Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Serviks

1. Definisi

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah serviks

(leher rahim) sebagai akibat adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol

dan merusak jaringan normal di sekitarnya (Kumalasari, 2012:88).

2. Penyebab Kanker Serviks

Penyebab dari kanker serviks adalah infeksi dari Human Papiloma Virus

(HPV) dan biasanya terjadi pada perempuan usia subur. Human Papiloma Virus

(HPV) ditular melalui hubungan seksual dan ditemukan pada 95% kasus kanker

mulut rahim. Infeksi HPV dapat menetap menjadi displasia atau sembuh secara

sempurna.

Proses terjadinya kanker serviks berhubungan erat dengan proses

metaplasia yaitu masuknya mutagen (bahan-bahan yang dapat merubah perangai

sel secara genetik). Pada fase aktif metaplasia dapat berubah menjadi sel yang

berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di zona transformasi. Sel yang

mengalami mutasi disebut sel displastik dan kelainan epitelnya disebut dysplasia

(Neoplasia Intra Epitel Serviks /NIS).

Berikut adalah tahap perkembangan kanker serviks:

a. Displasia (ringan, sedang, berat). Lesi displasia sering disebut lesi pra kanker

yaitu kelainan pertumbuhan sel yang perkembangannya sangat lambat.

9
10

b. Displasia kemudian berkembang menjadi karsinoma in-situ (kanker yang

belum menyebar)

c. Akhirnya menjadi karsinoma invasif (kanker yang dapat menyebar).

Perkembangan displasia menjadi kanker membutuhkan waktu bertahun-tahun

(7-15 tahun) (Kumalasari, 2012:88-89)

2. Gejala dan Tanda

Tanda-tanda dini kanker serviks mungkin tidak menimbulkan gejala.

Tanda-tanda dini yang tidak spesifik seperti sekret vagina yang agak berlebihan

dan kadang-kadang disertai dengan bercak perdarahan. Gejala umum yang sering

terjadi berupa perdarahan pervaginam (pasca senggama, perdarahan diluar haid)

dan keputihan.

Pada penyakit lanjut keluhan berupa keluarnya cairan pervaginam yang

berbau busuk, nyeri panggul, nyeri pinggang dan pinggul, sering berkemih, buang

air kecil dan buang air besar yang sakit. Gejala penyakit yang residitif berupa

nyeri pinggang, edema, kaki, unilateral, dan obstruksi ureter (Prawirohardjo,

2011:296).

3. Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko dan predisposisi yang menyebabkan perempuan

terpapar HPV (sebagai etiologi dari kanker serviks) diantaranya adalah sebagai

berikut (Kumalasari, 2012:90):

a. Menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda.

Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda perempuan melakukan

hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks.


11

b. Jumlah kehamilan dan partus

Kanker serviks terbanyak dijumpai pada perempuan yang sering partus.

Semakin sering partus semakin besar kemungkinan risiko mendapat

karsinoma serviks.

c. Perilaku seksual

Berdasarkan penelitian, risiko kanker serviks meningkat lebih dari 10

kali bila berhubungan dengan enam atau lebih mitra seks atau bila hubungan

seks pertama di bawah 15 tahun. Risiko juga meningkat bila berhubungan

seks dengan laki-laki beresiko tinggi (laki-laki yang berhubungan seks

dengan banyak perempuan) atau laki-laki yang mengidap penyakit jengger

ayam (kondiloma akuninatum) di penis.

d. Riwayat infeksi di daerah kelamin dan radang panggul

Infeksi Menular Seksual (IMS) dapat menjadi peluang meningkatnya

risiko terkena kanker serviks.

e. Sosial ekonomi

Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi

rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas

dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah

umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi

imunitas tubuh.

f. Higiene dan sirkumsisi

Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada

perempuan yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria
12

nonsirkumsisi, higiene penis tidak terawat sehingga terdapat kumpulan

smegma.

g. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

Terkandung nikotin dan zat lainnya yang terdapat di dalam rokok. Zat-

zat tersebut dapat menurunkan daya tahan serviks dan menyebabkan

kerusakan DNA epitel serviks sehingga timbul kanker serviks, sedangkan

pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari

adanya erosi di serviks yang kemudian menjadi infeksi berupa radang terus

menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

h. Defisiensi zat gizi

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat

meningkatkan risiko terkena kanker serviks pada wanita yang rendah

konsumsi beta karoten dan vitamin (A, C, dan E).

4. Stadium

Stadium kanker serviks ditetapkan secara klinis. Stadium klinis

membutuhkan pemeriksaan pelviks, jaringan serviks (biopsi konisasi untuk

stadium I A dan biopsi jaringan serviks untuk stadium klinik lainnya), foto paru-

paru, pielografi intravena, (dapat pula digantikan dengan foto CT-scan)

(Prawirohardjo, 2011:297).
13

B. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

1. Definisi

Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) yaitu suatu metode

pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim menggunakan lidi

wotten yang telah dicelupkan kedalam asam asetat/asam cuka 3-5% dengan

mata telanjang. Daerah yang tidak normal akan berubah warna menjadi putih

(acetowhite) dengan batas yang tegas dan mengindikasikan bahwa serviks

mungkin memiliki lesi prakanker. Jika tidak ada perubahan warna maka dapat

dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Kumalasari, 2012:96).

Deteksi dini kanker leher rahim dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

sudah dilatih dengan pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam

asetat yang sudah di encerkan, berarti melihat leher rahim dengan mata

telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat 3-5%.

Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi

putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin memiliki

lesi prakanker (Kemenkes RI, 2015:16).

Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk

saat menstruasi, dan saat asuhan nifas atau paska keguguran. Pemeriksaan IVA

juga dapat dilakukan pada perempuan yang dicurigai atau diketahui memiliki

ISR/IMS atau HIV/AIDS (Kemenkes RI, 2015:15).

2. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi IVA merupakan skrining kanker mulut rahim. Kontraindikasi

yaitu tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopouse karena zona


14

transisional seringkali terletak kanalis servikalis dan tidak tampak dengan

pemeriksaan inspekulo (Rasjidi, 2009:132).

3. Keuntungan Pemeriksaan IVA

Pemeriksaan IVA dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber yang daya

rendah bila dibandingkan dengan jenis skrining yang lain, karena (Kumalasari,

2012:97):

a. Mudah dilakukan, aman dan tidak mahal

b. Akurasinya sama dengan tes-tes lain

c. Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan yang

sudah terlatih

d. Dapat dilakukan di semua jenjang pelayanan kesehatan (Rumah Sakit,

Puskesmas, Pustu, Polides, dan klinik dokter spesialis, dokter umum dan

bidan)

e. Langsung ada hasilnya sehingga dapat segera dilakukan pengobatan dengan

krioterapi yaitu pembekuan serviks berupa penerapan pendinginan secara

terus menerus selama 3 menit untuk membekukan (Freeze) dan diikuti

dengan pencairan selama 5 menit kemudian diikuti dengan pembekuan lagi

selama 3 menit dengan menggunakan CO2 dan NO2 sebagai pendingin.

f. Sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan mudah didapat

g. Tidak bersifat invasif dan dapat mengidentifikasi lesi prakanker secara

efektif
15

4. Langkah-langkah Pemeriksaan IVA

a. Alat dan Bahan

1) Spekulum

2) Lampu

3) Larutan asam asetat 3-5%

1) Dapat digunakan asam cuka 25% yang dijual di pasaran kemudian

diencerkan menjadi 5% dengan perbandingan 1:4 (1 bagian asam

cuka dicampur dengan 4 bagian air). Contohnya: 10 ml asam cuka

25% dicampur dengan 40 ml air akan menghasilkan 50 ml asam

asetat 5 %. Atau 20 ml asam cuka 25 % dicampur dengan 80 ml air

akan menghasilkan 100 ml asam asetat 5%

2) Jika akan menggunakan asam asetat 3%, asam cuka 25 %

diencerkan dengan air dengan perbandingkan 1:7 (1 bagian asam

cuka dicampur 7 bagian air). Contohnya : 10 ml asam cuka 25%

dicampur dengan 70 ml air akan menghasilkan 80 ml asam asetat

3%.

3) Campur asam asetat dengan baik

4) Buat asam asetat sesuai keperluan hari itu. Asam asetat jangan

disimpan untuk beberapa hari.

4) Kapas lidi

5) Sarung tangan

6) Larutan klorin untuk dekontaminasi peralatan


16

b. Metode Pemeriksaan

1) Memastikan identitas , memeriksa status dan kelengkapan informed

consent klien

2) Klien diminta untuk membuka pakaiannya dari pinggang hingga lutut dan

menggunakan kain yang sudah disediakan

3) Klien diposisikan dalam posisi litotomi

4) Tutup area pinggang hingga lutut klien dengan kain

5) Gunakan sarung tangan

6) Bersihkan genitalia eksterna dengan air DTT

7) Masukkan spekulum dan tampakkan serviks hingga jelas terlihat

8) Bersihkan serviks dari cairan, darah, dan sekret dengan kapas lidi bersih

Periksa serviks sesuai langkah-langkah berikut :

a) Terdapat kecurigaan kanker atau tidak : Jika ya, klien dirujuk ,

pemeriksaan IVA tidak dilanjutkan . Jika pemeriksaan adalah dokter

ahli obstetri dan ginekologi , lakukan biopsi.

b) Jika tidak dicurigai kanker, identifikasi Sambungan Skuamo kolumnar

(SSK) Jika SSK tidak tampak , maka : dilakukan pemeriksaan mata

telanjang tanpa asam asetat, lalu beri kesimpulan sementara, misalnya

hasil negatif namun SSK tidak tampak. Klien disarankan untuk

melakukan pemeriksaan selanjutnya lebih cepat atau pap smear

maksimal 6 bulan lagi.

c) Jika SSK tampak, lakukan IVA dengan mengoleskan kapas lidi yang

sudah dicelupkan ke dalam asam asetat 3-5% ke seluruh permukaan

serviks
17

d) Tunggu hasil IVA selama 1 menit, perhatikan apakah ada bercak putih

( acetowhite epithelium) atau tidak

e) Jika tidak (IVA negatif), jelaskan kepada klien kapan harus kembali

untuk mengulangi pemeriksan IVA

f) Jika ada (IVA positif) , tentukan metode tata laksana yang akan

dilakukan

10). Keluarkan spekulum

11). Buang sarung tangan , kapas, dan bahan sekali pakai lainnya ke dalam

container ( tempat sampah) yang tahan bocor, sedangkan untuk alat-alat

yang dapat digunakan kembali, rendam dalam larutan klorin 0,5% selama

10 menit untuk dekontaminasi

12). Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien, kapan harus melakukan

pemeriksaan lagi, serta rencana tata laksana jika diperlukan (Kemenkes RI,

2015:17-19).

5. Penatalaksanaan IVA Positif

Bila ditemukan IVA Positif, dilakukan krioterapi, elektrokauterisasi atau

eksisi LEEP/LLETZ.

a. Krioterapi dilakukan oleh dokter umum, dokter spesialis obstetri dan

ginekologi

b. atau konsultan onkologi ginekologi

c. Elektrokauterisasi, LEEP/LLETZ dilakukan oleh dokter spesialis obstetri dan

d. ginekologi atau konsultan onkologi ginekologi (Kemenkes RI, 2015:19).


18

C. Wanita Usia Subur

Wanita Usia Subur (WUS) berada pada kisaran usia 15 tahun sampai 49

tahun, maka pelayanan kesehatan pada kelompok ini meliputi remaja dan Pasangan

Usia Subur (PUS). Kesehatan perempuan mempengaruhi semua aspek

kehidupannya, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Sampai saat ini,

pelayanan kesehatan bagi perempuan selalu diartikan sebagai layanan kesehatan

selama kehamilan dan melahirkan. Sebagian besar perempuan mengalami tiga

masalah gangguan kesehatan yaitu kurang gizi, terlalu sering hamil, dan kelelahan.

Tiap masalah ini mempengaruhi kesehatan umum perempuan dan melelahkan

tubuhnya sehingga rentan terhadap penyakit. Kehamilan maupun membuat

gangguan kesehatan lainnya bertambah parah seperti malaria, hepatitis, diabetes

dan anemia. Penyakit tersebut juga mengakibatkan kehamilan menjadi sulit

(Prasetyawati, 2012).

Pelayanan kesehatan reproduksi pada WUS akan meningkatkan kualitas

sumber daya manusia. Ada 8 komponen yang termasuk dalam kesehatan reproduksi

yaitu konseling tentang seksualitas, kehamilan, alat kontrasepsi, aborsi, infertilitas,

infeksi dan penyakit, pendidikan seksualitas dan gender, pencegahan, skrining dan

pengobatan saluran reproduksi, infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS dan

masalah kebidanan lainnya, pemberian informasi yang benar, sehingga secara

sukarela memilih alat kontrasepsi yang ada, pencegahan dan pengobatan infertilitas,

pelayanan aborsi aman, pelayanan kehamilan, persalinan oleh tenaga kesehatan,

pelayanan pasca kelahiran, pelayanan kesehatan untuk bayi dan anak-anak

(Prasetyawati, 2012:93).
19

D. Konsep Perilaku

Menurut Lawrence Green dalam Notoadmodjo (2010), analisis perilaku

manusia dari tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua

faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior cause) dan faktor diluar perilaku (non-

behavior cause). Selanjutnya perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yang

disebut PRECEDE yaitu Predisposing, Enabling, dan Reinforcing Cause In

Educational Diagnosis and Evaluation. Precede merupakan arah dalam

menganalisis atau diagnosis dan evaluasi perilaku untuk intervensi pendidikan

(promosi) kesehatan. PRECEDE model ini diuraikan bahwa perilaku itu sendiri

ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yaitu :

1. Faktor Predisposisi

Terwujud dalam pengetahuan, kepercayaan, pendidikan, sikap, persepsi

dan motivasi.

2. Faktor pendukung

Terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya

fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan.

3. Faktor pendorong

Terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain

yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. (Notoadmodjo,

2010)

Menurut Teori Benyamin Bloom perilaku terjadi diawai dengan adanya

pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor-faktor diluar orang tersebut atau

lingkungan baik fisik maupun nonfisik. Kemudian pengalaman dan lingkungan

tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini dan sebagainya sehingga menimbulkan


20

motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut

yang berupa perilaku.

D. Pengetahuan

1. Definisi

Menurut Notoatmodjo (2010:27), Pengetahuan merupakan hasil tahu

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian.

2. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan ini bertujuan untuk mengelompokkan tingkah laku

suatu masyarakat atau individu yang diinginkan, bagaimana individu itu berfikir

dan berbuat. Adapun tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010:27-28),

yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat yaitu:

a Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.


21

b Memahami (Comprhension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di

sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetap masih didalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

e Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau mengubungkan bagian-bagian didalam bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun,


22

dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria yang telah ada.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Berbagai macam cara untuk memperoleh pengetahuan dikelompokkan

menjadi dua yaitu (Wawan, 2010:14-15):

a. Cara kuno memperoleh pengetahuan

1) Cara coba salah (trialand error)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan jika kemungkinan tersebut tidak dapat berhasil

maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat

terselesaikan.

2) Cara kekuasaan (otoritas)

Sumber pengetahuan cara ini dapat dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas baik berupa pimpinan-pimpinan masyarakat formal

maupun informal, ahli agama, pemegang perintah tanpa menguji terlebih

dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta yang

empiris maupun dengan pendapat sendiri.


23

3) Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali.

b. Cara Baru atau Ilmiah

Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis dan ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian.

Kemudian diadakan penggabungan antara proses berfikir deduktif, induktif,

dan verikatif, akhirnya lahir suatu cara melakukan penelitian yang dewasa ini

kita kenal dengan metode penelitian ilmiah.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah (Ariani, 2014:23-

26):

a. Faktor Internal

1) Umur

Umur merupakan rentang waktu seseorang yang dimulai sejak dilahirkan

hingga berulang tahun. jika seseorang itu memiliki umur yang cukup maka

akan memiliki pola pikir dan pengalaman yang matang. umur akan sangat

berpengaruh terhadap daya tangkap sehingga pengetahuan yang diperoleh

akan semakin baik.

2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah

satunya adalah adanya perbedaan tingkat kesadaran antara laki-laki dan

perempuan. Pada umumnya perempuan memiliki kesadaran yang baik dalam


24

mencari tahu informasi daripada laki-laki baik itu secara formal maupun

informal.

3) Pendidikan

Pendidikan merupakan seluruh proses kehidupan yang dimiliki oleh

setiap individu berupa interaksi individu dengan lingkungannya baik secara

formal maupun informal yang melibatkan perileku individu maupun

kelompok. makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut

menerima informasi.

4) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. pengalaman

bekerja akan memberikan pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman

dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil

keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah.

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik

lingkungan fisik, biologis maupun sosial. lingkungan berpengaruh terhadap

proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam

lingkungan tersebut.

2) Sosial Budaya

Sosial budaya merupakan suatu kebiasaan atau tradisi yang dilakukan

seseorang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
25

dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan.

3) Status Ekonomi

Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu. sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Sumber Informasi

Seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan

memperoleh pengetahuan yang luas pula.

E. Motivasi

1. Pengertian

Motif atau motivasi berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan

dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi

tidak terlepas dari kata kebutuhan atau needs atau want. Kebutuhan adalah suatu

“ potensi “ dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspons. Tanggapan

terhadap kebutuhan tersebut diwujudkan dalam bentuk tindakan untuk

pemenuhan kebutuhan tersebut, dan hasilnya adalah orang yang bersangkutan

merasa atau menjadi puas. Apabila kebutuhan tersebut belum direspon atau

dipenuhi maka akan selalu berpotensi untuk muncul kembali sampai dengan

terpenuhinya kebutuhan yang dimaksud (Notoadmodjo, 2010:119).

Banyak batasan pengertian tentang motivasi ini antara lain sebagai

berikut ini (Notoatmodjo, 2010:119-120) :


26

a. Pengertian motivasi seperti yang dirumuskan oleh Terry G. (1986) adalah

keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang mendorongnya

untuk melakukan perbuatan-perbuatan, tindakan, tingkah laku atau perilaku.

b. Sedangkan Stooner (1992) mendefinisikan bahwa motivasi adalah sesuatu

hal yang mendukung tindakan atau perilaku seseorang.

c. Dalam konteks pengembangan organisasi Flippo (1984) merumuskan bahwa

motivasi adalah suatu arahan pegawai dalam suatu orgnisasi agar mau

bekerja sama dalam mencapai keinginan para pegawai dalam rangka

pencapaian keberhasilan organisasi.

d. Dalam konteks yang sama (pengembangan organisasi), Duncan (1981)

mengemukakan bahwa motivasi adalah setiap usaha yang didasarkan untuk

mempengaruhi perilaku seseorang dalam meningkatkan tujuan organisasi

semaksimal mungkin.

e. Knootz (1972) merumuskan bahwa motivasi mengacu pada dorongan dan

usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan (Motivation refers to

the drive and efford to satisfy a want or goal).

f. Berbeda dengan Hasibuan (1995) yang merumuskan bahwa motivasi adalah

suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan yang

akhirnya seseorang bertindak atau berperilaku. Ia menambahkan bahwa

setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Dari berbagai batasan dan dalam konteks yang berbeda seperti tersebut

diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi atau motif adalah suatu dorongan dari

dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-


27

kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motif tidak dapat diamati yang

dapat diamati adalah kegiatan atau mungkin alasan-alasan tindakan tersebut.

2. Macam-macam Motivasi

Motif dapat dibagi berdasarkan berbagai pandangan dari para ahli, antara

lain (Sardiman, 2011:86-89):

a. Pembagian motif berdasarkan kebutuhan manusia, dibedakan menjadi 3

macam, yakni :

1) Motif kebutuhan biologis, seperti minum, makan, bernapas, seksual,

bekerja dan beristirahat.

2) Motif darurat, yang mencakup dorongan-dorongan menyelamatkan diri,

berusaha dan dorongan untuk membalas.

3) Motif objektif, yang meliputi kebutuhan untuk melakukan eksplorasi,

melakukan manipulasi dan sebagainya.

b. Pembagian motif berdasarkan atas terbentuknya motif tersebut mencakup :

1) Motif-motif pembawaan, yang dibawa sejak lahir, tanpa dipelajari, misal

dorongan untuk makan, minum, beristirahat, dorongan seksual dan

sebagainya.

2) Motif yang dipelajari yaitu motif-motif yang timbul karena dipelajari,

seperti dorongan untuk belajar sesuatu, dorongan untuk mengejar

kedudukan dan sebagainya.

c. Pembagian motif menurut penyebabnya :

1) Motif ekstrinsik, yaitu motif yang berfungsi karena adanya rangsangan dari

luar. Misalnya, seseorang ibu mau mendatangi penyuluhan gizi, karena


28

menurut kader kesehatan bahwa informasi gizi penting dalam rangka

perkembangan anaknya.

2) Motif intrinsik, yaitu motif yang berfungsi tanpa rangsangan dari luar tetapi

sudah dengan sendirinya terdorong untuk berbuat sesuatu.

3. Teori-teori Motivasi

a. Teori Maslow

Maslow, seorang ahli psikologi telah mengembangkan teori motivasi ini sejak

tahun 1943. Maslow mengembangkan teorinya setelah ia mempelajari

kebutuhan-kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat atau sesuai dengan

“hierarki” dan menyatakan bahwa :

1) Manusia adalah suatu makhluk sosial “berkeinginan” dan keinginan ini

menimbulkan kebutuhan yang perlu dipenuhi. Keinginan atau kebutuhan ini

bersifat terus-menerus dan selalu meningkat.

2) Kebutuhan yang telah terpenuhi (dipuaskan), mempunyai pengaruh untuk

menimbulkan keinginan atau kebutuhan lain dan yang lebih meningkat.

3) Kebutuhan manusia tersebut tampaknya berjenjang atau bertingkattingkat.

Tingkatan tersebut menunjukkan urutan kebutuhan yang harus dipenuhi

dalam suatu waktu tertentu. Satu motif yang lebih tinggi tidak akan dapat

mempengaruhi atau mendorong tindakan seseorang, sebelum kebutuhan

dasar terpenuhi. Dengan kata lain, motif-motif yang bersifat psikologis

tidak akan mendorong perbuatan seseorang, sebelum kebutuhan dasar

(biologis) tersebut terpenuhi.

4) Kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lain saling kait mengait,

tetapi tidak terlalu dominan keterkaitan tersebut. Misalnya, kebutuhan


29

untuk pemenuhan kebutuhan berprestasi tidak harus dicapai sebelum

pemenuhan kebutuhan berafiliasi dengan orang lain, meskipun kedua

kebutuhan tersebut saling berkaitan

b. Teori Mc Clelland

Menurut Mc Clelland, mengatakan bahwa dalam diri manusia ada dua motivasi,

yakni motif primer atau motif yang tidak dipelajari dan motif sekunder atau

motif yang dipelajari melalui pengalaman serta interaksi dengan orang lain.

Selanjutnya motif sosial oleh Clelland yang dikutip oleh Isnanto Bachtiar

Senoadi (1984), dibedakan menjadi 3 motif, yakni :

1) Motif berprestasi

Berprestasi adalah suatu dorongan yang ada pada setiap manusia untuk

mencapai hasil kegiatannya atau hasil kerjanya secara maksimal. Motif

berprestasi adalah sebagai dorongan untuk sukses dalam situasi kompetisi

yang didasarkan kepada ukuran “keunggulan” dibanding dengan standar

ataupun kemampuan orang lain.

2) Motif berafiliasi

Kebutuhan berafiliasi dengan orang lain terpenuhi atau dengan kata

lain diterima oleh orang lain atau lebih positif lagi supaya disukai oleh orang

lain, ia harus menjaga hubungan baik dengan orang lain. Untuk mewujudkan

“disenangi orang lain” maka setiap perbuatannya atau perilakunya adalah

merupakan alat atau “media” untuk membentuk, memelihara, diterima dan

bekerja sama dengan orang lain.


30

3) Motif berkuasa

Manusia mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi dan

menguasai orang lain, baik dalam kelompok sosial yang kecil maupun

kelompok sosial besar. Motif untuk mempengaruhi dan menguasai orang lain

ini oleh Clelland disebut motif berkuasa. Motif berkuasa ini adalah berusaha

mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai kepuasan melalui tujuan

tertentu, yakni kekuasaan dengan jalan mengontrol atau menguasai orang

lain (Notoatmodjo, 2010:120).

