Anda di halaman 1dari 4

1.

Konsep Tes Secara Benar


1.1. Pengertian Tes
Istilah tes diambil dari kata testum.1 Suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk
menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah.
Sebagai perkembangannya, Yerkes di Amerika Serikat menyusun tes kelompok (group test) yang digunakan
untuk menyeleksi calon militer sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat karena diperlukan pada waktu
Perang Dunia I. Tes ini dikenal dengan nama Army Alpha dan Army Betha.
Didorong oleh munculnya statistik dalam penganalisaan data dan informasi, maka akhirnya tes ini digunakan
dalam berbagai bidang seperti tes kemampuan dasar, tes kelelahan perhatian, tes minat, tes sikap dan sebagainya.
Yang terkenal penggunaannya disekolah hanyalah tes prestasi belajar. Sebelum sampai kepada uraian yang lebih
jauh, maka akan diterangkan dahulu arti dari beberapa istilah-istilah yang berhubungan dengan tes ini.
 Tes
(sebelum adanya ejaan yang disempurnakan dalam bahasa Indonesia ditulis dengan test), merupakan alat atau
prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian.
 Testing
Merupakan waktu tes sedang dilaksanakan. Dapat juga dikatakan testing adalah saat pengambilan tes.
 Testee
(dalam istilah Indonesia tercoba), merupakan responden yang sedang mengerjakan tes. Orang-orang inilah yang
akan dinilai atau diukur, baik mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian, dan sebagainya.
 Tester
(dalam istilah Indonesia: Pencoba), adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap
responden. Dengan kata lain tester adalah subyek evaluasi. Tugas tester antara lain : mempersiapkan ruangan
dan perlengkapan yang diperlukan; membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan;
menerangkan cara mengerjakan tes; mengawasi responden mengerjakan tes; memberikan tanda-tanda waktu;
mengmpulkan pekerjaan responden; mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan (jika ada).
Dari beberapa uraian tersebut maka definisi tes beradasarkan Anas Sudijono adalah cara atau prosedur dalam
rangka pengukuran atau penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas
baik pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga
dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee, nilai yang dapat dibandingkan dengan
nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
1.2. Fungsi Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu;
 Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat
perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar
mengajar dalam jangka waktu tertentu.
 Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah
seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.
1.3. Ciri-Ciri Tes yang Baik
Persyaratan tes yang baik didasarkan pada dua hal.2 Pertama, menyangkut mutu tes. Kedua, menyangkut
pengadsministrasian dalam pelaksanaan. Suatu tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus
memenuhi beberapa persyaratan tes, yaitu ;
a. Validitas
Dalam pembicaraan evaluasi pada umumnya orang hanya mengenal istilah “valid” untuk alat evaluasi
atau instrumen evaluasi. Sebuah data atau informasi dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan sekitarnya.
Contoh ; informasi tentang seseorang yang bernama A menyebutkan bahwa si A pendek karena tingginya tidak
lebih dari 140 cm. Data tentang anak ini dikatakan valid apabila memang sesuai dengan kenyataan, yakni
bahwa tinggi A kurang dari 140 cm.
Sebuah tes dapat dikatakan valid apabila tes itu tepat mengukur apa yang hendak diukur. Istilah “valid”,
sangat sukar dicari penggantinya. Ada istilah baru yang mlai diperkenalkan, yaitu “sahih” sehingga validitas
diganti menjadi kesahihan. Walaupun istilah “tepat” belum dapat mencangkup semua arti yang tersirat dalam
kata “valid”, dan kata “tepat” kadang-kadang digunakan dalam konteks yang lain, akan tetapi tambahan kata
“tepat” dalam menerangkan kata “valid” dapat diperjelas apa yang dimaksud.
b. Reliabilitas
Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa Inggris, berasal dari
kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Seseorang dikatakan dapat dipercaya jika orang tersebut selalu
bicara ajeg, tidak berubah-ubah pembicaraannya dari waktu ke waktu. Demikian pula halnya dengan tes. Tes
tersebut dikatakan dapat dipercaya jika membeikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes
dikatakan reliable apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkkan ketetapan. Dengan kata lain, jika kepada para

