Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Serviks

1. Definisi

Kanker leher rahim adalah merupakan kanker dii bagaian sistem

reproduksi wanita. Serviks adalah bagian sempit yang ada di sebelah bawah

uterus (rahim). Serviks merupakan sebuah saluran dimana serviks

menghubungkan uterus dengan vagina (Masriadi, 2016).

Kanker leher rahim adalah kanker yang berasal dan tumbuh pada

serviks. Khususnya berasal dari epitel atau lapisan luar permukaan serviks.

Disebabkan oleh infeksi virus HPV. Kanker leher rahim adalah tumor ganas

yang tumbuh di dalam leher (serviks) bagian terendah dari rahim yang

menempel pada puncak vagina. Kanker rahim disebut juga kanker serviks

atau kanker leher rahim atau kanker mulut rahim menyerang bagian mulut

atau leher rahim. Bagian ini adalah bagian bawah rahim yang menonjol atau

menjorok ke rongga dalam vagina (Masriadi, 2016).

Kanker serviks merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak

diderita. Karsinoma serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada

serviks dalam keadaan ini terdapat kelompok sel yang abnormal yang

terbentuk oleh jaringan yang tumbuh secara terus menerus dan tidak terbatas,

7
8

tidak terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh tidak dapat melaksanakan

fungsi sebagaimana mestinya (Rohan, 2017).

2. Penyebab Kanker Serviks

Kanker serviks dimulai ketika sel-sel yang sehat mengalami mutasi

genetic atau perubahan pada DNA. Mutasi genetic ini kemudian merubah sel

normal menjadi sel abnormal. Sel yang sehat akan tumbuh dan

berkembangbiak tanpa terkendali. Jumlah sel abnormal yang terus bertambah

akan membentuk tumor. Sel kanker yang muncul kemudian menyerang

jaringan di sekitarnya. Sel ini bisa melepaskan diri dari awal dan menyebar ke

wilayah tubuh lainnya, proses ini disebut sebagai metastasis (Rohan, 2017).

Kanker serviks terjadi jika sel serviks menjadi abnormal dan

membelah secara tak terkendali. Jika sel serviks terus membelah maka akan

terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak

atau ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaanya disebut kanker

serviks. Kanker serviks disebabkan oleh human papiloma virus atau lebih

dikenal dengan virus HPV. Virus kanker serviks bersifat spesifik dan hanya

tumbuh di dalam sel manusia. Terutama pada sel-sel lapisan permukaan atau

epitel mulut rahim (Masriadi, 2016).

Human Papilomavirus (HPV) merupakan etiologi 99,7% kanker

serviks di seluruh dunia. Sebagian besar HPV akan menghilang dengan

sendirinya karena tubuh memiliki sistem kekebalan alami dan sebagian HPV

yang tidak menghilang dan justru menetap. HPV yang menetap inilah yang
9

menyebabkan perubahan sel normal serviks menjadi kanker serviks. Human

Papilomavirus memegang peranan penting dalam hal terjadinya kanker leher

rahim. Seseorang yang mengidap HPV seumur hidup virus tersebut akan

berada pada tubuh orang tersebut, saat ini belum ada teknologi kedokteran

termasuk yang paling maju sekalipun yang bisa membunuh virus tersebut

sampai tuntas pada tubuh seseorang. Pencegahan terhadap masuknya virus ini

sangatlah penting dalam mencegah terjadinya kanker leher rahim (Masriadi,

2016).

3. Etiologi

Dari semua kasus kanker serviks, umumnya penderita memiliki

riwayat infeksi HPV. Sebenarnya sebagian besar HPV tidak menimbulkan

bahaya serius. Akan tetapi pada beberapa kasus, HPV bertipe tertentu seperti

HPV 16,18,31,35, dan 38 dapat membuat penderita terjangkit kanker serviks.

