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan telah dibuat dan dikembangkan oleh
Barat, Kalimantan Tengah, kelembagaan terkait, seperti: Badan
Kalimantan Selatan, dan Papua. Hal Penelitian dan Pengembangan
ini merupakan implementasi dari Pertanian Kementerian Pertanian,
Konvensi Ramsar yang menjadi Balai Rawa, serta Pusat Penelitian
komitmen negara untuk melindungi dan Pengembangan Sumber Daya
lahan basah dan pemanfaatan Air Kementerian Pekerjaan Umum.
sumber daya alam hayati di Pengelolaan lahan gambut
dalamnya. mempunyai kompleksitas tersendiri
Di samping itu, upaya dan melibatkan banyak pihak,
pemetaan lahan gambut secara antara lain: Kementerian Pertanian,
akurat terus dikembangkan. Pada Kementerian Pekerjaan Umum,
tahun 2017, BRG menambah Kementerian Lingkungan Hidup
pemetaan LiDAR atau pemetaan dan Kehutanan, dan Kementerian
berbasis sinar laser sebagai acuan Dalam Negeri. Penanganan
agar pekerjaan fisik penyekatan lahan harus dilakukan secara
kanal berjalan efektif. Pada 2 komprehensif dan perlu kerja
Februari 2018, Indonesian Peat sama/kolaborasi para pihak. Salah
Prize telah diberikan kepada satu hal yang penting dalam upaya
konsorsium peneliti gambut dari tersebut adalah perlunya pelibatan
Jerman, Belanda, dan Indonesia aktif masyarakat dalam pengelolaan
yang telah mengembangkan gambut melalui berbagai bentuk
teknologi pemetaan lahan gambut program; seperti program adaptasi
dengan metode yang murah, cepat, dan mitigasi perubahan iklim, baik
melalui program Desa Makmur faktor kunci terwujudnya sistem
Bebas Api, Desa Bebas Api, ataupun pengelolaan lahan gambut
Kampung Iklim. berkelanjutan. Pengelolaan
Lebih lanjut, sangat penting tersebut perlu melibatkan berbagai
untuk melakukan perubahan stakeholder dan institusi, serta
paradigma masyarakat sekitar lahan partisipasi masyarakat. Apabila
gambut yang masih menganggap ditinjau dari peran DPR-RI dalam
bahwa gambut tidak memiliki nilai fungsi pengawasan, Komisi IV
manfaat sehingga harus dikonversi. DPR-RI perlu terus melakukan
Adanya pola pikir seperti ini justru pengawasan terhadap Program
berpotensi menyebabkan berbagai Restorasi Gambut yang telah
kerusakan. Lembaga yang memiliki dilakukan oleh pemerintah. Selain
tanggung jawab di sektor kehutanan itu, dalam kaitannya lahan gambut
dan lingkungan hidup, dapat sebagai tandon air, DPR-RI yang
17 memberikan edukasi dan mencari
solusi bagi kesejahteraan masyarakat
saat ini tengah menyusun RUU
tentang Sumber Daya Air, dapat
sekitar lahan gambut, tanpa mempertimbangkan cadangan air
harus merusak lahan itu sendiri. di lahan gambut sebagai sumber air
Penegakan hukum wajib dilakukan bersih, di samping air permukaan
dengan tegas dan sesuai dengan dan air tanah.
Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2014 tentang Perlindungan Referensi
dan Pengelolaan Ekosistem Gambut. “Apa Lahan Basah itu,” https://
indonesia.wetlands.org/id/
Penutup wetlands/apa-lahan-basah-itu/,
Beberapa tahun ini lahan diakses 31 Januari 2018.
gambut sering mengalami “Hutan dan Lahan Gambut: Berbagai
kerusakan. Gangguan ekosistem Manfaat dan Jasa Lingkungan
di lahan itu dipicu oleh kegiatan yang Wajib Dilestarikan.”, http://
penebangan kayu, alih guna lahan tgc.lk.ipb.ac.id/2016/04/12/,
hutan menjadi lahan pertanian, diakses 31 Januari 2018.
perkebunan, dan permukiman yang Radjaguguk dan Bambang Setiadi.
disertai pembangunan jaringan (1991). “Lahan Gambut di
kanal drainase yang berlebihan. Indonesia,” dalam http://www.