1
Anas Sujiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2013.,hlm.66.
2
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2013.,hlm.70.
siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan
(rangking) yang sama dalam kelompoknya.
Walaupun tampaknya hasil tes pada pengetesan kedua lebih baik, akan tetapi karena kenaikan dialami
oleh semua siswa, maka tes yang digunakan dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Kenaikan hasil
tes kedua disebabkan oleh adanya “pengalaman” yang diperoleh ketika mengerjakan tes yang pertama. Jika
dihubungkan dengan validitas maka, validitas adalah ketepatan dan reliabilitas adalah ketetetapan.
c. Objektivitas
Dalam pengertian sehari-hari diketahui bahwa objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang
mempengaruhi. Lawan dari objektif adalah subjektif, artinya terdapat unsur pribadi yang masuk
mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakn tes itu tidak ada faktor
subjektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem skoringnya.
Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menetapkan ketetapan (consistency) pada sistem
skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektifitas dari suatu tes, yaitu bentuk tes dan penilaian.
d. Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki Praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah
pengadsministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya dan
dlengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.
e. Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan
ongkos/biaya mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
2. Pengembangan Alat Penilaian Yang Berupa Belajar Tes Matematika
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematik dan obyektif untuk memperoleh data atau
keterangan tentang seseorang, dengan cara tepat dan cepat. Tes matematika adalah alat pengumpul informasi tentang
hasil belajar matematika.
Teknik tes atau cara melaksanakan tes dapat digolongkan ke dalam 3 cara, yaitu :
a. Tes Tertulis
b. Tes Lisan
c. Tes Perbuatan
Ketiga macam teknik tes tersebut perbedaannya dititikberatkan pada segi cara menjawabnya, bukan dari cara
menyajikan atau memberikan tes itu. Jadi orientasinya adalah tes, bukan instrumen tes atau tester.
Dalam tes tertulis testee menjawab tes tersebut secara tertulis pada lembar jawaban. Tes tertulis sangat
bermanfaat untuk mengetahui kemahiran testi dalam teknik menulis yang benar, menyusun kalimat menurut
kaidah bahasa yang baik dan benar secara efisien, mengungkapkan buah pikiran melalui bahasa tulisan dengan
kata-kata sendiri.
Dalam tes lisan, jawaban yang diberikan oleh testi dalam bentuk ungkapan lisan. Instrumen yang
digunakan bisa saja disajikan dalam bentuk tulisan bisa pula dalam bentuk lisan. Pada umumnya tes lisan berbentuk
tanya jawab langsung secara lisan antara tester dengan testee. Tes lisan ini sangat berguna bagi siswa untuk melatih
diri dalam mengungkapkan pendapat atau buah pikirannya secara lisan dan mengembangkan kemampuan berbicara.
Tes perbuatan menuntut testee untuk melakukan perbuatan tertentu, tidak cukup hanya dengan menjawab
tes tersebut. Tes perbuatan diberikan dalam bentuk tugas atau latihan yang harus diselesaikan secara individual atau
kelompok. Dalam pembelajaran matematika, tes perbuatan bisa berupa memperagakan apakah suatu bangun datar
merupakan jaring-jaring kubus atau bukan, menggambarkan suatu bangun ruang dan menunjukkan semua bidang
diagonal serta diagonal bidang, membuat lukisan dengan menggunakan jangka, mistar, dan busur derajat, dan
sebagainya.3
3. Tipe dan Bentuk Tes
Tes tertulis menurut tipenya dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu tes tipe uraian dan tes tipe objektif.
3.1. Tes Tipe Uraian
Bentuk soal tes tipe uraian menuntut siswa untuk menyusun jawaban secara terurai. Jawaban tidak cukup hanya
dengan satu atau dua kata saja, tetapi memerlukan uraian yang lengkap dan jelas. Selain harus menguasai materi
tes, siswa dituntut untuk bisa mengungkapkannya dalam bahasa tulisan dengan baik.
Penyajian soal tipe uraian mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:
a. Pembuatan soal bentuk uraian relatif lebih mudah dan bisa dibuat dalam waktu yang tidak terlalu lama. Hal ini
disebabkan karena jumlah soalnya tidak terlalu banyak.
b. Karena dalam menjawab soal bentuk uraian siswa dituntut untuk menjawabnya secara rinci, maka proses
berpikir, ketelitian, sistematika penyusunan dapat dievaluasi.