Selain disebabkan oleh HPV kanker serviks juga disebabkan faktor genetic

dan faktor-faktor lain yang telah menjadi kebiasaan di masyarakat, bahkan

saat ini menjadi hal yang dimaklumi. Faktor tersebut antara lain merokok,

seks bebas, berganti-ganti pasangan dan melakukan hubungan seksual usia

dini (Ratnawati, 2018).

4. Patofisiologi

Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan

membelah secara tak terkendali. 90% dari kanker serviks berasal dari sel

skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar
10

penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.

Perubahan prakanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala.

Perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani

pemeriksaan panggul dan pap smear (Masriadi, 2016).

Penyebab langsung karsinoma uterus belum diketahui. Faktor

ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks uteri

adalah smegma, infeksi virus Human Papiloma Virus (HPV) dan

spermatozoa. Karsinoma serviks uteri timbul di sambungan skuamokolumner

serviks. Faktor risiko yang berhubunga degan karsinoma serviks ialah

perilaku seksual berupa mitra seks multiple, paritas, nutrisim rokok dan lain-

lain. Faktor-faktor risiko kejadian kanker serviks adalah riwayat pasangan

seksual lebih dari satu orang, riwayat persalinan usia dini, pemajanan

terhadap Human Papiloma Virus (HPV), infeksi HIV, merokok dan

pemajaman terhadap dietilstilbestrol (DES) in utero (Rohan, 2017).

5. Faktor Risiko

Faktor risiko dari kanker leher rahim yaitu (Masriadi, 2016):

a. Infeksi HPV

Salah satu etiologi kanker serviks adalah infeksi HPV. Penelitian

epidemiologi memperlihatkan bahwa infeksi HPV terdeteksi menggunakan

penelitian molekuler pada 99,7% wanita dengan karsinoma sel skuamosa.

Gejala yang disebabkan oleh HPV dapat ditanggulangi namun virus itu

sendiri tidak bisa diobati. Infeksi HPV umumnya terjadi setelah wanita
11

melakukan hubungan seksual, selama hidupnya hamper separuh wanita

dan laki-laki pernah terkena infeksi HPV (80% dari wanita terkena infeksi

sebelum 50 tahun).

b. Umur

Perempuan yang rawan mengidap kanker leher rahim adalah mereka

berusia 35-50 tahun yang masih aktif berhubungan seksual (prevealensi 5-

10%). Fakta yang memperlihatkan bahwa terjadi pengurangan risiko

infeksi HPV seiring pertambahan usia namun sebliknya risiko infeksi

menetap atau persisten justru meningkat hal ini diduga karena seiring

pertambahan usia terjadi perubahan anatomi (retraksi) dan histology

(metaplasia).

Peningkatan usia seseorang sealu diiringi dengan penurunan kinerja

organ-organ dan kekebalan tubuh dan itu membuatnya relative mudah

terserang berbagai infeksi.

c. Aktivitas Seksual Pertama Kali

Angka kejadian tertinggi kanker leher rahim sekitar 20% terutama

dijumpai pada perempuan yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16

tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan risiko

terserang kanker leher rahim dua kali lebih besar dibandingkan perempuan

yang melakukan hu ungan seksual setelah usia 20 tahun.


12

d. Merokok

Wanita merokok memiliki peluang 2 kali lebih besar untuk mengidap

kanker leher rahim disbanding wanita yang tidak merokok. Asap tembakau

yang dihirup dari asap rokok mengandung polycyclic aromatic

hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Zat tersebut akan turut diedarkan

oleh darah ke seluruh bagian tubuh. Kandungan asap tembakau

mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi virus. Bahkan

pada laki-laki yang mengidap virus HPV senyawa nikotin akan

mempercepat reproduksi dan penggandaan sel HPV dalam tubuhnya.

Kandungan nikotin di dalam lendir serviks meningkatkan daya reproduksi

sel squamous intraepithelial lesions jenis sel yang dikenal berpotensi

termutasi menjadi sel kanker ganas.

e. Riwayat pemakaian pil KB

Pemakaian pil KB secara terus menerus berpotensi menimbulkan kanker

leher rahim. Pada pamakaian lebih dari 5 tahun beresiko meningkat dua

kali lebih besar disbanding wanita yang tidak memakai pil KB. WHO

menyatakan bahwa pemakaian pil KB mengandung risiko kanker leher

rahim bagi wanita sebesar 1,19 kali lebih besar dan meningkat terus sesuai

lama pemakainya.

f. Paritas

Wanita yang mempeunyai banyak anak atau sering melahirkan mempunyai

risiko terserang kanker leher rahim lebih besar. Wanita yang melahirkan
13

lebih dari dua kali dengan jarak terlalu dekat. Kerusakan jaringan epitel ini

berkembang kea rah pertumbuhan sel abnormal yang berpotensi ganas.

Hubungan antara tingginya paritas (frekuensi atau seringnya melahirkan)

dengan kanker leher rahim mungkin akibat menurunnya kemampuan

serviks dalam mempertahankan zona transformasi pada ektoserviks

terhadap HPV, selain kemungkinan faktor hormonal yang juga dapat

berperan. Terdapat hubungan linear antara jumlah kelahiran dan kejadian

kanker serviks artinya semakin banyak jumlah anak yang anda lahirkan

maka akan semakin mungkin anda mengalami kanker.

g. Riwayat Keputihan

Keputihan atau flour albus merupakan sekresi vagina abnormal pada

wanita. Keputihan yang disebabkan infeksi biasanya disertai dengan rasa

gatal di dalam vagina dan sekitar bibir vagina bagian luar, kerap pula

disertai bau busuk dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih atau

bersenggama. Keputihan psikologik utamanya disebabkan infeksi (jamur,

kuman, parasit, virus). Keputihan juga dapat mengakibatkan terjadinya

kanker leher rahim karena adanya kelainan bawaan dari alat kelamin

wanita, adanya kanker atau keganasan pada alat kelamin terutama di leher

rahim.

h. Ras

Ras sedikit banyak juga berpengaruh terhadap risiko terjadinya kanker

leher rahim. Pada ras afrika-Amerika kejadian kanker leher rahim


14

meningkat sebnyak dua kali dari ras Amerika-Hispanik. Angka kejadian

kanker leher rahim untuk ras Asia-Amerika yang sama dengan warga

Amerika. Hal tersebut berkaitan dengan sosio ekonomi. Pola kehidupan

sosio ekonomi tiap ras dapat berpengaruh terhadap peningkatan risiko

mengidap kanker leher rahim.

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko menderita kanker

serviks yaitu (Rohan, 2017):

a. Aktivitas seksual terlalu dini: melakukan hubungan seksual pada umur

terlalu dini akan meningkatkan risiko terjadinya HPV

b. Berganti-ganti pasangan seksual: memiliki banyak pasangan seksual akan

meningkatkan risiko terinfeksi HPV

c. Merokok: wanita merokok berisiko dua kali lipat. Ini mungkin disebabkan

oleh bahan kimia berbahaya dari tembakau yang muncul di leher rahim

d. Sistem kekebalan tubuh yang lemah: kondisi ini mungkin dikarenakan

mengkonsumsi obat tertentu seperti imunisupresan. Obat ini digunakan

agar tubuh tidak menolak donor organ dari orang lain atau karena

menderita HIV/ AIDS

e. Melahirkan anak: makin banyak anak yang dilahirkan seorang wanita

maka risiko makin tinggi. Wanita yang punya tiga anak tiga kali lebih

berisiko terkena kanker serviks dari pada wanita yang tidak punya anak

sama sekali. Diperkirakan bahwa perubahan hormone saat sedang hamil

membuat leher rahim lebih terserang HPV.


15

f. Minum pil kontrasepsi atau KB lebih dari lima tahun

Mengkonsumsi pil KB cukup lama akan meningkatkan risiko dua kali lipat

mengalami kanker serviks. Meski hal ini masih belum jelas alasanya.

6. Gejala Klinis Kanker Leher Rahim

Perubahan prekanker pada serviks biasnya tidak menimbulkan gejala

dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani

pemeriksaan panggul dan pap smear. Gejala biasnaya baru muncul ketika

sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke

jaringan disekitarnya. Pada saat akan timbul gejala berikut (Masriadi, 2016):

a. Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara dua menstruasi

setelah melakukan hubungan seksual dan setelah menopause.

b. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)

c. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink,

coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:

a. Nafsu makan berkurag, penurunan berat badan, kelelahan

b. Nyeri panggul, punggung, atau tungkai

c. Dari vagina keluar air kemih atau tinja

d. Patah tulang (fraktur)

Kanker serviks dapat menimbulkan tanda dan gejala pada

penderitanya berupa (Rohan, 2017):

a. Keputihan warna putih atau purulen, berbau dan gatal


16

b. Perdarahan pasca coitus

c. Perdarahan spontan

d. Bau busuk yang khas

e. Obstruksi total vesika urinaria oleh karena metastasis

f. Pada tahap lanjut ditemukan keluhan cepat lelah, berat badan menurun

dan anemia

g. Pada pemeriksaan fisik serviks teraba membesar, irregular lunak

Perdarahan tidak normal pada vagina termasuk flek adalah gejala

yang sering terlihat dari kanker serviks. Perdarahan biasnaya terjadi

setelah berhubungan seks, di luar masa mesntruasi setelah menopause.

Selain perdarahan yang abnormal, gejala lain yang mungkin muncul

adalah (Rohan, 2017):

a. Cairan yang keluar tanpa berhenti dari vagina dengan bau yang aneh atau

berbeda dari biasanya, berwarna merah muda, pucat, cokelat, atau

mengandung darah.

b. Rasa sakit tiap kali melakukan hubungan seksual

c. Perubahan siklus menstruasi tanpa diketahui penyebabnya misalnya

menstruasi yang lebih dari 7 hari untuk 3 bulan atau lebih, atau

pendarahan dalam jumlah yang sangat banyak

Kanker serviks pada stadium akhir akan menyebar ke luar dari

leher rahim menuju ke jaringan serta organ di sekitarnya. Pada tahapan

ini, gejala yang terjadi akan berbeda antara lain (Rohan, 2017):
17

a. Terjadinya hematuria atau darah dlaam urin

b. Bermasalah saat buang air kecil karena penyumbatan ginjal atau ureter

c. Perubahan pada saat buang air besar dan kecil

d. Penurunan berat badan

e. Pembengkakan pada salah satu kaki

f. Nyeri pada tulang

g. Kehilangan selera makan

h. Rasa nyeri pada punggung dan samping ini disebabkan pembengkakan

pada ginjal.

7. Diagnosis

Diagnosis ditegagkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan

berikuti (Masriadi, 2016):

a. Pap Smear

Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara

akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka

kematian kanker servikspun menurun sampai lebih dari 50%.

Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai

18 tahun sebaiknya menjalani pap semar secara teratur yaitu 1 kali/tahun.

Jika selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil yang normal pap

semar bisa dilakukan 1 kali dalam 2-3 tahun.

Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks:

1) Normal
18

2) Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)

3) Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)

4) Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling

luar)

5) Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih

dalam atau ke organ tubuh lainnya)

b. Biopsi

Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu

pertumbuhan atau luka pada serviks atau jika pap semar menunjukkan

suatu abnormalitas atau kanker.

c. Kalposkopi

Pemeriksaan serviks dengan menggunakan lensa pembesar

d. Tes Schiller

Serviks diolesi dengan larutan yodium sel yang sehat warnanya akan

berubah menjadi coklat sedangkan sel abnormal warnanya menjadi putih

atau kuning.