Kerusakan gambut tersebut cifor.org/ipn-toolbox/wp-
berdampak pada berkurangnya content/ uploads/pdf/A1.pdf,
fungsinya sebagai penyokong diakses 1 Februari 2018.
biodiversity, keseimbangan hidrologis, Napitupulu, Sondang M., dan Bagus
dan cadangan karbon. Peringatan Mudiantoro. (2015). Pengelolaan
Hari Lahan Basah Sedunia yang Sumber Daya Air pada Lahan
diperingati tiap tahun dapat menjadi Gambut yang Berkelanjutan.
momen upaya pengelolaan dan Annual Civil Engineering
konservasi lahan gambut. Seminar 2015, Pekanbaru.
Dalam upaya menjaga neraca Noor, Muhammad. (2016). Debat
air di musim hujan maupun Gambut Ekonomi, Ekologi, Politik
kemarau, pengelolaan tata air dan Kebijakan. Yogyakarta: Gajah
di lahan gambut merupakan Mada University Press.
Paavilainen, Eero dan Juhani Päivänen. Subagjo. (1998). Wet Soil of Indonesia.
(1995). Peatland Forestry: Ecology In Kimble JM, ed. 1992. Makalah
and Principles. Berlin: Springer. dalam PRoc. Eight Int. Soil
“Pengelolaan Lahan Gambut: Correl Meeting (SCOM):
Permasalahan, Tantangan dan Characterisation, Clasification
Harapan”, http://fkt.ugm.ac.id/ and Utilization of Wet Soil,
id/kuliah-umum-pengelolaan- USDA, SCS, National Soil Survey
lahan-gambut-permasalahan- Center. Lincoln, NE. 248-259.
tantangan-dan-harapan/,
diakses 1 Februari 2018.
“Sejuta Harapan di Lahan Gambut,”
https://x.detik.com/detail/
intermeso/ 20171221/Sejuta-
Harapan-di-Lahan-Gambut/index.
php, diakses 6 Februari 2018. 18
Info Singkat
© 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang
http://puslit.dpr.go.id mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
ISSN 2088-2351 isi tulisan ini tanpa izin penerbit.
Pusat Penelitian BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK
Badan Keahlian DPR RI
Gd. Nusantara I Lt. 2
Jl. Jend. Gatot Subroto
Jakarta Pusat - 10270
c 5715409 d 5715245
m infosingkat@gmail.com KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS Vol. X, No. 03/I/Puslit/Februari/2018
Abstrak
Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan
Berusaha (Perpres 91/2017) merupakan instrumen pelaksanaan Paket Kebijakan
Ekonomi Jilid 16. Perpres ini mengamanatkan dibentuknya Satuan Tugas (Satgas)
di tingkat nasional, kementerian/lembaga, provinsi, dan kabupaten/kota serta
penerapan sistem perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik (one single
submission) pada tahun 2018. Namun, pemerintah daerah masih sangat lambat
dalam merespons kebijakan tersebut. Saat ini baru terbentuk 10 Satgas tingkat
provinsi dan 75 Satgas tingkat kabupaten/kota. Di lain pihak, keberhasilan Paket
Kebijakan Ekonomi Jilid 16 ini sangat membutuhkan dukungan pemerintah daerah,
khususnya kepala daerah. Kepala daerah memiliki berbagai atribut kewenangan
dalam rangka menarik investasi ke daerahnya. Selain itu, terbentuknya Satgas
baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota merupakan kewenangan dari
kepala daerah. Untuk memotivasi kepala daerah memperbaiki iklim investasi perlu
dilakukan upaya reward and punisment, di mana daerah yang sudah baik mendapat
tambahan transfer fiskal dan yang masih buruk mendapat penundaan dalam transfer
fiskalnya sampai kondisinya diperbaiki.
