Anda di halaman 1dari 5

Hijrah artinya berpindah, meninggal semua yang ALLAH larang dan

melaksanakan apa yang menjadi perintah ALLAH. Hijrah adalah sesuatu yang
mudah, namun yang membuatnya sulit adalah mempertahankannya dalam
keistiqomahan. Sebelum mengenal islam aku adalah wanita yang berpenampilan
layaknya seorang pria, berteman, dan berkelompok dengan pria, tidak hanya
dengan pria aku juga berteman baik dengan wanita-wanita lainnya. Yang aku tahu
islam hanya tentang puasa, sholat, zakat dan naik haji bila mampu. Aku dilahirkan
dan dibesarkan dalam lingkungan yang jauh dari sentuhan islam. Bahkan sampai
usiaku yang sudah beranjak dewasa sholat bukan sesuatu yang harus aku
laksanakan, tak pernah ada paksaan dari siapapun untuk itu. Aku hanya akan
melaksanakan sholat jika moodku sedang bagus saja.

Rencana ALLAH memang luar biasa, aku yang hanya sekedar coba-coba
ikut seleksi ternyata diberi kesempatan lulus untuk masuk ke perguruan tinggi.
Dan tak lama kemudian aku dipertemukan dengan seseorang yang sudah
mengenal islam lebih dulu. Dia adalah tetangga kamarku, tak sengaja bercerita
tentang islam. Dia mengajak untuk sama-sama belajar. Aku yang saat itu hanya
berniat untuk mencari teman dan ingin mengisi waktu kosong saja mengiyakan
ajakannya, aku bersama seorang teman lain yang juga satu asrama. Aku hanya
perlu keluar kamar untuk belajar islam, namun rasanya sangat berat. Aku yang
memang anak manja dalam keluargaku anak kedua dari tiga bersaudara, aku anak
perempuan sendiri tidak heran jika aku menjadi anak yang paling dimanja, aku
tidak akan melakukan apapun yang aku tidak suka dan tak pernah ada paksaan,
serta berteman dengan pria membuatku menjadi anak yang bisa dibilang manusia
seribu akal. Aku menghalalkan segala cara agar janji untuk belajar islam itu
ditunda bahkan tidak jadi. Berpura-pura sakit, pura-pura tidur dan mengunci pintu
kamar, saat mendengar suara memanggil aku tidak menjawab, serta lari dari
kamar saat jam janjian itu menjadi caraku untuk tidak hadir bahkan aku
membujuk temanku untuk sama-sama tidak ikut hadir dalam janji itu.

Sampai pada saat satu kondisi dimana dia yang mengajak marah dan
menjelaskan hukum membatalkan janji tanpa ada unsur syar’i. Setelah saat itu aku
mulai memaksakan diri untuk hadir, namun semua materi itu tidak cukup
menyadarkanku. Hingga tiba pada pembahasan mengenai hijab, saat itu aku
berpikir begitu jahatnya aku kepada keluargaku. Aku yang kecil ini, yang sudah
diberi semua kebahagiaan dunia justru menjadi penghalang mereka masuk syurga
dan malah menarik mereka ke neraka secara paksa sebagai bentuk terimakasihku
atas semua yang sudah mereka berikan untukku. Aku yang selalu berkata bahwa
mereka adalah jantung dan hati bagiku malah aku pula yang menjadi penyebab
mereka disiksa diakhirat nanti, aku yang memberatkan hisab mereka. Aku seperti
berkhianat pada diri sendiri, di dunia aku selalu berkata siapapun yang berani
menyentuh dan melukai keluargaku akan aku balas dengan balasan yang lebih,
aku akan melakukan apapun agar mereka bahagia hanya untuk bisa melihat
mereka tersenyum, namun diakhirat akulah yang membuat mereka merasakan
panasnya api neraka, mersakan pedihnya siksa neraka, semua karena aku.