Menentukan stadium kanker, dilakukan beberapa pemeriksaan berikut:

1) Sistoskopi

2) Rontgen dada

3) Urogafi Intravena

4) Sigmoidoskop

5) Skening tulang dan hati


19

6) Barium enema

8. Stadium

Stadium klinis kanker serviks yaitu (Rohan, 2017):

a. Stadium 0: Karsinoma in situ, selaput basal masih utuh

b. Stadium 1: proses terbatas pada serviks

1) Stadium 1a: hanya dapat didiagnosis secara mikroskopis lesi tidak

lebih dari 3 mm

2) Stadium 1b: infasiv lebih dari 5 mm

c. Stadium 2: proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar ke

2/3 bagian atas vagina dan parametrium tetapi tidak sampai ke dinding

panggul.

1) Stadium 2a: penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas

dari infiltrate tumor.

2) Stadium 2b: penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral tetapi

belum sampai ke dinding panggul

d. Stadium 3: penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau ke parametrium

sampai ke dinding panggul

1) Penyebaran sampai 1/3 distal vagina namun tidak sampai ke dinding

panggul

2) Penyebaran sampai dinding panggul tidak ditemukan daerah bebas

inflitrasi antar dinding panggul dengan tumor, sudah ada gangguan

faal ginjal/hidronefrotis.
20

e. Stadium 4: karsinoma serviks menyebar ke organ dekat atau jauh

1) Stadium 4 a: tempat bermetastase ke organ sekitar

2) Stadium 4b: tempat bermetastase jauh

9. Penatalaksanaan Kanker Serviks

Penatalaksanaan pada kanker serviks dibagi berdasarkan stadiumnya

yaitu pada stadium awal penderita akan menjalani radioterapi dan

melakukan operaso pengangkatan sebagian atau seluruh organ rahim.

Sementara itu pada stadium lanjut penderita diarahkan untuk menjalani

program kemoterapi atau radioterapi. Penanganan kanker serviks

berdasarkan tingkatan dan staiumnya yaitu (Ratnawati, 2018):

a. Stadium I dan II: penderita disarankan melakukan conebiopsy dan

histerektomi vaginal

b. Stadium III: penderita disarankan menjalani histerektomi radikal

dibarengi dengan limfadenektomi pada panggul, dan juga pengangkatan

kelenjar getah bening di aorta jika terdapat metastasis saat dilakukannya

radioterapi pasca operasi.

c. Stadium IV: penderita disarankan melakukan histerektomi vaginal.

d. Stadium V: penderita disarankan menjalani kemoterapi dibarengi

radioterapi dan melakukan radiasi paliatif.

10. Pengobatan

Pengobatan Kanker Serviks tergantung pada beberapa faktor.

Misalnya stadium kanker, usia pasien, keinginan untuk memiliki anak,


21

kondisi medis lain yang sedang dihadapi dan pilihan pengobatan yang

diinginkan. Memutuskan cara pengobatan terbaik bisa sangat

membingunkan. Kanker serviks biasanya akan ditangani oleh tim yang

terdiri dari dokter dari spesialisasi. Jenis penanganan menurut stadium

kanker terbagi dua yng pertama adalah penanganan kanker serviks tahap

awal yaitu operasi pengangkatan sebagian atau seluruh organ rahim,

radioterapi, atau kombinasi keduanya. Dan yang kedua adalah penanganan

kanker serviks stadium akhir yaitu radioterapi dan kemoterapi dan terkadang

operasi juga perlu dilakukan (Rohan, 2017).

Jika diagnosis kanker serviks sudah diketahui sejak awal

kemungkinan pulih sepenuhnya cukup bagus. Tapi jika kanker serviks

sudah menyebar peluang pulih total akan berkurang. Pada kasus kanker

serviks yang tidak bisa disembuhkan bisa dilakukan perawatan paliatif.

Perawatan jenis ini berfungsi untuk memperlambat penyebaran kanker,

memperpanjang usia pasien dan mengurangi gejala yang muncul misalnya

rasa sakit dan pendarahan vagina (Rohan, 2017).

1) Pembedahan

Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks

paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan

pisau bedah ataupun melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut,

penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali

kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan pap smear


22

setiap 3 bulan selama 1 tahun pertamapertama danselanjutnya setiap 6

bulan. Jika penderita tidak emiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan

untuk menjalani histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan

histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini

disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita

muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak

diangkat.

2) Terapi penyinaran

Terapi penyinaran (radio terapi) efektif untuk mengobati kanker

invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi

digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan

menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam radio terapi :

a) Radiasi eksternal : sinar berasal dari sebuah mesin besar penderita

tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan

sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.

b) Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul

dimasukkan masuk ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3

hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini

bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.

Efek samping dari terapi penyinaran adalah :

a) Iritasi rektum dan vagina

b) Kerusakan kandung kemih dan rektum


23

c) Ovarium berhenti berfungsi.

3) Kemoterapi

Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan

untuk melnjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan

untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan

melalui suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan

dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi periode

pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi dengan pemulihan,

begitu seterusnya.

4) Terapi biologis

Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem

kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan

pada kanker yang telah menyebar pada bagian tubuh lainnya. Yang

paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan

dengan kemoterapi

5) Terapi Alternatif dan Tradisional

Terapi alternative semacam bekam, akupuntur, terapi herbal dan

sebaginya. Upaya pengobatan pengidap kanker juga harus melakukan

berbagai upaya positif yaitu memperkuat semangat untuk tetap berfikir

positif, mengubah pola makan dan faktor yang berisiko dari pola

makan, mungubah pola hidup dengan olahraga, aktivitas kerja, aktivitas

seksual, hingga cara berfikir dan sisi spiritual (Masriadi, 2016).


24

Pengobatan kanker serviks beresiko menyebabkan beberapa efek

samping yang dihadapi oleh penderita yaitu (Rohan, 2017):

a. Mengalami Menopouse Dini

Menopouse adalah kondisi saat ovarium berhenti memproduksi hormone

estrogen dan progesterone. Kondisi ini biasnaya terjadi pada wanita

sekitar umur 50 tahun. Menopause dini bisa terjadi bila ovarium rusak

akibat efek samping radioterapi.

b. Terjadinya penyempitan vagina

Pengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks sering kali

menyebabkan penyempitan vagina. Hubungan seks bisa terasa sangat

menyakitkan dan sulit. Terdapat dua pilihan pengobatan untuk ini.

Pertama, mengoleskan krim hormone pada vagina untuk meningkatkan

kelembapan pada vagina dan hubungan seks menjadi lebih mudah.

c. Munculnya limfedema atau penumpukan cairan tubuh

Limfedema adalah pembengkakan yang umumnya muncul pada tangan

atau kaki karena sistem limfatik yang terhalang. Sistem limfatik adalah

bagian penting dari sistem kekebalan dan sistem sirkulasi tubuh.

d. Dampak emosional pada penderita

Secara emosi, menderita kanker serviks bisa sangat melelahkan.

Misalnya pasein merasa sedih saat didiagnosis dan merasa senang setelah

kanker diangkat. Tapi pasien kembali merasa sedih saat menghadapi efek

samping pengobatan. Hal ini yang bisa memicu terjadinya depresi.


25

Tanda-tanda depresi adlaah merasa sedih, putus harapan dan tidak

menikmati hal-hal yang biasnya disukai.

Dampak kanker serviks stadium lanjut (Rohan, 2017):

a. Rasa sakit akibat penyebaran kanker

Rasa sakit yang paah akan muncul ketika kanker sudah menyebar

ke saraf, tulang atau otot. Tapi beberapa obat pereda rasa skit biasanya

bisa dipakai untuk mengendalikan rasa sakit. Obat-obatan yang dipakai

mulai dari parasetamol, obat anti inflamasi non steroid atau NSAIDs

hingga morfin.

b. Perdarahan berlebih

Peradarahan berlebih bisa terjadi jika kanker menyebar hingga ke

vagina, usus atau kandung kemih. Perdarahan bia muncul di rectum atau

di vagina. Bisa juga terjadi pendarahan saat buang air kecil. Pendarahan

berlebih bisa ditangani dengan kombinasi obat-obatan untuk menurunkan

tekanan darah. Obat ini bisa mneghalangi aliran darah.

c. Penggumpalan darah setelah pengobatan

Seperti kanker lainnya, kanker serviks bisa membuat darah

menjadi lebih lengket atau kental dan cenderung membentuk gumpalan.

Risiko penggumpalan darah juga meningkat setelah menjalani

kemoterapi dan istirahat pasca operasi. Munculnya tumor yang besar bisa

menekan pembuluh darah pada panggul. Hal inilah yang memperlambat


26

aliran darah dan akhirnya mengakibatkan penggumpalan di kaki (Rohan,

2017).

d. Gagal Ginjal

Pada beberapa kasus kanker serviks lanjutan, kanker bisa

menekan ureter. Ini menyebabkan terhalangnya aliran urin untuk keluar

dari ginjal yang dikenal dengan istilah hidronefrosis. Kondisi ini dapat

menyebabkan ginjal membengkak dan meregang. Hidronefrosis parah

bisa merusak ginjal sehingga kehilangan seluruh fungsinya.

e. Produksi cairan vagina yang tidak normal

Cairan vagina bisa berbau aneh dan tidak sedap akibat dari kanker

serviks stadium lanjutan.

f. Fistula

Fistula adalah terbentuknya sambungan atau saluran abnormal

antara dua bagian dari tubuh.

11. Pencegahan

Cara utama dalam mencegah kanker serviks adalah mencegah

tertular virus HPV.diperkirakan sekitar 99 persen kasus kanker serviks

disebabkan oleh virus ini. Langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk

mengurangi risiko terkena kanker serviks meliputi berhubungan seksual

yang aman, setia pada pasangan, screening rutin pada leher rahim, vaksinasi

serta berhenti merokok (Rohan, 2017).


27

Screening untuk kanker serviks atau pap smear adalah metode untuk

mendeteksi sel-sel yang berpotensi menjadi kanker. Pap smear leher rahim

bukanlah tes untuk kanker. Tes ini hanya memeriksa kesehatan sel-sel pada

leher rahim. Keanyakan hasil tes pada wanita menunjukkan hasil normal.

Lakukankah pap smear secara teratur. Wanita yang pernah berhubungan

seks dan terutama sudah berusia 25-49 tahun disarankan untuk melkaukan

tes tiap tiga tahun sekali. Untuk wanita usia 50-64 tahun disarankan

melakukan tes lima tahun sekali (Rohan, 2017).

Vaksinasi HPV atau human papiloma virus melindungi wanita dari

infeksi jenis virus utama yang menyebabkan kanker serviks. Vaksin ini akan

lebih efektif jika diberikan pada wanita belum menikah sebelum aktif secara

seksual. Meski vaksin HPV bisa mengurangi risiko kanker serviks tapi

vaksin ini tidak menjamin bebas dari penyakit (Rohan, 2017).

Ada dua cara untuk mencegah kanker serviks yaitu (Masriadi, 2016):

a. Mencegah terjadinya infeksi HPV

b. Melakukan pemeriksaan pap smear secara teratur

Pap smear adalah suatu pemeriksaan mikroskopis terhadap sel yang

diperoleh dari asupan serviks. Pap smear sangat efektif dalam mendeteksi

perubahan prakanker pada serviks tampak abnormal biasanya dilakukan

kolposkopi dan biopsi. Adapun untuk melakukan pap smear secara teratur

yaitu (Masriadi, 2016):

a. Setiap tahun untuk wanita yang berusia 35 tahun


28

b. Setiap tahun untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau

pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin

c. Setiap tahun untuk wanita yang memakai pik KB

d. Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia 35 tahun jika 3 kali pap

smear berturut-turut hasilnya negatif atau untuk wanita yang telah

menjalani histerektomi bukan karena kanker.

e. Hasil pap smear sering menunjukkan abnormal setelah penilaian dan

pengobatan prakanker maupun kanker atau kanker serviks.

Mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya

(Masriadi, 2016):

a. Anak perempuan yang berusia di bawah 18 tahun tidak melakukan

hubungan seksual

b. Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kutil kelamin

atau gunakan kondom untuk mencegah penularan kutil kelamin

c. Berhenti merokok

d. Tidak mencuci vagina terlalu sering, uji penelitian menunjukkan bahwa

produk pembersih vagina yang mengandung antiseptic dan deodorant

berisiko menimbulkan iritasi permukaan jaringan lunak vagina. Iritasi

ini dapat memicu reaksi sel kulit menjadi tidak normal dan berpotensi

menjadi tumor bahkan kanker.


29

Sebagai bahan acuan dalam penelitian ini kerangka teori yang

dipergunakan dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2.1

Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kanker Serviks

a. Infeksi HPV
b. Umur
c. Aktivitas Seksual Pertama Kali
d. Merokok
e. Riwayat pemakaian pil KB
f. Paritas
g. Riwayat Keputihan
h. Ras/Sosio ekonomi

a. Aktivitas seksual terlalu dini


b. Berganti-ganti pasangan Kanker Serviks
seksual
c. Merokok
d. Sistem kekebalan tubuh yang
lemah
e. Melahirkan anak
f. Minum pil kontrasepsi atau KB
lebih dari lima tahun

a. Faktor genetic
b. Merokok
c. Seks bebas
d. Berganti-ganti pasangan
e. Melakukan hubungan seksual
usia dini

Sumber: Masriadi (2016), Rohan (2017), Ratnawati (2018)


30

Anda mungkin juga menyukai

  • BAb 1 Baru
    BAb 1 Baru
    Dokumen6 halaman
    BAb 1 Baru
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1V
    BAb 1V
    Dokumen3 halaman
    BAb 1V
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1
    BAb 1
    Dokumen5 halaman
    BAb 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1
    BAb 1
    Dokumen5 halaman
    BAb 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1
    BAb 1
    Dokumen5 halaman
    BAb 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1V
    BAb 1V
    Dokumen3 halaman
    BAb 1V
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAB 5 Baru 2
    BAB 5 Baru 2
    Dokumen9 halaman
    BAB 5 Baru 2
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1V
    BAb 1V
    Dokumen3 halaman
    BAb 1V
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1
    BAb 1
    Dokumen6 halaman
    BAb 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1
    BAb 1
    Dokumen6 halaman
    BAb 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen26 halaman
    Bab Ii
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAb 1
    BAb 1
    Dokumen6 halaman
    BAb 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen8 halaman
    Bab 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen8 halaman
    Bab 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Profil Kepegawaian Staf Puskesmas Paal Lim1
    Profil Kepegawaian Staf Puskesmas Paal Lim1
    Dokumen2 halaman
    Profil Kepegawaian Staf Puskesmas Paal Lim1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen2 halaman
    Bab Vi
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAB V Bru
    BAB V Bru
    Dokumen10 halaman
    BAB V Bru
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen24 halaman
    Bab Ii
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Analisis Ketenagaan, Pemetaan Kompetensi Dan Rencana Pengembangan
    Analisis Ketenagaan, Pemetaan Kompetensi Dan Rencana Pengembangan
    Dokumen16 halaman
    Analisis Ketenagaan, Pemetaan Kompetensi Dan Rencana Pengembangan
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen2 halaman
    Bab Vi
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen8 halaman
    Bab 1
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab IV Tinjauan Kasus
    Bab IV Tinjauan Kasus
    Dokumen27 halaman
    Bab IV Tinjauan Kasus
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Absen Penelitian No Inisial Nama Kelas Tanda Tangan
    Absen Penelitian No Inisial Nama Kelas Tanda Tangan
    Dokumen3 halaman
    Absen Penelitian No Inisial Nama Kelas Tanda Tangan
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen8 halaman
    Bab Iii
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Bru
    BAB IV Bru
    Dokumen11 halaman
    BAB IV Bru
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    Ria Rumondang Bulan
    Belum ada peringkat