3
Nanang Priatna, ”Pengembangan Alat
Penilaian”.http:/file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR_PEND_MATEMATIKA/196303311988031-
NANANG_PRIATNA/Pengembangan_Alat_Penilaian.pdf, diakses 29 Agustus 2018 pukul 18:36
c. Proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktivitas positif siswa, karena tes tersebut menuntut
siswa agar berpikir secara sistematik, menyampaikan pendapat dan argumentasi, mengaitkan fakta-fakta yang
relevan.
Di samping kelebihan yang dimiliki soal bentuk uraian, ia tidak luput dari kelemahan. Kelemahan soal bentuk
uraian antara lain:
a. Ruang lingkup materi yang disajikan dalam bentuk uraian kurang menyeluruh. Hal ini disebabkan waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan setiap butir soal cukup banyak, sehingga butir soal yang disajikan sedikit.
b. Soal tipe uraian, dalam pemeriksaan dan pemberian nilai akhir seringkali dipengaruhi faktor subyektifitas dari
pemeriksa, sehingga nilai akhir ada kemungkinan bias, kurang mencerminkan kemampuan sebenarnya.
c. Pemeriksaan jawaban soal bentuk uraian ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, tetapi harus diperiksa
oleh orang yang benar-benar ahli dalam bidangnya. Bila pemeriksa kurang mengetahui pokok persoalan yang
diujikan, akan mengakibatkan hasil pemeriksaan dapat merugikan siswa.
d. Pemeriksa jawaban tes bentuk uraian cukup rumit sehingga memerlukan waktu yang cukup banyak. Tiap siswa
akan memberikan uraian yang berlainan dan bermacam-macam, apalagi jika persoalannya divergen.
3.2. Tes Tipe Objektif
Istilah objektif adalah tidak adanya faktor lain yang mempengaruhi proses pemeriksaan, jadi benar-benar
murni hasil pekerjaan siswa.
Istilah lain dari tes tipe objektif adalah tes dengan jawaban singkat (short answer test). Tes tipe
objektif dewasa ini seringkali digunakan karena memiliki banyak kelebihan.
Kelebihan atau keunggulan disajikan soal tipe objektif antara lain:
a. Proses dan hasil pemeriksaan bersifat objektif sehingga hasilnya sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
b. Ruang lingkup materi yang diujikan lebih menyeluruh sehingga cukup representatif mewakili materi yang
telah dipelajari siswa.
c. Pemeriksaan tidak harus oleh penyusun soal itu, namun dapat dilakukan oleh orang lain asalkan sudah
memahami patokan dalam hal pedoman pemeriksaannya. Komputer pun dapat dimanfaatkan untuk proses
pemeriksaan dan pengolahan nilainya.
d. Jawaban yang benar sudah tertentu dan pasti. Siswa yakin akan jawabannya apabila ia sudah
mempelajari bahan yang diujikan, sehingga tidak timbul keraguan pada dirinya dalam hal menentukan
jawaban yang tepat.
e. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
f. Ketidakmampuan testi dalam bagian-bagian tertentu pada sebuah konsep atau topik lebih mudah dikenali
secara langsung dari jawaban butir soal yang salah.
Tes tipe objektif memiliki kelemahan-kelemahan, diantaranya adalah:
a. Proses berpikir siswa tidak dapat dievaluasi. Kita tidak tahu apakah siswa bekerja dengan benar, sesuai
dengan yang diperintahkan.
b. Kesempatan testi untuk menerka-nerka cukup besar, sehingga siswa yang tidak belajar pun atau tidak
menguasai materi dengan baik, mungkin saja dapat menjawab dengan tepat.
c. Tes tipe objektif kurang mampu memberikan gambaran sampai sejauhmana daya analisis siswa dan
mengemukakan pikiran serta gagasannya.
d. Pembuatan tes tipe objektif bukan saja sulit namun membutuhkan waktu yang tidak sedikit pula.
Menurut bentuknya tes tipe objektif terdiri dari 2 macam, yaitu:
1) Bentuk Benar-Salah (True-False)
Tes bentuk Benar-Salah soalnya disajikan dalam bentuk pernyataan. Pernyataan tersebut mengandung nilai
kebenaran Benar (B) atau Salah (S), tetapi tidak keduanya sekaligus.
2) Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Soal tipe objektif bentuk pilihan ganda pada saat ini mendapat perhatian dan seringkali digunakan dalam
penilaian pendidikan. Hal ini dilakukan mengingat bentuk ini lebih banyak keunggulannya jika
dibandingkan dengan soal tipe obyektif yang lainnya. Untuk mempertinggi ketetapan penilaian perlu
diperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut.
a. Pokok soal (stem) yang merupakan permasahan harus dirumuskan secara jelas.
b. Perumusan pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
c. Untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar atau yang paling benar.
d. Pada pokok soal sedapat mungkin dicegah perumusan pernyataan yang bersifat negatif.
e. Alternatif jawaban (option) sebaiknya logis dan pengecoh harus berfungsi.
f. Diusahakan agar tidak ada “petunjuk” untuk jawaban yang benar.