Info Singkat
© 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang
http://puslit.dpr.go.id mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
ISSN 2088-2351 isi tulisan ini tanpa izin penerbit.
Pusat Penelitian BIDANG PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
Badan Keahlian DPR RI
Gd. Nusantara I Lt. 2
Jl. Jend. Gatot Subroto
Jakarta Pusat - 10270
c 5715409 d 5715245
m infosingkat@gmail.com KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS Vol. X, No. 03/I/Puslit/Februari/2018
25 Abstrak
Wacana penunjukan perwira tinggi Polri aktif sebagai Pejabat (Pj) Gubernur menuai
polemik. Hal ini terkait usulan Kemendagri untuk mengisi jabatan gubernur yang
habis masa jabatannya sebelum terpilihnya gubernur baru hasil Pemilihan Kepala
Daerah (Pilkada) serentak nanti. Jika dilihat dari aspek regulasi terkait yaitu UU
Pilkada, UU ASN, dan UU Kepolisian, disebutkan bahwa yang dapat menduduki
jabatan sebagai Pj Gubernur yaitu jabatan pimpinan tinggi madya yang berasal
dari ASN, sedangkan anggota Polri yang aktif tidak dapat menduduki jabatan
di luar kepolisian dan harus netral dalam politik. Oleh karena itu, sebaiknya Pj
Gubernur bukan berasal dari unsur Polri, agar tidak melanggar ketentuan UU
terkait. Presiden yang berwenang menetapkan Pj Gubernur diharapkan dapat
memberikan keputusan yang terbaik dengan mempertimbangkan peraturan
perundang-undangan yang ada guna menjaga stabilitas politik menjelang Pilkada
serentak tahun ini.
Dewi Sendhikasari D.
dewi.sendhikasari@dpr.go.id
Info Singkat
© 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang
http://puslit.dpr.go.id mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
ISSN 2088-2351 isi tulisan ini tanpa izin penerbit.
PANDUAN PENULISAN INFO SINGKAT 2018
1. Artikel yang dimuat dalam Info Singkat merupakan hasil analisis terhadap
masalah aktual dan strategis, serta dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Anggota DPR RI di bidang legislasi,
anggaran, dan pengawasan.
2. Naskah dikirimkan kepada Redaksi pada Kamis minggu pertama dan Kamis minggu
ketiga paling lambat pada pukul 13.00 WIB.
3. Naskah ditulis dengan huruf Arial ukuran 12, spasi 1½, dicetak pada kertas A4
dengan margin atas 2,54 cm; bawah 2,54 cm; kiri 3,17 cm; dan kanan 3,17 cm.
4. Jumlah halaman naskah minimal 6,5 halaman dan maksimal 7 halaman. Jika terdapat
data pendukung (tabel, diagram, gambar, dan grafik) dalam naskah maka jumlah
halaman naskah minimal 6 halaman dan maksimal 6,5 halaman.
5. Artikel ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
6. Judul ditulis dengan huruf kapital.
7. Mencantumkan nama penulis, jabatan, bidang kepakaran, dan alamat e-mail pada
halaman pertama.
8. Sistematika penulisan: Judul, Nama Penulis, Abstrak, Pendahuluan, Isi (informasi/
isu aktual, data, analisis, alternatif kebijakan), Penutup (Simpulan dan/atau
Rekomendasi), dan Referensi.
9. Abstrak ditulis di bawah judul dan nama penulis dengan huruf Arial ukuran 11,
spasi 1, sebanyak 100 - 150 kata.
10. Sumber kutipan dari buku ditulis dalam bentuk catatan perut.
Contoh: (Harefa, 2016: 23)
11. Kutipan dari sumber lain seperti peraturan perundang-undangan, jurnal, makalah,
surat kabar, situs internet, dan lain-lain ditulis pada bagian Referensi.
12. Penulisan referensi diurutkan sesuai urutan abjad dengan tata cara seperti contoh
berikut: