UJI KUANTITATIF
17020012
K1
2018
1. Judul Praktikum
1.1. Penetapan Kadar Ca Secara Kompleksometri
1.2. Penetapan Kadar Ni Secara Gravimetri
1.3. Penetapan Kadar Fe Secara Spektrofotometri
1.4. Kalibrasi pH Meter
2. Tujuan
2.1. Menetapkan kadar Ca dalam sampel secara kompleksometri
2.2. Menetapkan kadar Ni secara gravimetri
2.3. Menetapkan kadar Fe dengan metode spektrofotometri dengan alat
spektrofotometer
2.4. Memahami prosedur kalibrasi pH meter dan cara kerja pH meter
3. Dasar Teori
3.1. Penetapan Kadar Ca Secara Kompleksometri
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formosi) kompleks atau ion kompleks yang
larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang bermaksud disini adalah kompleks
yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah katian, dengan sebuah anion atau
molekul netral.
Titrasi ini digunakan dalam estimasi garam logam. Etilen diamin asam tetra
setat (EDTA) adalah titran yang biasa digunakan membentuk stabel 1:1 komplek
dengan semua logam efektif. Logam alkali seperti natrium dan kalium. Logam
alkali tanah seperi kalsium dan magnesium bentuk kompleks yang stabil pada nilai
pH rendah dan dititrasi dalam ammonium klorida penyangga di pH= 10).
Hampir semua logam lainnya dapat secara akurat ditentukan oleh titrasi
kompleksometri. Kompleksometri memainkan peran penting dalam banyak kimia
dan biokimia. Banyak kation akan membentuk kompleks dalam larutan dengan
berbagai zat yang memiliki pasangan elektron baik terbagi (misalnya pada N, O, S
atom dalam molekul) mampu memuaskan bilang koordinasi pada logam. Ion
logam adalah asam lewis (elektron pasangan akseptor), komplexer adalah basa
lewis (donor pasangan elektron). Jumlah molekul zat pengompleks disebut ligan,
akan tergantung pada jumlah koordinasi logam dan pada jumlah kelompok
pengompleks pada molekul ligan. Asam yang paling banyak digunakan dalam
titrasi adala EDTA.
Kalsium merupakan unsur logam alkali tanah yang reaktif, mudah ditempa
dan dibentuk serta berwarna putih perak. Kalsium bereaksi dengan air dan
membentuk kalsium hidroksida dan hidrogen. Di alam kalsium ditemukan dalam
bentuk senyawa-senyawa seperti kalsium karbonat (CaCO3) dalam batu kalsit
pualam dan batu kapur, kalsium sulfat (CaSO4) dalam batu pualam putih atau
gypsum, kalsium fluorida (CaF2) dalam fluorit, serta kalsium fosfat (Ca3(PO4)2)
dalam batuan fosfat dan silikat. Kalsium bereaksi lambat dengan oksigen di udara
pada temperatur kamar tetapi terbakar hebat pada pemanasan. Kalsium terbakar
hanya menghasilkan oksidanya.
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah
ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua
nitrogen dan keempat gugus karboksilat atau disebut ligan multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang
mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen
penyumbang dalam molekul.
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur
atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri
meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera
diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat
dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur – unsur atau senyawa
yang dikandung dilakukan dengan berbagai cara, seperti: metode pengendapan;
metode penguapan; metode elektroanalisis; atau berbagai macam cara lainya.
Pada prakteknya 2 metode pertama adalah yang terpenting, metode gravimetri
memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji
dan bila perlu faktor – faktor pengoreksi dapat digunakan.
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan
yang paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya.
Analisis gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat
konstannya). Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis dipisahkan
dari sejumlah bahan yang dianalisis. Bagian terbesar analisis gravimetri
menyangkut perubahan unsur atau gugus senyawa yang dianalisis menjadi
senyawa lain yang murni dan mantap (stabil), sehingga dapat diketahui berat
tetapnya. Berat unsur atau gugus yang dianalisis selanjutnya dihitung dari rumus
senyawa serta berat atom penyusunnya.
Logam nikel adalah suatu logam yang berwarna putih perak, mempunyai
berat jenis 8,90 dengan titik leleh 1455°C dan titik lebur (boiling point) 2730°C,
termasuk nilai ekonomisnya mahal kira-kira 3 kali lipat nilai ekonomis (harga)
logam tembaga.
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol
Ni dan nomor atom 28. Bentuk struktur kristalnya FCC. dan juga bersifat magnetis.
Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek,
tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk
baja tahan karat yang keras.
Nikel memiliki sifat fisis mekanis yang baik sekali, yaitu tahan korosi, tahan
oksidasi, tahan pada temperatur tinggi, dapat membentuk larutan padat yang ulet,
kuat dan tahan korosi dengan banyak logam-logam lainnya. Nikel berwarna putih
keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi. Bersifat keras, mudah ditempa
sedikit ferromagnetis dan merupakan kondukktor yang agak baik terhadap panas
dan listrik. Nikel tergolong dalam group logam besi-kobal yang dapat
menghasilkan alloy yang sangat berharga.
Nikel sangat kuat dan memiliki sifat liat (ductile), nikel bersifat
ferromagnetic dan berberat jenis 8,9 gram/cm3. Nikel memiliki struktur Kristal kubik
pemusatan sisi (Fece-centred-cubic, FCC) dan lebur pada suhu 1455 derajar
selsius. Nikel sangat mudah dipadukan dengan unsur logam lain, sehingga nikel
sangat penting sebagai bahan paduan untuk ketahanan korosi dan panas.
Spektrofotometer ultraviolet
Spektrofotometer sinar tampak
Spektrofotometer infra merah
Spektrofotometer serapan atom
Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter kuantitas kimia, dapat
dilihat berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang dihasilkan. Akurasi
menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Untuk
menentukan tingkat akurasi perlu diketahui nilai sebenarnya dari parameter yang
diukur dan kemudian dapat diketahui seberapa besar tingkat akurasinya. Presisi
menunjukkan tingkat reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari
standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan
memberikan standar deviasi yang kecil dan bias yang rendah. Jika diinginkan hasil
pengukuran yang valid, maka perlu dilakukan pengulangan, misalnya dalam
penentuan nilai konsentrasi suatu zat dalam larutan larutan dilakukan
pengulangan sebanyak n kali. Ilmu yang mempelajari interaksi radiasi dengan
materi sedangkan spektrofotometri adalah pengukuran kuantitatif dari intensitas
radiasi elektromagnetik pada satu atau lebih panjanggelombang dengan suatu
transduser (detektor). Spektrofotometri adalah analisis kuantitatif yang paling
sering digunakan karena mempunyai sensitivitas yang baik yaitu 10-4 sampai 10-6.
Analisis jenis ini juga relatif selektif dan spesifik, ketepatannya cukup tinggi, relatif
sederhana, dan murah.
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia mulai dari yang bermanfaat
sampai dengan yang merusak. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe
dan nomor atom 26.
Besi diguakan sebagai katalis. Ion besi sebagai katalis pada reaksi ion
persulfat dan ion iodida. Besi merupakan sebuah contoh yang baik dalam hal
penggunaan senyawa logam transisi. Sebagai katalis karena kemampuan
senyawa logam transisi tersebut untuk mengubah tingkat oksidasi. Ion-ion yang
paling sederhana dalam larutan adalah:
Kedua-keduanya bersifat asam, tetapi besi (III) lebih kuat asamnya. Ion
hidroksida (katakanlah dari larutan natrium hidroksida) dapat menghilangkan ion
hirogen dari ligan air dan kemudian melekat pada ion besi. Setelah ion hidrogen
dihilangkan, akan diperoleh kompleks netral. Kompleks netral ini tidak larut dalam
air dan terbentuk endapan.
Besi sangat mudah dioksidasi pada kondisi yang bersifat basa. Oksigen di
udara mengoksidasi endapan besi (II) hidroksida menjadi besi (III) hidroksida.
Warna endapan yang menjadi gelap berasal dari efek yang sama. Amoinia dapat
berperan sebagai basa atau ligan. Pada kasus ini, amonia berperan sebagai basa,
menghilangkan ion hodrogen. Kejadian yang sama terjadi ketika menambahkan
larutan natrium hidroksida. Natrium kembali berubah warna yang menunjukkan
kompleks Fe (II) hidroksida teroksidasi oleh udara menjadi Fe(III) hidroksida. Jika
kamu menambahkan larutan natrium karbonat ke larutan yang mengandung
heksaaquobesi (III), dengan pasti akan diperoleh endapan seperti jika
ditambahkan larutan natrium hidroksida atau amonium hidroksida. Saat ini, ion
karbonatyang menghilangkan ion hidrogen dari ion heksaaquo dan menghasilkan
kompleks netral.
Besi dari larutan garam besi II, dapat diendapkan sebagai garam besi II
hidroksida, akan tetapi basa ini tidak mantap dan mudah teroksidasi menjadi besi
III hidroksida, sehingga bila dipijarkan tidak murni sebagai pengoksidasi dapat
digunakan asam nitrat, hydrogen peroksida atau air brom. pH pengendapan tidak
boleh terlalu tinggi untuk menghindari pengendapan hidroksida yang lain. Untuk
itu ditambahkan larutan amonium klorida sebagai buffer. Pengendapan dilakukan
pada suhu 70-80˚C.
pH = - log [H+]
Elektroda gelas terdiri dari tabung kaca yang kokoh yang tersambung
dengan gelembung kaca tipis yang. Didalamnya terdapat larutan KCl sebagai
buffer pH 7. Elektroda perak yang ujungnya merupakan perak kloride (AgCl2)
dihubungkan kedalam larutan tersebut. Untuk meminimalisir pengaruh electric
yang gak diinginkan, alat tersebut dilindungi oleh suatu lapisan kertas pelindung
yang biasanya terdapat dibagian dalam elektroda gelas.
Pengaduk NH4OH 6 N
Corong
Gelas ukur
6. Data Pengamatan
6.1. Penetapan Kadar Ca Secara Kompleksometri
Data Pengamatan:
= 1.040 mg/ L
= 1,04 g/ L
𝐴𝑟 𝑁𝑖 Ar Ni = 58,69
𝑓𝑘 = 𝑥 100%
𝑀𝑟 𝑁𝑖𝑆𝑂4 . 6𝐻2 𝑂
Mr NiSO4.6H2O = 262,85
Fk secara praktikum
Mr Ni2(C4H8N2O2)2 = 290,93
𝐴𝑟 𝑁𝑖
𝑥 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛
𝑀𝑟 𝑁𝑖2 (𝐶4 𝐻8 𝑁2 𝑂2 )2
𝑓𝑘 = 𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Ketelitian
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
𝑥 100%
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
Hasil Praktikum
Perhitungan
y = absorbansi sampel
0,1084x = 0,1211
x = 1,1172 ppm
0,1084x = 0,121
x = 1,1172 ppm
Grafik Spektrofotometri
0.8
y = 0.1084x + 0.0709
0.7
R² = 0.9897
0.6
ABSORBANSI
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6 7
KONSENTRASI
6.4. Kalibrasi pH Meter
6.4.1. Perhitungan secara Teoritis
HCl 0,1 N → 0,1 M [OH-] = √𝐾𝑏 . [𝑂𝐻 − ]
HCl → H+ + Cl-
= √10−5 . 0,1
0,1 0,1 0,1
= 10-3
+ -1
[H ] = 10
pOH =3
pH = - log [H+]
pH = 14 – 3
=1
= 11
NaOH 0,1 N → 0,1 M
NaOH → Na+ + OH-
H2C2O4 0,1 N → 0,2 M
0,1 0,1 0,1
H2C2O4 → 2H+ + C2O4-2
- -1
[OH ] = 10
0,2 0,4 0,2
pOH = - log [OH-]
[H+] = √𝐾𝑎 . [𝐻 + ]
=1
= √5,4.10−5 . 0,1
pH = 14 – 1
= 13 = 2,3 x 10-3
Pada awal campuran sampel dan DMG, larutan berubah warna menjadi
merah bata. Ketika dilakukan penambahan NH4OH kedalam larutan, NH4OH ini
berfungsi untuk menetralkan dan membasakan larutan karena Ni(HDMG) 2
mengendap sempurna dalam suasana basa. Tapi NH4OH yang sangat berlebih
dapat memperlambat pengendapan sehingga tetes demi tetes NH4OH
ditambahkan kedalam sample sambil diaduk dan langsung dari ujung pipet
kedalam larutan, tidak melalui dinding gelas kimia untuk menghindari naiknya
endapan Ni(HDMG)2 melalui dinding gelas kimia. Selain itu juga agar pH larutan
berubah secara perlahan sehingga pembentukan endapan berlangsung secara
perlahan dan dihasilkan endapan yang besar-besar terbentuk endapan merah.
Endapan itulah hasil reaksi DMG dan Nikel yaitu Ni(HDMG)2. Penambahan
NH4OH dilakukan secara kualitatif hingga tidak terbentuk endapan merah ketika
bereaksi dengan larutan dan semua ion Ni2+ sudah bereaksi dengan DMG.
Pada analisis besi ini, larutan dibuat berwarna dengan mengoksidasi Fe2+
menjadi Fe3+ karena penambahan HNO3, ion Fe3+ dari sampel dan ion Fe3+ dari
hasil oksidasi dari Fe2+ akan diukur konsentrasinya. Ion-ion Fe3+ ini membentuk
senyawa kompleks dengan KSCN, sehingga konsentrasi Fe total dapat terukur.
Penentuan konsentrasi besi dari sampel dapat ditentukan dengan
menginterpolasikan kedalam kurva kalibrasi besi.
Pada pengerjaan awal, dibuat terlebih dahulu membuat larutan variasi. Dari
larutan induk 100 ppm ini dibuat larutan deret standar 2,4,6,8, 10, dan 12 ppm.
Setelah pemipetan larutan induk, kemudian larutan ditambahkan larutan HNO3.
Penambahan HNO3 ini adalah untuk membuat suasana asam serta untuk
mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ sehingga Fe total dapat dihitung.
Fe2+ → Fe3+ + é
Reaksinya dengan zat yang dianalisis yaitu besi(Fe) selektif dan sensitif yaitu
membentuk kompleks besi (III) tiosianat yang berwarna merah bata.
Warna yang ditimbulkan yaitu merah bata, stabil untuk jangka waktu yang
lama, sehingga serapannya tidak berubah-ubah hingga akhir analisis.
Tidak membentuk warna dengan zat-zat lain yaitu ion H+, Cl– dan NO3– yang
ada dalam larutan.
8. Kesimpulan
8.1. Berdasarkan hasil praktikum uji kadar Ca secara kompleksometri,
didapatkan kadar Ca dalam larutan sampel A yaitu 1,04 g/L
8.2. Berdasarkan hasil praktikum uji kadar Ni secara gravimetri, didapatkan
kadar Ni dari bobot sampel NiSO4.6H2O 0,25 gram adalah 22% dengan
ketelitian 98%
8.3. Berdasarkan hasil praktikum uji kadar Fe secara spektrofotometri,
didapatkan konsentrasi contoh uji Fe2+ pada larutan contoh B adalah 55,86
ppm
8.4. Berdasarkan hasil uji praktikum kalibrasi pH, didapatkan pH larutan secara
teori dan praktikum:
Secara Teori: Secara Praktikum
HCl 0,1 N =1 HCl 0,1 N = 1,297
NaOH 0,1 N = 13 NaOH 0,1 N = 9,875
NH4OH 0,1 N = 11 NH4OH 0,1 N = 10,035
H2C2O4 0,1 N = 2,7 H2C2O4 0,1 N = 1,728
9. Daftar Pustaka
Christian, Gary. D. 2004. Analytical Chemistry. University of Washington.
United States of America.
Eka. 2007. Metode Analisa Kimia-Spektrofotometri. Gramedia: Jakarta.
Gandjar, Ibnu G. dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Khopar, 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Mathias, Ahmad. 2005. Spektrofotometri. Exacta: Solo.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 1992. Spektroskopi Inframerah. Yogyakarta:
Liberty Yogyakarta.
Sodiq, I.M. 2005. Kimia Analitik I. Universitas Negri Malang. Malang.
Sutopo. 2006. Kimia Analisa. Exacta: Solo.
Underwood, dkk. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Watson, David. 2000. Pharmaceutical Analysis A Textbook For Pharmacy
Students and Pharmaceutical Chemist. University of Strathclyde. Glasgow UK