g. Diusahakan untuk mencegah penggunaan option terakhir yang berbunyi “Semua alternatif jawaban di
atas benar” atau “Semua pilihan jawaban di atas salah”.
h. Diusahakan agar alternatif jawaban homogen, baik dari segi isi atau materi maupun panjang-pendeknya
kalimat (pernyataan).
i. Apabila alternatif jawaban berbentuk angka (bilangan), susunlah secara berurutan mulai angka terkecil
di atas dan yang terbesar di bawah.
j. Di dalam pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bersifat tidak
tentu, seperti kebanyakan, seringkali, kadang-kadang, dan sejenisnya. Diusahakan agar jawaban butir soal
yang satu tidak tergantung dari jawaban butir soal yang lain.
k. Dalam merakit soal harus diusahakan agar jawaban yang benar (kunci jawaban) tidak terpola, tetapi
letaknya tersebar dan ditentukan secara random.
l. Penulisan alternatif jawaban diusahakan tersusun dari atas ke bawah, tidak ke samping.4
4. Kaidah Penulisan Alat Teknik Tes
Kaidahnya adalah seperti berikut ini.
a. Materi
i) Pernyataan harus sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi‐kisi.
ii) Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan tuntutan dalam kisi‐kisi (misal untuk tes sikap:
aspek kognisi, afeksi atau konasinya dan pernyataan positif atau negatifnya).
b. Konstruksi
i) Pernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak melebihi 20 kata) dan jelas.
ii) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relevan objek yang dipersoalkan atau kalimatnya merupakan
pernyataan yang diperlukan saja.
iii) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda.
iv) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa lalu.
v) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang faktual atau dapat diinterpretasikan sebagai fakta.
vi) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang dapat diinterpretasikan lebih dari satu cara. 5
5. Instrumen Penilaian Tes
5.1. Pengertian
Secara umum yang dimaksud instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel.6
Dalam bidang penelitian, instrumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel–
variabel penelitian untuk kebutuhan penelitian, sementara dalam bidang pendidikan instrumen digunakan untuk
mengukur prestasi belajar siswa, faktor – faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil
belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian
suatu program tertentu. Sedangkan menurut Permendikbud No. 104 Tahun 2014, instrumen penilaian adalah alat
yang digunakan untuk menilai capaian pembelajaran peserta didik, misalnya: tes, dan skala sikap.
Pengertian lainnya menjelaskan, bahwa instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data,
dapat berupa tes atau nontes.
Tes atau penilaian merupakan alat ukur pengumpulan data yang mendorong peserta memberikan penampilan
maksimal. Sedangkan Instrumen non-tes merupakan alat ukur yang mendorong peserta didik untuk memberikan
penampilan tipikal, yaitu melaporkan keadaan dirinya dengan memberikan respons secara jujur sesuai dengan
pikiran dan perasaannya.7
5.2. Jenis-jenis Instrumen Penilaian
Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam instrumen penilaian yang dapat dipergunakan untuk mengukur
dan menilai proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan terhadap peserta didik.
Instrumen tersebut terdapat dua bagian, yaitu; tes dan nontes. Yang termasuk kelompok tes adalah tes prestasi
belajar, tes intelegensi, tes bakat, dan tes kemampuan akademik. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok non-
tes adalah skala sikap, skala penilaian, pedoman observasi, pedoman wawancara, angket, pemeriksaan dokumen
dan sebagainya. Instrumen yang berbentuk tes bersifat performansi maksimum sedang instrumen non-tes bersifat
performansi tipikal.
5.3. Peran tes sebagai instrumen penilaian
Tes sebagai instrumen penilaian adalah pertanyaan–pertanyaan yang diberikan pada peserta didik untuk
mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulis (tes tulis), dan dalam bentuk
perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik,
terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan
dan pengajaran.
Ada dua jenis tes, yakni: tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian
terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar
salah, pilihan ganda dengan banyak variasi, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi.8

4
Ibid
5
Ibid.,pada tanggal 5 September 2018 pukul 14:50
6
“ATURAN PENULISAN”, diakses PDFhipki.disdikbudcms.net, pada tanggal 5 September 2018 pukul 15:36
7
Ibid.,pada tanggal 5 September 2018 pukul 15:37
8
Ibid.,pada tanggal 5 September 2018 pukul 15:36

Anda mungkin juga menyukai