Anda di halaman 1dari 3

MENGAPA PANCASILA DIKAITKAN DENGAN RADIKALISME ?

Radikalisme itu adalah suatu perubahan sosial dengan jalan kekerasan, meyakinkan
dengan satu tujuan yang dianggap benar tapi dengan menggunakan cara yang salah atau
melalui kekerasan. Hal ini bisa disebabkan karna berbagai faktor diantaranya : pertama, dari
aspek ekonomi-politik, kedua, faktor budaya, faktor ini menekankan pada budaya barat yang
mendominasi kehidupan saat ini dan sangat tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yg
mayoritas umat muslim.

Adapun keterkaitan pancasila dengan radikalisme, dikarenakan kesalahpahaman dari


beberapa kalangan tentang nilai dari pancasila sebagai ideologi dan landasan negara.
Pancasila adalah Ideologi dari negara Indonesia untuk mempersatukan rakyat Indonesia
namun belakangan hari Pancasila mulai pudar karena mulai sedikit orang yang mengetahui
makna dari Pancasila tersebut, di samping itu munculah beberapa faktor radikalis yang di
buat segelintir orang untuk mencapai tujuan tertentu tetapi dengan menggunakan cara yang
salah bahkan menggunakan dengan kekerasan. Paham radikalisme yang disangkut pautkan
dengan pancasila dapat kita analisa seperti sebagai berikut : Misalnya dari makna Sila
Pertama, menuntut setiap warga negara mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta,
baik dalam hati dan tutur kata maupun dalam tingkah laku sehari-hari. Konsekuensinya
adalah Pancasila menuntut umat beragama dan kepercayaan untuk hidup rukun walaupun
berbeda keyakinan. Selain itu makna dari sila pertama ini adalah pemerintah memberikan
kebebasan dan keamanan dalam memeluk dan beribadah menurut kepercayaan agamanya
masing-masing.

Berdasarkan makna dari sila pertama ini bisa saja terdapat salah arti dan salah
pengertian oleh beberapa kalangan, sebab pemikiran yang tertanam adalah pemerintah
memberikan jaminan perkembangan dan pertumbuhan ajaran agama masing-masing. Negara
memberikan kebebasan dan menjadi fasilitator bagi tumbuh kembang agama yang di anut
oleh masyarakatnya, sehingga muncul keinginan bagi mereka untuk membuat suatu negara
dengan agama yang seragam, seperti mendirikan negara islam. Sementara seperti yang kita
ketahui, bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa, agama, adat dan budaya,
sehingga untuk mewujudkan keinginan tersebut timbul lah cara cara yang anarkis seperti
mengebom fasilitas publik dan terorisme. Hal ini lah sebagai pemicu timbulnya paham
Radikalisme.
Selanjutnya pada sila kedua dan kelima yaitu kemanusian yang adil dan beradab.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Menjadi warga indonesia yang adil dan
beradap merupakan keharusan. Beradab dapat dimaknai memiliki karakter yang baik,
tentunya dengan menjadi manusia yang adil maka kesejahteraan dan kenyamanan hidup
rakyat indonesia akan tercapai. Kalangan dengan paham radikalisme akan berusaha mencapai
tujuannya dengan landasan sila kedua dan kelima ini untuk mewujudkan kemanusiaan yang
adil dan beradap, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jika dalam pemikiran mereka
Pemerintah belum dapat menciptakan pemerataan keadilan, maka mereka akan mencari cara
untuk mewujudkan hal tersebut meskipun dengan cara kekerasan, seperti demo yang anarkis,
pemberotakan terhadap pemerintah, dan lain-lain.

Adil dapat dimaknai dengan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, tidak
melanggar aturan, menjaga tingkah laku agar sesuai dengan norma agama, adat istiadat, dan
budaya. Keadilan ini tidak memandang ras, agama, kepercayaan, budaya, dan lain-lain.
Dengan satu tujuan bahwa rakyat Indonesia harus menjadi rakyat yang adil, berjiwa sosial
dengan saling membantu satu sama lain, saling menerima dan menghargai, tidak
diskriminasi, toleransi, karena rakyat indonesia memiliki hak yang sama, hak untuk hidup,
hak berkreasi dan berkarya, tanpa melihat dan membeda-bedakan warna kulit dan asal usul
sehingga menjadi rakyat yang sejahtera. Oleh karena itu faham radikalisme sangat
bertentangan, karena tindakannya telah keluar dari norma agama, adat istiadat, dan budaya.
Tidak ada budaya membunuh orang yang tidak bersalah itu dihalalkan, tidak ada norma
agama yang menyuruh pengikutnya untuk membunuh.

Bersatu menjadi warga indonesia dengan berbagai macam budaya, etnis, agama,
kepercayaan, bahasa, pulau dan lain merupakan kewajiban. Hal ini merupakan bunyi sila ke
tiga yaitu persatuan Indonesia. Atas nama indonesia, mempertahankan negara kesatuan
indonesia merupakan kewajiban dan merupakan bentuk cinta terhadap tanah air.

Nilai sila ke empat adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan. Dalam kontek keindonesiaan, menaati pemerintah dan
perangkatnya merupakan kewajiban, begitu juga dengan mengikuti aturan yang berlaku. Jadi,
anggapan bahwa pemerintah adalah pemimpin yang tidak sesuai dengan ajaran agama yang
dianut oleh masing-masing kalangan, sehingga mereka melakukan berbagai cara kekerasan
untuk menentang kebijakan pemerintah yang dianggap tidak sesuai. Paham radikalisme
seperti ini sudah jelas salah, karna negara Indonesia adalah negara yang mengedepankan
musyawarah untuk mufakat.

Untuk pihak yang masih bermimpi bisa menghidupkan kembali gerakan radikal di
Indonesia sebaiknya segera sadar dan bangun dari mimpi panjang, sekeras apapun upaya
radikalisme yang diperjuangkan tetap saja dalam sejarahnya selalu gagal karena bangsa ini
dibangun atas dasar kebhinekaan yang kuat dan akan selalu kuat meskipun banyak cobaan
datang. Bangsa ini dibangun atas dasar perjuangan bersama dan memiliki pancasila sebagai
ideologi yang sudah mendarah daging, jadi tidak akan mudah merubah ideologi bangsa ini,
atau bahkan nyaris mustahil ada pihak yang bisa melakukannya.

Sudah seharusnya kita bersama membangun negara bukan hanya sibuk oleh pola pikir
masing-masing, pemerintah membutuhkan persatuan yang kuat untuk membangun bangsa
bukan gerakan radikal yang justru melemahkan negara. Alangkah indahnya jika pola pikir
radikal tersebut dibuang dan ikut serta bersama pemerintah dalam berbagai programnya
untuk memberantas kemiskinan, menghabisi koruptor, menegakkan hukum, dll agar tercapai
cita-cita luhur para pencetus pancasila. Dan untuk pemerintah diharapkan bisa mengambil
kebijakan-kebijakan yang memperkuat posisi pancasila agar masyarakat bisa merasakan
bahwa pancasila benar-benar diterapkan dan bukan hanya ideologi semata, sehingga
masyarakat percaya pada pemerintahan dan tidak mudah dihasut oleh doktrin radikalisme.

Anda mungkin juga menyukai