Sejak hari itu aku memutuskan untuk hijrah dan serius belajar islam.
Hijrah tanpa cobaan itu bagaikan sayur tanpa garam, hambar. Begitu pula
hijrahku, awal berhijran tak semudah yang dibayangkan. Aku berpikir keluarga
akan senang mendengar keputusanku untuk berpakaian syar’i dan belajar islam.
Namun tidak seperti itu, orang tua yang merupakan korban kerusuhan dan
merupakan pengungsi dari Ambon memiliki trauma yang mendalam terhadap
orang-orang dengan kerudung besar. Mereka berpikir dengan pakain syar’i itu
akan membuatku jauh dan membatasi interksi dengan mereka sama halnya yang
pernah terjadi dengan anggota keluarga mereka yang sebelumnya. Mencoba
menjelaskan dan memahamkan orang tua tak mudah. Sembari berusaha
meyakinkan orang tua aku terus berusaha belajar dan memperbaiki diri,
menunjukkan perubahan kearah yang positif. Saat awal hijrah aku berusaha
menabung dengan menghemat uang kiriman orang tua agar bisa membeli jilbab
dan kerudung. Setiap harinya aku akan membeli telur dari kios yang agak jauh
dari asrama tempat aku tinggal hanya demi mendapat telur dengan harga lebih
murah, jika membeli ditempat yang dekat dengan asrama uang lima ribu aku
hanya bisa dapat dua biji telur, namun jika berkorban dengan berjalan sedikit lebih
jauh dengan uang lima ribu aku sudah bisa dapat tiga biji terlu. Satu biji telur aku
goreng dan aku bagi tiga untuk makan satu hari. Jadi, dengan uang lima ribu aku
bisa makan tiga hari. Kiriman orang tua yang juga dipakai memenuhi kebutuhan
kuliah, dalam waktu dua minggu aku sudah bisa membeli jilbab dan untuk
kerudung masih aku pinjam dari dia yang mengajak. Setiap hari aku
menggunakan itu untuk ke kampus, sampai di kamar langsung aku ganti dan aku
tidak pernah lagi ikut ajakan teman untuk kumpul-kumpul dikamar teman hanya
untuk menjaga agar jilbabku tidak kotor dan bau agar besoknya bisa dipakai lagi.

Tak lama, dia yang mengajak menjual jilbab dan dia menyarankan aku
untuk ambil dulu bayarnya nanti dan aku mengambilnya. Beberapa hari kemudian
ibu menelfon bahwa dia sudah mengirim, aku memang biasa mendapat kiriman
berupa kue, atau makanan jadi yang tahan lama (seperti, abon). Saat tiba kiriman
itu aku dibuat terkejut ternyata dalam paket kiriman itu ada satu kerudung besar
yang sengaja ibu belikan secara diam-diam. Ibu hanya mengirim pesan bahwa
kerudung itu ia yang beli dan jangan beritahu ayah. Aku semakin semangat kini
aku punya dua jilbab dan satu kerudung dan itu punya aku sendiri. Namun cobaan
lain datang, saat hari libur jilbab dan kerudung itu aku cuci dan sore ketika akan
mengambilnya aku harus menelan pil pahit karena kerudung baru yang dibelikan
ibu dan jilbab yang belum lunas ku bayar hilang entah kemana, aku berusaha
mencarinya namun tidak aku temukan. Saat itu aku merasa down, yang aku
pikirkan ALLAH tidak mengizinkan aku untuk hijrah ini. Yah, aku sedikit naif
karena aku berpikir untuk tidak melanjutkan ini disatu sisi ada orang tua yang
menentang ini dan sekarang cobaan itu datang yang aku artikan bahwa ALLAH
juga tidak mengizinkannya.

Saat waktu libur tiba, akupun melakukan hal yang sama dengan
mahasiswa lain. Ya, pulang kampung. Ketika tiba di kampung halaman respon
orang sekitar menjadi tantangan baru. Teman-teman yang sejak kecil selalu
bersama kini mulai menjauh, ada beberapa yang masih mau datang kerumah,
namun orang tua yang melarang dengan mengatakan aku sebagai aliran sesat
karena cara berpakaianku yang mulai berbeda. Tidak cukup hanya sampai disitu,
paman yang sudah kuanggap seperti ayah sendiri juga menjauh dan tak ingin
berbicara lagi denganku, bahkan saat lebaran untuk bersalamanpun beliau sudah
tidak mau. Ketika aku menghampiri untuk bersalaman ia membalikkan badannya
dan memberi tangan, setelah itu ia pergi meninggalkanku. Setiap kali datang ke
rumah ia berbicara dengan nada yang sinis denganku, terus mengatakanku seperti
orang belanda dengan kos kaki terus, menyinggungku dengan kain sepotong, yang
ia maksud adalah cadar.

Namun, aku beruntung punya ibu yang selalu menguatkanku dengan


mengatakan bahwa jika ingin baik cobaan pasti akan selalu ada sebagai cara
ALLAH membuat kita menjadi kuat dan juga teman hijrah yang bersamaku saat
itu dia berusaha menguatkan aku, meyakinkan aku bahwa ketika ada cobaan
dalam hijrah kita itu artinya ALLAH sedang memperhitungkan hijrah kita,
ALLAH memberi ujian karena ALLAH tahu kita kuat untuk itu.

Setelah hijrah aku merasa hidup jadi lebih berarti, aku tahu apa yang harus
aku lakukan didunia ini. Aku menjadi orang yang lebih tenang menghadapi semua
masalah yang ada karena aku tahu aku punya ALLAH. Ketika ada godaan dan
cobaan menghampiri hijran ini, aku berusaha mengingat kembali alasan aku
memilih berhijrah.

Pengalaman menarik yang tak pernah aku lupa setelah mengenal islam
yaitu saat aku ada pada pilihan dunia atau akhirat. Hari itu ada aksi damai
membela kaum muslim dan pada hari itu juga ada mata kuliah yang akan
difinalkan. Ada satu pertanyaan dalam hati sampai hari ini apa yang sudah aku
berikan untuk islam, dan bukankah kita kaum muslim seperti satu tubuh?, ketika
ada yang terluka harusnya kita juga merasakan luka itu, dan akhirnya aku memilih
untuk ikut aksi damai itu padahal aku juga tahu dosen mata kuliah itu merupakan
dosen killer dan aku tahu konsekuensi atas apa yang aku lakukan ini, tidak lulus
mata kuliah sudah menjadi sesuatu yang pasti. Ketika tiba ditempat aksi, temanku
mengabari bahwa dosen sudah dikelas, aku tidak memperdulikannya. Tidak lama
dari itu temanku kembali mengabari bahwa soal sudah dikirim ke groub, aku tetap
tidak perduli, aku hanya berpikir aku punya ALLAH mengapa harus
menghawatirkan urusan dunia, aku melakukan ini untuk islam, dan begitu luar
biasanya ALLAH mengatur semuanya. Tiba-tiba temanku memberi kabar final
tidak jadi dilaksanakan, soalnya dijadikan tugas dan dikumpul besoknya. Begitu
baiknya ALLAH padaku.

Buat kalian yang belum hijrah atau masih ragu buat hijrah, jika tidak
sekarang kapan lagi. Malaikat maut tidak menunggu kalin siap untuk melakukan
tugasnya dan tidak akan ada notifikasi sebelum Ia melakukan tugasnya. Buat
kamu yang sudah berhijrah keep istiqomah, cobaan bukan alasan untuk kembali
kemasa lalu tapi jadikan cobaan itu sebagai penguat. Cobaan atau masalah yang
kamu hadapi hari ini bisa jadi cerita inspiratif untuk orang lain nantinya.

Hijrah jangan sendiri kamu butuh teman. Temukan sahabat taatmu, yang
akan menguatkanmu disaat kamu terjatuh, yang akan mencarimu di syurganya
ALLAH nanti. Berkelompok saja ada masalah apa lagi sendiri.

Tak ada yang kebetulan didunia ini, semua sudah tertulis di lauhmahfudh.
ALLAH memilihmu untuk ada dalam barisan dakwah ini, karena ALLAH ingin
melihatmu di syurgaNya. Dunia sementara Akhirat selamanya, pantaskan dirimu
untuk syurgaNya ALLAH yang mahal namun dapat dimasuki oleh orang miskin.
Karena ukurannya bukan materi namun ketakwaan.

“Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau.


Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang yang bertakwa.
Tidakkah kamu mengerti?” (QS. Al-An’am:32)

Anda mungkin juga menyukai