4. Metode dan Alat Motivasi

Untuk meningkatkan motivasi seseorang terhadap suatu jenis perilaku dapat

dilakukan dengan memberikan hadiah atau “iming-iming” berupa benda atau

materi. Tetapi tidak semua orang meningkatkan motivasinya karena diberikan

hadiah atau uang misalnya, melainkan banyak faktor yang berpengaruh terhadap

motivasi tersebut. Beberapa ahli mengelompokkan dua cara atau metode untuk

meningkatkan motivasi, yakni (Notoatmodjo, 2010:129-130):

a. Metode langsung (Direct motivation)

Pemberian materi atau nonmateri kepada orang secara langsung untuk

memenuhi kebutuhan merupakan cara yang langsung dapat meningkatkan

motivasi kerja. Yang dimaksud dengan pemberian materi adalah misalnya

pemberian bonus, pemberian hadiah pada waktu tertentu. Sedangkan

pemberian nonmateri antara lain memberikan pujian, memberikan

penghargaan dan tanda-tanda penghormatan yang lain dalam bentuk surat

atau piagam.
31

b. Metode tidak langsung (Indirect motivation)

Adalah suatu kewajiban memberikan kepada anggota suatu organisasi berupa

fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya, membangun atau

penyediaan air bersih kepada suatu desa tertentu yang dapat menunjang

perilaku kesehatan mereka.

5. Kategori Motivasi

Menurut Notoadmodjo (2010:132), kategori motivasi dapat dibedakan

menjadi dua yaitu

a. Motivasi positif (Insentif Positif)

Adalah pimpinan masyarakat atau organisasi memberikan hadiah atau

reward kepada anggota atau bawahan yang berprestasi atau berperilaku sehat.

b. Motivasi negatif (Insentif Negatif)

Adalah pimpinan memberian hukuman (punishment) kepada anggotanya

atau bawahannya yang kurang beprestasi atau perilakunya kurang baik.


32

E. Kerangka Teori

Sebagai bahan acuan dalam penelitian ini kerangka teori yang dipergunakan

dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Faktor Predisposisi :
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Keyakinan
5. Nilai-nilai

Faktor Pendukung :
Tersedia atau tidak tersedianya
Perilaku
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan
kesehatan

Faktor pendorong
Sikap dan perilaku petugas kesehatan

Motivasi

Sumber : Teori Lawrence Green (1980) ; Benyamin Bloom (1908) dalam


Notoatmodjo (2010:33 dan 76)

Anda mungkin juga menyukai

  • BAb 1 Baru
    BAb 1 Baru
    Dokumen6 halaman
    BAb 1 Baru
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1V
    BAb 1V
    Dokumen3 halaman
    BAb 1V
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1
    BAb 1
    Dokumen5 halaman
    BAb 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1
    BAb 1
    Dokumen5 halaman
    BAb 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1
    BAb 1
    Dokumen5 halaman
    BAb 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1V
    BAb 1V
    Dokumen3 halaman
    BAb 1V
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAB 5 Baru 2
    BAB 5 Baru 2
    Dokumen9 halaman
    BAB 5 Baru 2
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1V
    BAb 1V
    Dokumen3 halaman
    BAb 1V
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen26 halaman
    Bab Ii
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1
    BAb 1
    Dokumen6 halaman
    BAb 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen24 halaman
    Bab Ii
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1
    BAb 1
    Dokumen6 halaman
    BAb 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen8 halaman
    Bab 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1
    BAb 1
    Dokumen6 halaman
    BAb 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen8 halaman
    Bab 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen2 halaman
    Bab Vi
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen8 halaman
    Bab Iii
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Profil Kepegawaian Staf Puskesmas Paal Lim1
    Profil Kepegawaian Staf Puskesmas Paal Lim1
    Dokumen2 halaman
    Profil Kepegawaian Staf Puskesmas Paal Lim1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Analisis Ketenagaan, Pemetaan Kompetensi Dan Rencana Pengembangan
    Analisis Ketenagaan, Pemetaan Kompetensi Dan Rencana Pengembangan
    Dokumen16 halaman
    Analisis Ketenagaan, Pemetaan Kompetensi Dan Rencana Pengembangan
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAB V Bru
    BAB V Bru
    Dokumen10 halaman
    BAB V Bru
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen8 halaman
    Bab 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab IV Tinjauan Kasus
    Bab IV Tinjauan Kasus
    Dokumen27 halaman
    Bab IV Tinjauan Kasus
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Absen Penelitian No Inisial Nama Kelas Tanda Tangan
    Absen Penelitian No Inisial Nama Kelas Tanda Tangan
    Dokumen3 halaman
    Absen Penelitian No Inisial Nama Kelas Tanda Tangan
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Bru
    BAB IV Bru
    Dokumen11 halaman
    BAB IV Bru
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen2 halaman
    Bab Vi
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat