Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA

UJI KUANTITATIF

ANNISA FITRI RAHMAWATI

17020012

K1

DOSEN : OCTIANNE D., M.T.

ASISTEN : R. TIARA P., M.Pd.

LESTARI W., S.Pd

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2018
1. Judul Praktikum
1.1. Penetapan Kadar Ca Secara Kompleksometri
1.2. Penetapan Kadar Ni Secara Gravimetri
1.3. Penetapan Kadar Fe Secara Spektrofotometri
1.4. Kalibrasi pH Meter

2. Tujuan
2.1. Menetapkan kadar Ca dalam sampel secara kompleksometri
2.2. Menetapkan kadar Ni secara gravimetri
2.3. Menetapkan kadar Fe dengan metode spektrofotometri dengan alat
spektrofotometer
2.4. Memahami prosedur kalibrasi pH meter dan cara kerja pH meter

3. Dasar Teori
3.1. Penetapan Kadar Ca Secara Kompleksometri

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling


mengkompleks, sehingga dapat membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu penggantian
yang cukup luas tentang kompleks. Sekalipun disini pertama-tama akan ditetapkan
pada titrasi.

Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formosi) kompleks atau ion kompleks yang
larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang bermaksud disini adalah kompleks
yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah katian, dengan sebuah anion atau
molekul netral.

Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan


sejumlah besar ion logam, sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.
Dalam larutan yang sedikit asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa
pematahan sempurna kompleks logam yang menghasilkan secara spesies seperi
CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka
titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam
larutan tersebut.

Titrasi kompleksometri yang berdasarkan pembentukan persenyawaan


kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya
dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks,
sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.

Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan


tinggi, selain titrasi kompleksometri yang dikenal sebagai kelartometri seperti yang
menyambut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan
(polidentat). Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH= 10
EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakaan indikator yang
juga bertindak sebagai pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut
indikator metalokromat.

Kelebihan titrasi kompleksometri adalah EDTA stabil, mudah larut dan


menunjukkan komposisi kimiawi yang tertantu. Selektivitas kompleks dapat diatur
dengan penegendalian pH misal pada magnesium, krom, kalsium dapat di titrasi
pada pH = 11. Etilen diamin asetat (EDTA) sebagai garam natrium sendii
merupakan standar primer sehingga tidak perlu standarisasi lebih lanjut. Kompleks
yang mudah larut dalam air ditemukan.

Kestabilan kompleks-kompleks logam EDTA dapat diubah dengan


mengubah pH dan adanya zat-zat pengompleks lain. Maka tetapan kestabilan
kompleks EDTA akan berbeda dari nilai yang dicatat pada suatu pH tertentu.
Larutan air EDTA akan memiliki nilai yang berbeda dari nilai yang telah dicatat.
Kondisi baru ini dinamakan tetapan kestabilan nampak atau tetapan kestabilan
menurut kondisi.

Analisa kadar kalsium dapat dilakukan dengan metode kompleksomtri.


Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks antara kation dengan zat pembentukan ompleks yang banyak digunakan
dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilen diamin tetraasetat
(dinatrium EDTA).

Titrasi ini digunakan dalam estimasi garam logam. Etilen diamin asam tetra
setat (EDTA) adalah titran yang biasa digunakan membentuk stabel 1:1 komplek
dengan semua logam efektif. Logam alkali seperti natrium dan kalium. Logam
alkali tanah seperi kalsium dan magnesium bentuk kompleks yang stabil pada nilai
pH rendah dan dititrasi dalam ammonium klorida penyangga di pH= 10).

Titrasi kompleksometri berguna untuk menentukan sejumlah besar logam.


Selektivitas dapat dicapai dengan penggunaan yang tepat dari agen (penambah
agar pengompleks lainnya adalah asam lemah dan basa lemah yang
kestimbangan, dan pengaruh pH pada kstimbangan ini. Kami menjelaskan titrasi
ion logam dengan zat pengompleks sangat berguna yaitu EDTA, faktor-faktor yang
mempengaruhi mereka, dan indikator untuk titrasi. Titrasi EDTA pada kalsium
ditambah magnesium umumnya digunakan untuk memerlukan kesadahan air.

Hampir semua logam lainnya dapat secara akurat ditentukan oleh titrasi
kompleksometri. Kompleksometri memainkan peran penting dalam banyak kimia
dan biokimia. Banyak kation akan membentuk kompleks dalam larutan dengan
berbagai zat yang memiliki pasangan elektron baik terbagi (misalnya pada N, O, S
atom dalam molekul) mampu memuaskan bilang koordinasi pada logam. Ion
logam adalah asam lewis (elektron pasangan akseptor), komplexer adalah basa
lewis (donor pasangan elektron). Jumlah molekul zat pengompleks disebut ligan,
akan tergantung pada jumlah koordinasi logam dan pada jumlah kelompok
pengompleks pada molekul ligan. Asam yang paling banyak digunakan dalam
titrasi adala EDTA.

Titrasi kompleksometri adalah penetapan kadar zat yang berdasarkan atas


pembentukan senyawa kompleks yang larut, yang berawal dari reaksi antara ion
logam/kation (komponen zat uji) dengan zat pembentuk kompleks sebagai ligan
(fentiker). EBT merupakan asam lemah tidak stabil dalam air karena senyawa
organik ini merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi sempurna dalam
air dan mempunyai 2 gugus fenol yang terdisosiasil lambat dalam air.

Kalsium merupakan unsur logam alkali tanah yang reaktif, mudah ditempa
dan dibentuk serta berwarna putih perak. Kalsium bereaksi dengan air dan
membentuk kalsium hidroksida dan hidrogen. Di alam kalsium ditemukan dalam
bentuk senyawa-senyawa seperti kalsium karbonat (CaCO3) dalam batu kalsit
pualam dan batu kapur, kalsium sulfat (CaSO4) dalam batu pualam putih atau
gypsum, kalsium fluorida (CaF2) dalam fluorit, serta kalsium fosfat (Ca3(PO4)2)
dalam batuan fosfat dan silikat. Kalsium bereaksi lambat dengan oksigen di udara
pada temperatur kamar tetapi terbakar hebat pada pemanasan. Kalsium terbakar
hanya menghasilkan oksidanya.

Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah
ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua
nitrogen dan keempat gugus karboksilat atau disebut ligan multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang
mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen
penyumbang dalam molekul.

Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan


sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.
Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa
pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY.
Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi
dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan
tersebut.

3.2. Penetapan Kadar Ni Secara Gravimetri

Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur
atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri
meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera
diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat
dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur – unsur atau senyawa
yang dikandung dilakukan dengan berbagai cara, seperti: metode pengendapan;
metode penguapan; metode elektroanalisis; atau berbagai macam cara lainya.
Pada prakteknya 2 metode pertama adalah yang terpenting, metode gravimetri
memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji
dan bila perlu faktor – faktor pengoreksi dapat digunakan.

Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan
yang paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya.
Analisis gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat
konstannya). Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis dipisahkan
dari sejumlah bahan yang dianalisis. Bagian terbesar analisis gravimetri
menyangkut perubahan unsur atau gugus senyawa yang dianalisis menjadi
senyawa lain yang murni dan mantap (stabil), sehingga dapat diketahui berat
tetapnya. Berat unsur atau gugus yang dianalisis selanjutnya dihitung dari rumus
senyawa serta berat atom penyusunnya.

Metoda gravimetri adalah suatu metoda analisis secara kuantitatif yang


berdasarkan pada prinsip penimbangan. Analisis gravimetri digunakan pada
beberapa bidang diantaranya untuk mengetahui suatu spesies senyawa dan
kandungan-kandungan unsure tertentu/molekul dari suatu senyawa murni yang
diketahui berdasarkan pada perubahan berat. Analisis kandungan air didalam
uranium oksida dengan metoda gravimetri (ASTM C-696) menggunakan alat
microprocessor oven. Air terserap secara fisika oleh suatu bahan padat dan bukan
membentuk ikatan kimia dalam suatu bahan dapat dilepaskan lagi dengan cara
membentuk uap. Pelepasan air ini sangat tergantung pada suhu dan waktu.

Metode pembebasan gas atau penguapan pada hakekatnya bergantung


pada penghilangan basa penyusun kontituen yang mudah menguap (Atsiri). Ini
dapat dicapai dengan beberapa cara : dengan cara pemijaran sederhana dalam
udara atau aliran suatu gas yang tak bereaksi dengan pengelola dengan beberapa
regensia kimia dimana bahan penyususun yang dikehendaki dijadikan mudah
menguap dan dengan pengelolaan dengan suatu regensia kimia dimana bahan
penyusun dikehendaki tak mudah menguap ini dapat diabsorbsi (diserap) dalam
sejumlah medium yang telah ditimbang bila penafsiran ini adalah penafsiran
langsung atau bobot residu tertinggal setelah suatu komponen dijadikan mudah
menguap ditetapkan dan diproposi bahan penyusun itu dihitung dari bobot.

Penetapan kadar air tanah dapat dilakukan secara langsung melalui


pengukuran perbedaan berat tanah (disebut metode gravimetri) dan secara tidak
langsung melalui pengukuran sifat-sifat lain yang behubungan erat. Metode
gravimetri merupakan metode standar yang memiliki akurasi yang sangat tinggi.
Namun metode ini harus dilakukan dilaboratorium sehingga penerapannya sangat
membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak untuk mendapatkan satu nilai
kadar. Kebutuhan akan metode pengukuran tidak langsung menjadi sangat
mendesak sebab banyaknya waktu dan tenaga yang dibutuhkan metode
gravimetri.

Zat ini mempunyai ion yang sejenis dengan endapan primernya.


Postpresipitasi dan kopresipitasi merupakan dua penomena yang berbeda.
Sebagai contoh pada postpresipitasi, semakin lama waktunya maka kontaminasi
bertambah, sedangkan pada kopresipitasisebaliknya. Kontaminasi bertambah
akibat pengadukan larutan hanya pada postpresipitasi tetapi tidak pada
kopresipitasi.

Logam nikel adalah suatu logam yang berwarna putih perak, mempunyai
berat jenis 8,90 dengan titik leleh 1455°C dan titik lebur (boiling point) 2730°C,
termasuk nilai ekonomisnya mahal kira-kira 3 kali lipat nilai ekonomis (harga)
logam tembaga.

Nikel biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam


batuan ultrabasa seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat
dua jenis endapan nikel yang bersifat komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi
residual silika dan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta sebagai
endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan
kalkopirit.

Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol
Ni dan nomor atom 28. Bentuk struktur kristalnya FCC. dan juga bersifat magnetis.
Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek,
tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk
baja tahan karat yang keras.

Nikel memiliki sifat fisis mekanis yang baik sekali, yaitu tahan korosi, tahan
oksidasi, tahan pada temperatur tinggi, dapat membentuk larutan padat yang ulet,
kuat dan tahan korosi dengan banyak logam-logam lainnya. Nikel berwarna putih
keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi. Bersifat keras, mudah ditempa
sedikit ferromagnetis dan merupakan kondukktor yang agak baik terhadap panas
dan listrik. Nikel tergolong dalam group logam besi-kobal yang dapat
menghasilkan alloy yang sangat berharga.

Nikel sangat kuat dan memiliki sifat liat (ductile), nikel bersifat
ferromagnetic dan berberat jenis 8,9 gram/cm3. Nikel memiliki struktur Kristal kubik
pemusatan sisi (Fece-centred-cubic, FCC) dan lebur pada suhu 1455 derajar
selsius. Nikel sangat mudah dipadukan dengan unsur logam lain, sehingga nikel
sangat penting sebagai bahan paduan untuk ketahanan korosi dan panas.

Adapun sifat-sifat dari dimetilglioksim adalah:

 Berupa bubuk kristal


 Berwarna merah darah
 Mempunyai titik leleh 250 ˚C
 Merupakan Kristal trinidit dari alkali dan air.
 Tidak larut dalam air, asam asetat, ammonia, dan asam mineral
 Mendekati sol dalam alkohol
 Berat molekul 288,94 g/mol

3.3. Penetapan Kadar Fe Secara Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur


konsentrasi suatu senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut
mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya. Spektrofotometri adalah alat yang terdiri
dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Istilah
spektrofotometri berhubungan dengan pengukuran energi radiasi yang diserap
oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi maupun
pengukuran panjang absorpsi terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu.

Secara umum spektrofotometri dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

 Spektrofotometer ultraviolet
 Spektrofotometer sinar tampak
 Spektrofotometer infra merah
 Spektrofotometer serapan atom

Spektrum elektromagnetik terdiri dari urutan gelombang dengan sifat-sifat


yang berbeda. Kawasan gelombang penting di dalam penelitian biokimia adalah
ultra lembayung (UV, 180-350 nm) dan tampak (VIS, 350-800 nm). Cahaya di
dalam kawasan ini mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron
valensi di dalam molekul tersebut.

Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional atau


gugus kromofor yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi
rendah. Tiga jenis elektron yang terlibat adalah sigma, phi, dan elektron bebas.
Kromofor-kromofor organik seperto karbonil, alkena, azo, nitrat, dan karboksil
mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang
maksimumnya dapat berubah sesuai dengan pelarut yang digunakan. Auksokrom
adalah gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas nseperti hidroksil,
metoksi, dan amina. Terkaitnya gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran
pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar dan disertai dengan
peningkatan intensitas. Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi
dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah cahaya ditangkap dan
kemungkinan kedua adalah cahaya discattering. Bila energi dari cahaya (foton)
harus sesuai dengan perbedaan energi dasar dan energi eksitasi dari molekul
tersebut. Proses inilah yang menjadi dasar pengukuran absorbansi dalam
spektrofotometer.

Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya


monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet
(tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap
oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar
pembaca.

Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter kuantitas kimia, dapat
dilihat berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang dihasilkan. Akurasi
menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Untuk
menentukan tingkat akurasi perlu diketahui nilai sebenarnya dari parameter yang
diukur dan kemudian dapat diketahui seberapa besar tingkat akurasinya. Presisi
menunjukkan tingkat reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari
standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan
memberikan standar deviasi yang kecil dan bias yang rendah. Jika diinginkan hasil
pengukuran yang valid, maka perlu dilakukan pengulangan, misalnya dalam
penentuan nilai konsentrasi suatu zat dalam larutan larutan dilakukan
pengulangan sebanyak n kali. Ilmu yang mempelajari interaksi radiasi dengan
materi sedangkan spektrofotometri adalah pengukuran kuantitatif dari intensitas
radiasi elektromagnetik pada satu atau lebih panjanggelombang dengan suatu
transduser (detektor). Spektrofotometri adalah analisis kuantitatif yang paling
sering digunakan karena mempunyai sensitivitas yang baik yaitu 10-4 sampai 10-6.
Analisis jenis ini juga relatif selektif dan spesifik, ketepatannya cukup tinggi, relatif
sederhana, dan murah.

Spektofotometri adalah metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk


menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang
didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang
digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang
dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi
dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron
valensi.

Interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi


elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan
sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun
spektroskopi emisi. Interaksi antara materi dengan cahaya disini adalah terjadi
penyerapan cahaya, baik cahaya Uv, Vis maupun Ir oleh materi sehingga
spektrofotometri disebut juga sebagai spektroskopi absorbsi.

Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia mulai dari yang bermanfaat
sampai dengan yang merusak. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe
dan nomor atom 26.

Besi diguakan sebagai katalis. Ion besi sebagai katalis pada reaksi ion
persulfat dan ion iodida. Besi merupakan sebuah contoh yang baik dalam hal
penggunaan senyawa logam transisi. Sebagai katalis karena kemampuan
senyawa logam transisi tersebut untuk mengubah tingkat oksidasi. Ion-ion yang
paling sederhana dalam larutan adalah:

[Fe(H2O)6]2+ dan [Fe(H2O)6]3+

Kedua-keduanya bersifat asam, tetapi besi (III) lebih kuat asamnya. Ion
hidroksida (katakanlah dari larutan natrium hidroksida) dapat menghilangkan ion
hirogen dari ligan air dan kemudian melekat pada ion besi. Setelah ion hidrogen
dihilangkan, akan diperoleh kompleks netral. Kompleks netral ini tidak larut dalam
air dan terbentuk endapan.

Besi sangat mudah dioksidasi pada kondisi yang bersifat basa. Oksigen di
udara mengoksidasi endapan besi (II) hidroksida menjadi besi (III) hidroksida.
Warna endapan yang menjadi gelap berasal dari efek yang sama. Amoinia dapat
berperan sebagai basa atau ligan. Pada kasus ini, amonia berperan sebagai basa,
menghilangkan ion hodrogen. Kejadian yang sama terjadi ketika menambahkan
larutan natrium hidroksida. Natrium kembali berubah warna yang menunjukkan
kompleks Fe (II) hidroksida teroksidasi oleh udara menjadi Fe(III) hidroksida. Jika
kamu menambahkan larutan natrium karbonat ke larutan yang mengandung
heksaaquobesi (III), dengan pasti akan diperoleh endapan seperti jika
ditambahkan larutan natrium hidroksida atau amonium hidroksida. Saat ini, ion
karbonatyang menghilangkan ion hidrogen dari ion heksaaquo dan menghasilkan
kompleks netral.

Besi dari larutan garam besi II, dapat diendapkan sebagai garam besi II
hidroksida, akan tetapi basa ini tidak mantap dan mudah teroksidasi menjadi besi
III hidroksida, sehingga bila dipijarkan tidak murni sebagai pengoksidasi dapat
digunakan asam nitrat, hydrogen peroksida atau air brom. pH pengendapan tidak
boleh terlalu tinggi untuk menghindari pengendapan hidroksida yang lain. Untuk
itu ditambahkan larutan amonium klorida sebagai buffer. Pengendapan dilakukan
pada suhu 70-80˚C.

3.4. Kalibrasi PH Meter

pH adalah suatu satuan ukur yang menguraikan derajat tingkat kadar


keasaman atau kadar alkali dari suatu larutan. Unit pH diukur pada skala 0 sampai
14. Istilah pH berasal dari “p” lambang matematika dari negatif logaritma, dan “H”
lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Definisi yang formal tentang pH adalah
negatif logaritma dari aktivitas ion Hidrogen. Yang dapat dinyatakan dengan
persamaan:

pH = - log [H+]

pH dibentuk dari informasi kuantitatif yang dinyatakan oleh tingkat


keasaman atau basa yang berkaitan dengan aktivitas ion Hidrogen. Jika
konsentrasi [H+] lebih besar daripada [OH-], maka material tersebut bersifat asam,
yaitu nilai pH kurang dari 7. Jika konsentrasi [OH-] lebih besar daripada [H+], maka
material tersebut bersifat basa, yaitu dengan nilai pH lebih dari 7.

Pengukuran pH secara kasar dapat menggunakan kertas indicator pH


dengan mengamati perubahan warna pada level pH yang bervariasi. Indicator ini
mempunyai keterbatasan pada tingkat akurasi pengukuran dan dapat terjadi
kesalahan pembacaan warna yang disebabkan larutan sampel yang berwarna
ataupun keruh.

Pengukuran pH yang lebih akurat biasa dilakukan dengan menggunakan


pH meter. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda
pengukuran pH, elektroda referensi, dan alat pengukur impedansi tinggi.

Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial


elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas
(membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar
elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari
gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif
kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari
ion hidrogen atau diistilahkan dengan potential of hidrogen. Untuk melengkapi
sirkuit elektrik dibutuhkan suatu elektroda pembanding. Sebagai catatan, alat
tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur tegangan.

pH meter akan mengukur potensial listrik (pada gambar alirannya searah


jarum jam) antara merkuri Cloride (HgCl) pada elektroda pembanding dan
potassium chloride (KCl) yang merupakan larutan didalam gelas electrode serta
potensial antara larutan dan elektroda perak. Tetapi potensial antara sampel yang
tidak diketahui dengan elektroda gelas dapat berubah tergantung sampelnya, oleh
karena itu perlu dilakukan kalibrasi dengan menggunkan larutan yang equivalen
yang lainya untuk menetapkan nilai dari pH.

Elektroda pembanding calomel terdiri dari tabung gelas yang berisi


potassium kloride (KCl) yang merupakan elektrolit yang mana terjadi kontak
dengan mercuri chloride (HgCl) diujung larutan KCl. Tabung gelas ini mudah
pecah sehingga untuk menghubungkannya digunakan keramik berpori atau bahan
sejenisnya. Elektroda semacam ini tidak mudah terkontaminasi oleh logam dan
unsur natrium.

Elektroda gelas terdiri dari tabung kaca yang kokoh yang tersambung
dengan gelembung kaca tipis yang. Didalamnya terdapat larutan KCl sebagai
buffer pH 7. Elektroda perak yang ujungnya merupakan perak kloride (AgCl2)
dihubungkan kedalam larutan tersebut. Untuk meminimalisir pengaruh electric
yang gak diinginkan, alat tersebut dilindungi oleh suatu lapisan kertas pelindung
yang biasanya terdapat dibagian dalam elektroda gelas.

Pada kebanyakan pH meter modern sudah dilengkapi dengan thermistor


temperature yaitu suatu alat untuk mengkoreksi pengaruh temperature. Antara
elektroda pembanding dengan elektroda gelas sudah disusun dalam satu
kesatuan.

4. Alat dan Bahan


4.1. Penetapan Kadar Ca Secara Kompleksometri
Alat: Bahan:
 Buret dan statif
 Aquades
 Filler
 Larutan sampel A
 Pipet gondok 10 & 25
 Larutan NaOH 4 N
mL
 Larutan KCN 5%
 Gelas kimia
 Morexin bubuk
 Erlenmeyer
 EDTA 0,02 N
 Labu ukur
4.2. Penetapan Kadar Ni Secara Gravimetri
Alat:
 Oven
Bahan:
 Kaca masir
 Neraca analitik  NiSO4.6H2O serbuk

 Penangas  Larutan DMG 1%

 Piala gelas 100 mL  Aquades panas

 Pengaduk  NH4OH 6 N

 Corong
 Gelas ukur

4.3. Penetapan Kadar Fe Secara Spektrofotometri


Alat: Bahan:
 Rak tabung
 Larutan standar Fe2+
 Tabung cuvet
0,01 mg/L
 Labu ukur 100 mL
 Larutan contoh Fe
 Pipet ukur
 Larutan KCNS
 Botol semprot
 Larutan HNO3 4 N
 Pipet tetes
 Aquades
4.4. Kalibrasi PH Meter
Alat:
 Larutan buffer pH 4, 7,
dan 10
 Contoh uji:
 Lar. NaOH 0,1 N Bahan:
 Lar. HCl 0,1 N
 pH meter
 Lar. NH4OH 0,1 N
 Gelas kimia
 Lar. H2C2O4 0,1 N
 Aquades
5. Cara Kerja
5.1. Penetapan Kadar Ca Secara Kompleksometri
1) Buret diisi dengan menggunakan EDTA
2) Dipipet tepat 25 mL larutan sampel A
3) Dimasukkan ke dalam labu ukur ditambah aquades sampai garis tera,
dihomogenkan
4) Dipipet tepat 10 mL larutan yang telah homogen, ditambah NaOH 4 N 1 mL
5) Ditambahkan KCN 5% 2 mL
6) Ditambahkan murexin sampai berwarna merah
7) Dititar dengan EDTA sampai larutan berwarna ungu
5.2. Penetapan Kadar Ni Secara Gravimetri
1) Ditimbang NiSO4.6H2O 0,25 g – 1 g
2) Disiapkan bobot tetap untuk kaca masir, kaca masir dioven 1 jam lalu
dimasukkan ke desikator selama 15 menit kemudian ditimbang di neraca
analitik
3) NiSO4.6H2O dilarutkan dengan 50 mL aquades panas
4) Disiapkan penangas 90˚C
5) Ditambahkan 25 mL DMG 1% dan NH4OH 6 N sampai berbau ammonia
(dimasukkan sedikit demi sedikit sambal diaduk)
6) Larutan dinaptuangkan
7) Endapan dioven selama 1 jam (atau sampai kering), lalu dimasukkan ke
desikator selama 15 menit
8) Ditimbang bobot tetap endapan.
5.3. Penetapan Kadar Fe Secara Spektrofotometri
1) Dihitung volume larutan standar yang dibutuhkan sesuai variasi konsentrasi
yang dibutuhkan
2) Dipipet larutan standar sesuai perhitungan ke dalam labu ukur 50 mL
3) Ditambahkan 5 mL HNO3 4 N, 5 mL KCNS, diencerkan sampai tanda garis
4) Dikocok 12 kali sampai larutan homogen
5) Dimasukkan ke tabing cuvet, diukur pada spektrofotometer pada panjang
gelombang 450 – 550 nm selang 10 nm
6) Diukur nilai A dan %T pada spektrofotometer pada panjang gelombang
maksimum
7) Nilai abrorbansi divlotkan ke grafik
5.4. Kalibrasi PH Meter
5.4.1. Kalibrasi pH Ct 1 – Tech Buffer
1) Cal → Ct 1
2) Ent →
5.4.2. Asidimetry Buffer Two Point Calibration
1) Cal → CA 1
2) Ent → keluar angka
3) Up / Down → sesuaikan nilai buffer
4) Ent → auto read & Cal muncul di layer
5) Ent
6) Up / Down
7) Ent → auto read & Cal muncul di layer s/d berhenti atau hilang dari layer
8) Ent → slope keluar Ent → mode pengukuran

6. Data Pengamatan
6.1. Penetapan Kadar Ca Secara Kompleksometri

Data Pengamatan:

 EDTA tidak berwarna dan tidak berbau


 Sampel Ca (A) tidak berwarna dan tidak berbau
 Larutan encer tidak berwarna dan tidak berbau
 NaOH 4 N tidak berwarna
 Saat ditambahkan NaOH 4 N, larutan menjadi keruh
 KCN tidak berwarna
 Murexin bubuk berwarna ungu tua
 Larutan menjadi merah muda saat ditambahkan murexin
 Dibutuhkan 6,5 mL EDTA (titrasi I) / 6,5 mL EDTA (titrasi II) untuk mencapai
titik akhir
Perhitungan:

mL titrasi I : 6,5 mL 1000 100


𝑃= 𝑥 = 400
10 25
mL titrasi II : 6,5 mL

Rata-rata titrasi : 6,5 mL

Kadar (g/ L) = mLtitrasi x NEDTAx BACa x P

= 6,5 x 0,01 x 40 x 400

= 1.040 mg/ L

= 1,04 g/ L

6.2. Penetapan Kadar Ni Secara Gravimetri


 Fk (faktor kimia) secara teoritis

𝐴𝑟 𝑁𝑖 Ar Ni = 58,69
𝑓𝑘 = 𝑥 100%
𝑀𝑟 𝑁𝑖𝑆𝑂4 . 6𝐻2 𝑂
Mr NiSO4.6H2O = 262,85
 Fk secara praktikum
Mr Ni2(C4H8N2O2)2 = 290,93
𝐴𝑟 𝑁𝑖
𝑥 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛
𝑀𝑟 𝑁𝑖2 (𝐶4 𝐻8 𝑁2 𝑂2 )2
𝑓𝑘 = 𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

 Ketelitian

𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
𝑥 100%
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

Hasil Praktikum

 Fk secara teoritis 58,69


290,93 𝑥0,226
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁𝑖 = 𝑥100%
58,69 0,2501
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁𝑖 = 𝑥 100%
262,85 = 22%
= 22,33%
 Ketelitian
 Fk secara praktikum
22
𝑥 100% = 98%
22,33
6.3. Penetapan Kadar Fe Secara Spektrofotometri

Perhitungan

1) V1.C1 = V2.C2 4) V1.C1 = V2.C2


V1.100 = 50.2 V1.100 = 50.8
V1 = 100/100 V1 = 400/100
= 1 mL = 4 mL
2) V1.C1 = V2.C2 5) V1.C1 = V2.C2
V1.100 = 50.4 V1.100 = 50.10
V1 = 200/100 V1 = 500/100
= 2 mL = 5 mL
3) V1.C1 = V2.C2 6) V1.C1 = V2.C2
V1.100 = 50.6 V1.100 = 50.12
V1 = 300/100 V1 = 600/100
= 3 mL = 6 mL

6.3.1. Cara Regresi Linier

No y1 (absorbansi) x1 (ppm) (x1)2 x1.y1


1 0,173 1 1 0,173
2 0,273 2 4 0,548
3 0,429 3 9 1,287
4 0,512 4 16 2,048
5 0,586 5 25 2,930
6 0,728 6 36 4,368
∑n=6 2,702 21 91 11,354

𝑛 . ∑ 𝑥1 𝑦1 − ∑ 𝑥1 . ∑ 𝑦1 6 . 11,254 − 21 . 2,702 68,124 − 56,742 11,382


𝑏= 2 = 2
= =
2
𝑛 . ∑ 𝑥1 − (∑ 𝑥1 ) 6 . 91 − 21 546 − 441 105
= 0,1084

∑ 𝑦1 − 𝑏 . ∑ 𝑥1 2,702 − 0,1084 . 2 2,702 − 2,2764 0,4256


𝑎= = = = = 0,0709
𝑛 6 6 6
y = a+bx

y = absorbansi sampel

0,192 = 0,0709 + 0,1084x

0,1084x = 0,1211

x = 1,1172 ppm

[Fe2+] = 1,1172 x FP = 1,1172 x 50 = 55,86 ppm

6.3.2. Cara Grafik Excel

Didapat persamaan: y = 0,1084x + 0,0709

0,192 = 0,1084x + 0,0709

0,1084x = 0,121

x = 1,1172 ppm

[Fe2+] = 1,1172 x FP = 1,1172 x 50 = 55,86 ppm

Grafik Spektrofotometri
0.8
y = 0.1084x + 0.0709
0.7
R² = 0.9897
0.6
ABSORBANSI

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 1 2 3 4 5 6 7
KONSENTRASI
6.4. Kalibrasi pH Meter
6.4.1. Perhitungan secara Teoritis
 HCl 0,1 N → 0,1 M [OH-] = √𝐾𝑏 . [𝑂𝐻 − ]
HCl → H+ + Cl-
= √10−5 . 0,1
0,1 0,1 0,1
= 10-3
+ -1
[H ] = 10
pOH =3
pH = - log [H+]
pH = 14 – 3
=1
= 11
 NaOH 0,1 N → 0,1 M
NaOH → Na+ + OH-
 H2C2O4 0,1 N → 0,2 M
0,1 0,1 0,1
H2C2O4 → 2H+ + C2O4-2
- -1
[OH ] = 10
0,2 0,4 0,2
pOH = - log [OH-]
[H+] = √𝐾𝑎 . [𝐻 + ]
=1
= √5,4.10−5 . 0,1
pH = 14 – 1
= 13 = 2,3 x 10-3

 NH4OH 0,1 N → 0,1 M pH = 3 – log 2,3

NH4OH → NH4+ + OH- = 2,7

0,1 0,1 0,1

6.4.2. Perhitungan secara Praktikum


 pH HCl 0,1 N = 1,297
 pH NH4OH 0,1 N = 9,875
 pH NaOH 0,1 N = 10,035
 pH H2C2O4 0,1 N = 1,728
7. Pembahasan
7.1. Penetapan Kadar Ca Secara Kompleksometri

Pada praktikum ini, dilakukan ujia kadar kalsium (Ca) secara


kompleksometri. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat
saling mengompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Titram yang digunakan
dalam praktikum ini adalah EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat). Kelebihan titrasi
kompleksometri adalah EDTA stabil, mudah larut dan menunjukkan komposisi
kimiawi yang tertantu. Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH
misal pada magnesium, krom, kalsium dapat di titrasi pada pH = 11. Etilen diamin
asetat (EDTA) merupakan standar primer sehingga tidak perlu standarisasi lebih
lanjut.

Larutan sampel encer ditambahkan NaOH 4 N. Dengan penambahan


NaOH 4 N ini, maka pH larutan akan naik. Selektivitas kompleks dapat diatur
dengan penegendalian pH misal pada magnesium, krom, kalsium dapat di titrasi
pada pH = 11. Jadi, penambahan NaOH dilakukan agar EDTA selektif
mengompleks hanya dengan Ca, karena kemungkinan dalam sampel juga
terdapat zat selain Ca. Setelah ditambahkan NaOH 4 N, larutan sampel encer
ditambah KCN 5%. Tujuan dari penambahan KCN ini adalah KCN akan mengikat
zat-zat selain Ca, sehingga hasil titrasi kompleksometri ini lebih akurat.

Setelah ditambahkan KCN 5%, larutan sampel ditambahkan murexin


bubuk. Murexin bubuk ini berfungsi sebagai indicator titrasi. Ca akan
mengompleks dengan murexin yang menghasilkan warna merah muda, yang
artinya sudah siap dititrasi. Titik akhir titrasi berwarna ungu, dimana telah terbentuk
kompleks Ca dengan EDTA.

7.2. Penetapan Kadar Ni secara Gravimetri

Pada praktikum ini, dilakukaan penetapan kadar Ni secara gravimetri. Analisis


gravimetri adalah pengukuran massa suatu endapan yang dihasilkan dari reaksi
antara analit dengan zat pengendap sedangkan gravimetri pengendapan
merupakan gravimetrik yang mana komponen yang hendak didinginkan diubah
menjadi bentuk yang sukar larut atau mengendap dengan sempurna. Analit atau
sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu Nikel (II) Sulfat
{NiSO4.6H2O}, sedangkan zat pengendapan yang digunakan adalah
dimetilglioksimat {CH3C(NOH)C(NOH)CH3} atau sering disebut DMG.

Agar didapat endapan yang sesuai, reaksi harus dilakukan pada


temperatur yang panas sehingga sebelum pencampuran larutan ion Ni2+ dengan
larutan dimetil glioksima (DMG), larutan sampel di panaskan. Reaksi yang
berlangsung pada temperatur rendah menyebabkan endapan yang terbentuk
berukuran kecil sehingga sulit dilakukan pemisahan (penyaringan) dan juga
menyebabkan kadar nikel yang di hitung akan menjadi lebih kecil dari kadar
sebenarnya. Setelah di panaskan dilakukakan Penambahan DMG dalam larutan
sampel. DMG sukat larut dalam pelarut polar seperti air, namun sedikit larut dalam
pelarut semipolar. Oleh karena itu penambahan DMG berlebih akan menyebabkan
DMG kembali mengendap dalam air dan menyebabkan kesalahan dalam
penimbangan dan tentunya berat endapan yang dihasilkan akan lebih besar dari
yang seharusnya.

Pada awal campuran sampel dan DMG, larutan berubah warna menjadi
merah bata. Ketika dilakukan penambahan NH4OH kedalam larutan, NH4OH ini
berfungsi untuk menetralkan dan membasakan larutan karena Ni(HDMG) 2
mengendap sempurna dalam suasana basa. Tapi NH4OH yang sangat berlebih
dapat memperlambat pengendapan sehingga tetes demi tetes NH4OH
ditambahkan kedalam sample sambil diaduk dan langsung dari ujung pipet
kedalam larutan, tidak melalui dinding gelas kimia untuk menghindari naiknya
endapan Ni(HDMG)2 melalui dinding gelas kimia. Selain itu juga agar pH larutan
berubah secara perlahan sehingga pembentukan endapan berlangsung secara
perlahan dan dihasilkan endapan yang besar-besar terbentuk endapan merah.
Endapan itulah hasil reaksi DMG dan Nikel yaitu Ni(HDMG)2. Penambahan
NH4OH dilakukan secara kualitatif hingga tidak terbentuk endapan merah ketika
bereaksi dengan larutan dan semua ion Ni2+ sudah bereaksi dengan DMG.

Reaksi yang terjadi adalah:

Ni2+(aq) + 2H2DMG(aq) + 2OH– → Ni(HDMG)2 (s) + 2 H2O (l)


7.3. Penetapan Kadar Fe Secara Spektrofotometri

Pada praktikum ini, dilakukan penetapan kadar Fe secara spektrofotometri.


Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detektor fototube. Percobaan kali ini dilakukan analisis
penentuan kadar besi Fe(II) dalam sampel dengan teknik spektrofotometri UV-Vis.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Syarat analisis menggunakan visibel
adalah cuplikan yang dianalisis bersifat stabil membentuk kompleks dan larutan
berwarna.

Pada analisis besi ini, larutan dibuat berwarna dengan mengoksidasi Fe2+
menjadi Fe3+ karena penambahan HNO3, ion Fe3+ dari sampel dan ion Fe3+ dari
hasil oksidasi dari Fe2+ akan diukur konsentrasinya. Ion-ion Fe3+ ini membentuk
senyawa kompleks dengan KSCN, sehingga konsentrasi Fe total dapat terukur.
Penentuan konsentrasi besi dari sampel dapat ditentukan dengan
menginterpolasikan kedalam kurva kalibrasi besi.

Pada pengerjaan awal, dibuat terlebih dahulu membuat larutan variasi. Dari
larutan induk 100 ppm ini dibuat larutan deret standar 2,4,6,8, 10, dan 12 ppm.
Setelah pemipetan larutan induk, kemudian larutan ditambahkan larutan HNO3.
Penambahan HNO3 ini adalah untuk membuat suasana asam serta untuk
mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ sehingga Fe total dapat dihitung.

NO3– + 2H+ + 2é → NO2– + H2O

Fe2+ → Fe3+ + é

NO3– + 2H+ + 2 Fe2+ → 2Fe3+ + NO2– + H2O

Penambahan HNO3 juga untuk membuat suasana asam, karena dalam


suasana asam Fe3+ dapat membentuk senyawa kompleks dengan KSCN.
Kemudian setelah penambahan HNO3 ditambahkan, kemudian ditambahkan
KSCN, fungsi dari penambahan larutan ini adalah untuk membentuk senyawa
kompleks Fe(SCN)3 yang berwarna merah.
Fe3+ + KSCN → Fe(SCN)3

Suatu larutan dijadikan sebagai pereaksi harus memenuhi beberapa


persyaratan. KSCN merupakan pereaksi warna, sebab:

 Reaksinya dengan zat yang dianalisis yaitu besi(Fe) selektif dan sensitif yaitu
membentuk kompleks besi (III) tiosianat yang berwarna merah bata.
 Warna yang ditimbulkan yaitu merah bata, stabil untuk jangka waktu yang
lama, sehingga serapannya tidak berubah-ubah hingga akhir analisis.
 Tidak membentuk warna dengan zat-zat lain yaitu ion H+, Cl– dan NO3– yang
ada dalam larutan.

7.4. Kalibrasi pH meter

Instrumen pH meter adalah sebuah alat elektronik yang digunakan untuk


mengukur pH (kadar keasaman atau alkalinitas) ataupun basa dari suatu larutan.
Penggunaan alat tersebut dengan cara mencelupkan elektroda ke dalam larutan
yang akan di uji, dan sangat dipengaruhi oleh keadaan dan fungsi elektroda.
Elektroda suatu pH meter terlebih dahulu dibersihkan dengan cara membilasnya
dengan air dan dilap dengan menggunakan kertas tissue sebelum dimasukkan ke
dalam suatu larutan. pH meter harus dikalibrasi sebelum dan setelah setiap
pengukuran. Untuk penggunaan normal kalibrasi harus dilakukan pada awal
pemakaian.

Kalibrasi alat harus diperhatikan sebelum dilakukan pengukuran pada pH


meter. Kalibrasi adalah memastikan kebenaran nilai-nilai yang ditunjukan oleh
instrumen ukur atau sistem pengukuran atau nilai-nilai yang diabadikan pada suatu
bahan ukur dengan cara membandingkan dengan nilai konvensional yang diwakili
oleh standar ukur yang memiliki kemampuan telusur ke standar Nasional atau
Internasional. Larutan yang biasa digunakan untuk kalibrasi pH meter adalah
larutan buffer.

Kalibrasi terhadap pHmeter dilakukan dengan larutan buffer standar


dengan ph 4.01,7, dan 10.01 dan dengan metode satu titik, dua titik, atau multi
titik. Metode satu titik, dilakukan dengan menggunakan buffer standar sekitar pH
yang akan diukur, ph 4,01 untuk sistem asam, buffer standar 7,00 untuk sistem
netral, dan buffer standar 10,01 untuk system basa. Metode dua titik dilakukan jika
bahan bersifat asam digunakan dua buffer standar berupa pH 4,01 dan 7,00. Jika
bahan bersifat basa, digunakan dua buffer standar berupa pH 7,00 dan 10,00.
Selain kalibrasi terhadap pH meter, juga terdapat kalibrasi temperatur berupa
PT100 maupun thermocouple dapat menggunakan metode perbandingan maupun
simulasi

8. Kesimpulan
8.1. Berdasarkan hasil praktikum uji kadar Ca secara kompleksometri,
didapatkan kadar Ca dalam larutan sampel A yaitu 1,04 g/L
8.2. Berdasarkan hasil praktikum uji kadar Ni secara gravimetri, didapatkan
kadar Ni dari bobot sampel NiSO4.6H2O 0,25 gram adalah 22% dengan
ketelitian 98%
8.3. Berdasarkan hasil praktikum uji kadar Fe secara spektrofotometri,
didapatkan konsentrasi contoh uji Fe2+ pada larutan contoh B adalah 55,86
ppm
8.4. Berdasarkan hasil uji praktikum kalibrasi pH, didapatkan pH larutan secara
teori dan praktikum:
Secara Teori: Secara Praktikum
HCl 0,1 N =1 HCl 0,1 N = 1,297
NaOH 0,1 N = 13 NaOH 0,1 N = 9,875
NH4OH 0,1 N = 11 NH4OH 0,1 N = 10,035
H2C2O4 0,1 N = 2,7 H2C2O4 0,1 N = 1,728

9. Daftar Pustaka
 Christian, Gary. D. 2004. Analytical Chemistry. University of Washington.
United States of America.
 Eka. 2007. Metode Analisa Kimia-Spektrofotometri. Gramedia: Jakarta.
 Gandjar, Ibnu G. dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
 Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
 Khopar, 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
 Mathias, Ahmad. 2005. Spektrofotometri. Exacta: Solo.
 Sastrohamidjojo, Hardjono. 1992. Spektroskopi Inframerah. Yogyakarta:
Liberty Yogyakarta.
 Sodiq, I.M. 2005. Kimia Analitik I. Universitas Negri Malang. Malang.
 Sutopo. 2006. Kimia Analisa. Exacta: Solo.
 Underwood, dkk. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
 Watson, David. 2000. Pharmaceutical Analysis A Textbook For Pharmacy
Students and Pharmaceutical Chemist. University of Strathclyde. Glasgow UK

Anda mungkin juga menyukai

  • Konsep Mendesain Organisasi
    Konsep Mendesain Organisasi
    Dokumen51 halaman
    Konsep Mendesain Organisasi
    Annisa Fitri Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Diagram Fishbone Amel
    Diagram Fishbone Amel
    Dokumen1 halaman
    Diagram Fishbone Amel
    Annisa Fitri Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Diagram Afinitas
    Diagram Afinitas
    Dokumen2 halaman
    Diagram Afinitas
    Annisa Fitri Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 3 - Kesetimbangan
    Kelompok 3 - Kesetimbangan
    Dokumen17 halaman
    Kelompok 3 - Kesetimbangan
    Annisa Fitri Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Pascal
    Pascal
    Dokumen1 halaman
    Pascal
    Annisa Fitri Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 2 - Termokimia
    Kelompok 2 - Termokimia
    Dokumen31 halaman
    Kelompok 2 - Termokimia
    Annisa Fitri Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • MSDM
    MSDM
    Dokumen29 halaman
    MSDM
    Annisa Fitri Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Kedewasaan Serat
    Kedewasaan Serat
    Dokumen8 halaman
    Kedewasaan Serat
    Annisa Fitri Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Judul Praktikum
    Judul Praktikum
    Dokumen8 halaman
    Judul Praktikum
    Annisa Fitri Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Ban
    Ban
    Dokumen8 halaman
    Ban
    Annisa Fitri Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Tugas Menling
    Tugas Menling
    Dokumen8 halaman
    Tugas Menling
    Annisa Fitri Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Ban
    Ban
    Dokumen8 halaman
    Ban
    Annisa Fitri Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Mesin Mesin TPP
    Mesin Mesin TPP
    Dokumen4 halaman
    Mesin Mesin TPP
    Annisa Fitri Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Musik Klasik
    Sejarah Musik Klasik
    Dokumen9 halaman
    Sejarah Musik Klasik
    Annisa Fitri Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Laporan Eval II
    Laporan Eval II
    Dokumen24 halaman
    Laporan Eval II
    Annisa Fitri Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • TPP Mesin-Mesin
    TPP Mesin-Mesin
    Dokumen3 halaman
    TPP Mesin-Mesin
    Annisa Fitri Rahmawati
    Belum ada peringkat