Anda di halaman 1dari 6

Diklat Pengawasan Bendungan, Balai Diklat IX Surabaya

BAB III
PEKERJAAN GALIAN TEROWONGAN

5.1 Penggalian Terowongan

Setiap pekerjaan penggalian terowongan harus dibawah pengawasan dari Tenaga Ahli Kontraktor
dan mengikuti intruksi dari Konsultan Supervisi dan juga diawasi oleh Direksi Pekerjaan.
Kontraktor harus melakukan pekerjaan penggalian sesuai dengan metode yang telah disetujui
dan sesuai dengan arahan dari Konsultan Supervisi/Direksi Pekerjaan. Metode penggalian yang
digunakan adalah metode pemboran dan peledakan. Kontraktor harus menentukan area lokasi
pemboran lubang-lubang peledakan, yang nantinya akan digunakan sebagai tempat pengisian
bahan peledak sebelum diledakkan.
Pada lokasi calon galian terowongan, Kontraktor harus melakukan pemboran dengan jenis
pemboran berjenjang dengan arah horizontal, atau memakai metode lain yang dirasa perlu
setelah mendapatkan arahan dari Konsultan Supervisi/Direksi Pekerjaan. Jenis, volume, serta
metode yang digunakan harus mengikuti ketetapan yang ditentukan dalam kontrak atau bisa
berubah sesuai dengan kondisi di lapangan dan telah disetujui oleh Konsultan Supervisi/Direksi
Pekerjaan.
Setiap perkembangan dan permasalahan yang timbul dalam pekerjaan galian terowongan seperti
saat akan dimulai kembalinya pekerjaan, insiden di dalam terowongan, dan lain sebagainya,
harus sesegera mungkin diinformasikan kepada Konsultan Supervisi dan Direksi Pekerjaan.

5.2 Perkuatan Galian Terowongan

Kontraktor harus menyediakan, membuat dan memasang perkuatan bangunan terowongan baik
yang bersifat sementara maupun permanen, pekerjaan ini bisa merupakan pekerjaan terpisah
maupun merupakan bagian pekerjaan lain seperti dan dimana ditunjukkan dalam Gambar,
dipersyaratkan dalam Persyaratan atau seperti diperintahkan atau disetujui oleh Konsultan
Supervisi/Direksi Pekerjaan.

Pekerjaan perkuatan galian bangunan terowongan harus meliputi penggunaan salah satu atau
kombinasi cara-cara berikut :

 Angkur Batu (Rock Anchor) dan Baut Batu (Rockbolt)


 Jaringan Kawat Baja Las disingkat JKBL (Welded Wire Fabric) dan Kawat Ayam
(Chainlink Wire Mesh)
 Beton Semprot (Shotcrete)
 Rangka Baja Struktural

3-1
Diklat Pengawasan Bendungan, Balai Diklat IX Surabaya

Umumnya kawat ayam, beton semprot, baut batu dan rangka baja struktural harus digunakan,
bila disyaratkan, untuk perkuatan sementara selama penggalian berlangsung atau setelah
selesainya penggalian tetapi sebelum konstruksi dimulai.

Angkur batu yang di-semen, baut batu yang disemen, beton semprot dengan tulangan JKBL dan
rangka baja struktural harus digunakan untuk perkuatan permanen bila ditunjukkan dalam
Gambar atau bila diperintahkan oleh Konsultan Supervisi/Direksi Pekerjaan.

Kontraktor tidak boleh menggali terowongan lebih lanjut sebelum memasang perkuatan yang
dipandang perlu menurut Kontraktor atau seperti diperintahkan oleh Konsultan Supervisi dengan
persetujuan Konsultan Supervisi/Direksi Pekerjaan. Penggalian terowongan baru bisa dilanjutkan
setelah perkuatan dipasang dan dinilai sudah cukup memadai oleh Konsultan Supervisi.

Ketelitian, kestabilan dan keamanan penggalian senantiasa menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Pengarahan dan/atau persetujuan oleh Konsultan Supervisi/Direksi Pekerjaan, tidak dapat
ditafsirkan untuk membebaskan Kontraktor dari tanggung-jawab tunggalnya terhadap ketepatan
penggalian dan keamanan pekerjaan penggalian.

5.3 Pemasangan dan Metode Perkuatan

5.3.1 Baut Batu dan Angkur Batu

Baut batu dan angkur batu harus dipakai untuk membentuk permukaan yang aman dan
penggalian yang stabil pada batuan, dimana tempat, jarak, kemiringan dan luas daerahnya
ditunjukkan dalam Gambar atau seperti diperintahkan dan disetujui Konsultan Supervisi/Direksi
Pekerjaan.
Semua perkuatan menggunakan baut batu dan angkur batu harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi/Direksi Pekerjaan dan harus dilakukan di bawah pengawasan Konsultan
Supervisi.
Baut batu dan angkur batu bisa digunakan bersama dengan atau sebagai penahan beton semprot.
Pemasangan baut batu dan angkur batu harus dilakukan mengikuti pedoman berikut :
1. Baut Batu

Lubang baut batu bisa dibuat menggunakan bor putar atau bor tumbuk. Lubang harus
dibor dengan diameter dan kedalaman yang disarankan oleh Pabrik (yaitu Pabrik Baut
Batu). Pelaksanaan pekerjaan ini, harus mendapat pengawasan Konsultan Supervisi serta
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

Sebelum memasang baut, permukaan batuan harus disiapkan sedemikian rupa sehingga
bisa dipasangi plat penahan baut. Permukaan dimana akan dipasang plat penahan baut
harus tegak lurus dengan sumbu lubang.

3-2
Diklat Pengawasan Bendungan, Balai Diklat IX Surabaya

Baut harus dipasang dengan cara dan menggunakan alat khusus seperti disarankan oleh
Pabrik. Baut harus ditegangkan menggunakan kunci puntir, sampai suatu nilai sesuai
dengan saran Pabrik kecuali apabila diperintahkan atau disetujui lain oleh Konsultan
Supervisi dan Direksi Pekerjaan.

Kecuali apabila diperintahkan lain oleh Konsultan Supervisi/Direksi Pekerjaan, semua


baut batu yang digunakan untuk pekerjaan stabilisasi permanen harus diinjeksi semen
setelah ditegangkan dan diuji.

Bilamana perlu, baut batu bisa digunakan bersama dengan balok baja, pelat baja atau
perancah atau tindakan-tindakan lain untuk membagi beban.

2. Angkur Batu

Angkur batu biasanya digunakan hanya untuk perkuatan galian batu permanen.

Angkur batu harus dari jenis batang baja yang seluruhnya diinjeksi semen.

Angkur batu harus dipasang sesuai Gambar atau sesuai perintah Konsultan
Supervisi/Direksi Pekerjaan, dan dilengkapi dengan pelat penahan di permukaan. Pelat
tersebut harus diikatkan dengan angkur batu dengan mur dan ring yang sesuai dengan ulir
yang terdapat di batang angkur.

Persiapan permukaan untuk memasang pelat penahan harus mengikuti cara yang
diuraikan dalam Butir 1 di atas. Mur harus dikencangkan dengan kunci puntir atau cara
lain yang disetujui Konsultan Supervisi/Direksi Pekerjaan, sedemikian rupa sehingga
pelat penahan berkontak sempurna dengan permukaan batu.

Bila diperintahkan atau disetujui Konsultan Supervisi/Direksi Pekerjaan di permukaan


batuan yang tidak rata bisa dipasang landasan beton untuk mengepaskan kedudukan pelat
penahan.

Bila ditunjukkan dalam Gambar atau diperintahkan oleh Konsultan Supervisi dengan
persetujuan Konsultan Supervisi/Direksi Pekerjaan, maka pelat penahan angkur batu
harus dilindungi dengan cara menutupinya dengan beton semprot.

5.3.2 Jaringan Kawat Baja Las (JKBL) dan Kawat Ayam

Jaringan kawat baja las dan kawat ayam galvanisir harus digunakan tanpa beton semprot untuk
perkuatan sementara permukaan galian batu, dan bersama-sama dengan beton semprot untuk
perkuatan sementara atau permanen.

Kalau JKBL atau kawat ayam digunakan untuk perlindungan tanpa beton semprot, kawat
tersebut harus dipasang sedekat mungkin dengan permukaan batuan. Pemasangan jaringan-
jaringan ke batuan sebaiknya dengan baut batu jenis ekspansi, atau cara lain yang disetujui
Konsultan Supervisi/Direksi Pekerjaan.

Jaringan harus ditempelkan dengan mantap dengan menggunakan pelat penahan yang dikaitkan
ke baut di atas jaringan, sebagai pengganti bisa digunakan balok baja bersamaan dengan
jaringan untuk menahan batuan dan jaringan. Kecuali kalau diperintahkan lain oleh Konsultan

3-3
Diklat Pengawasan Bendungan, Balai Diklat IX Surabaya

Supervisi/Direksi Pekerjaan, titik-titik angkur harus berjarak tidak lebih dari 1,5 sampai 2 meter
dan diusahakan agar terletak di batuan yang segar dan stabil.

Kalau jaringan kawat atau kawat ayam digunakan sebagai tulangan bersamaan dengan beton,
jaringan tersebut harus dikaitkan dengan kuat menggunakan baut, stapel atau angkur permukaan
lain dengan spasi kurang lebih 1 meter dan diganjal agar ada jarak antara jaringan dengan
permukaan batu.

Selain pemasangan angkur permukaan, jaringan kawat atau kawat ayam harus diangkur ke
batuan dengan baut batu atau angkur batu, sedang jarak antar titik baut biasanya 1,5 m.

Jaringan kawat harus menutup seluruh permukaan yang harus distabilkan dan dilindungi. Harus
diusahakan agar sambungan jaringan se-sedikit mungkin. Sambungan jaringan harus dilakukan
di titik pembautan dan jaringan harus menindih (overlap) selebar 30 cm pada sambungannya.

Jaringan kawat baja atau kawat ayam yang akan ditutup dengan beton semprot harus dibersihkan
dari segala macam kotoran seperti karat, lempung, gemuk, minyak dan segala macam kotoran
agar terjadi ikatan yang baik antara kawat dan beton.

Menjelang pemasangan beton semprot, semua pecahan batu lepas yang terjebak di belakang
jaringan harus dibuang.

5.3.3 Beton Semprot

Ketebalan beton semprot harus sesuai ketentuan yang ditunjukkan dalam Gambar.
Apabila ditemukan rembesan air tanah di tempat yang akan dibeton semprot, maka harus
disediakan lubang buangan air (weep hole).

5.3.4 Perlindungan Galian

Perlindungan galian terhadap peluruhan, longsoran, pelapukan atau erosi harus dilakukan di
tempat yang ditunjukkan dalam Gambar. Biasanya perlindungan jenis ini tidak memerlukan
tulangan kawat, kecuali bila ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi/Direksi Pekerjaan.
Komposisi adukan harus mengikuti ketentuan yang tercantum dalam Gambar, demikian pula
ketebalannya. Bila tidak ditentukan secara spesifik, ketebalan perlindungan ini berkisar antara
2,5 sampai 5 cm.

5.3.5 Rangka Baja Struktural

Rangka baja struktural harus dibending dalam keadaan dingin dan harus mengikuti gambar
desain atau persetujuan Konsultan Supervisi/Direksi Pekerjaan. Material ini harus disediakan
tanpa dicat dan bebas dari karat dan material lain yang bersifat merusak. Rangka baja harus
dipasang mengikuti garis dan elevasi yang ditunjukkan dalam gambar. Rangka baja ini harus
diberi tahanan seperlunya dan dijaga tetap dalam kondisi baik hingga pada saatnya dicopot atau
tetap di tempat menyatu dengan beton.
Kontraktor harus menempatkan semacam lagging antara rangka baja (steel rib) dan permukaan
batuan secukupnya untuk menstabilkan galian.

3-4
Diklat Pengawasan Bendungan, Balai Diklat IX Surabaya

3.4. Pemetaan Geologi Teknik

3.4.1 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pemetaan geologi teknik di dalam pelaksanaan terowongan adalah :

1. membuat peta geologi teknik sepanjang terowongan;


1. memeriksa dan menyempurnakan tafsiran geologi yang dilakukan pada tahap desain,
terutama yang berhubungan dengan kondisi yang genting/kritis;
2. mengenal masalah-masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi;
3. memberikan rekomendasi tentang revisi desain apabila ternyata kondisi geologi
jauh berbeda dengan anggapan kondisi geologi yang digunakan sebagai dasar desain;
4. membuat rekaman kondisi geologi teknik akhir untuk bahan pertimbangan
seandainya timbul masalah yang berkaitan dengan terowongan.
3.4.2 Peralatan

 Peta dasar skala 1:500 (dengan atau tanpa garis kontur)


 Palu geologi
 Kompas geologi
 Safety helmet dengan headlamp
 Rechargeble Battery
 Alat ukur panjang (distance meter)
 Dust Masker
 Larutan HCl 0,1 N secukupnya
 Alat potret bertanggal lengkap dengan memory card
 Alat tulis dan gambar sketsa
 Sikat kawat
 Kantong plastik 15 cm x 20 cm x 20 cm untuk menyimpan contoh batuan
 Pisau lipat untuk menguji kekerasan batuan
 Spidol tahan air untuk penomoran contoh batuan.

3.4.3 Daerah Kerja


Daerah kerja meliputi saluran pengarah hulu, terowongan, dan saluran pembuang di hilir
terowongan.
3.4.4 Pemetaan
Pekerjaan pemetaan geologi teknik dilakukan segera setelah selesainya suatu peledakan di dalam
terowongan dan kondisi dinyatakan aman oleh Pengawas Peledakan. Pengamatan dilakukan
terhadap kondisi geologi batuan di atap, dinding dan lantai terowongan. Pengamatan tersebut
meliputi dan tidak terbatas pada jenis litologi, batas-batas litologi, kekar (jurus dan kemiringan,
spasi, bukaan, kekasaran bidang kekar, material isian), kondisi air tanah (lembab, basah, air
menetes, air mengalir). Dalam hal terdapat aliran air, maka harus diketahui faktor geologi yang
mengontrol dan diukur debitnya.
Sebagai peta dasar untuk pemetaan di lapangan, dipakai kertas milimeter dan ditarik garis as
terowongan sesuai dengan skala yang dikehendaki. Pada peta dasar tersebut, harus tercantum

3-5
Diklat Pengawasan Bendungan, Balai Diklat IX Surabaya

dengan jelas STA (stasiun) sesuai dengan gambar desain. Hasil dari pemetaan geologi teknik
pada terwongan, dapat dilihat pada Lampiran B Peta Geologi Teknik Terowongan.

Diskusi

Semua temuan gejala geologi yang genting/kritis harus segera didiskusikan dengan Ahli
Terowongan dan Senior Geologist agar bisa segera diambil tindakan modifikasi desain
terowongan bila dianggap perlu. Yang dimaksud dengan gejala geologi genting/kritis bisa
meliputi tetapi tidak terbatas pada :

 Daerah sesar, tanda-tanda sesar aktif,


 Batuan meluruh sangat cepat (rapid slaking effect); peluruhan bisa meliputi peluruhan
udara (air slaking) atau peluruhan air (water slaking).
 Kekar berspasi rapat.
 Adanya clay gouge.
 Batuan yang potensi pengembangannya besar atau berpotensi terjadinya up-heave.

Modifikasi desain yang perlu dilakukan mencakup antara lain :

 Menambah atau mengurangi jumlah steel rib.


 Merapatkan spasi steel rib.
 Menambah atau mengurangi jumlah rockbolt (baut batu).
 Merapatkan spasi rockbolt.
 Menambah panjang rockbolt.
 Menambah atau mengurangi lagging.
 Menambah atau mengurangi welded wiremesh shotcrete.

Modifikasi desain tersebut, ditentukan berdasarkan rekomendasi dari Site Geologist setelah
melakukan evaluasi terhadap setiap kemajuan terowongan.

3-6

Anda mungkin juga menyukai