Anda di halaman 1dari 3

Pengaruh Media sosial : Rentan Picu Perceraian

Oleh : Rima septiani

(ANTARA News) - Pengadilan Agama Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mencatat


kasus perceraian yang terjadi selama beberapa tahun terakhir banyak diakibatkan oleh media
sosial.

"Sekarang pemicu perceraian tidak melulu karena faktor ekonomi. Penggunaan media
sosial juga bisa memicu perceraian pasangan suami-istri," kata Panitera Muda Hukum
Pengadilan Agama Karawang Abdul Hakim saat dihubungi di Karawang, Minggu.

Ia mengatakan, sesuai dengan pembuktian dalam persidangan kasus perceraian di


Pengadilan Agama Karawang, cukup banyak pasangan suami-istri bercerai karena
kecemburuan yang bermula dari pertemanan di media sosial.

Menurut dia, media sosial seperti facebook, instagram dan whatsApp menjadi salah
satu pemicu perceraian merupakan tren baru. Karena sebelumnya, kasus perceraian
kebanyakan disebabkan faktor ekonomi.

"Baru beberapa tahun terakhir ini saja, media sosial menjadi pemicu terjadinya
perceraian. Banyak kecemburuan hingga perselingkuhan yang bermula media sosial," kata
dia.

Bahaya Media Sosial : Pemicu Fenomena Perceraian

Hadirnya media sosial, memang memberi banyak pengaruh bagi para penggunanya.
Di era sekarang, penggunaan Android bukan lagi menjadi barang mewah yang susah
didapatkan. Kaum anak-anak, remaja dan dewasa menjadi konsumen nomor satu terhadap
penggunaan media sosial.

Pada akhir januari lalu We Are Social dan Hoosuite merilis data mengenai jumlah
pengguna internet dan media sosial di dunia. Berdasarkan data tersebut, pengguna internet di
dunia mencapai 4 miliar dari sebelumya sekitar 3,8 miliar. Ini artinya lebih dari setengah
populasi dunia terkoneksi dengan internet. (Merdeka.com)

Media sosial berfungsi sebagai sarana untuk menjalin komunikasi jarak jauh, media
sosial juga bisa digunakan untuk syiar agama dan berdakwah karena melihat fenomena
bahwa zaman sekarang manusia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk terhubung
dengan media sosial. Disisi lain media sosial juga dapat berefek negatif jika penggunaanya
disalahgunakan. Penyebaran konten-konten yang tidak mendidik, informasi hoax dan
acapkali sosmed menjadi awal perdebatan diantara satu dengan yang lain.

Bukan hanya itu,kehadiran media sosial dituding sebagai salah satu pemicu
terjadinya perselisihan, pertengkaran dan perceraian dalam kehidupan ruamh tangga. Kita
dapat melirik bagiamana fenomena tingginya angka perceraian yang terjadi di negeri ini
terjadi akibat kehadiran media sosial.

Dari laporan pengadilan Agama Karawang, banyaknya kasus perceraian di Indonesia


bukan lagi dipicu faktor ekonomi dan KDRT tetapi juga kehadiran media sosial. Hal ini
seakan menjadi benalu dalam rumah tangga yang ketika seseorang tidak bisa
menggunakannya dengan bijak maka akan menciptakan racun bagi keutuhan rumah tangga.
Biasanya Interaksi yang terlalu sering di dunia maya menjadikan rasa curiga terhadap
pasangannya, jika terdapat pihak ketiga dalam komunikasinya ini dapat menumbuhkan rasa
tidak percaya dan cemburu sehingga memicu petengkaran dan berujung pada perceraian.
Ditambah lagi Hadirnya konten-konten yang tidak mendidik yang menjadikan sebagian
kalangan terpedaya dengan hal itu. Interaksi antara laki-laki dan perempuan yang begitu
bebas, membuktikan ketidakpahaman bagaimana harusnya kita meyikapi pergaulan lawan
jenis. Biasanya interaksi lawan jenis diawali dari sebuah pandangan yang berujung
pertemuan. Hal ini bisa saja terjadi karena lemahnya iman dan kurangya pemahaman
bagaimana syariat islam mengatur pergaulan lawan jenis.

Tingginya angka perceraian di Indonesia, membuktikan lemahnya Negara dalam


menyelesaikan masalah tersebut. kita tidak perlu heran dengan kejadian seperti ini, ini
merupakan buah pahit dari penerapan sistem demokrasi sekuler yang hanya menjadikan asas
manfaat sebagai tujuannya. Bahkan pernikahan yang merupakan ibadah kini dianggap
sebagai pemuas syahwat semata. Maraknya kasus perceraian dianggap sebagai perpisahan
yang wajar saja dan dianggap sebagai solusi akhir dari gagalnya mempertahankan
pernikahan. Dalam penerapan sistem demokrasi sekuler kita pasti tidak akan luput dari
berbagai masalah, karena sistem ini merupakan sistem penyubur masalah yang aturannya
lahir dari hawa nafsu semata. Ketaatan kepada sang khaliq bukanlah prioritas sebab Tuhan
hanya sebagai eksistensi yang dianggap ada ketika penciptaan saja. Tuhan tidak berhak ikut
campur dalam permasalahan keluarga, masyarakat dan Negara.

BAGAIMANA ISLAM MENJAWAB

Islam adalah agama yang diridhoi Allah SWT, yang memiliki aturan dan jawaban atas
segala masalah lini kehidupan. Islam hadir sebagai solusi dan menjadi pedomaan dalam
memutuskan segala hal, kita dapat mengatakan bahwa ada Islam ada solusi. Penerapan Islam
secara kaffah mampu membuktikan semua itu. Syariat Islam mampu menjawab problematika
yang terjadi, baik dalam lingkup individu, keluarga, masyarakat dan bernegara.

Menangani kasus perceraian yang marak terjadi di sistem sekarang, Islam mampu
memberikan solusi sebelum percerain terjadi. Dalam mengatasi terjadinya kasus rusaknya
hubungan dalam rumah tangga semacam ini, yang salah satu pemicunya karena interaksi
tanpa batas maka Islam mengaturnya dalam bab pergaulan antara lawan jenis. Islam
memandang .bahwa hukum asal kehidupan pria dan wanita adalah infishal(terpisah). Islam
membolehkan pertemuan antara laiki laki dan perempuan ketika dalam 3 perihal.

Pertama bidang Pendidikan, misalnya seorang guru mengajar muridnya dalam


menyampaikan ilmu maka interaksi semacam ini diperbolehkan .Kedua, Kegiatan jual beli
dalam hal ini ada interaksi tawar menawar antara penujal dan pembeli. Ketiga Kesehatan,
dokter harus memeriksa pasien yang sedag sakit. Maka islam memperbolehkan interaksi
semacam ini dengan catatan tidak menimbulkan pelanggaran agama. Islam juga
mengharamkan terdapatnya pergaulan bebas antara laki laki dan perempuan, ini merupakan
peradaban dari kaum sekularis yang mencintai kebebasan baik dalam hal kepemilikan,
pendapat dan pergaulan. Islam menjaga tidak terjadinya campur baur dan melarang
berkhalwat. Syraiat islam juga memerintahkan untuk menundukan pandangan dari hal- hal
yang berbau maskiat. Mislanya melihat aurat lawan jenis, menyaksikan pertunjukan
mengumbar aurat dan menonten konten-konten tidak berfaedah. Dari aturan tersebut maka
kita bisa menghindari terjadi hal-hal yang menimbukan syahwat dan jatuhnya pada perbuatan
maksiat seperti zina.

Keseluruhan interaksi antara keduanya berlaku secara umum, baik dalam interksi
dunia maya dan dunia nyata. Maka kita tidak akan mendapati penyelewengan hukum syara
pada pergaulan pria dan wanita karena Syariat Islam dengan tegas melarang hal tersebut.
Maka penerapan aturan pergaulan pria dan wanita adalah bagian dari ajaran Islam kaffah.
Aturan ini mampu menjaga seseorang dari terjerumusnya kelubang maksiat seperti
penggunaan media sosial yang tidak bijak. Teknologi akan menjadi sesuatu yang sangat
bermanfaat bagi umat oleh karenanya penggunannya dikontrol mengarah pada hal-hal sesuai
syariat Islam.

Terkait perceraian, ini merupakan perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah SWT dan
disenagi oleh syaiton . Mengapa demikian? Kerena dalam Islam tujuan pernikahan bukanlah
untuk berpisah, namun menyatukan kedua insan dalam akad yang sah atas dasar ketaatan
kepada Allah. Menikah adalah bagian dari perintah agung yang diserukan kepada umat
manusia. Terlebih lagi Islam, ini adalah sesuatu yang memiliki nilai ibadah ketika visi misi
yang dibentuk adalah saling membimbing ke surga. Namun, ketika tujuan pernikahan tidak
lagi dapat ditunaikan, maka Allah memperbolehkan perceraian dengan catatan keputusan
tersebut sesuai syariat islam misalnya diantara keduanya tidak mampu lagi menunaikan hak
masing masing, tidak meiliki keturunan dan ketidakharmonisan rumah tangga yang dirasakan
diantara kedua belah maka islam memberikan solusi seperti itu. Waalahu ’alam.

Anda mungkin juga menyukai